Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEMUHAMMADIYAHAN
AYAT YANG BERKAITAN DENGAN KEYAKINAN DALAM AGAMA
ISLAM

DISUSUN OLEH :
Annida Zahra Khoirunnisa (20193010080)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTROMEDIK


PROGRAM VOKASI
UNIVAERSITAAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan dan tanpa ada kendala suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas individu semester ganjil untuk mata kuliah
Kemuhammadiyahan. Penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dalam mengerjakan
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, sebagai penyusun makalah ini, saya berterimakasih kepada Bapak Aziz
selaku dosen pengajar mata kuliah Kemuhammadiyahan dan kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini membawa manfaat dan
meberikan nilai tambah kepada para pebacanya.

Yogyakarta, 07 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ……………………………………………………………………… 4

1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………………4

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...4

BAB II ISI

2.1 Ayat tentang keyakinan dalam Agama Islam…………………………………………5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..11

Daftar pusaka ……………………………………………………….......................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, tempramen, ciri khas, dan juga
perilaku. Menurut KBBI kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang
atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Kepribadian
muhammadiyah pada dasarnya merupakan sebuah rumusan yang menggambarkan hakekat
muhammadiyah serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal usaha dan perjuangan
muhammadiyah, serta sifat-sifat yang dimilikinya.
Muhammadiyah adalah perserikatan yang merupakan Gerakan islam. Maksud gerakannya
ialah dakwah islam dan amar ma’ruf nahi munkar yang ditujukan kepada dua bidang yaitu
perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang pertama
terbagi kepada dua golongan. Pertama, kepada yang telah islam bersifat pembaharuan (tajdid)
yaitu mengembalikan kepada ajaran islam yang asli dan murni. Kedua, kepada yang belum
islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.
Adapun dakwah islam dan amar ma’ruf nahi munkar bidang kedua ialah kepada
masyarakat bersifat kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan
dengan dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah semata-mata. Dengan melaksanakan
dakwah islam dan amar ma’ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai,
muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah “Terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa isi dari Q.S Al-Baqarah ayat 111-113
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui isi dari Q.S Al Baqarah ayat 111-113

4
BAB II

ISI

2.1 Ayat tentang keyakinan dalam Agama Islam

Ayat yang berkaitan dengan keyakinan dalam Agama Islam terdapat pada Surat Al-
Baqarah ayat 111-113 yang berbunyi :

َ ‫َوقَالُوا لَ ْن يَ ْد ُخ َل ا ْلجَ نَّةَ إِال َم ْن كَانَ هُودًا أ َ ْو نَص‬


ْ َ‫) بَلَى َم ْن أ‬111( َ‫َارى تِ ْلكَ أ َ َمانِيُّ ُه ْم قُ ْل َهات ُوا بُ ْر َهانَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنت ُ ْم صَا ِدقِين‬
‫س َل َم‬
ٍ‫ع َلى ش َْيء‬ َ ‫َارى‬َ ‫ت النَّص‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫) َوقَال‬112( َ‫علَي ِْه ْم َوال ُه ْم يَحْ َزنُون‬
َ ‫ت ا ْليَ ُهو ُد لَ ْي‬ ٌ ‫سنٌ فَلَهُ أَجْ ُرهُ ِع ْن َد َر ِب ِه َوال َخ ْو‬
َ ‫ف‬ ِ ْ‫َوجْ َههُ ِ َّّلِلِ َوه َُو ُمح‬
َّ َ‫اب َكذَ ِلكَ قَا َل الَّ ِذينَ َال يَ ْعلَ ُمونَ ِمثْ َل قَ ْو ِل ِه ْم ف‬
‫اّلِلُ يَحْ ُك ُم بَ ْينَ ُه ْم يَ ْو َم‬ َ َ‫علَى ش َْيءٍ َو ُه ْم يَتْلُونَ ا ْل ِكت‬
َ ‫ت ا ْليَ ُهو ُد‬ َ ‫َارى لَ ْي‬
ِ ‫س‬ َ ‫ت النَّص‬ ِ َ‫َوقَال‬
} )113( َ‫ا ْل ِق َيا َم ِة ِفي َما كَانُوا ِفي ِه َي ْخت َ ِلفُون‬
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali
orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nasrani" Demikian itu (hanya) angan-angan
mereka yang kosong belaka. Katakanlah, "Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian jika kalian
adalah orang-orang yang benar." (Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan
diri kepada Allah, sedangkan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya
dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan
orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan dan
orang-orang Nasrani berkata, "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,"
padahal mereka (sama-sama) membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak
mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara
mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya”.
Ayat diatas menjelaskan tentang ketertipuan orang-orang Yahudi dan Nasrani oleh apa
yang ada pada diri mereka, dimana setiap kelompok dari keduanya (Yahudi dan Nasrani)
mengaku bahwasanya tidak akan ada yang masuk surga kecuali memeluk agama mereka,
sebagaimana yang diberitahukan Allah Tabaraka wa Ta’ala melalui firman-Nya dalam Surat
al-Maa-idah berikut ini, mereka menyatakan, “Kami anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-
Nya.” (QS. A1-Maa-idah: 18).
Maka Allah mendustakan mereka melalui berita yang Dia tujukan kepada mereka,
bahwa Dia kelak akan mengazab mereka karena dosa-dosanya. Sekiranya keadaan seperti apa
yang mereka dakwakan, niscaya mereka tidak akan diazab oleh Allah. Perihalnya sama saja
dengan pengakuan mereka terdahulu, yaitu mereka tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali
hanya beberapa hari yang sedikit, setelah itu mereka pindah masuk ke dalam surga. Kemudian
Allah membantah pengakuan mereka itu. Hal yang sama dilakukan pula oleh Allah dalam ayat

