BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Rotan
Semua jenis bahan berkayu yang dipakai sehari-hari adalah produk dari
tanaman yang termasuk subdivisi Gymnospermae dan Angiospermae. Dari
subdivisi gymnospermae yang banyak menghasilkan kayu berasal dari kelas
Coniferales (kayu konifer/softwood), sedangkan dari sub-divisi Angiospermae
terbagi menjadi dua kelas, yaitu Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae. Dari
kelas dicotyledon dihasilkan kayu daun lebar (hardwood). Adapun rotan berasal
dari subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Arecales, family
palmae (Arecaceae) (Uhl dan Dransfield 1987 dalam Rachman dan Jasni 2008).
Rotan tergolong tumbuhan hutan dari anggota kelompok tumbuhan Palmae
(Arecaceae) yang memanjat (liana). Indonesia sebagai negara tropis memiliki
potensi sumberdaya rotan tertinggi. Sebanyak 516 jenis rotan yang sudah tercatat
dan diketahui diseluruh Asia Tenggara dan sebanyak ± 306 jenis telah
teridentifikasi dan menyebar di Indonesia. Rotan telah dipungut, dipakai, diolah
dan diperdagangkan oleh penduduk Indonesia yang tinggal disekitar hutan untuk
memenuhi permintaan rotan lokal dan internasional (Januminro 2000). Hingga
5
saat ini rotan dikenal hanya bentuk produk berupa batang dengan ragam jenis dan
sebagian besar memiliki peruntukan sebagai bahan baku industri tikar, berbagai
jenis barang kerajinan serta perlengkapan rumah tangga dan berbagai produk
mebeler (furnitur). Produk komoditas rotan yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
dunia adalah produk turunan dari buah rotan jernang yang dapat menghasilkan
produk berupa resin. Produk resin yang sejak masa penjajahan Belanda telah
diketahui adalah resin jernang yang lebih dikenal dengan nama “darah naga“ dan
dalam perdagangan internasional dikenal sebagai “dragon’s blood “ (Arifin 2007).
2.2.1 Rotan penghasil jernang
Jernang merupakan hasil ekstraksi buah beberapa jenis rotan dari kelompok
Daemonorops. Jernang adalah suatu padatan yang mengkilat, bening atau kusam,
rapuh, meleleh bila dipanaskan dan mudah terbakar dengan mengeluarkan asap
(Sumadiwangsa 2000 dalam Winarni et al. 2005). Diakui bahwa potensi resin
jernang tergolong semakin menurun disebabkan oleh pola produksi yang tidak
lestari. Masyarakat Suku Kubu di Sumatera dan Suku Dayak di Kalimantan telah
lama memanfaatkan resin jernang sebagai bahan pewarna pakaian. Namun, karena
tidak disertai upaya penanaman kembali, serta pemanenan yang dilakukan dengan
cara memotong batang sehingga dapat mengakibatkan kelestarian produksi tidak
terjamin. Saat ini, masyarakat sudah mulai kesulitan memperoleh jernang di hutan
alam (Arifin 2007).
Dragon’s blood merupakan resin yang dihasilkan dari genus Daemonorops
yang terdapat pada daging dan permukaan kulit buah rotan jernang dewasa.
Berikut beberapa jenis Daemonorops penghasil jernang (Purwanto et al. 2005):
a. D. acehensis Rustiami
Merupakan jenis endemik di Aceh Utara. Tergolong jenis rotan
berukuran kecil, batang bisa mencapai 5 m, diameter batang tanpa pelepah 10
mm, diameter batang dengan pelepah 25 mm, panjang ruas batang mencapai 50
mm. Buahnya bulat berukuran 2,2x1,8 cm2 dan kulit buahnya menghasilkan
jernang berwarna merah kecokelatan.
b. D. brachystacliys Furt.
Penyebaran jenis ini meliputi daerah Kelantan, Kedah, Perak, Selangor,
Sumatera Utara dan Jambi. Diameter batang tanpa pelepah 4 cm, diameter
6
f. D. dransfieldii Rustiami
Daerah penyebarannya meliputi daerah Sumatera Barat dan Batang
Palupuh Bukit Tinggi. Jenis ini dikategorikan sebagai rotan berbatang kecil
dengan panjang dapat mencapai 6 m. Diameter 25 mm dengan pelepah daun
dan 15 mm tanpa pelepah daun. Buahnya berukuran 2,5x1 cm2 dan kulit
buahnya menghasilkan jernang berwarna merah kecokelatan. Buahnya dapat
dimakan dan rasanya agak manis serta batangnya dapat digunakan sebagai tali.
g. D. maculata J. Dransf.
