PENGUJIAN TANAH II
MKK41227
OLEH
Ir I Wayan Wiraga,MT.
i
Job Sheet Pengujian Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
KATA PENGANTAR
Atas berkat Rahmat Tuhan Ida Sang Hyang Widhi Waca, panduan praktek/Job
Sheet ini dapat diselesaikan. Job sheet ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari
panduan praktek yang ada sebelumnya dan disusun sesuai dengan Silabus dan Satuan
Acara Perkuliahan (SAP) tahun 2017. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis,
tentu saja panduan ini memerlukan masukan dari para pembaca, khususnya para pengajar
pada praktek Pengujian Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali. Dengan
segala kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan
panduan ini agar dapat dilakukan perbaikan pada penerbitan-penerbitan berikutnya.
Penulis
ii
Job Sheet Pengujian Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………......i
Daftar Isi………………………………………………………………………………......ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………………....iii
Daftar Tabel........................................................................................................................iv
Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)...............................................................v
Bab I : Pengujian Permeabilitas..........................................................................................1.
Bab II : Pengujian Konsolidasi.........................................................................................10
Bab III : Pengujian Pemadatan Laboratorium...................................................................25
Bab IV : Pengujian Kepadatan Lapangan (Sand Cone)....................................................44
Bab V : Pengujian CBR Laboratorium.......................................................................... 52
Bab VI : Pengujian CBR Lapangan ................................................................................80
Daftar Pustaka...................................................................................................................92
iii
Job Sheet Pengujian Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
BAB I
PENGUJIAN PERBEABILITAS
1.1 KOMPETENSI
Mahasiwa memahami manfaat, prosedur dan pembuatan laporan pengujian
permeabilitas.
1.2 INDIKATOR
1. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat pengujian permeabilitas
2. Mahasiswa mampu melakukan pengujian permeabilitas
3. Mahasiswa mampu membuat laporan pengujian permeabilitas
Jenis Tanah k
Cm/dt ft/menit
Kerikil bersih 1-100 2-200
Pasir kasar 1-0,01 2-0,02
Pasir halus 0,01-0,001 0,02-0,002
Lanau 0,001-0,00001 0,002-0,00002
Lempung <0,00001 <0,00002
Ada dua macam uji standar dilaboratorium yang digunakan untuk menentukan
koefisien rembesan suatu tanah, yaitu uji tinggi konstan (constant head test) untuk tanah
berbutir kasar dan uji tinggi jatuh (falling head test) untuk tanah berbutir halus. Pada uji
tinggi konstan, pemberian air dalam saluran pipa masuk (inlet) dijaga sedemikian rupa
sehingga perbedaan tinggi air di dalam pipa masuk dan pipa keluar (outlet) selalu konstan
selama percobaan. Setelah kecepatan aliran air yang melalui contoh tanah konstan, air
dikumpulkan dalam gelas ukur selama waktu yang diketahui. Volume air yang
dikumpulkan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan :
h QL
Q = Avt = A(ki)t = A(k )t, sehingga k =
L Ah
dimana :
Q = volume air yang dikumpulkan
A = luas penampang contoh tanah
t = waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan air
k = koefisien rembesan
Pada uji tinggi jatuh, air dari dalam pipa tegak yang dipasang diatas contoh tanah
mengalir melalui contoh tanah. Pada kondisi awal, perbedaan tinggi air adalah h 1, setelah
waktu t, perbedaan tinggi air menjadi h2. Jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah
dalam waktu t adalah :
h dh aL dh
Qk A a atau dt = ( )
L dt AK h
dimana :
a = luas penampang pipa inlet
L = tinggi contoh tanah
A = luas penampang contoh
Gambar 1.1
Schema alat uji permeabilitas tipe falling head
Gambar 1.2
Foto alat uji permeabiltas jenis Falling Head
1.4.3 PELAKSANAAN
a. Mengukur dan mencatat diameter dari buret (tabung gelas pengukur) dan
permeameter.