5
ini sehubungan dengan dakwaan yang mereka lakukan tanpa dalil, tanpa hujah, dan tanpa bukti.
Untuk itu Allah Swt. berfirman: Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong
belaka. (Al-Baqarah: 111)
Abul Aliyah mengatakan bahwa makna ayat ini ialah cita-cita yang mereka angan-angankan
terhadap Allah tanpa alasan yang benar. Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah dan Ar-
Rabi' ibnu Anas.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
}‫ { َهات ُوا بُ ْر َها َن ُك ْم‬،ُ‫ يَا ُم َح َّمد‬:‫{قُلْ} أَ ْي‬
Katakanlah (hai Muhammad), "Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian." (Al-Baqarah: 111)
Menurut Abu Aliyah, Mujahid, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, arti burhanakum ialah hujah
(alasan) kalian, hingga kalian berani mengatakan demikian. Sedangkan menurut Qatadah,
artinya bukti kalian atas hal tersebut.
} َ‫{ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم صَا ِد ِقين‬
jika kalian adalah orang-orang yang benar. (Al-Baqarah: 111)
dalam pengakuan yang kalian dakwakan itu.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
ْ َ ‫{بَلَى َم ْن أ‬
ِ ْ‫سلَ َم َوجْ َههُ ِ َّّلِلِ َوه َُو ُمح‬
} ٌ‫سن‬
(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan ia
berbuat kebajikan. (Al-Baqarah: 112)
Dengan kata lain, barang siapa yang ikhlas dalam beramal karena Allah semata, tiada sekutu
bagi-Nya. Seperti yang disebutkan dalam firman lainnya, yaitu:
َ‫سلَ ْمتُ َوجْ ِه َي ِ َّّلِلِ َو َم ِن اتَّبَعَ ِن} ْاْليَة‬
ْ َ ‫{فَ ِإ ْن حَا ُّجوكَ َفقُ ْل أ‬
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku
menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." (Ali
Imran: 20), hingga akhir ayat.
Abul Aliyah dan Ar-Rabi' mengatakan, makna man aslama wajhahu lillah ialah barang siapa
yang ikhlas kepada Allah.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa aslama ialah ikhlas, dan wajhahu artinya
agamanya, yakni barang siapa yang mengikhlaskan agamanya karena Allah semata. Wahuwa
muhsinun artinya mengikuti Rasulullah Saw. dalam beramal. Dikatakan demikian karena
syarat bagi amal yang diterima itu ada dua; salah satunya ialah hendaknya amal perbuatan
dilakukan dengan niat karena Allah semata, dan syarat lainnya ialah hendaknya amal tersebut
benar lagi sesuai dengan tuntunan syariat (mengikuti petunjuk Rasul Saw.). Sehubungan
dengan mereka dan orang-orang yang semisal dengan mereka, Allah Swt. berfirman:
6
ً‫ع َم ٍل فَ َج َع ْلناهُ َهبا ًء َم ْنثُورا‬
َ ‫َوقَ ِد ْمنا ِإلى َما ع َِملُوا ِم ْن‬
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang berterbangan. (Al-Furqan: 23)
َ ُ‫سبُهُ ال َّظ ْمآنُ َما ًء َحتَّى إِذا جا َءهُ لَ ْم يَ ِج ْده‬
ً ‫شيْئا‬ َ ْ‫ب بِ ِقيعَ ٍة يَح‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ َك َف ُروا أَعْمالُ ُه ْم َك‬
ٍ ‫سرا‬
Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar,
yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga; tetapi bila didatanginya, dia tidak
mendapatinya sesuatu apa pun. (An-Nur: 39)
ْ ُ ‫حاميَةً ت‬
َ ‫سقى ِم ْن‬
‫عي ٍْن آنِيَ ٍة‬ ً َ‫ناص َبةٌ تَصْلى ن‬
ِ ‫ارا‬ ِ ٌ‫عاملَة‬
ِ ٌ‫شعَة‬
ِ ‫ُو ُجوهٌ يَ ْو َمئِ ٍذ خا‬
Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang
sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-
Ghasyiyah: 2-5)
Telah diriwayatkan dari Amirul Mu’minin Umar r.a. bahwa ia menakwilkan makna
ayat ini ditujukan kepada para rahib, seperti yang akan dijelaskan nanti.
Jika amal perbuatan yang dikerjakan sesuai dengan tuntunan syariat dalam gambaran
lahiriahnya, sedangkan niat pengamalnya tidak ikhlas karena Allah, maka amal ini pun tidak
diterima dan dikembalikan kepada pelakunya. Yang demikian itu adalah keadaan orang-orang
yang pamer dan orang-orang munafik, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
‫يال‬ َّ َ‫اس َوال يَ ْذك ُُرون‬
ً ‫َّللاَ ِإ َّال قَ ِل‬ َ ‫ع ُه ْم َو ِإذا قا ُموا ِإلَى الصَّال ِة قا ُموا كُسالى يُراؤُنَ ال َّن‬ ُ ‫ِإنَّ ا ْل ُمنافِ ِقينَ يُخا ِد‬
َّ َ‫عون‬
ُ ‫َّللاَ َوه َُو خا ِد‬
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bersalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali. (An-Nisa: 142)
ُ ‫فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُمص َِلينَ ا َّل ِذينَ ُه ْم ع َْن صَالتِ ِه ْم ساهُونَ الَّ ِذينَ ُه ْم يُراؤُنَ َويَ ْمنَعُونَ ا ْلما‬
َ‫عون‬
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong) dengan barang berguna.
(Al-Ma'un: 4-7)
Untuk itu, dalam firman Allah yang lain disebutkan:
ً ‫ع َم ًال صا ِلحا ً َوال يُش ِْركْ ِب ِعبا َد ِة َر ِب ِه أَحَدا‬
َ ‫فَ َم ْن كانَ يَ ْر ُجوا ِلقا َء َر ِب ِه فَ ْليَ ْع َم ْل‬
Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada
Tuhannya. (Al-Kahfi: 110)
Di dalam ayat ini disebutkan:
ْ َ ‫{بَلَى َم ْن أ‬
ِ ْ‫سلَ َم َوجْ َههُ ِ َّّلِلِ َوه َُو ُمح‬
} ٌ‫سن‬

