Anda di halaman 1dari 5

Jaringan Penguat

Pembahasan Nerium Oleander


Berdasarkan pengamatn yang kami lakukan di temukan struktur daun , yeng terdiri dari:
Epidermis yang dilapisi kutikula Kutikula, Epidermis atas berlapis, Parenkim palisade,
Parenkim sponsa, Epidermis bawah, Kristal Ca-oksalat (tipe drussen), Stomata, Berkas
pengangkut pada urat daun yang berupa xilem dan flowm
Dari hasil pengamatan, jaringan epidermis pada daun bunga mentega terletak pada bagian
paling atas dan bawah. Jaringan epidermis atas dilapisi oleh kutikula yang dapat mencegah
penguapan air. Di bawah jaringan epidermis atas terdapat parenkim palisade (jaringan tiang)
yang tersusun seperti pagar dan mengandung klorofil. Parenkim sponsa juga menyusun daun
bunga mentega tepat di bawah jaringan parenkim palisade. Pada bagian bawah terdapat
stomata dan trikomata yang merupakan hasil derivat epidermis. Berkas pengangkut untuk
proses dalam transfer bahan dan hasil fotosintesis juga terdapat pada daun ini, kristal Ca-
oksalat juga terdapat di dalamnya
Jaringan Pelindung
Pembahasan Daun Ficus elastica
Berdasarkan hasil pengamatan, daun Ficus elastica terdiri atas struktur anatomi yang sama,
seperti epidermis, stomata, mesofil, dan berkas pengangkut. Namun, yang membuat
perbedaan antar komponen tersebut ditentukan oleh lingkungan fisik, seperti ketersediaan
air, intensitas cahaya, dan ekologi. Melalui tekanan seleksi tersebut, membuat terjadinya
perbedaan dalam struktur daun, misalnya pada sel epidermis bisa terdiri atas satu lapis
epidermis dan bisa juga lebih dari satu lapis epidermis, seperti hipodermis yang berasosiasi
dengan epidermis. Stomata yang dapat terdistribusi pada kedua permukaan daun atau hanya
pada salah satu permukaan daun. Selain itu, pada mesofil dapat mengalami spesialisasi atau
tidak terspesialisasi. Mesofil dapat terspesialisasi menjadi jaringan palisade dan jaringan
bunga karang (Cutler, dkk., 2007).
Perbedaan struktur juga terjadi pada Ficus. Ficus memiliki karakter tersendiri berupa sel
litosit. Litosit merupakan hasil spesialisasi dari sel epidermis yang terdapat pada daun,
mengandung kristal kalsium karbonat yang disebut sistolit. Kristal kalsium karbonat jarang
dijumpai pada tumbuhan dan merupakan sisa metabolisme. Pada umumnya sel litosit pada
Ficus dijumpai pada sel epidermis atas daun, namun adapula yang terletak pada sel epidermis
atas maupun sel epidermis bawah (Beck, 2005). Sel litosit memiliki ukuran yang sangat besar
serta memiliki bentuk ovoid atau ovoid memanjang (Setjo, dkk., 2004).
Ficus juga merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki multilayer epidermis yang
disebut epidermis ganda (Beck, 2005). Epidermis ganda diturunkan dari protoderma melalui
pembelahan perikrinal (Setjo, 2014). Pada daun Ficus juga terdapat derivat epidermis berupa
stomata dan trikoma. Secara umum, stomata ditemukan di sisi bawah daun. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Beck (2005), bahwa stomata pada daun banyak ditemukan di
sisi bawah daun. Stomata merupakan derivat epidermis yang memiliki peranan sangat
penting dalam kelangsungan hidup tumbuhan, khususnya proses fotosintesis. Hal ini
disebabkan karena proses fotosintesis tumbuhan terjadi pada stomata (Dwijoseputro, 1978).
Stomata terdiri atas celah stomata dan dikelilingi oleh dua sel penjaga (Beck, 2005). Stomata
memungkinkan terjadinya hubungan antara bagian dalam tumbuhan dengan lingkungan luar
(Setjo, dkk. 2004).
Derivat epidermis yang kedua adalah trikoma. Trikoma terdiri atas satu sel atau banyak sel.
Beberapa trikoma ada yang berupa glandular dan adapula non-glandular, namun secara
umum trikoma yang ditemukan pada Ficus berupa trikoma non-glandular (Beck, 2005).
Trikoma berfungsi untuk melindungi diri dari gangguan luar serta mengurangi penguapan
(Setjo, dkk. 2004). Struktur anatomi berupa bentuk stomata, kerapatan stomata, bentuk sel
epidermis, serta struktur mesofil pada daun merupakan penciri yang bersifat konstan
sehingga dapat digunakan sebagai data dalam melakukan identifikasi tumbuhan (Sulistiarini,
1989).Ciri khas tersendiri pada anatomi daun, Ficus elastica, juga memiliki banyak potensi
yang sangat bermanfaat khususnya dalam bidang medis, di antaranya sebagai antikanker,
antioksidan, antiseptik, dan tiduretik, serta masih banyak potensi lain yang terkandung pada
Ficus elastica
Daun Lombok
Berdasarkan hasil pengamatan Pada pembesaran 40x10 terlihat stomata dengan tipe
anisositik yaitu stoma dikelilingi oleh tiga sel tetangga, sebuah sel tetangga lebih kecil
daripada sel tetangga lainnya. Sel penutup pada daun Lombok ini berbentuk ginjal. Banyak
ditemukan pada Solaneceae.
Epidermis Pada daun Lombok ini berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan
dari zat kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut
daun) yang diapit oleh dua sel penutup.
Pada daun Lombok ini juga ditemukan adanya dua jenis trikoma yang berbeda dalam satu
daun yaitu ditemukan adanya trikoma glandular dan non glandular.