b. Menimbang berat permeameter ditambah batu pori dan kertas saring sampai
ketelitian 0,1 grm.
c. Memasukkan contoh tanah kedalam permeameter dengan terlebih dahulu
menempatkan batu pori dibagian atas dan bawah permeameter, sehingga benda uji
yang sudah dilapisi kertas saring terapit oleh kedua batu pori.
d. Menimbang permeameter yang sudah terisi contoh tanah, batu pori dan kertas
saring.
e. Celah antara contoh tanah dan permeameter diberi lem kayu agar air tidak dapat
lewat melalui celah-celah tersebut.
f. Meletakkan permeameter yang sudah terisi benda uji pada tempatnya kemudian
ditutup dan dihubungkan dengan buret.
g. Tutup keran pada buret dan isi buret dengan air.
a.L H
dengan rumus: k T 2,3 log 1 cm / dt
A.t H2
Dimana :
a = luas permukaan buret (cm3)
L = Panjang contoh tanah yang dialiri air (cm)
A = Luas contoh tanah dalam permeameter (cm2)
t = Waktu pembacaan dari H1 sampai H2
b. Menghitung koefisien permeabilitas pada temperatur 20o C (k20) dengan
rumus:
k 20 k T .(T / 20)
No. Keterangan
1 2
1 Diameter dalam pipa d cm
2 Diameter Sampel D cm
3 Panjang sampel L cm
4 Waktu Pembacaan t detik
5 Tinggi muka air pada pipa H1 cm
6 Tinggi muka air pada pipa setelah waktu t H2 cm
7 Koefisien Permeabilitas
Lembar Catatan :
2.1 KOMPETENSI
Mahasiswa memahami pengertian konsolidasi dan cara untuk melakukan pengujian.
2.2 INDIKATOR
a. Mahasiswa dapat menguraikan pengertian konsolidasi
b. Mahasiswa dapat melakukan pengujian konsolidasi
c. Mahasiswa dapat membuat laporan pengujian konsolidasi
Dari grafik tersebut ada tiga tahapan berbeda yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tahap I: yaitu pemampatan awal, yang pada umumnya disebabkan oleh pembebanan
awal.
Tahap II: konsolidasi primer, yaitu periode selama tekanan air pori secara lambat laun
dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air pori.
Tahap III: konsolidasi sekunder, yang terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya.
Pemampatan yang terjadi disini disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat
plastis dari butir-butir tanah.
Gambar 2.3
Foto alat konsolidasi
2.4.3 PELAKSANAAN
a. Cincin (bagian dari sel konsolidasi) dibersihkan dan dikeringkan kemudian di
timbang dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Batu pori diletakkan dibagian atas dan bawah dari cincin sehingga benda uji yang
sudah dilapisi dengan kertas saring terapit oleh kedua batu pori kemudian
dimasukkan kedalam sel konsolidasi.
c. Pelat penumpu dipasang diatas batu pori.
d. Sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji diletakkan pada alat konsolidasi sehingga
bagian yang runcing dari pelat penumpu menyentuh tepat pada alat pembebanan.
e. Kedudukan arloji diatur kemudian dibaca & dicatat.
f. Beban pertama dipasang sehingga tekanan pada benda uji sebesar 0,25 kg/cm 2,
kemudian arloji dibaca dan dicatat pada 9,6 detik, 15 detik, 21,6 detik, 38,4 detik, 1
menit, 21/4 menit, 4, 9, 16, 25, 36, 49 menit. Beban pertama ini dibiarkan bekerja
sampai pembacaan arloji tetap (tidak terjadi penurunan lagi), biasanya 24 jam sudah
dianggap cukup. Sesudah 1 menit pembacaan sel konsolidasi diisi dengan air.
g. Setelah pembacaan menunjukkan angka yang tetap atau setelah 24 jam, pembacaan
arloji yang terakhir dicatat. Kemudian dipasang beban yang kedua sebesar beban
pertama sehingga tekanan menjadi dua kali. Kemudian dibaca dan dicatat arloji (dial)
sesuai dengan cara 6.
