Tujuan praktikum:
1. Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa mampu
mengoleksi berbagai jenis tanaman dengan benar,
2. Mahasiswa diharapkan mampu membuat herbarium dari specimen
tanaman yang telah dikumpulkan.
Etiket gantung & kertas merang, Kantong plastik 40 x 60 cm &, 80 x 120 cm,
Plastik ziplock 2 kg & 10 x 20 cm, Sarung tangan, Lakban cokelat, Gunting
tumbuhan & cutter, Paspor tumbuhan, Pensil 2B & serutan, Spidol
permanen & spidol whiteboard, GPS, Spiritus, Cutting ranch, golok, cetok dan
alat penggali, Meteran, Karung pupuk
B. CARA KERJA
1
b. Tumbuhan bervariasi daun (ukuran, tipe & warna diambil cabang/ranting
yang memiliki variasi tsb.
d. Catat tempat munculnya ranting, warna & tekstur kulit batang muda & tua.
f. Tumbuhan tingkat tinggi apabila mungkin semua bagian dikoleksi paling tidak
ranting berdaun dan berbunga.
g. Tumbuhan berupa pohon atau perdu, bagian yang dikoleksi adalah ranting
berdaun, paling tidak 3 helai daun
h. Tumbuhan Liana:
Perlu dikoleksi tumbuhan muda dan tumbhan tua karena sering mempunyai
bentuk daun yang berbeda pada tumbuhan muda dan tua.
i. Tumbuhan parasit:
2
k. Bambu : pelepah buluh merupakan bagian terpenting, ranting berdaun muda
dan tua, cabang. Data yang dicatat antara lain diameter batang dan
panjang ruas, warna bulu atau lapisan lilin pada batang, kedudukan daun
pelepah buluh (tegak, miring, rebah).
a. Spesimen dipotong beberapa bagian pada cabang yang berbunga dan daun
bagian atas. Potongan dengan daun bagian tengah; bawah; bagian dalam
tanah (akar, umbi, rimpang).
d. Akar dan bagian lain dibersihkan dari tanah. Jika terlalu besar, organ
tersebut diiris.
e. Zingiberaceae :
3
a. Dikoleksi seluruh bagian termasuk bagian dlm tanah.
d. Tumbuhan paku
Data yang dicatat, warna dan bentuk sisik, warna dan bentuk spora, warna
helaian daun. Paku pohon dilakukan pengukuran jumlah helaian daun,
panjang helaian daun dan jumlah anak daun.
4
40x60cm.
5
PENOMORAN KOLEKSI
1. Nomor sama untuk bagian-bagian dari tumbuhan yang sama & hari yang
sama.
2.Teknis penomoran:
Kode Kode etnis Kode tim Puldat No Urut No.tumbu Nama lokal
Provinsi Informan han tumbuhan
3.Tiga huruf inisial kolektor dan tanggal koleksi ditulis dibalik label.
4.Ditulis menggunakan pensil
6
4.Catatan lapangan berisi:
PASPOR TUMBUHAN
Lingkungan/habitat :
7
Ketinggian: Topografi (fisiografi) : Vegetasi (ekosistem) :
Bujur: 1. Berbukit 1. Hutan hujan tropis
Lintang: 2. Pegunungan 2. Hutan sekunder
3. Landai 3. Hutan gambut
4. …………. 4. Hutan rawa
5. Herangas
6. Sabana/stepa
8
1.2 PEMBUATAN HERBARIUM KERING
Pendahuluan
Metode pangawetan sampel tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua yaitu
pengawetan kering dan pengawetan basah. Pengawetan kering ditujukan
untuk pembuatan herbarium kering yaitu untuk jenis pengawetan dengan cara
mengepres sampel tumbuhan kemudian dikeringkan. Pengawetan basah
ditujukan untuk pembuatan herbarium basah yaitu jenis pengawetan dengan
menggunakan bahan kimia tertentu untuk mengawetkan sampel tumbuhan.
Proses pengawetan kering suatu sampel tumbuhan lebih sulit dari pada
pengawetan basah karena memerlukan ketrampilan dan waktu waktu yang
lebih lama. Hal utama yang harus diperhatikan saat pengawetan kering agar
hasilnya sempurna adalah proses pengepresan dan pengeringan yang
dilakukan secepat mungkin serta penanganan saat sampel kering. Pembuatan
herbarium kering dilakukan di universitas setempat.
A. Alat dan Bahan:
1. Sasak/alat pres digunakan untuk mengepres sampel tumbuhan dan sabuk
sasak /alat pres digunakan mengikat tumpukan sampel di dalam sasak/alat
pres.
2. Kertas karton tebal digunakan untuk melindungi sampel sedemikian rupa
sehingga letak sampel tidak berubah dan tetap rata.
3. Kertas merang digunakan untuk pembatas antar sampel dengan sampel
lainnya.
4. Oven digunakan untuk pengeringan sampel.
5. Pinset digunakan untuk mengatur letak sampel pada kertas herbarium.
6. Kertas herbarium bebas asam (acid free) digunakan untuk menempel
sampel tumbuhan.
