PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hormonal, dan kematangan seksual yang terjadi pada masa pubertas. Remaja
perilaku yang berkaitan dengan kebiasaan kesehatan yang buruk dan kematian
dini pada orang dewasa dimulai pada masa remaja seperti kekurangan gizi,
kurang olahraga, dan tidur yang tidak memadai. Tidur yang tidak memadai
terjadi dikarenakan, pada masa remaja mulai begadang saat malam hari dan akan
atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Sensus penduduk tahun 2010 di
WHO, (2014 dalam Depkes RI, 2015). Menurut data statistik penduduk di
provinsi D.I. Yogyakarta (2018) didapatkan jumlah remaja pada golongan usia
Yogyakarta sangatlah banyak. Akibat jumlah yang sangat banyak, hal ini dapat
1
2
Salah satu masalah yang terjadi pada remaja adalah waktu untuk tidur.
Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam keseharian kita [ CITATION Pra09 \l
1057 ]. Rata – rata jumlah jam tidur yang diperlukan remaja setiap malam adalah
8,5 - 9,5 jam. Tetapi remaja mengalami perubahan pola tidur dimana tetap
terjaga sampai larut malam dan mengalami kesulitan untuk bangun di pagi hari
sehingga membuat kualitas tidur remaja buruk, Gavin (2011, dalam Kyle &
Carman, 2017). Tidur yang berkualitas adalah tidur yang lelap, nyaman, tanpa
Sebaliknya tidur yang tidak berkualitas adalah tidur yang tidak lelap mudah
terbangun atau mudah terganggu, sehingga tidur tidak bisa dibilang nyaman.
Tidur yang tidak berkualitas juga kurang mampu memberi istirahat yang baik
bagi tubuh. Hasilnya, saat terbangun, akan terasa lelah, lesu, dan ingin tidur
tidur meliputi aspek kualitas dan kuantitas tidur. Aspek – aspek kualitas tidur
tersebut meliputi, rasa nyenyak selama tidur ( tidak mengalami gangguan tidur),
waktu tidur minimal 6 jam, tidak memperoleh mimpi buruk, tidur lebih awal,
bangun lebih awal, dan merasa segar saat terbangun. Kualitas tidur yang baik
dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan berenergi, dan tidak
adalah usia, jenis kelamin, adanya gangguan mental atau medis, penyalahgunaan
khawatir terhadap sesuatu sehingga membuat tidak bisa tidur malam [ CITATION
Kus16 \l 1057 ].
otak, dan kreativitas. Penurunan kemampuan otak tersebut secara otomatis akan
kecewa, sedih, serta tidak bergairah seperti; lemah, letih, dan lesu [ CITATION
Pra09 \l 1057 ].
Beberapa remaja terbiasa tidur dalam waktu relatif singkat, tapi bukan
berarti tubuh menerimanya begitu saja. Akibat kurang tidur, proses berpikir,
mengingat, dan belajar menjadi terganggu. Hal ini menyebabkan suasana hati
menjadi kacau, sehingga perilaku yang muncul jadi mudah tersinggung. Selain
itu, kurang tidur akan mengurangi kemampuan tubuh dalam menghadapi stres.
Dampak yang ditimbulkan akibat kurang tidur atau kualitas tidur menurun pada
mengalami obesitas, dan beberapa masalah kesehatan mental. Oleh karena itu,
ada beberapa cara agar tidur menjadi lelap dan berkualitas antara lain; kurangi
nyala lampu, rapikan rumah dan kamar, matikan televisi, hindari kopi dan
alkohol, mandi air hangat, oleskan pelembap, redupkan lampu kamar, fokuslah
4
pada tidur, dan biasakan tepat waktu [ CITATION Tim161 \t \l 1057 ] . Selain itu,
diakibatkan oleh kandungan nikotin pada rokok. Kandungan nikotin pada rokok
dapat menghilangkan rasa kantuk dan akan merasakan tidur tidak nyenyak.