h. Cara 4 s/d 7 dilakukan untuk beban-beban selanjutnya. Beban-beban tersebut akan
menimbulkan tekanan normal terhadap benda uji masing-masing sebesar 0,25 kg/cm2,
0,50 kg/cm2, 1,0 kg/cm2, 2,0kg/cm2, 4,0 kg/cm2, 8,0 kg/cm2 dan seterusnya.
i. Besar beban maksimum ini biasanya tergantung pada kebutuhan yaitu sesuai dengan
beban yang akan bekerja terhadap lapisan tanah tersebut. Setelah pembebanan
maksimum dan sesudah menunjukkan pembacaan yang tetap, beban dikurangi dalam
dua langkah sampai mencapai beban pertama, misalnya, jika dipakai harga-harga
tekanan dari 0,25 sampai 8,0 kg/cm2, maka sebaliknya beban dikurangi dari 8,0
2.4.4 PERHITUNGAN
a. Dihitung berat tanah basah, berat isi dan kadar air benda uji, sebelum dan
sesudah percobaan, hitung pula berat isi kering tanah.
b. Ada dua cara untuk menggambarkan hasil percobaan konsolidasi. Cara
pertama dengan menggambarkan grafik penurunan terhadap tekanan. Cara kedua
adalah membuat grafik angka pori terhadap tekanan. Pada kedua cara ini untuk
harga tekanan dipakai skala logaritme. Bila dipakai cara pertama, maka
pembacaan terakhir pada setiap pembebanan digambarkan pada grafik terhadap
tekanan. Bila dipakai cara kedua maka dilakukan perhitungan sbb:
i. Menghitung tinggi efektif benda uji :
Bk
Ht
A.G
Dimana :
Ht = Tinggi efektif benda uji + tinggi buturan-butiran tanah (jika
dianggap menjadi satu)
A = luas benda uji
G = berat jenis tanah
Bk = berat tanah kering
ii. Menghitung besar penurunan total (∆H) yang terjadi pada setiap
pembebanan :
∆H = pembacaan arloji (dial) pada permulaan percobaan dikurangi
pembacaan arloji (dial) sesudah pembebanan yang bersangkutan.
Water Content and Unit Weight before after Void ratio and degree of Before after
saturated
Weight of ring + wet sample (gr) 59,6 - Height of sample (Ho) Cm 1000,00 570,00
Weight of ring (gr) 14,14 - Void ratio e = (H-Ht)/Ht 1358,96 774,18
Weight of wet sample (gr) 45,46 43,35 Water Content (%) 19,63 14,08
Weight of dry sample (gr) 38,00 38,00 Degree of Saturation (%) 0,04 0,05
Weight of water (gr) 7,46 5,35 Specific gravity (Gs) 2,610
Water Content (%) 19,63 14,08 C1 - -
Unit Weight (gr/cm3) 0,002 0,004 C2 - -
Load (kg) 0,825 1,650 3,300 6,600 13,200 26,400 6,600 0,825
Stress (kg/cm2) 0,25 0,50 1,00 2,00 4,00 8,00 2,00 0,25
0 second 1000 877 851 802 730 637 488 589
9,6 930 865 823 763 675 561 536 565
21,4 910 863 821 758 669 552 537,5 566
38,4 886 862 819 756 663 547 537,5 566
1 minute 886 861 818 754,5 661 542 537,5 566
2,25 885 860 817 751 655 540 538 566
4 884 859 815 749 652 540 539 566
9 881 858 814 747 648 525 539 566