7. Selotip bebas asam digunakan untuk membantu merekatkan bagian
ranting, cabang atau batang sampel pada kertas herbarium.
9
8. Lem bebas asam digunakan untuk merekatkan label herbarium pada kertas
herbarium
9. Label herbarium bebas asam digunakan untuk menuliskan identitas sampel
sesuai dengan catatan lapangan.
10. Amplop bebas asam digunakan untuk menyimpan bagian sampel yang
mudah gugur dan sulit untuk ditempel, contoh: bunga dan biji.
11. Species folder digunakan untuk menyimpan herbarium kering.
12. Genus folder digunakan untuk menyimpan herbarium kering yang telah
disimpan di species folder dengan genus yang sama.
B. Cara Kerja
Hal terpenting dalam pembuatan herbarium kering adalah mengeringkan
sampel koleksi secepat mungkin selain mencegah infeksi jamur juga untuk
mempertahankan warna asli. Tujuan pengepresan yaitu untuk mengepres
sampel dalam ukuran dan struktur yang memperlihatkan karakter utama dan
sesuai untuk penyimpanan di lemari herbarium.
Tahap-tahap pembuatan herbarium kering adalah sebagai berikut:
1. Sampel tumbuhan termasuk etiket gantung yang menyertai dikeluarkan
dari kantong plastik ukuran 40x60 cm dan diletakkan di dalam kertas
merang.
2. Posisi sampel diatur sedemikian rupa yang merepresentasikan
keseluruhan bagian tumbuhan pada kondisi aslinya (keadaan saat
tumbuhan tersebut hidup) dan menunjukkan morfologi semua bagian
sampel untuk memaksimalkan informasi tumbuhan tersebut. Contoh:
organ daun harus diperlihatkan bagian bawah dan atas daun.
a. Terna (Herba):
1) Terna berukuran kecil ditata dan dipres seluruh bagian tumbuhan pada
kertas merang yang sama dan cukup untuk satu tumbuhan tersebut.
2) Terna berperawakan tinggi sebaiknya ditekuk membentuk huruf V terbalik,
N atau M agar nantinya seluruh bagian muat dalam satu kertas herbarium.
Jika ukuran masih terlalu besar maka sampel dipotong menjadi dua bagian
10
atau lebih dan diletakkan pada kertas merang yang berbeda tapi diberi kode
sama.
b. Rimpang atau umbi yang berukuran besar diiris melintang di bagian tengah
dan diiris membujur di bagian tepi, ketebalan irisan 3-5 mm. Saat
ditempelkan pada kertas herbarium, salah satu sisi potongan diletakkan
membelakangi dan sisi lain menghadap depan untuk menunjukkan struktur
bagian dalam.
c. Bunga dan bagian bunga disusun hati-hati, bedah bagian bunga yang besar
untuk menunjukkan organ internal.
d. Buah sebaiknya dibelah untuk menunjukkan lapisan dinding/kulit bagian
dalam atau plasentasi serta untuk mempermudah pengeringan.
3. Penyusunan sampel saat dipres juga harus memperhatikan jenis sampel
yang dikoleksi. Tumbuhan dengan organ tebal, kaku, atau jenis tumbuhan
sekulen sebaiknya disusun di bagian luar/tepi dekat dengan sasak/alat pres
pada posisi tegak agar terkena panas lebih banyak dan mempercepat
proses pengeringan.
4. Setiap 3-5 tumpukan merang dibatasi oleh kertas karton, kemudian
sejumlah maksimal 10 tumpukan karton tersebut (30-50 sampel) diatur
sedemikian rupa dijepit sasak/alat pres kemudian diikat dan dikencangkan
dengan sabuk sasak/alat pres (jika perlu tumpukan sampel ditekan dengan
telapak kaki saat mengencangkan sabuk).
5. Sampel tumbuhan yang telah dipres kemudian dikeringkan. Pengeringan
dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 50 °C. Proses
pengeringan berkisar 2-3 hari tergantung pada jenis tumbuhan, kelembaban,
dan temperatur tempat yang digunakan. Sebaiknya dilakukan pengecekan
setiap hari agar spesimen kering.
6. Spesimen yang telah dikeringkan kemudian dipindahkan secara hati-hati
ke kertas herbarium. Susun secara hati-hati pada kertas herbarium.
Penyusunan spesimen yang ideal menampilkan unsur kebenaran, informasi
11
botani memadai, proporsional, kerapian, dan keindahan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan spesimen antara lain yaitu:
a. Sisakan ±1 cm di tiap tepi kertas herbarium untuk memudahkan
pengambilan atau pemindahan herbarium.
b. Spesimen tunggal ditata posisinya tepat di tengah kertas herbarium dan
biasanya diletakkan vertikal atau diagonal di sepanjang kertas.
c. Arah atau orientasi tumbuhan harus merepresentasikan kondisi alaminya,
sebagai contoh bunga di atas dan akar di bawah.
d. Susun organ spesimen sedemikian rupa sehingga memperlihatkan semua
bagian, contoh: organ daun harus diperlihatkan bagian atas dan bawah,
bagian dalam bunga dan buah.