relaksasi, tetapi justru rokok akan meningkatkan tekanan darah dan kecepatan
yang ditimbulkan akibat aktivitas merokok, hal itu tidak pernah surut dan
saat dapat dilihat orang yang sedang merokok. Bahkan, perilaku merokok sudah
berlanjut sampai usia dewasa, bahkan hingga usia lanjut. Seseorang dalam
Saat ini jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang
seperti di Amerika Serikat masih menjadi penyebab utama kematian yang dapat
dicegah, yaitu lebih dari 440.000 kematian setiap tahun CDC (2011, dalam Kyle
& Carman, 2017). Setiap hari di Amerika Serikat 90% orang dewasa yang
mulai merokok sebelum usia 19 tahun. Diperkirakan 6,4 juta orang meninggal
lebih cepat karena merokok saat remaja. Sekitar 8% siswa sekolah menengah
dalam Kyle dan Carman, 2017). Indonesia berada di urutan kedua sebagai
negara dengan jumlah perokok usia lebih dari 15 tahun terbesar di dunia yaitu
Indonesia berjumlah 417.948 per tahun, atau 1172 kematian per hari. Indonesia
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 pada penduduk umur 10-18
tahun menunjukan peningkatan 1,9% dari tahun 2013 sebesar 7,2% menjadi
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2017 yang berusia lebih dari 5 tahun selama
Sleman tercatat sebesar 16,32% setiap hari merokok [ CITATION Dep17 \l 1057 ]
lain. Merokok secara negatif mempengaruhi kebugaran fisik saat bangun tidur,
[ CITATION Kyl14 \l 1057 ]. Perilaku merokok yang dinilai merugikan kini telah
6
merokok yaitu, kanker paru-paru, kanker mulut, dan organ lainya, penyakit
jantung, pernafasan kronik dan kelainan kehamilan, dan masalah kesehatan lain [
kota mudah menjumpai perokok. Adapun salah satu kebijakan yang dibuat oleh
dan membuka layanan untuk berhenti merokok atau klinik berhenti merokok di
pencemaran udara, ibu hamil, anak berusia kurang dari 5 tahun, dan anak yang
rokok yang diprakarsai oleh Dinas Kesehatan tahun 2011 melalui Peraturan
7
dalam sidang Ijtima’ Ulama fatwa MUI III bahwa merokok hukumnya adalah
haram jika di tempat umum, bagi anak-anak maupun remaja, dan wanita hamil
lomba yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya dan ancaman
memiliki 3 jurusan. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan survei pada siswa laki-laki
jurusan teknik ototmotif. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 siswa
kembali. Dikarenakan tidur siang dan beberapa aktivitas yang dilakukan saat
malam hari seperti bermain game, menonton tv, dan merokok bersama teman –
saat merokok dimalam hari waktu tidurnya yaitu 2-5 jam dan ketika tidak
merokok waktu tidurnya 7-8 jam. Rata – rata siswa mengkonsumsi rokok di saat
malam hari sebanyak 2-5 batang. Tetapi ketika di hari libur siswa menambah
8
mengatakan saat bangun tidur tubuhnya terasa berat untuk bangun, kelelahan,
dan mengantuk. Ketika proses belajar mengajar dikelas siswa merasa mengantuk
bahkan sampai tertidur dikelas walaupun sebentar. Dari hasil observasi disekitar
lingkungan sekolah terutama dikantin para siswa laki – laki terlihat sedang
mengkonsumsi rokok bersama teman – temanya saat jam pelajaran maupun saat
jam istirahat. Hasil survei didapatkan jumlah siswa laki - laki yang masih aktif
merokok berjumlah 119 siswa dari total 229 siswa laki – laki dari hasil tersebut
B. Rumusan Masalah
diambil peneliti adalah “apakah ada hubungan antara perilaku merokok dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Yogyakarta
9
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja
terkait perilaku merokok dengan kualitas tidur pada remaja dan guru di
komunitas
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Materi
10
2. Lingkup Waktu
pengumpulan hasil penelitian yang dimulai pada bulan Agustus 2018 – Mei
2019.
3. Lingkup Tempat
saat malam hari seperti; bermain game, menonton tv, dan merokok.
4. Lingkup Responden
F. Keaslian Penelitian
televisi dengan kualitas tidur pada anak usia remaja di SMAN 01 Srandakan
diuji menggunakan uji Kendall Tau. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa
besar p (0,045) ≤ 0,05 dan didapatkan nilai sebesar 0,262 yang menunjukan
11
dengan kualitas tidur pada anak usia remaja di SMAN 01 Srandakan Bantul
dengan jumlah sampel sebesar 51 siswa kelas XI IPS DAN IPA di SMAN
Kesamaan dalam penelitian ini yaitu pada variabel terikat, jenis rancangan
dan analisis data. Sedangkan, perbedaanya yaitu pada variabel terikat, lokasi
A. Tinjauan Teoritis
1. Remaja
a. Definisi Remaja
Herlina, 2013).
1) Pertumbuhan
1057 ];
a) Keluarga
oleh keluarga.