16 881 857 812 744,5 646 518 539 565,5
25 880 857 811 743 644 514 539 565
36 880 856 810,5 741,5 641,5 511 539 565
49 880 855,5 810 740 640 509 539 565
24 hour 877 851 803 730 637 488 539 570
= 5,02 cm
A= 19,80 cm2
Ht = Ws / (AxGs) = 0,7353 cm
Stress H H e= e=eo-e (Hr) V t90 t90 Cv
=0,848(Hr/2)2 /
H / Ht t90
Kg/cm cm cm (cm) (menit) (detik) cm2/dt
0,00 1000,0 1358,96
0,25 877,00 123,00 167,27 1191,69 938,50 0,60 21,60 8644,71
0,50 851,00 149,00 202,63 1156,33 864 0,60 21,60 7326,72
1,00 803,00 197,00 267,91 1091,05 827,00 0,50 15,00 9666,19
2,00 730,00 270,00 367,19 991,77 766,50 0,60 21,60 5766,42
4,00 637,00 363,00 493,66 865,30 683,5 0,40 9,60 10316,72
8,00 488,00 512,00 696,30 662,66 562,50 0,70 29,40 2281,56
2,00 539,00 461,00 626,94 732,02
0,25 570,00 430,00 584,78 774,18
q H H H /H mv Cv k=mvxCvxw
Kg/cm cm cm cm2/kg cm2/dt cm/dt
1 2 3 4 5=4/1 6 7=5x6x10-3
Gambar 2.4
Grafik hubungan settlement dengan akar waktu
Depth of sampling :
Water Content and Unit before after Void ratio and degree of Before after
Weight saturated
Weight of ring + wet sample(gr) 59,6 - Height of sample (Ho) Cm 1000,0 570,00
000 00
Weight of ring(gr) 14,14 - Void ratio e = (H-Ht)/Ht 1358,9 774,18
690 23
Weight of wet sample (gr) 45,46 43,35 Water Content (%) 19,63 14,08
Weight of dry sample (gr) 38,00 38,00 Degree of Saturation (%) 0,04 0,05
Load (kg) 0,825 1,650 3,300 6,600 13,200 26,400 6,600 0,825
Stress (kg/cm2) 0,25 0,50 1,00 2,00 4,00 8,00 2,00 0,25
0 second 1000 877 851 802 730 637 488 589
9,6 930 865 823 763 675 561 536 565
21,4 910 863 821 758 669 552 537,5 566
38,4 886 862 819 756 663 547 537,5 566
1 minute 886 861 818 754,5 661 542 537,5 566
2,25 885 860 817 751 655 540 538 566
4 884 859 815 749 652 540 539 566
9 881 858 814 747 648 525 539 566
16 881 857 812 744,5 646 518 539 565,5
25 880 857 811 743 644 514 539 565
36 880 856 810,5 741,5 641,5 511 539 565
49 880 855,5 810 740 640 509 539 565
24 hour 877 851 803 730 637 488 539 570
= 5,02 cm
A= 19,80 cm2
Ht = Ws / (AxGs) = 0,7353 cm
q H H H /H mv Cv k=mvxCvxw
Kg/cm cm cm cm2/kg cm2/dt cm/dt
1 2 3 4 5=4/1 6 7=5x6x10-3
0,00 1000,00
0,25 877,00 123,00 0,1403 0,5610 8644,71 4,8497E+00
0,25 851,00 26,00 0,0306 0,1222 7326,72 8,9539E-01
0,50 803,00 48,00 0,0598 0,1196 9666,19 1,1556E+00
1,00 730,00 73,00 0,1000 0,1000 5766,422 5,7664E-01
2,00 637,00 93,00 0,1460 0,0730 10316,72 7,5310E-01
4,00 488,00 149,00 0,3053 0,0763 2281,56 1,7416E-01
rata-rata : 0,17535 7333,72 1,4008E+00
3.1 KOMPETENSI
Mahasiswa memahami tujuan/manfaat dan proses pemadatan dilaboratorium.