7. Tempel spesimen menggunakan selotip bebas asam dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Selotip diletakkan ke posisi tengah pada setiap organ yang ditempel,
misalnya ranting atau tangkai daun serta panjang setiap sisi selotip
sebaiknya sama.
b. Selotip diletakkan tegak lurus cabang, batang, maupun pertulangan daun.
c. Hindari menempel selotip pada bagian penting yang mencirikan spesimen
tumbuhan tersebut misalnya daun penumpu, bunga dan ligula.
12
Gambar 1. (a-b) Penataan sampel di kertas merang, daun diperlihatkan
permukaan bawah dan atas, etiket gantung tetap disertakan, (c) herba/semak
berukuran tinggi ditekuk membentuk huruf V, (d) kertas merang dilipat
menutupi sampel, (e-h) susunan sampel: sasak/alat pres-karton-sampel-
sampel-sampel-karton-sampel-sampel-sampel-karton-sasak/alat pres, (i)
sasak/alat pres yang berisi tumpukan sampel diikat dan dikencangkan dengan
sabuk sasak/alat pres, (j) pengeringan sampel menggunakan alat oven
13
d. Pemakaian selotip yang banyak jumlahnya diperlukan untuk menempel
bagian yang keras dan berat, misalnya buah atau pada bagian yang dekat
dengan tepi kertas.
e. Hindari pemakaian selotip yang terlalu banyak untuk satu cabang atau dua
batang.
f. Apabila spesimen berukuran besar dan tebal, maka cara penempelan
pada kertas herbarium dengan cata dijahit dengan benang good year dan
jarum goni.
14
j. Nama lokal (local name)
k. Perawakan (habit)
l. Catatan lain terkait dengan ciri dan sifat morfologi (notes)
m. Penggunaan (uses)
n. Nama lengkap pendeterminasi (determined by) dan tanggal determinasi
15
16
Kegiatan Praktikum II
Pembuatan dan Pengamatan Amilum
2.1 Pembuatan Amilum
Tujuan praktikum:
1. Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa mampu membuat
amilum dari berbagai jenis tanaman
2. Mahasiswa diharapkan mampu membedakan tiap tipe amilum secara
mikroskopik.
Teori Singkat:
Amilum merupakan polisakarida yang tersusun dari gula-gula sederhana.
Amilum terdiri dari 2 komponen yaitu amilosa (20%) dan amilopektin (80%).
Amilosa atau α-amilosa merupakan polimer rantai lurus dari 250-300 unit
glukosa dan bersifat larut dalam air tapi tidak stabil dan segera mengendap.
Amilopektin atau α-amilosa merupakan polimer dengan rantai bercabang dan
tidak larut dalam air.
Amilum dapat diisolasi dari beberapa spesies tumbuhan. Sifat dari masing-
masing amilum ditentukan oleh perbedaan kadar amilosa dan amilopektin yang
dikandung dan butir amilum memiliki ukuran dan bentuk mikroskopis yang
berbeda dan khas sehingga dapat diidentifikasi secara mikroskopi.
Tumbuhan penghasil amilum:
Nama simplisia Tumbuhan penghasil Bagian tumbuhan
Amilum Solani Solanum tuberosum Tuber
Amilum Maydis Zea mays Buah/biji
Amilum Manihot Manihot utilissima Tuber
Amilum Oryzae Oryza sativa Buah/biji
Amilum Marantae Maranta arundinacea Rhizoma
Amilum Sagoo Metroxylon sagoo Empulur batang
Amailum Tritici Triticum aestivum Buah/biji
17
Mikroskop, Object glass, Deck glass, Botol drop, Pisau, Oven,
Timbangan, Baskom Kain kasa/ayakan, Blender kering dan basah
Bahan yang dibutuhkan:
Sumber amilum Solanum tuberosum, Zea mays, Manihot utilissima, Oryza
sativa, atau bahan lain yang tersedia; Aquadest; Contoh amilum
(pembanding).
Cara kerja:
1. Disiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan sortasi masing-masing sampel, cuci dan timbang sebanyak 1
kg.
3. Untuk sampel kentang, bengkoang, dan ubi kayu: kulitnya dikupas
sebelum ditimbang.
4. Dimasukkan ke dalam wadah blender, ditambhakan sedikit air dan
diblender sampai halus.
5. Hasil blender disaring dengan menggunakan kain kasa sambil diperas
secara perlahan. Hasil saringan dikumpulkan pada gelas piala,
diendapkan dan dibuang air rendamannya. Proses enap tuang diulang
beberapa kali.
6. Dikeringkan dengan menggunakan oven selama beberapa menit pada
suhu 40-55°C.
7. Amilum yang diperoleh ditimbang untuk dihitung rendamennya.
18
Cara kerja:
1. Diidentifikasi tiap amilum secara organoleptis dan diisi lembar kegiatan
yang telah disediakan.
2. Disiapkan alat dan bahan.
3. Diambil amilum dengan sendok tanduk, lalu diletakkan di atas object
glass.
4. Diteteskan satu tetes aquadest lalu ditutup dengan deck glass.
5. Diamati sampel dengan menggunakan mikroskop.
6. Digambar hasil pengamatan yang diperoleh dan dilengkapi keterangan
(descriptio) masing-masig sampel.