13
14
b) Gizi
c) Gangguan Emosional
d) Jenis Kelamin
yang berbeda.
f) Kesehatan
g) Bentuk Tubuh
2) Perkembangan
kelompok.
pribadinya.
16
kemampuannya sendiri.
perilaku) kekanak-kanakan.
3) Tahap Perkembangan
sebagainya.
17
(2) Egonya untuk mencari jati diri bersama orang lain dalam
pengalaman-pengalaman baru
2. Tidur
a. Definisi
b. Tahapan Tidur
normal yaitu NREM ( pergerakan mata yang tidak cepat) dan REM
1) Tahap 1: NREM
a) Tingkat transisi
b) Merespon cahaya
2) Tahap 2 : NREM
c) Berlangsung 10 – 20 menit
3) Tahap 3 : NREM
b) Sulit dibangunkan
e) Berlangsung 15 – 30 menit
4) Tahap 4 : NREM
a) Tidur nyenyak
5) Tidur REM
malamnya
terjadi mimpi
d. Kualitas Tidur
Proses tidur maupun kondisi saat tidur yang berlangsung optimal, akan
20
1057 ]
1) Perilaku Merokok
(Putra, 2011).
21
2) Lingkungan
3) Stres emosional
5) Gaya Hidup
(2015):
6) Penyakit
Maka, akan lebih cepat untuk tidur karena tahap tidur gelombang
8) Obat – obatan
9) Nutrisi
adanya triptofan yaitu asam amino dari protein yang dicerna. Jika
10) Motivasi
f. Gangguan Tidur
1) Insomnia
2) Somnabulisme
Put11 \t \l 1057 ]
4) Deprivasi Tidur
deprivasi. Dua tipe utama deprivasi tidur yaitu deprivasi REM dan
5) Narkolepsi
1) Mengurangi stres
tekanan darah naik, sementara tidur lebih awal adalah cara efektif
4) Meningkatkan energi
kecelakaan
4) Tidak bahagia
pelajar lain
remaja.
3. Perilaku Merokok
a. Definisi
disekitarnya.
28
1) Nikotin
1057 ].
3) Tar
rokok sehari,
berikut:
1) Tahap Preparatory
sebagai berikut:
menyenangkan.
sangat menginginkanya.
1) Faktor sosial
diri dan belajar menjalani hidup. Jika seorang yang bukan perokok
merokok.
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia. Remaja dari
bila ibu mereka yang menjadi perokok ketimbang sang ayah. Hal
2) Faktor Biologis
a) Ketagihan
(2) Merasa tidak bisa hidup selama setengah hari tanpa rokok
rokok
b) Kebutuhan mental
kehidupan
tidak merokok
merokok.
c) Kebiasaan
3) Faktor Genetik
tersebut.
34
darah.
2. Trombosis koroner
kematian secara tiba – tiba dan lebih sering terjadi pada orang
3. Kanker
4. Bronkitis
silia. Dan dalam waktu lama paru – paru tidak dapat bekerja
mengeluarkan mukus.
B. Tinjauan Islam
Segala sesuatu yang berlebih – lebihan adalah sifat yang tidak disukai
oleh allah SWT. Pemborosan terhadap sesuatu yang tidak bermanfaat bagi
kesehatan dan ekonomi. Perilaku tersebut tidak disukai oleh allah berikut
pemaparan dalam Al – Qur’an terkait sifat yang berlebih – lebihan yaitu surat Al
P اP ًرP يP ِذP ْبPَ تPرPْ P ِّذPَ بPُ اَل تP َوP ِلP يPِ بPَّPسPلP اPنPَ P ْبP اPوPَ PنPَ P يP ِكP ْسP ِمP ْلP اPوPَ Pُ هPَّ قP َحPىPٰ Pَ بPرPْ Pُ قP ْلP اP اP َذPت
ِ P آPَو
36
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
P اP ًرP وPُ فP َكP ِهPِّP بPرPَ Pِ لPنPُ P اPط Pِ P اPَ يP َّشPلP اPنPَ P اP َوPخPْ Pِ إPاP وPُنP اP َكPنPَ P يP ِرP ِّذPَ بP ُمP ْلP اP َّنPِإ
َ P ْيP َّشPلP اPنPَ P اP َكP َوPۖ P ِنP يPط
Kata boros dalam bahasa arab adalah mubazzir atau tabdzir yang artinya
mengambil harta dari jalan yang pantas, tetapi mengeluarkanya dengan jalan
yang tak pantas. Menafkahkan harta pada jalan maksiat kepada allah, pada jalan
yang sesat dan merusak. Pemborosan adalah teman setan, dimana teman setia
memiliki pengaruh yang besar terhadap orang yang ditemaninya. Orang yang
telah berteman oleh setan sudah kehilangan pedoman dan tujuan hidup. Dia
telah dibawa sesat oleh temanya sehingga tidak taat kepada allah dan
harta yang tidak berfaedah, termasuk pengaruh setan. Karena setan tidak
berterima kasih, menolak, dan melupakan nikmat, dan telah menjadi sahabat
setia orang yang bersangkutan. Begitu banyak rezeki dan nikmat yang diberikan
allah kepada dirinya, lalu dibuang – buangnya saja dengan semena- mena. Harta
menyimpan batu yang tak berharga. Kalau tidak dikeluarkan untuk yang
C. Kerangka Konsep
Keterangan:
D. Hipotesis
Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kualitas tidur pada remaja di
A. Rancangan Penelitian
Swa15 \l 1057 ]. Variabel bebas dalam penelitian adalah perilaku merokok dan
variabel terikat adalah kualitas tidur. Data penelitian telah dianalisis secara
yaitu suatu penelitian yang mempelajari arah korelasi antara faktor risiko dengan
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
bebas [ CITATION Cre17 \l 1057 ]. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
kualitas tidur.