7
(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan ia
berbuat kebajikan. (Al-Baqarah: 112)
} َ‫ع َلي ِْه ْم َوال ُه ْم يَحْ َزنُون‬ ٌ ‫{فَلَهُ أَجْ ُرهُ ِع ْن َد َربِ ِه َوال َخ ْو‬
َ ‫ف‬
maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 112)
Melalui ayat ini Allah Swt. telah menjamin bahwa mereka pasti mendapat pahala
tersebut dan mengamankan mereka dari hal-hal yang mereka takuti. Dengan kata lain, tiada
kekhawatiran bagi mereka dalam menghadapi masa mendatang, tiada pula kesedihan bagi
mereka atas masa lalu mereka. Menurut Sa'id ibnu Jubair, la khaufun 'alaihim artinya tiada
kekhawatiran bagi mereka, yakni di hari kemudian; wala hum yahzanuna, dan tiada pula
mereka bersedih hati, yakni tiada kesedihan atas diri mereka dalam menghadapi kematiannya.
Firman Allah Swt.:
َ َ ‫ع َلى ش َْيءٍ َو ُه ْم َيتْلُونَ ا ْل ِكت‬
}‫اب‬ َ ‫ت ا ْل َي ُهو ُد‬ َ ‫َارى لَ ْي‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫علَى ش َْيءٍ َوقَال‬
َ ‫ت النَّص‬ َ ‫ت النَّص‬
َ ‫َارى‬ ِ ‫س‬ ِ َ‫{وقَال‬
َ ‫ت ا ْل َي ُهو ُد لَ ْي‬ َ
Dan orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu
pegangan," dan orang-orang Nasrani berkata, "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai
sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al-Kitab. (Al-Baqarah: 113)
Melalui ayat ini Allah menjelaskan pertentangan, saling membenci, saling bermusuhan,
dan saling mengingkari di antara kedua belah pihak, yaitu antara kaum Yahudi dan kaum
Nasrani. Seperti apa yang diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan
kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu
Abbas yang mengatakan bahwa tatkala datang kepada Rasulullah Saw. orang-orang Nasrani
utusan penduduk negeri Najran, maka datanglah para rahib Yahudi (Madinah) menemui
mereka, lalu mereka berdebat di hadapan Rasulullah Saw. Rafi’ ibnu Harmalah (dari kalangan
Yahudi) berkata, "Kalian tidak mempunyai pegangan apa pun," dan ia ingkar kepada kenabian
Isa dan kitab Injil-nya. Lalu salah seorang dari orang-orang Nasrani Najran mengatakan kepada
orang-orang Yahudi, "Kalian tidak mempunyai pegangan apa pun," dan ia mengingkari
kenabian Musa dan kitab Tauratnya. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan orang-orang
Yahudi berkata, "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan," dan orang-
orang Nasrani berkata, "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai suatu pegangan," padahal
mereka membaca Al-Kitab. (Al-Baqarah: 113)
Yakni masing-masing pihak dalam kitabnya membaca hal-hal yang membenarkan apa
yang diingkarinya. Orang-orang Yahudi ingkar kepada kenabian Isa, padahal pada kitab Taurat
mereka terdapat janji Allah yang diambil dari mereka melalui lisan Nabi Musa agar mereka