LEMBAR KERJA I:
Hasil Perhitungan Rendamen Amilum
19
LEMBAR KERJA II:
Hasil Pengamatan Organoleptis
Pengesahan:
20
LEMBAR KERJA III:
Hasil Pengamatan Mikroskopik
Kandungan kimia:
Deskriptio: Kegunaan:
Pengesahan:
Kandungan kimia:
Deskriptio: Kegunaan:
Pengesahan:
21
Nama Simplisia: Medium :
Tanaman Asal : Perbesaran :
Gambar: Keterangan:
Kandungan kimia:
Deskriptio: Kegunaan:
Pengesahan:
Kandungan kimia:
Deskriptio: Kegunaan:
Pengesahan:
22
Tugas pendahuluan:
1. Jelaskan perbedaan hillus dan lamela!
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
.................................................................................................
2. Jelaskan tipe-tipe hillus!
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
................................................................................
3. Jelaskan cara identifikasi amilum!
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
.................................................................................................
4. Tuliskan reaksi antara amilum dan I2!
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
23
Kegiatan Praktikum III
Pembuatan Simplisia
Tujuan percobaan:
1. Mahasiswa diharapkan mampu membuat simplisia serbuk dan haksel.
Teori Singkat
Simplisia menurut farmakope indonesia edisi III adalah bahan alam yang
digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga,
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibedakan atas 3, yaitu: simplisia nabati, hewani, dan simplisia
pelikan.
Simplisia nabati: simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
atau eksudat tanaman.
Simplisia hewani: simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
Simplisia pelikan (mineral): simplisia yang berupa bahan pelikan yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
zat kimia murni.
Alat yang digunakan:
Oven, Ayakan, Gunting, Pisau, Object glass, Deck glass, Mikroskop
Bahan yang dibutuhkan:
Sampel tanaman obat tradisional, Aquadest, Spiritus, Kloralhidrat, HCl
0,5 N, Floroglusin
Tahap pembuatan simplisia:
1. Waktu pengumpulan atau panen
Waktu pengumpulan atau waktu panen sangat berhubungan dengan kadar
komponen aktif suatu tumbuhan. Perlu diketahui pada saat umur berapa
dan kapan tumbuhan tersebut komponen aktifnya mencapai maksimum.
Untuk tumbuhan yang melakukan fotosintesis, waktu panen biasanya
antara pukul 09.00-12.00 di mana terjadi reaksi fotosintesis maksimum.
Tumbuhan bisa dipanen ketika telah berbunga, berbuah, atau
menghasilkan spora. Pengambilan tumbuhan untuk simplisia harus diambil
yang sehat, yaitu yang tidak berpenyakit atau tidak terjangkit virus, bakteri,
atau jamur. Bukan saja hasil sintesa mikroba akan terdeteksi, tetapi infeksi
juga mungkin mengubah metabolisme tumbuhan secara serius dan
membentuk hasil yang tidak diharapkan, bahkan mungkin dalam jumlah
besar. Selain itu, saat pengumpulan juga dapat terjadi pencemaran
terutama pada pengumpulan tumbuhan rendah misalnya jamur yang
tumbuh parasit pada pohon.
24
2. Bagian-bagian tanaman
a. Kulit batang atau klika (korteks) diambil dari batang utama dan cabang,
dikupas dengan ukuran panjang tertentu.
b. Batang (caulis) diambil mulai dari cabang pertama sampai leher akar
dipotong dengan panjang dan diameter tertentu.
c. Kayu (lignum) diambil dari cabang atau batang, kulit dikelupas dan
dipotong-dipotong kecil.
d. Daun (folium) diambil daun tua (bukan daun kuning), daun kelima dari
pucuk. Daun dipetik satu persatu secara normal.
e. Bunga (flos) dapat berupa kuncup, bunga mekar atau mahkota bunga,
daun bunga dipetik langsung dengan tangan
f. Akar (radix) diambil adalah bagian yang berada pada bagian bawah
tanah.
g. Rimpang (rhizoma) diambil dan dibersihkan dari bulu-bulu akar
kemudian dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
h. Buah (fructus) dapat berupa buah matang, buah muda dipetik dengan
tangan.
i. Biji (semen) buah dikupas dan biji dikumpulkan lalu dibersihkan, diambil
dari buah yang sudah matang atau masak.
j. Herba adalah bagian tanaman yang berada di atas tanah diambil lalu
dibersihkan.
3. Pencucian dan sortasi basah, dimaksudkan untuk membersihkan
tanaman/simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah batu dsb) serta
memisahkan bagian tanaman yang tidak diinginkan.
4. Pengeringan
Tujuan dilakukan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia
awet, tidak rusak, dapat digunakan dalam waktu relatif lama. Kekeringan
suatu simplisia yaitu dengan menghitung kadar air yang dikandungnya kira-
kira 10%, dengan kadar air yang demikian ini diharapkan dapat
menghentikan proses enzimatis yang memungkinkan dapat merusak zat
aktif simplisia, selain itu juga dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pada simplisia dan juga untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang sempurna pada proses ekstraksi.