39
40
3. Variabel pengganggu
a. Lingkungan
b. Stres emosional
emosional.
d. Gaya hidup
e. Penyakit
berbeda – beda.
41
g. Obat – obatan
lain.
h. Nutrisi
beda ada yang teratur maupun tidak teratur seperti jenis makanan,
i. Motivasi
berbeda
1. Perilaku merokok
yaitu:
2. Kualitas tidur
nyenyak tanpa ada gangguan sampai terbangun di pagi hari dengan kondisi
tubuh nyaman, sehat, dan bugar. Kualitas tidur diukur dengan kuesioner
pertanyaan yang terdiri dari 7 domain yaitu: kualitas tidur, latensi tidur,
tidur, dan penggunaan obat. Setiap domain memiliki tingkat penilaian yang
mendapatkan total skor dengan rentang 0 sampai 21. Skala data pada
43
sebagai berikut:
1. Populasi
siswa
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah kumpulan individu atau objek yang dapat diukur yang
Nur14 \l 1057 ]:
N
n=
1+ N ε 2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
115
n= 2
1+115 ( 0,1 )
= 54 siswa
44
sampling adalah setiap anggota dari suatu populasi memiliki peluang yang
b. Kriteria eksklusi
E. Etika Penelitian
terjadi
penelitian
responden sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dalam pengisian
and confidentiality)
yang telah diambil dari responden yang telah diteliti dengan cara disimpan
dan tidak akan diberitahukan kepada orang lain kecuali kepada dosen
pembimbing skripsi.
46
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dilakukan oleh peneliti dengan kejujuran,
penelitian
peneliti
47
Glo05 \l 1057 ].
48
termasuk perkiraan durasi dan latensi tidur serta frekuensi dan tingkat
PSQI. PSQI memiliki total skor 0 - 21. Skor yang lebih tinggi
tersebut terdiri dari kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur,
responden memiliki kualitas tidur yang buruk dan skor < 5, berarti
hal yang telah dilakukan oleh peneliti dalam mendapatkan data antara lain:
mengisi kuesioner
pengambilan data
berbeda, alat ukur reliabel akan menghasilkan skor yang sama [ CITATION
Pur16 \l 1057 ].
perlu untuk melakukan uji validitas dan reabilitas ulang. Menurut Glover et
al, (2005) pada penelitian yang telah dilakukan, mendapatkan nilai reabilitas
sebesar 0,836. Hasil validitas dan reabilitas GN-SBQ oleh Rath et al,
penelitian dari Buysse, et al. (1988) pada penelitian tersebut PSQI teruji
p<0,001). Serta nilai validitasnya adalah 0,96. Tujuh skor komponen PSQI
a. Editing
atau kuesioner yang telah diisi oleh responden. Adapun yang sudah
kesalahan berupa kuesioner tidak lengkap, tidak jelas, atau tidak relevan
kepada responden.
b. Coding
52
1) Perilaku merokok
diberi kode 1
diberi kode 2
diberi kode 3
berat,diberi kode 4
2) Kualitas tidur
kode 1
kode 2
c. Entry
dapat dari masing – masing responden dalam bentuk kode (angka) telah
53
d. Pembersihan data
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
berikut:
x
f= X 100
N
f = Persentase
N = Jumlah Sampel
b. Analisis Bivariat
variabel bebas dan terikat disajikan dalam bentuk tabel silang dan uji
54
statistik yang digunakan yaitu Kendall Tau (τ). Kendall Tau digunakan
untuk menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya
τ=
∑ A−∑ B
N (N−1)
2
Keterangan :
menentukan taraf koefisien korelasi antar variabel. Jika p < 0,05 maka
sebagai berikut:
55
τ
Z= 2 ( 2 N +5 )
√ 9 N ( N−1 )
H. Prosedur Penelitian
1. Tahapan persiapan
b. Penentuan judul
peneliti.
e. Menyusun proposal
Peneliti telah menyusun proposal dari BAB I, BAB II, dan BAB III.