membenarkan Nabi Isa. Di dalam kitab Injil terdapat keterangan yang dibawa oleh Isa, yang
8
isinya membenarkan Nabi Musa dan apa yang diturunkan kepadanya dari sisi Allah (yaitu kitab
Taurat). Akan tetapi, masing-masing pihak mengingkari keterangan yang ada dalam kitabnya
masing-masing.
Mujahid mengatakan di dalam kitab tafsirnya sehubungan dengan tafsir ayat ini,
memang pada awalnya para pendahulu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani
mempunyai pegangan. Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya, "Orang-orang
Yahudi berkata, 'Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan' (Al-Baqarah:
113)." Qatadah mengatakan, "Tidak demikian, bahkan pada awalnya para pendahulu orang-
orang Nasrani mempunyai pegangan, tetapi pada akhirnya mereka membuat-buat kedustaan
dan bercerai-berai. Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya, "Orang-orang
Nasrani berkata, 'Orang-orang Yahudi tidak mempunyai suatu pegangan' (Al-Baqarah: 113)."
Qatadah berkata, "Tidak demikian, bahkan pada mulanya para pendahulu orang-orang Yahudi
mempunyai suatu pegangan, tetapi pada akhirnya mereka membuat-buat kedustaan dari diri
mereka sendiri dan bercerai-berai.
Dari Qatadah disebutkan pula riwayat lain yang sama dengan riwayat Abul Aliyah dan
Ar-Rabi' ibnu Anas sehubungan dengan tafsir ayat ini: Orang-orang Yahudi berkata, "Orang-
orang Nasrani tidak mempunyai suatu pegangan," dan orang-orang Nasrani berkata, "Orang-
orang Yahudi tidak mempunyai suatu pegangan." (Al-Baqarah: 113) Mereka adalah ahli kitab
yang hidup di masa Rasulullah Saw. Akan tetapi, pendapat ini memberikan kesimpulan bahwa
masing-masing pihak dari kedua golongan tersebut membenarkan tuduhan yang mereka
lemparkan terhadap pihak lainnya. Akan tetapi, makna lahiriah konteks ayat menyimpulkan
bahwa apa yang mereka katakan itu dicela, padahal pengetahuan mereka bertentangan dengan
apa yang mereka katakan. Karena itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan: padahal
mereka (sama-sama) membaca Al-Kitab. (Al-Baqarah: 113) Yakni mereka mengetahui syariat
kitab Taurat dan Injil; masing-masing kitab pernah disyariatkan kepada mereka di suatu masa,
tetapi mereka saling mengingkari apa yang ada di antara mereka (kedua belah pihak), karena
keingkaran dan kekufuran mereka dan membalas kebatilan dengan kebatilan yang lain, seperti
yang telah disebutkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah pada riwayat yang pertama
sehubungan dengan tafsir ayat ini.
Firman Allah Swt.:
}‫{ َكذَ ِلكَ قَا َل ا َّل ِذينَ َال يَ ْعلَ ُمونَ ِمثْ َل َق ْو ِل ِه ْم‬
Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu.
(Al-Baqarah: 113)