Pengeringan harus dilakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah
terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan
tanpa menggunakan suhu tinggi.
Untuk mempercepat proses pengeringan biasanya bagian tumbuhan
dipotongkecil-kecil dengan ukuran tertentu. Biasanya derajat halus
dinyatakan dengan nomor pengayak 4/18.
a. Pengeringan secara alamiah
Dengan sinar matahari langsung, untuk bagian tanaman yang keras
(kayu, kulit biji, biji) dan yang mengandung zat aktif yang relatif stabil
oleh panas.
25
Dengan diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung, terutama untuk simplisia yang mengandung zat
aktif yang mudah rusak dengan sinar ultraviolet dan matahari.
b. Pengeringan buatan
Dengan menggunakan alat yang dapat diatur suhunya, kelembaban,
tekanan atau sirkulasi udara untuk memperoleh kekeringan yang
diinginkan.
5. Pengawetan simplisia
Pengawetan simplisia dilakukan untuk mencegah kerusakan karena
pengaruh bakteri dan jamur yaitu dengan merendam bagian simplisia ke
dalam alkohol 70% atau dengan dialiri uap panas sebelum dikeringkan.
6. Penyimpanan
Simplisia yang tidak segera dikerjakan dapat disimpan, namun sebelumnya
dilakukan sortasi kering untuk memisahkan sisa-sisa benda asing atau
bagian tanaman yang tidak dikehendaki yang tidak tersortir pada saat
sortasi basah. Penyimpanan simplisia diusahakan pada tempat kering.
26
Kegiatan Praktikum IV
Penentuan Mutu Simplisia
27
Lembar Kerja 4.1
Simplisia Serbuk dan Haksel
Gambar: Keterangan:
Klasifikasi:
Deskriptio:
Kandungan Kimia:
Pengesahan:
28
4.2 IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA SIMPLISIA
4.2.1 Tujuan percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
- Mengetahui prinsip dasar dan cara identifikasi komponen kimia dalam
simplisia/sampel
4.2.2 Teori Singkat
Proses fotosintesis menghasilkan senyawa yang sederhana dan
terdistribusi luas yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam karboksilat
pada daur Krebs, asam-asam amino, karbohidrat, lemak dan protein. Senyawa
tersebut dipandang sebagai domain bagi para kimiawan. Senyawa-senyawa
tersebut merupakan senyawa awal atau senyawa induk atau dikenal sebagai
prekursor untuk metabolit sekunder atau dikenal pula dengan istilah metabolit
primer.
Disamping metabolit primer, tumbuhan juga menghasilkan metabolit
sekunder yang kadang-kadang dianggap sebagai hasil antara atau sampingan
pada pembentukan metabolit primer. Meskipun demikian metabolit sekunder
aktifitas farmakologi yang bermacam-macam. Golongan komponen kimia
seperti alkaloid, steroid, glikosida, antrakuinon, saponin, , flavonoid dan
senyawa polifenol yang lain merupakan contoh metabolit sekunder.
Reaksi warna dilakukan untuk pemastian identifikasi dan kemurnian
simplisia. Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat,
terhadap hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan atau serbuk
simplisia.
4.2.3 Bahan yang dibutuhkan:
Serbuk simplisia, Fluoroglusin, Kloralhidrat, Sudan (III), Iodium, Merah
rutenium, Pb (II) asetat, Amonium sulfat, Asam klorida, Asam fosfomolibdat,
Diazobenzen, sulfonat, KOH etanolik, Logam seng, Logam magnesium,
Pereaksi Mayer, Pereaksi Wagner, Peraksi Dragendorf, Peraksi Libermann-
burchard, Besi (III) klorida, N-heksan, Dietil eter
4.2.4 Alat yang digunakan:
Pipet tetes, Mikroskop, Objek gelas, Deglass, Tabung reaksi, Pelat tetes,
Erlenmeyer, Gelas ukur, Beker gelas, Cawan porselin
4.2.5 Prosedur Kerja
A. Lignin
29
Basahi irisan atau serbuk dengan larutan Fluoroglusin P, periksa dalam asam
klorida P; Dinding sel yang berlignin berwarna merah
B. Suberin, Kutin, Minyak Lemak dan Minyak Atsiri.
Pada bahan yang diperiksa di atas kaca objek, tambahkan beberapa tetes
larutan Sudan III P, bahan dapat dijernihkan lebih dahulu dengan larutan kloral
hidrat P, kecuali jika bahan mengandung minyak atsiri.
Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam dalam bejana tertutup yang
didalamnya terdapat cawan berisi etanol (90 %) P. Bagian bahan yang
mengandung suberin, kutin, minyak lemak atau minyak atsiri berwarna jingga.
C. Pati dan Eleuron
Pada bahan yang diperiksa di atas kaca objek, tambahkan iodium 0,1 N, pati
berwarna biru, aleuron berwarna kuning coklat sampai coklat.
