Anda di halaman 1dari 4

Let's Stop Bullying

Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang
merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti
penggertak, orang yang mengganggu orang lemah.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 (empat)
(dalam http://repository.usu.ac.id) yaitu:

a. Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional melukai murid
lain secara berulang-ulang (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja yang
diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih
buruk daripada korban bullying dan murid yang tidak terlibat dalam perilakubullying
(Haynie, dkk., dalam Totura, 2003). Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan
simptom depresi yang lebih tinggi daripada murid yang tidak terlibat dalam perilaku
bullying dan simptom depresi yang lebih rendah daripada victim atau korban (Haynie,
dkk., dalam Totura, 2003).
b. Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku agresif,

tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan


penyerangnya (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Menurut Byrne dibandingkan
dengan teman sebayanya yang tidak menjadi korban, korban bullying cenderung
menarik diri, depresi, cemas dan takut akan situasi baru (dalam Haynie dkk, 2001).
Korban bullying juga dikarakteristikkan dengan perilaku hati-hati, sensitif, dan pendiam
(Olweus, dalam Moutappa, 2004).
c. Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga menjadi korban
perilaku agresif (Andreou, dalam Moutappa dkk, 2004.
d. Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyebab terjadinya bullying adalah keluarga, sekolah, faktor
kelompok sebaya, kondisi lingkungan sosial, tayangan televisi dan media sosial.

Menurut Carroll et al. (2009), terdapat empat faktor yang mempengaruhi remaja melakukan
tindakan beresiko. Faktor tersebut adalah faktor individu, keluarga, peer group, dan faktor
komunitas. Pelaku bullying, bila dikaitkan dengan teori tersebut, bisa dipengaruhi oleh
lemahnya keterampilan sosial bully karena rasa simpati dan empati yang rendah dan memiliki
tabiat yang menindas.Keluarga juga dapat menjadi faktor seorang remaja menjadi bully.
Misalnya, buruknya hubungan anak dengan orang tua. Remaja bisa jadi kehilangan perhatian di
rumah sehingga dia mencari perhatian di sekolah dengan menunjukkan kekuasaannya terhadap
seseorang yang dianggap lebih lemah dari pada dirinya. Selain itu, kekerasan yang dilakukan di
rumah terhadap anak bisa jadi salah satu alasan mengapa seseorang menjadi bully. Pelaku
bullying melakukan penindasan sebagai pelarian di lingkungan rumah yang selalu menindasnya
dan membuat dia tidak berdaya.Faktor lain yang merupakan faktor dominan yang merubah
seseorang menjadi bully adalah kelompok bermain remaja. Faktor ini merupakan faktor yang
muncul dan diadopsi ketika seorang individu tumbuh dan menjadi seorang remaja. Ketika
remaja tidak memiliki pedoman dalam memilih kelompok bermain, remaja bisa jadi masuk ke
dalam kelompokbermain yang mengarah pada kegiatan-kegiatan kenakalan remaja. Remaja
merupakan individu dengan fase perkembangan psikologis di mana ia sangat membutuhkan
pengakuan eksistensi diri. Kelompok bermain remaja yang menyimpang bisa jadi mencari
pengakuan eksistensi diri dari menindas orang yang dirasa lebih lemah agar dia memiliki
pengakuan dari lingkungannya bahwa ia memiliki keberanian dan kekuasaan.Lingkungan
komunitas juga bisa menjadi faktor pemicu seseorang melakukan bullying. Misalnya keberadaan
suatu kelompok minoritas di dalam komunitasnya. Hal ini umumnya bisa memicu terjadinya
bullying verbal berupa labelling pada suatu individu atau kelompokminoritas tertentu.

Perilaku bully tersebut menimbulkan banyak efek negatif bagi korban, di antaranya:
 Mengalami gangguan mental, seperti depresi, rendah diri, cemas, sulit tidur nyenyak,
ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri.
 Menjadi pengguna obat-obatan terlarang.
 Prestasi akademik menurun. Efek ini mungkin bisa terjadi karena korban takut pergi ke
sekolah sehingga berdampak kepada kegiatan belajar.
 Ikut melakukan kekerasan atau melakukan balas dendam.

Kasus
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyatakan MS, siswa SMPN
16 Kota Malang, Jawa Timur, yang jadi korban perundungan atau bullying yang jari tengahnya
harus diamputasi masih harus mendapat pendampingan dari psikolog. Sejak diamputasi jari
tengahnya pekan lalu, MS belum keluar dari rumah sakit hingga kemarin. Amputasi tersebut
dilakukan karena dari hasil observasi oleh tim dokter Rumah Sakit Umum Lavalette Kota
Malang,jari tengah korban mengalami luka lebam yang cukup parah. "Kemarin ditunda
kepulangan, persoalan belum stabil sehingga masih di rumah sakit. Didampingi psikolog dan
peksos (pekerja sosial) saat ini masih berjalan," kata Deputi Bidang Perlindungan Anak Kemen
PPPA Nahar di Kantor Kemendikbud, Jakarta Selatan, Senin (10/2).

Menurut pemeriksaan psikolog dan pekerja sosial, kata Nahar, MS belum siap dipulangkan.
Sehingga pihaknya pun menyarankan agar MS menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Ia mengaku
pihaknya terus memantau proses hukum dari kasus ini agar tetap memperhatikan sistem
peradilan pidana anak. MS yang diduga mengalami perundungan harus menjalani amputasi
pada jari tengahnya karena mengalami luka serius. Peristiwa perundungan itu terjadi pada
minggu kedua bulan Januari 2020.

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Malang Kota telah melakukan pemeriksaan terhadap tiga saksi
dan tujuh murid terduga pelaku kekerasan. Para saksi dan terduga pelaku merupakan pelajar
SMPN 16 Kota Malang. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan dari
aduan yang diterima, MS dianiaya dengan cara diangkat dan dijatuhkan serta diduduki dan
diijinjak tangannya oleh 7 orang. Korban juga pernah dilempar ke pohon dengan cara yang sama
oleh para pelaku, para pelaku yang diduga melakukan aksi perundungan terhadap MS tersebut
mengaku telah melakukan aksi kekerasan, meski dilatarbelakangi dengan motif bercanda,
kejadian tersebut terjadi saat jam istirahat.

Anda mungkin juga menyukai