3.2 INDIKATOR
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan proses pemadatan
dilaboratorium
2. Mahasiswa dapat melakukan praktek pemadatan sesuai prosedur yang
diuraikan
3. Mahasiswa dapat membuat laporan sesuai dengan format yang disediakan
Gambar 3.1
Hubungan kepadatan dan kadar air oftimum
Bila usaha pemadatan persatuan volume tanah berubah, kurva pemadatan juga
akan berubah. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 3.2 (Braja, 1985). Cetakan dan
penumbuk seperti pada pemadatan standar Proctor digunakan untuk memperoleh kurva-
kurva pemadatan tersebut. Jumlah tumbukan perlapis bervariasi mulai dari 20 sampai 50
tumbukan perlapis. Pada kurva tersebut dapat digambarkan bahwa :
1. Bila energi pemadatan bertambah, harga berat volume kering maksimum
tanah hasil pemadatan juga bertambah.
2. Bila energi pemadatan bertambah, harga kadar air oftimum berkurang.
Gambar 3.4
Schema peralatan pemadat standar Proctor (Braja, 1985)
3.4.3 PELAKSANAAN
a. Timbang cetakan dengan alasnya dengan ketelitian 1 gr (W1).
b. Cetakan, leher dan alas disatukan dan ditempatkan pada alas yang kokoh.
c. Ambil salah satu dari bungkusan tanah dan diaduk hingga rata dan padatkan
dalam cetakan dengan langkah sbb:
i. Jumlah lapisan adalah 3 lapis. Pada setiap lapisan ditumbuk sebanyak
25 kali dengan penumbuk standar.
ii. Jumlah tanah yang digunakan diatur sehingga pada lapis
ketiga/terakhir agar kelebihan dari batas atas cetakan maksimum 0,5
cm.
iii. Dengan pisau yang tajam atau skraper kuat dan hati-hati kelebihan
disekeliling leher dipotong.
d. Dengan alat baja/scraper, kelebihan tanah diratakan dengan permukaan
cetakan. Jika terdapat lubang pada permukaan contoh, maka lubang tersebut diisi
lagi dengan contoh halus.
e. Timbang contoh tanah dengan cetakan dan alasnya (W2)
f. Contoh dikeluarkan dari cetakan dengan menggunakan ekstruder, ambil
sebagian untuk pemeriksaan kadar air (w).
g. Ulangi pekerjaan pemadatan untuk tanah dengan kadar air yang lain.
Dimana :
Gs =Berat jenis tanah
w = Berat jenis air
w = kadar air
e. Besar daya pemadatan persatuan volume dihitung dengan rumus 3.1
3.4.5 CATATAN
a. Untuk tanah silt dan clay, petunjuk untuk nilai OMC(Oftimum Moisture
Content/kadar air oftimum) untuk pengujian pemadatan standar kira-kira 1- 4 %
dibawah plastic limit.
b. Tanah hasil percobaan dapat digunakan lagi asal butiran-butiran tanah
diyakini tidak pecah dalam pemadatan sebelumnya.
UJI PEMADATAN
Standard Proctor Test AASHTO T 99 - 81
Sample : Lempung
Lokasi : Kerobokan
Lab. : Politeknik Negeri Bali
Tanggal : 14 Oktober 2006
Diuji oleh : Suryanegara Dwipa RS
No Mold 1 2 3 4 5 6
1 Berat Sampel gr 2000 2000 2000 2000 2000
2 Penambahan air cc 200 300 400 500 600
Berat isi basah
3 Berat mold + tanah gr 5764 5828 5890 5968 5952
4 Berat mold gr 4345 4345 4345 4345 4345
5 Volume mold cm3 944,32 944,32 944,32 944,32 944,32
6 Berat isi basah ( 3 - 4 ) / 5 gr/cm3 1,503 1,570 1,636 1,719 1,702
Kadar air
7 Berat cawan gr 9,50 9,60 9,60 9,50 9,60
8 Berat cawan + tanah gr 55,60 52,70 45,60 41,00 54,10
basah
9 Berat cawan + tanah gr 47,60 43,40 36,70 32,70 40,90
kering
10 Kadar air ( 8-9 )/( 9-7 ) % 21,00 27,51 32,84 35,78 42,17
11 Berat isi kering d = / gr/cm3 1,242 1,232 1,232 1,266 1,197
(1+w) atau 6 / (1+w )
zav
12 Berat Jenis Gs 2,689
13 Z.A.V = Gs/(1+wGs) 1,719 1,545 1,428 1,370 1,260
No Mold 1 2 3 4 5 6
.