Jaringan Angkut

Batang sirih (Piper betle)


Pada pengamatan yang dilakukan pada irisan melintang batang sirih (Piper betle) yang
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10. Pada batang sirih, terlihat jelas bagian
penyusun jaringan xylem yakni trakea, serabut trakeid, dan trakeida. Letak xylem yaitu
dibagian tengah, sedangkan floem terletak diantara jari-jari yang dibentuk oleh xylem.
Diantara xylem dan floem terdapat cambium intravaskuler. Cambium ini menyebabkan
pertumbuhan sekunder berlangsung terus menerus. Xylem atau pembuluh kayu berfungsi
untuk membawa air dari akar menuju batang dan daun, sedangkan floem atau pembuluh
tapis kayu membawa hasil fotosintesis keseluruh bagian tubuh tumbuhan yang memerlukan.
Xylem memiliki trakeid yang memiliki dinding sel tebal mengandung lignin dan merupakan
pengangkutan air. Floem memiliki jaringan yang sifatnya demikian kompleks, terdiri atas
beberapa macam bentuk sel dan diantaranya terdapat sel-sel yang telah mati atau sel-sel
yang masih hidup. Sel yang menyusun floem antara lain pembuluh tapis, sel pengiring, sel
serabut dan sel parenkim kulit kayu.
Melaleuca laucender
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap preparat maserasi kayu manis terlihat bahwa
masing-masing sel penyusun kayu memiliki bentuk berbeda-beda. Komponennya yang
teramati tidak dapat dibedakan menjadi sel trakea, trakeid dan serat. Trakea merupakan sel
panjang dengan lubang perforasi di kedua ujungnya. Trakeid memiliki sel dengan bentuk
memanjang tanpa perforasi tetapi memiliki beberapa bagian dinding sel yang tidak menebal
(noktah) berfungsi untuk pengangkutan air. Sedangkan komponen serat dalam xilem
merupakan sel panjang dengan dinding berlignin dan tebal dinding biasanya lebih tebal
daripada trakeid. Ada dua macam serat, yakni serat trakeid dan serat libriform (Agrios 1988).
Xilem merupakan hasil aktivitas meristem apikal lewat pembentukan prokambium. Xilem
yang terbentuk dari prokambium dinamakan xilem primer. Bila tumbuhan ini setelah
pertumbuhan primernya lengkap, kemudian membentuk jaringan sekunder sebagai hasil
aktivitas kambium, maka xilem yang terbentuk itu dinamakan xilem sekunder. Jaringan Xilem
terdapat pada bagian kayu tanaman. Xilem terdiri atas unsur-unsur : Trakea, trakeid, serabut
xylem, serta parenkim xylem. Seperti halnya pada xilem, floem yang berasal dari
perkembangan prokambium disebut floem primer dan yang merupakan hasil perkembangan
kambium disebut floem sekunder. Harus diperhatikan di sini bahwa floem dan xilem yang
strukutur dan fungsinya berbeda itu pada pertumbuhan sekundernya berasal dari sel yang
sama. Meskipun pada mulanya berkas-berkas floem letaknya terpisah, tetapi pada