D. Lendir
Pada bahan kering atau atau serbuk di atas kaca objek, tambahkan beberapa
tetes larutan merah ruthenium P, tutup dengan kaca penutup, biarkan selama
15 menit; lendir dan pectin berwarna merah intensif. Untuk pembedaan yang
jelas, sebelum diperiksa bahan dicuci lebih dahulu dengan larutan timbal (II)
asetat P 9,5% b/V
E. Zat Samak
Pada bahan tambahkan larutan besi (III) ammonium sulfat P yang telah
diencerkan 5 kali. Zat samak dan senyawa tanat lainnya berwarna hijau atau
biru sampai hitam
F. Turunan Katekol
Pada bahan atau serbuk simplisia di atas kaca objek tambahkan larutan vanillin
P 10% b/v dalam etanol (90%) P, kemudian dalam asam klorida P; bagian yang
mengandung turunan katekol berwarna merah intensif
G. 1,8-dioksiantrakuinon Bebas
Pada bahan atau serbuk, tambahkan Kalium Hidroksida Etanol (90%) P, terjadi
warna merah
H. Fenol yang Mudah Menguap
1. Pada hasil mikrosublimasi tambahkan larutan fosfomolibdat asam sulfat P;
terjadi warna biru
30
2. Pada hasil mikrosublimasi tambahkan larutan asam diazonbenzen
sulfonat P; terjadi warna jingga hingga merah.
I. Asam Silikat
Abukan bahan; asam silikat terdapat dalam bentuk khas.
J. Mikrosublimasi
Untuk melengkapi identifikasi dapat dilakukan mikrosublimasi yang dilakukan
dengan menempatkan lebih kurang 100 mg serbuk simplisia dabati dalam
cincin kaca, tinggi 3 mm dengan diameter lebih kurang 10 mm, didasari dan
ditutup kaca objek, kemudian dipanasi hati-hati hingga terjadi sublimasi.
K. Alkaloid
Reaksi Pengendapan
Larutan percobaan untuk pengendapan alkaloid dibagi dalam 4 golongan
sebagai berikut :
a. Golongan I : Larutan percobaan dengan alkaloid membentuk garam yang
tidak larut; asam silikowolframat LP, asam fosofomolibdat LP dan asam
foswolframat LP
b. Golongan II : larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk senyawa
kompleks bebas, kemudian membentuk endapan : Bouchardat LP dan
Wagner LP
c. Golongan III : Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk
senyawa adisi yang tidak larut: Mayer LP, Dragendorf LP dan Marme LP.
d. Golongan IV : larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk ikatan
asam organik dengan alkaloid : Hager LP.
Cara Percobaan :
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml
air. Panaskan di atas tangas air selama 2 menit, diinginkan dan saring.
Pindahkan 3 tetes filtrate pada kaca arloji, tambahkan 2 tetes Bouchardat LP.
Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak
mengandung alkaloid.
31
Jika dengan Mayer terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau
kuning yang larut dalam methanol P dan dengan Bouchardat LP terbentuk
endapan coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloid.
Lanjutkan percobaan dengan mengocok sisa filtrate dengan 3 ml ammonia
pekat dan 10 ml campuaran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian volume
kloroform P. ambil fase organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring.
Uapkan filtrate di atas tangas air, larutkan sisa dalam sedikit asam klorida 2 N.
Lakukan percobaan dengan keempat golongan larutan percobaan, serbuk
mengandung alkaloid jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan dengan
menggunakan dua golongan larutan percobaan yang digunakan.
Reaksi Warna
Cara Percobaan :
Lakukan penyarian dengan campuran eter-kloroform seperti cara reaksi
pengendapan. Pindahkan beberapa ml filtrate pada cawan porselin, uapkan.
Pada sisa tambahkan 1 sampai 3 tetes larutan percobaan seperti tertera pada
masing-masing monografi.
Larutan Percobaan : Asam sulfat P, Asam nitrat P, Frohde LP, dan Erdman LP.
L. Glikosida
Larutan Percobaan
Sari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol
(95%) P dan 3 bagian volume air dalam alat pendingin alir balik selama 10
menit, diinginkan, saring. Pada 20 ml filtrate tambahkan 25 ml air dan 25 ml
timbal (II) asetat 0,4 M, kocok, diamkan selama 5 menit, saring. Sari filtrate 3
kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform P dan 2
bagian volume isopropanol P. pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat
anhidrat P, saring, dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 50 ºC. Larutkan sisa
dengan 2 ml methanol.
Percobaan Umum terhadap Glikosida
Cara percobaan :
a. Uapkan 0,1 ml larutan percobaan di atas tangas air, larutkan sisa dalam 5
ml asam asetat anhidrat P. Tambahkan 10 tetes asam sulfat P; terjadi warna
biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida. ( Reaksi Liebermann-
Burchard).
32
b. Masukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi, uapkan di atas
tangas air. Pada sisa air tambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish LP.
Tambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat P, terbentuk cincin warna ungu pada
batas cairan menunjukkan adanya ikatan gula (Reaksi Molish).