4. Tahap pelaksanaan
sama.
sudah lengkap, maka diolah oleh peneliti, meliputi (1) memeriksa nama
(3) memberi skor pada setiap kuesioner dan data disusun dalam bentuk
perilaku merokok dengan diberi kode 1 – 4 pada tiap skor dan juga
kualitas tidur diberi kode 1 – 4 untuk tiap skor, kemudian data yang
data yang telah di input ke SPSS. setelah semua data terkumpul, peneliti
bivariat.
5. Tahap Akhir
A. Hasil Penelitian
yaitu; tata busana, tata boga, dan teknik otomotif. Fasilitas yang dimiliki
oleh SMK Ma’arif 2 Sleman antara lain, masjid, asrama, gedung sekolah,
lapangan olahraga dan koperasi sekolah atau kantin sekolah. Fasilitas lain
dakwah, bahasa arab, bahasa inggris, futsal, basket, voli, dan bela diri
59
60
berjumlah 215 siswa, kelas 11 berjumlah 227 siswa dan kelas 12 berjumlah
195 siswa. jumlah guru yang mengajar di SMK Ma’arif 2 Sleman berjumah
sanksi bagi pihak yang bersangkutan. Siswa yang bermasalah akan di proses
oleh guru bimbingan dan konseling (BK) atau guru lainya. Salah satunya
sekolah tidak menjual rokok serta lokasi kantin atau koperasi sekolah
akan memberikan surat panggilan kepada orang tua siswa tetapi para siswa
2. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada siswa jurusan teknik otomotif kelas 10,
dalam penelitian ini adalah usia, usia pertama kali merokok, alasan
berikut:
62
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMK Ma’arif 2 Sleman
Yogyakarta
Karakteristik
Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Usia (tahun)
15 5 9.3
16 15 27.8
17 14 25.9
18 17 31.5
19 3 5.6
Jumlah 54 100.0
6–9 5 9.3
10 – 13 27 50.0
14 – 17 22 40.7
Jumlah 54 100.0
3 Alasan Merokok
Jumlah 54 100.0
4 Frekuensi Merokok
Karakteristik
Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Usia (tahun)
15 5 9.3
16 15 27.8
17 14 25.9
18 17 31.5
19 3 5.6
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer, 2019
dijelaskan dalam bentuk tabel kelompok usia. Kelompok usia pertama kali
responden ( 50 %), dan paling sedikit adalah kelompok usia pertama kali
( 33,3 %), dan frekuensi merokok responden paling sedikit terdapat dalam
rokok yang diisap dalam sehari menunjukan jumlah responden yang paling
( 81,5 % ), dan jumlah terendah rokok yang diisap dalam sehari oleh
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Pada Remaja di SMK Ma’arif 2
Sleman Yogyakarta
Perilaku Merokok Frekuensi ( F ) Persentasse ( % )
Ketergantungan Ringan 37 68.5
Ketergantungan Sedang 14 25.9
Ketergantungan Berat 3 5.6
Ketergantungan Sangat Berat 0 0.0
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Pada Remaja Di SMK Ma’arif 2
Sleman Yogyakarta
Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Perilaku Merokok dengan Kualitas Tidur Pada
Remaja Di SMK Ma’arif 2 Sleman Yogyakarta
KualitasTidur P Koefisien
Total
Perilaku Merokok Baik Buruk value Korelasi
F % F % F %
Ketergantungan
14 25.9% 23 42.6% 37 68.5%
Ringan
Ketergantungan
Sedang 0 .0% 14 25.9% 14 25.9%
Ketergantungan 0,004 0,388
Berat 0 .0% 3 5.6% 3 5.6%
Ketergantungan
Sangat Berat 0 .0% 0 .0% 0 .0%
remaja.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan perhitungan yang
perilaku merokok, dan kualitas tidur serta terkait hubungan antara perilaku
dan ambang menuju kedewasaan Krori (2011, dalam Herlina, 2013). Pada
akan memperburuk penampilan disebabkan oleh bau asap rokok, plak hitam
pada gigi dan bibir perokok berwarna hitam atau gelap. Disisi lain gejala
yang akan timbul ketika pertama kali merokok adalah batuk-batuk, lidah
terasa getir dan perut mual, gejala seperti ini tentu tidak enak dirasakan dan
69
berhenti merokok. Disisi lain sebagai pelajar, para remaja tentu mendapat
berperilaku merokok :
a. Umur
dalam tahap remaja madya menuju ke tahap remaja akhir hal ini sesuai
berusia ≥15 tahun lebih besar dibanding dengan remaja yang berusia <
Survey ) pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa 32,82 % siswa laki
Kus16 \l 1057 ]. Pada usia tersebut merupakan masa pencarian jati diri
( Aula, 2010 )
merokok serta agar terlihat bergaya didepan teman – temanya yang lain.