perkembangan selanjutnya akan membentuk kesatuan sistem karena saling beranastomisis
(membentuk anyaman).
Menurut Wibisono (1993), pada dasarnya xilem merupakan jaringan kompleks karena terdiri
dari beberapa tipe sel yang berbeda, baik yang hidup maupun tidak hidup. Penyusun
utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran transpor dan penyokong. Xilem juga
dapat mempunyai serabut sklerenkim sebagai jaringan penguat, serta sel-sel parenkim yang
hidup dan berfungsi dalam berbagai kegiatan metabolisme.
Floem merupakan jaringan kompleks, terdiri dari beberapa unsur dengan tipe yang berbeda,
yaitu buluh tapisan, sel pengiring, parenkim, serabut dan sklereid. Kadang-kadang ada sel
atau jaringan sekretori yang bergabung di dalamnya, misalnya kelenjar getah. Fungsi floem
sebagai jaringan translokasi bahan organik (asimilat) yang terutama berisi karbohidrat. Dalam
jumlah kecil ditemukan juga asam amino dan hormon. Jaringan Floem terdapat pada bagian
kulit kayu. Jaringan Floem terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut : Pembuluh, Sel pengiring,
parenkim floem, serta serabut floem (Idris, 2011).
Daftar Pusaka

Jaringan penguat

Campbell, Neil A. and Reece, Jane B. 2005. Biology 7th Edition. San Fransisco: Pearson
Education.

Kimball, John W; S.S. Tjitrosomo. & N. Sugiri.

Ariyanto, J. 2016. Taksonomi Polypodiaceae Ditinjau dari Type Stomata. Seminar


Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Baas, P., dkk. 2015. Plant Anatomy: Development, Function and Evolution. Harvard
University.

Balai TN. Bantimurung Bulusaraung. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung

Periode 2008—2027 Kab. Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Maros: Balai
TN. Bantimurung Bulusaraung.

Jaringan Pelindung

Barclay, G. 2002. Plant Antomy. Macmillan Publishers Ltd, Nature Publishing.

Beck. C. B. 2005. An Introduction to Plant Structure and Development: Plant Anatomy


for The Twenty-First Century. New York: Cambridge University Press.

Bhogaonkar, dkk. 2014. Nutritional Potential of Ficus Racemosa L. Fruits. Bioscience


Discovery: 5 (2).

Cutler, D. F., dkk. 2007. Plant Anatomy. USA: Blackwell Publishing Ltd.

Deep, P., dkk. 2013. Pharmacological Potential of Ficus Racemosa. International


Journal of Pharmmaceutical Science Review and Research. 22 (1).

Jaringan Angkut

Dwijoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gremedia.

Hafiz, P., dkk. 2013. Karakteristik Anatomi Daun dari Sepuluh Spesies Hoya Sukulen
serta Analisis Hubungan Kekerabatannya
(The Anatomical Characteristics of Ten Succulent Hoya Leaves and Its Hierarchical
Cluster Analysis). Buletin Kebun

Raya: Vol. (16) (1).

Anda mungkin juga menyukai