Percobaan Terhadap Glikosida Jantung
Cara percobaan :
a. Encerkan 0,1 ml larutan percobaan dengan 2,9 ml methanol P, tambahkan
baljet LP, terjadi warna jingga setelah beberapa menit, menunjukkan adanya
glikosida dan aglikon kardenolida.
b. Pada 0,1 ml larutan percobaan tambahkan 2 ml Kedde LP dan 2 ml larutan
kalium hidroksida 1 N, terjadi warna merah ungu sampai biru ungu dalam
beberapa menit, menunjukkan adanya glikosida dan aglikon kardenolida
c. Masukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi, uapkan di atas
tangas air. Pada sisa tambahkan 3 ml larutan xantidrol P 0,01 5 b/v dalam
asam asetat P dan 1 tetes asam klorida pekat P, larutan berwarna kuning
intensif, kemudian panaskan di atas tangas air selama 3 menit, warna
larutan berubah menjadi merah intensif, menunjukkan adanya glikosida dan
aglikon 2-deoksigula.
d. Uapkan 0,2 ml larutan percobaan di atas tangas air. Larutkan sisa dengan
3 ml asam asetat P dengan sedikit pemanasan, diinginkan. Teteskan besi
(III) klorida 0,3 M kemudian tambahkan hati-hati campuran 3 ml asam sulfat
P dan 1 tetes besi (III) klorida 0,3 M, terbentuk cincin berwarna merah coklat
pada batas cairan, setelah beberapa menit di atas cincin berwarna biru hijau,
menunjukkan adanya glikosida dan aglikon 2-desoksigula (reaksi keller-
kiliani). Dari keempat percobaan di atas, serbuk mengandung glikosida
jantung jika paling kurang reaksi menunjukkan adanya aglikon kardenolida
dan glikon 2-desoksigula.
33
lapisan benzene, saring, filtrate berwarna kuning, menunjukkan adanya
antrakinon. Kocok lapisan benzene dengan 1 ml sampai 2 ml natrium
hidroksida 2 N, diamkan, lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan
benzen tidak berwarna.
M. Saponin
Pembuihan
Cara percobaan :
Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10
ml air panas, diinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 menit. (jika
zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 ml sediaan yang diperiksa
dengan 10 ml air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit). Terbentuk buih yang
mantap selama 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. pada penambahan 1
tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
Haemolisa :
Larutan dapar fosfat pH 7,4: larutkan 16,0 g natrium fosfat P yang telah
dikeringkan pada suhu 130 ºC hingga bobot tetap dan 4,4 g natrium dihidrogen
fosfat P dalam 1.000 ml air. Untuk menambah stabilitas tambahkan 0,1 g
natrium fluoride
Suspensi Darah :
masukkan 10 ml larutan natrium sitrat P 3,65 % b/v ke dalam labu takar
bersumbat kaca 100 ml. tambahkan darah sapi segar secukupnya hingga 100
ml, campur baik-baik hingga homogen. (larutan stabil selama 7 hari jika
disimpan dalam lemari pendingin.
Pipet 2 ml larutan di atas ke dalam labu takar bersumbat kaca 100 ml,
tambahkan larutan dapar fosfat pH 7,4 secukupnya hingga 100 ml, campur
baik-baik. Larutan dapat dipergunakan jika larutan jernih dan jika terjadi
endapan, endapan tidak berwarna ungu.
Cara percobaan :
Campur 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 5 ml sediaan berbentuk
cair, dengan 50 ml larutan dapar fosfat pH 7,4. panaskan sebentar, diinginkan,
saring. Ambil 1 ml filtrate, campur dengan 1 ml suspensi darah. Untuk serbuk
yang mengandung tannin, encerkan 0,2 ml filtrate dengan 0,8 ml larutan dapar
fosfat pH 7,4 campur dengan 1 ml suspensi darah. Diamkab selama 30 menit,
terjadi haemolisa total, menunjukkan adanya saponin.
34
N. Flavonoid
Larutan percobaan :
Sari serbuk yang diperiksa atau sisa kering sediaan berbentuk cairan dengan
10 ml methanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. Saring
panas melalui kertas saring kecil berlipat, encerkan filtrate dengan 10 ml air.
Setelah dingin tambahkan 5 ml eter minyak tanah P, kocok hati-hati, diamkan.
Ambil lapisan methanol, uapkan pada suhu 40 º di bawah tekanan. Sisa
dilarutkan dalam 5 ml etil asetat P, saring.
Cara percobaan :
1. Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 ml
sampai 2 ml etanol (95%)P; tambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 ml asam
klorida 2 N, diamkan selama 1 menit. Tambahkan 10 tetes asam klorida
pekat P, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif,
menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol)
2. Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 ml
etanol (95%)P; tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 tetes asam
klorida 2 P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu,
menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga
menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron.
3. Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, basahkan sisa dengan
aseton P, tambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus
asam oksalat P, panaskan hati-hati di atas tangas air dan hindari
pemanasan yang berlebihan. Campur sisa yang diperoleh dengan 10 ml eter
P. amati dengan sinar UV 366 nm; larutan berfluoresensi kuning intensif
menunjukkan adanya flavonoid.