Dari hasil penelitian yang telah dilihat pada tabel 4.2. menunjukkan
responden ( 5,6 % ).
73
perokok awal, hal ini dikarenakan jika dilihat dari segi umur responden
yang sebagian besar berusia > 15 tahun, yang termasuk dalam tahap ingin
mencoba – coba sesuatu yang baru dan perilaku merokok terjadi berawal
merokok sebanyak empat batang per hari cenderung menjadi perokok, dan
- faktor dari dalam diri yaitu kontrol diri, juga disebabkan faktor
lingkungan.
keluarga atau orang tua), faktor biologi yaitu relaksasi atau ketenangan,
dipengaruhi faktor sosial dan psikologis, faktor lainya adalah pengaruh iklan
dan media masa. Adapun gejala yang timbul pada remaja sehingga menjadi
berkeringat dan gemetar, gelisah, susah konsentrasi, sulit tidur, lelah, dan
pusing.
Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar para remaja di
tidur yang dijalani seseorang akan menghasilkan kondisi tubuh yang segar
75
dan bugar disaat terbangun. Proses tidur maupun kondisi saat tidur yang
proporsi kualitas tidur buruk yang tinggi sejumlah 66 dari 69 responden. hal
dan sosial yang memendekkan durasi tidur remaja. Terdapat beberapa faktor
yang bisa mempengaruhi kualitas tidur pada remaja antara lain yaitu;
hidup, penyakit, latihan dan kelelahan, obat – obatan, dan nutrisi, Motivasi (
Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010; Wartonah & Tarwanto, 2010;
membutuhkan waktu tidur 8,5 jam/ hari, pada penelitian ini sebagian dari
remaja memiliki waktu tidur kurang dari 8,5 jam/hari sehingga kualitas tidur
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa seluruh responden yang memiliki
Hasil dari uji statistik korelasi Kendall Tau antara perilaku merokok
menunjukkan hasil nilai p yaitu 0,004 dimana ( p < 0,05 ) sehingga dapat
pada remaja, ada faktor pengganggu yang mempengaruhi kualitas tidur pada
hidup, penyakit, latihan dan kelelahan, obat – obatan, nutrisi, dan motivasi.
menganggap merokok sudah menjadi suatu kebiasaan setiap hari yang harus
jam pelajaran mereka bolos sekolah, dan berkumpul bersama teman sebaya,
di rumah.
menyatakan bahwa ketika malam hari remaja akan memulai tidur saat jam
menunjukkan tengah malam, dan terbangun kurang lebih jam 05.00 WIB
atau saat hari libur mereka tebangun jam 09.00 WIB. Remaja dalam
hari maupun di pagi hari saat sedang proses kegiatan belajar dan mengajar
Perilaku merokok pada remaja ini dapat memberikan efek negatif bagi
kualitas tidur remaja buruk. Rokok dapat meningkatkan tekanan darah dan
menjelaskan bahwa:
P اP ًرP يP ِذP ْبPَ تPرPْ P ِّذPَ بPُ اَل تP َوPلPِ P يPِ بPَّPسPلP اPنPَ P ْبP اP َوPنPَ P يP ِكP ْسP ِمP ْلP اPوPَ Pُ هPَّ قP َحPىPٰ Pَ بPرPْ Pُ قP ْلP اP اP َذPت
ِ P آPَو
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
P اP ًرP وPُ فP َكP ِهPِّP بPرPَ Pِ لPنPُ P اPط Pِ P اPَ يP َّشPلP اPنPَ P اP َوPخPْ Pِ إPاP وPُنP اP َكPنPَ P يP ِرP ِّذPَ بP ُمP ْلP اP َّنPِإ
َ P ْيP َّشPلP اPنPَ P اP َكP َوPۖ P ِنP يPط
Kata boros dalam bahasa arab adalah mubazzir atau tabdzir yang
dengan jalan yang tak pantas. Pemborosan adalah teman setan, dimana
teman setia memiliki pengaruh yang besar terhadap orang yang ditemaninya
tabdzir yakni menghamburkan harta dan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi
ruh dan badan, tidak bermanfaat bagi dunia dan akhirat. merokok dapat
bagi kesehatan, rasa lemas, dan keletihan jiwa[ CITATION Har15 \l 1057 ].
