Anda di halaman 1dari 2

Secara morfologinya, kebanyakan jenis anggang-anggang memiliki warna gelap atau hitam

dengan antena berbentuk silindris dan berukuran lebih panjang dari kepala, panjang metafemur
melewati ujung abdomen dan ukuran tubuhnya antara 3-18 mm. Permukaan tubuh dari anggang-
anggang ini diselimuti oleh bulu-bulu halus. Bulu halus ini berfungsi untuk menghalang masuknya
tetesan air pada tubuhnya. Tubuh dari anggang-anggang ini sama sama seperti pada serangga
umumnya yaitu memiliki kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat antena yang
memiliki sepasang antena dengan masing-masing 4 segmen di setiap antenanya. Dari keempat
segmen tersebut tidak memilik panjang yang lebih daripada panjang kepala, mata majemuk (mata
faset), namun sering ditemukan pula mata tunggal (ocellus), mulut (Voshell, 2003 dalam
Prasetya,2013). Pada bagian dada terdapat 3 segmen yaitu prothoraks, mesothraks, dan
metathoraks. Sedangkan pada bagian abdomen terdapat sebelas segmen serta terdapat spirakel
yang berfungsi sebagai lubang pernafasan menuju tabung trakea.

Anggang–anggang bergerak meluncur dipermukaan air. Kaki-kakinya dapat merasakan adanya


getaran dari organisme lain. Ada sepasang depan, tengah, dan sepasang kaki belakang. Kaki depan
yang melekat di posterior mata merupakan kaik terpendek dan memiliki cakar preapical yang
diadaptasi untuk menusuk mangsanya. Cakar Preapical adalah cakar yang tidak terletak pada akhir
kaki, melainkan di tengah. Kaki tengah lebih panjang daripada kaki depan dan lebih pendek dari
kaki belakang dan menempel pada pertengahan dada, melekat dekat dengan kaki belakang. Kaki
belakang adalah kaki terpanjang dan digunakan untuk mendistribusikan berat badan serta kemudi
di permukaan air.

Siklus hidupnya termasuk serangga yang mengalami metamorphosis tidak sempurna yang
diawali dari telur, nimfa, dan dewasa. Mereka meletakkan telurnya pada benda-benda yang
melayang di permukaan air. Setelah telur menetas, nimfa yang hidup di bawah permukaan air,
bernafas dengan memanfaatkan oksigen terlarut di dalam air. Pada tahap dewasa, serangga tersebut
akan bergerak aktif di permukaan air. Perkawinan serangga berkaki panjang ini biasanya terjadi
pada musim semi dan musim panas pada daerah beriklim subtropis serta proses kopulasi
berlangsung sekitar 2-3 menit.
Berdasarkan penelitian I. K. Putra Juliantara (2014), Program Pascasarjana Universitas
Udayana, anggang-anggang dimanfaatkan sebagai bioindikator pencemaran organik. Serangga
ini dapat mendeteksi perubahan kualitas air, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk
terjadinya suatu pencemaran. Pada penelitian Juliantara menjelaskan bahwa pencemaran karena
detergen dan pewarna kain berpengaruh terhadap kematian anggang-anggang.

Anda mungkin juga menyukai