35
4.2.6 Lembar Kerja
36
5. Sebutkan bahan obat yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid,
glikosida dan saponin
4.2.8 Referensi
1. Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta
2. Ditjen POM,1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen
Kesehatan RI,
37
Lebih kurang 2 sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama,
masukkan ke dalam labu krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan
ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, diinginkan,
timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air
panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring
dalam krus yang sama. Masukkan filtrate ke dalam krus, uapkan, pijarkan
hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam
klorida encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam,
saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air
panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut
asam terhadap bahan yang telah dikeringkan
Penetapan Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Kecuali
dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 105 ºC dan susut pengeringan
ditetapkan sebagai berikut : timbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam botol
timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada susut
penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar,
sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang
2 mm. ratakan dalam botol timbang dengan menggoyang botol, hingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, masukkan
kedalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan
hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan
tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur zat
lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara
5º dan 10º di bawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada
suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.
Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk
dengan 100 ml air kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-
kali di kocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata
yang telah di tara, panaskan sisa pada suhu 105º hingga bobot tetap. Hitung
kadar dalam % sari larut dalam air, hitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
38
Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol
Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk
dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring
cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20 ml filtrat
hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan
sisa pada suhu 105º hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang
larut dalam etanol (95%), hitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara.
4.3.6 Lembar Kerja
Tentukan hasil percobaan dalam tabel berikut ini :
Kadar Abu
NO Nama Bobot wadah Bobot wadah Bobot Kadar
sampel kosong + sampel sampel abu
39
Kadar sari larut etanol
NO Nama Bobot wadah Bobot wadah Bobot Kadar sari
sampel kosong + sampel sampel larut etanol
4.3.8 Referensi
1. Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta
2. Ditjen POM,1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen
Kesehatan RI
40
3. Memudahkan dalam pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah
disimpan, tahan lama dan sebaginya).
Berikut ini faktor yang mempengaruhi pengeringan
1. Waktu pengeringan. Semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan
tersebut
2. Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi
harus dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di dalam sel yang
kebanyakan tidak tahan panas
3. Kelembapan udara disekitarnya dan kelembapan bahan atau kandungan
dari bahan
4. Ketebalan bahan yang dikeringkan
5. Sirkulasi udara
6. Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan bahan semakin mudah
kering
Kadar air dalam simplisia Yang dipersyaratkan tidak boleh lebih dari
10%.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara :
1. Titrasi
2. Cara destilasi
4.4.3 Bahan: Sampel, Air Suling, Toluen
4.4.4 Alat : Labu alas bulat, Pemanas listrik, Kondensor, Pompa air,
Penampung destilasi air (Sterling-Bidwell)
41
Pereaksi : Toluen; sejumlah toluene P kocok dengan sedikit air,
biarkan memisah, buang lapisan air.
2. Rangkai alat tersebut seperti gambar berikut :
D
E
42
yang melekat pada dinding tabung penerima, gosok dengan karet yang dikat
pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi toluen hingga tetesan air turun.
Setelah air dan toluene memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar
dalam %.
4.4.6 Hasil
NO Nama sampel Volume toluen Kadar air Keterangan
4.4.8 Referensi
1. Roth, J. H., Blaschke, G., Analisis Farmasi, Gadjah Mada University
Press,
2. Ditjen POM,1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen
Kesehatan RI,
43
4.5 PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI
44
Lokasi minyak atsiri dalam tanaman tergantung pada suku tanaman tersebut,
seperti di dalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel
parenkim (misalnya famili Piperaceae), di dalam saluran minyak yang disebut
Vittae (Famili Umbellifearae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lizigen
(pada famili Pinaceae dan Rutaceae), terkandung dalam semua jaringan (pada
Famili Coniferae). Pada bunga mawar, kandungan minyak atsiri terbanyak
terpusat pada mahkota bunga, pada kayu manis ditemui pada kulit batang
(korteks), padafamili Umbelliferaae banyak terdapat dalam perikarp buah,
pada Menthae sp.terdapat rambut kelenjar batang dan daun, serta pada jeruk
terdapat dalam kulit buah dan helai daun.
45
4.5.7 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan prinsip penetapan kadar minyak atsiri dengan metode
destilasi
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar minyak atsiri
3. Sebutkan kegunaan minyak atsiri dalam bidang farmasi
4. Sebutkan dan jelaskan macam-macam metode destilasi
4.5.8 Referensi
1. Roth, J. H., Blaschke, G., Analisis Farmasi, Gadjah Mada University
Press,
2. Ditjen POM,1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen
Kesehatan RI,
46
LAPORAN UMUM
STANDARDISASI SIMPLISIA
1. Definisi
Simplisia ....... adalah daun/ batang/ akar/ bunga/ buah dari tanaman ..........
termasuk suku ........., mengandung ...........................
2. Foto Simplisia
3. Cara Penyiapan
4. Kandungan Kimia
5. Identifikasi Simplisia
5.1. Pemerian
Bentuk berupa ........., warna ......., bau ......., rasa ........
5.2. Makroskopik
(Ciri morfologi)
5.3. Mikroskopik
Pada penampang melintang / membujur ... nampak ............
47
6. Parameter Mutu
Susut pengeringan
7. Penggunaan Simplisia
48