gangguan kualitas tidur yang dipicu oleh efek “ketagihan” dari kecanduan
80
pada syaraf simpatik dan syaraf parasimpatik, sehingga akan tetap terjaga
saat malam hari. Ketika manusia dalam kondisi tidur, semua syaraf dan
perlambatan.
berfungsi untuk memberikan efek rasa senang, bahagia, merasa segar dan
Oleh sebab itu, ketika hormon ini terpacu untuk meningkatkan fungsinya
hormon dopamin) akan sedikit bekerja atau bahkan tidak bekerja sama
sekali.
membutuhkan istirahat atau tidur. Tetapi hormon ini tidak bekerja sama
pada hakikatnya kondisi seseorang yang tidak bisa tidur adalah kondisi
Langi, & Wariki, ( 2018 ) hasil penelitian merokok dengan kualitas tidur
dalam odds ratio (OR) sebesar 2,934 dan p = 0,005 dimana nilai p < 0,05,
bahwa terdapat hubungan antara merokok dengan kualitas tidur pada pelajar
Maka hasil penelitian yang diperoleh peneliti sesuai dengan teori yang
di kemukakan oleh Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2010), bahwa kualitas
mudah terbangun ketika tidur dan sering kali menganggap dirinya sebagai
orang yang tidur di waktu fajar. Seseorang yang tidak merokok setelah
makan malam, biasanya dapat tidur dengan lebih baik. Terlebih lagi banyak
memiliki kualitas tidur buruk, pola tidur tidak teratur dan mengalami
gangguan tidur
C. Keterbatasan Penelitian
82
dari penelitian ini belum maksimal sehingga masih terdapat beberapa yang perlu
2. Variabel yang memiliki potensi terjadinya recall bias adalah status merokok
A. Simpulan
3. Hasil analisa dengan menggunakan uji Kendall Tau antara perilaku merokok
B. Saran
1. Bagi remaja
informasi bagi siswa untuk lebih mengelola pola tidur, agar mendapatkan
berhenti merokok
83
84
terutama para guru dapat mengatur para siswa untuk tidak merokok di
pembelajaran bagi semua orang yang berada diarea sekolah untuk mentaati
peraturan yang berlaku. Dari sekolah perlu membuat jadwal rutin terkait
nutrisi, gaya hidup, dan obat – obatan, latihan dan kelelahan, dan
Antara, A., Adnyana, I. M., & Samatra, D. P. (2015). Korelasi Kualitas Tidur
Dengan Nyeri Kepala Primer Pada Siswa - Siswi SMAN 1 Amlapura
Kabupaten Karangasem. Jurnal Ilmiah Kedokteran.
Aula, E. L. (2010). Stop Merokok (Sekarang Atau Tidak Sama Sekali). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Buysse, D., Reynolds III, C. F., Monk, T. H., Berman, S. R., & Kupfer, D. J. (1988).
The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument For Psychiatric
Practice and Research. Psychiatry Research, 28, 193-213, 194.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori Dan Konsep Tumbuh
Kembang. Yogyakarta: Nuhamedika.
Diana, Hariyanto, T., & Ardiyani, V. M. (2016). Hubungan Antara Perokok Aktif
Dengan Gangguan Kualitas Tidur (Insomnia) Pada Dewasa (Usia 25 - 45
Tahun) Di RW 04 Desa Kalisonga Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Nursing News Volume 1, Nomor 1, 2016.
Glover, E. D., Westin, A., Nilsson, F., Glover, P. N., Laflin, M., & Persson, B.
(2005). Developmental History of the Glover-Nilsson Smoking Behavioral
Questionnaire. American Journal Of Health Behavior.
Harun, N. (2015). Hukum Merokok Menurut Tinjauan Nash Dan Kaidah Syar'iyah.
Jurnal Ilmiah Al - Syirah Vol 13, No 2.