1 Berat Sampel gr 2000 2000 2000 2000 2000
2 Penambahan air cc 200 300 400 500 600
Berat isi basah
3 Berat mold + tanah gr 5764 5828 5890 5968 5952
4 Berat mold gr 4345 4345 4345 4345 4345
5 Volume mold cm3 944,32 944,32 944,32 944,32 944,32
6 Berat isi basah ( 3 - 4 ) / 5 gr/cm3 1,503 1,570 1,636 1,719 1,702
Kadar air
7 Berat cawan gr 9,50 9,60 9,60 9,50 9,60
8 Berat cawan + tanah gr 55,60 52,70 45,60 41,00 54,10
basah
9 Berat cawan + tanah gr 47,60 43,40 36,70 32,70 40,90
kering
10 Kadar air ( 8-9 )/( 9-7 ) % 21,00 27,51 32,84 35,78 42,17
11 Berat isi kering d = / gr/cm3 1,242 1,232 1,232 1,266 1,197
(1+w) atau 6 / (1+w )
zav
12 Berat Jenis Gs 2,689
13 Z.A.V = Gs/(1+wGs) 1,719 1,545 1,428 1,370 1,260
3.5.3 PELAKSANAAN
a. Cetakan ditimbang dengan keping alasnya, dengan ketelitian 1 gram (W1).
b. Cetakan, alas dan leher disatukan dan ditempatkan pada landasan yang kokoh.
c. Salah satu dari keenam contoh diaduk dan dipadatkan didalam cetakan dengan
cara sebagai berikut :
i. Pada tiap-tiap lapisan tanah dilakukan 55 x pukulan dengan pemukul
modified.
ii. Tanah dipadatkan dalam 5 lapisan dengan perbedaan tebal masing-masing
lapisan tidak lebih dari 0,5 cm.
iii. Jumlah tanah yang digunakan harus sedemikian sehingga kelebihan yang
harus diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm.
d. Dengan pisau yang tajam atau skraper yang kuat dan hati-hati tanah kelebihan
disekeliling leher dipotong.
e. Dengan plat baja/skraper kelebihan tanah diratakan dengan permukaan cetakan.
Jika terdapat lubang pada permukaan contoh maka lubang-lubang diisi lagi
dengan butiran-butiran halus.
f. Cetakan ditimbang beserta kepingan alas dan contoh tanah didalamnya, dengan
ketelitian 1 gram (W2).
g. Contoh dikeluarkan dari cetakan dengan extruder dan sebagian kecil dari contoh
diambil untuk menentukan kadar air (w).
h. Pekerjaan seperti yang tersebut diatas diulangi terhadap contoh lainnya (dari b -
g).
3.5.4 PERHITUNGAN
Perhitungan sama dengan pemadatan standar Proctor
UJI PEMADATAN
No Mold 1 2 3 4 5 6
.
1 Berat Sampel gr 2000 2000 2000 2000 2000 2000
2 Penambahan air cc 0 100 200 300 400 500
Berat isi basah
3 Berat mold + tanah gr 5025 5234 5320 5450 5390 5255
4 Berat mold gr 3640 3640 3640 3640 3640 3640
5 Volume mold cm3 946 946 946 946 946 946
6 Berat isi basah = gr/cm3 1,464 1,685 1,776 1,913 1,850 1,707
(3-4)/5
Kadar air
7 Berat cawan gr 6,30 6,50 6,30 6,30 6,40 6,40
8 Berat cawan + tanah gr 19,80 24,70 24,60 22,28 25,10 25,76
basah
9 Berat cawan + tanah gr 18,50 22,25 21,27 18,92 20,33 20,35
kering
10 Kadar air ( 8-9 )/( 9-7 ) % 10,66 15,56 22,24 26,62 34,24 38,78
11 Berat isi kering d = / gr/cm3 1,323 1,458 1,453 1,511 1,378 1,230
(1+w) atau 6 / (1+w )
UJI PEMADATAN
Modified Proctor Test AASHTO T 180 - 74 Metoda A
Sample : 10 %Bentonite +90 %
Lokasi : Lempung Kerobokan
Lab. : Politeknik Negeri Bali
Date : 27 Juni 2007
Diuji oleh : Dewa Sadiadnya
No Mold 1 2 3 4 5 6
.