Jenis ini merupakan endemik di Kalimantan dan Brunei. Jenis ini
tumbuh soliter dan batang bisa mencapai 5 m. Diameter 20 mm dengan
pelepah daun dan 12 mm tanpa pelepah daun. Buah menghasilkan jernang
berwarna merah tua dan merupakan jenis rotan penghasil jernang cukup
banyak.
h. D. micracantha (Griff.) Becc.
Penyebarannya meliputi wilayah Semenanjung Malaysia, Serawak,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Jenis ini tumbuh memanjat, soliter
dan banyak ditemukan di hutan dataran rendah dekat Sungai atau dekat
kawasan tergenang pada ketinggian 0 sampai dengan 500 mdpl. Panjang
batang bisa mencapai 20 m, diameter 11 sampai dengan 20 mm dengan
pelepah daun dan 6 sampai dengan 11 mm tanpa pelepah daun. Buah
berukuran 1,5x1,5 cm2. Jernang yang dihasilkan memiliki mutu terbaik dengan
warna merah tua yang mengkilap. Selain sebagai rotan penghasil jernang,
batangnya mempunyai mutu cukup baik dan digunakan untuk bahan kerajinan
rumah tangga seperti tikar, kursi dan tali.
i. D. rubra Blume
Daerah penyebarannya di Sumatera dan Jawa. Jenis ini tumbuh
merumpun dengan ketinggian mencapai 10 m. Diameter 40 mm dengan
pelepah daun dan 15 mm tanpa pelepah daun. Buahnya berukuran 2x2 cm2.
Buah menghasilkan jernang cukup banyak.
j. D. siberutensis Rustiami
Masyarakat Palembang menyebutnya sebagai rotan bugkus, Suku Kubu
menyebutnya rotan kelemunting. Jenis ini termasuk rotan kecil dan tumbuh
8
b. Batang rotan
Batang rotan jenis Daemonorops draco (Willd.) Blume bisa mencapai 15
m. Jenis ini tumbuh berumpun (Kalima 1991). Pada beberapa jenis tampak
adanya tonjolan dan lekukan pada sisi yang berlawanan sepanjang ruas.
Tonjolan dan lekukan ini tampak lebih jelas pada buku yang berasal dari jejak
daun yaitu ikatan pembuluh yang menuju ke daun (Rachman dan Jasni 2008).
c. Daun
Menurut Kalima (1991), pangkal tandan daun berlutut jelas, sepanjang
tandan daun terdapat duri-duri panjang tersusun mengelompok, makin ke ujung
dahan duri berukuran pendek. Kedudukan sirip daun berselang-seling. Panjang
sirip daun mencapai 44 cm, lebar 2,5 cm dan jumlah sirip daun mencapai 50
9
pasang. Jarak pangkal tandan sampai sirip daun pertama 55 cm dan panjang
daun sampai 3 m.
d. Bunga
Bunga rotan terbungkus oleh seludang. Jika seludang terbuka, maka
bunga jantan siap membuahi, sedangkan bunga betina mulai masak pada hari
ke-13 sampai hari ke-27 setelah seludangnya pecah. Ukuran bunga rotan relatif
kecil, hanya beberapa jenis saja yang ukurannya mencapai 1 cm atau lebih.
Warna bunga rotan bervariasi yaitu kecokelatan, kehijauan, atau krem. Masa
berbunga sampai buah masak selama 7 sampai 13 bulan. Berdasarkan
pengalaman, buah rotan akan masak berkisar bulan Agustus (Januminro 2000).
Daging buah
Biji
Bila dilarutkan dalam alkohol akan diperoleh 9% residu yang terdiri dari serat dan
pasir. Mutu rendah menghasilkan 20% residu.
Tabel 1 Spesifikasi persyaratan mutu jernang
Persyaratan
No Jenis uji Satuan
Mutu super Mutu A Mutu B
1 Kadar resin (b/b) % Min. 80 Min.60 Min.25
2 Kadar air (b/b) % Maks.6 Maks.8 Maks.10
3 Kadar kotoran (b/b) % Maks.14 Maks.39 Maks.50
4 Kadar abu (b/b) % Maks.4 Maks.8 Maks.20
5 Titik leleh °C Min.80 Min.80 -
6 Warna - Merah tua Merah muda Merah pudar
Sumber : SNI jernang (2010)