9
Melalui ayat ini dijelaskan kebodohan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani
dalam ucapan yang mereka gunakan untuk saling menyerang pihak lainnya. Hal ini termasuk
ke dalam pengertian isyarat yang menyindir kebodohan dan ketololan mereka.
Mengenai orang-orang yang dimaksud dalam firman-Nya, "Orang-orang yang tidak
mengetahui" (Al-Baqarah: 113), masih diperselisihkan di kalangan Mufassirin. Untuk itu, Ar-
Rabi' ibnu Anas dan Qatadah mengatakan bahwa makna firman-Nya, "Demikian pula orang-
orang yang tidak mengetahui" ialah mereka akan mengatakan hal yang sama seperti yang
dikatakan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani kepada masing-masing pihak
(pengertiannya menyeluruh).
Ibnu Juraij mengatakan, ia pernah bertanya kepada Ata, "Siapakah yang dimaksud
dengan mereka yang tidak mengetahui itu?" Ia menjawab bahwa mereka adalah umat-umat
sebelum adanya agama Yahudi dan Nasrani, sebelum adanya kitab Taurat dan Injil.
As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan orang-orang yang tidak mengetahui dalam ayat
ini ialah orang-orang Badui; mereka mengatakan bahwa Muhammad tidak mempunyai suatu
pegangan.
Sedangkan Abu Ja'far ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna ayat
ini bersifat umum dan pengertiannya dapat mengena kepada semua orang.
Akan tetapi, memang tidak ada dalil yang akurat yang membantu salah satu dari pendapat-
pendapat di atas. Sebagai kesimpulannya ialah menginterpretasikan makna ayat ini dengan
semua pengertian di atas adalah hal yang lebih utama.
Firman Allah Swt.:
َّ َ‫{ف‬
} َ‫اّلِلُ يَحْ ُك ُم َب ْينَ ُه ْم يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة فِي َما كَانُوا فِي ِه َي ْختَ ِلفُون‬
Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka
berselisih padanya. (Al-Baqarah: 113)
Yakni di hari kemudian kelak Allah Swt. akan menghimpun mereka semua dan
memutuskan hukum di antara mereka dengan keputusan yang adil, yang tiada kezaliman, tiada
penyimpangan padanya barang sekecil apa pun. Makna ayat ini sama dengan ayat lain yang
ada dalam surat Al-Hajj, yaitu firman-Nya:
‫َّللاَ عَلى‬ َّ َّ‫وس َوالَّ ِذينَ أَش َْركُوا ِإن‬
َّ َّ‫َّللاَ يَ ْف ِص ُل بَ ْينَ ُه ْم يَ ْو َم ا ْل ِقيا َم ِة ِإن‬ َ ‫ِإنَّ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوالَّ ِذينَ هادُوا َوالصَّا ِبئِينَ َوالنَّصارى َوا ْل َم ُج‬
‫ك ُِل ش َْيءٍ ش َِهي ٌد‬
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Sabi-in, orang-orang
Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di
antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (Al-Hajj:
17).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, tempramen, ciri khas, dan
juga perilaku. Muhammadiyah adalah perserikatan yang merupakan Gerakan islam. Maksud
gerakannya ialah dakwah islam dan amar ma’ruf nahi munkar yang ditujukan kepada dua
bidang yaitu perseorangan dan masyarakat.

Ayat diatas menjelaskan tentang ketertipuan orang-orang Yahudi dan Nasrani oleh apa
yang ada pada diri mereka. Maka Allah mendustakan mereka melalui berita yang Dia tujukan
kepada mereka, bahwa Dia kelak akan mengazab mereka karena dosa-dosanya. Pada Q.S Al-
Baqarah ayat 111 menjelaskan bahwa cita-cita yang mereka angan-angankan terhadap Allah
tanpa alasan yang benar. Pada Q.S Al-Baqarah ayat 112 menjelaskan tentang bahwa Allah Swt.
telah menjamin bahwa mereka pasti mendapat pahala tersebut dan mengamankan mereka dari
hal-hal yang mereka takuti. Pada Q.S Al-Baqarah ayat 113 menjelaskan tentang pertentangan,
saling membenci, saling bermusuhan, dan saling mengingkari di antara kedua belah pihak,
yaitu antara kaum Yahudi dan kaum Nasrani.

11
DAFTAR PUSTAKA

[1] http://www.ibnukatsironline.com/2014/11/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-111-
113.html

[2] https://alquranmulia.wordpress.com/2015/03/31/tafsir-ibnu-katsir-surat-al-
baqarah-ayat-111-113/

12

Anda mungkin juga menyukai