85
86
Herlina. (2013). Mengatasi Masalah Anak Dan Remaja Melalui Buku. Bandung:
Pustaka Cendikia Utama.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas - Tugas Perkembanganya dalam Islam. Jurnal
Psikoislammedia, 245.
JM, R., E, S., & KH, B. (2013). Reliability And Validity Of The Glover-Nilsson
Smoking Behavioral Questionnaire. American Journal Of Health Behavior,
37,3,310-317.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kurniardi, A., & Prabandari, Y. S. (2017). Partisipasi guru SMP pada penerapan
kawasan. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of Community
Medicine and Public Health), 536.
Kusumawardani, N., S, R., Wiryawan, Y., Anwar, A., Handayani, K., Mubasyiroh,
R., . . . Permana, M. (2016). Perilaku Beresiko Kesehatan Pelajar SMP dan
SMA di Indonesia. Jakarta: Dinas Kesehatan RI.
Kyle, T., & Carman, S. (2017). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Vol. 1.
Jakarta: EGC.
Liem, A. (2010). Pengaruh Nikotin Terhadap Aktivitas Dan Fungsi Otak Serta
Hubunganya Dengan Gangguan Psikologis Pada Pecandu Rokok. Buletin
Psikologi: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 38 - 44.
Luthfi B, M., Azmi, S., & Erkadius. ( 2017). Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(2) .
Dipetik Oktober 28, 2018, dari h ttp://jurnal.fk.unand.ac.id :
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Nashori, F., & Wulandari, E. D. (2017). Psikologi Tidur; Dari Kualitas Tidur
Hingga Insomnia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
87
Naviri, T. (2016). 100 Fakta Seputar Tidur Yang Perlu Anda Tahun. Jakarta:
Gramedia.
Nizarhakim. (2015, Juli 12). 10 Trik Yang Bisa Kamu Lakukan Untuk Meningkatkan
Kualitas Tidur Malam. Diambil kembali dari Hipwee: www.Hipwee.com.
diakses pada tanggal 01 November 2018.
Prasadja, A. (2009). Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta:
Penerbit Hikmah.
Putra, S. R. (2011). Tips Sehat Dengan Pola Tidur Yang Tepat Dan Cerdas.
Yogyakarta: BukuBiru.
Runtukahu, G. C., Sinolungan, J., & Opod, H. (2015). Hubungan Kontrol Diri
Dengan Perilaku Merokok Kalangan Remaja Di SMKN 1 Bitung. Jurnal e-
Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1,.
Setyanda, Y. O., Sulastri, D., & Yuniar, L. (2015). Hubungan Merokok dengan
Kejadian Hipertensi pada LakiLaki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 435 - 436.
Setyawati, D. (2015). Buku Seri Bahaya Narkoba Sejarah Narkoba. Surakarta: Tirta
Asih Jaya.
Smyth, C. (2012). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Dipetik November 21,
2018, dari https://consultgeri.org: https://consultgeri.org/try-this/general-
assessment/issue-6.1.pdf
Soetjiningsih, & Ranuh, I. G. (2015). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Supit, I. C., Langi, F., & Wariki, W. M. (2018). Hubungan Antara Merokok Dengan
Kualitas Tidur Pada Pelajar. Jurnal KESMAS, Vol, 7 No. 5, 2018.
Tristanti, I. (2016). Remaja Dan Perilaku Merokok. The 3rd Universty Research
Colloquium ISSN 2407-9189, 338.
Waciko, K. J. (2014). Pengaruh Jumlah Rokok Yang Dihisap Setiap Hari Terhadap
Penyakit Kanker Paru-Paru Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Bali International Institue Of Tourism Management (STIE –BITTM) Sahid.
Soshum Jurnal Sosial Dan Humanoria, VOL. 4, NO.1, Maret 2014 , Volume
4, 63.
WHO. (2018). Prevalence Of Tobacco Smoking. Diambil kembali dari world health
organization: www.who.int/. diakses pada tanggal 05 November 2018
Wibawa, D. S., Utomo, M., & Anggra, M. T. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan,
lingkungan Sosial, dan Pengaruh Iklan. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013, volume 1, 24 - 25.
Wijayanti, E., Dewi, C., & Rifqatussa’adah. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Merokok pada Remaja Kampung Bojong Rawalele,
Jatimakmur, Bekasi. Global Medical and Health Communication, Vol. 5 No.
3 Tahun 2017, vol 5, 197.
Wiyono, J. (2015). Perbedaan Kualitas Tidur Pada Remaja Putri Yang Menggunakan
Lampu Dan Tidak Menggunakan Lampu. Jurnal Keperawatan Terapan, Vol
1 No 2, 61.
90