1 Berat Sampel gr 2000 2000 2000 2000 2000 2000
2 Penambahan air cc 0 100 200 300 400 500
Berat isi basah
3 Berat mold + tanah gr 5025 5234 5320 5450 5390 5255
4 Berat mold gr 3640 3640 3640 3640 3640 3640
5 Volume mold cm3 946 946 946 946 946 946
6 Berat isi basah = gr/cm3 1,464 1,685 1,776 1,913 1,850 1,707
(3-4)/5
Kadar air
7 Berat cawan gr 6,30 6,50 6,30 6,30 6,40 6,40
8 Berat cawan + tanah gr 19,80 24,70 24,60 22,28 25,10 25,76
basah
9 Berat cawan + tanah gr 18,50 22,25 21,27 18,92 20,33 20,35
kering
10 Kadar air ( 8-9 )/( 9-7 ) % 10,66 15,56 22,24 26,62 34,24 38,78
11 Berat isi kering d = / gr/cm3 1,323 1,458 1,453 1,511 1,378 1,230
(1+w) atau 6 / (1+w )
V-42
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Resume :
No. Uraian
1 Kadar air asli % 7,14
2 Kadar air optimum opt % 23,50
3 Kepadatan kering maksimum dmaks gr/cm3 1,510
95 % Kepadatan kering maksimum
4 gr/cm3 1,435
Lembar Catatan :
V-43
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
BAB IV
PENGUJIAN KEPADATAN DILAPANGAN (SAND CONE)
4.1 KOMPETENSI
Mahasiswa memahami pengujian kepadatan dilapangan dengan beberapa caranya.
4.2 INDIKATOR
V-44
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
1. Mahasiswa dapat menjelaskan maksud pengujian kepadatan dilapangan dengan
beberapa caranya
2. Mahasiswa dapat melakukan pengujian kepadatan dilapangan
3. Mahasiswa dapat membuat laporan pengujian kepadatan dilapangan
cone dan metode balon karet. Cara ini pada dasarnya adalah menentukan volume dan
berat material yang diambil dari lubang pengambilan sampel. Volume galian dihitung
dengan memasukkan pasir atau memasang balon karet kedalamnya.
V-45
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Gambar 4.1
Peralatan pengujian kepadatan lapangan sand cone
Gambar 4.2
Alat uji kepadatan lapangan balon karet (Bowels, 1986)
4.4 PENGUJIAN SAND CONE
V-46
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
4.4.1 PERALATAN
a. Sand pouring cylinder
b. Test Sand
c. Density spoon
d. Density chisel
e. Density hand pick
f. Balance cap. 20-1 gr
g. Balance cap. 500-0,1 gr
Gambar 4.3
Schema peralatan pengujian sand cone
4.4.2 PELAKSANAAN
V-47
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
1. Menentukan isi botol pasir
a. Timbang alat (botol + corong) = W1 gr
b. Letakkan alat dengan botol dibawah, keran dibuka dan isi dengan air
jernih sampai penuh diatas keran. Tutup kran dan kelebihan air
dibersihkan
c. Alat yang berisi air ditimbang = W2 gr (berat air = isi botol)
d. Langkah b dan c dilakukan 3 kali dan diambil harga rata-rata, perbedaan
masing-masing pengukuran tidak boleh lebih dari 3 cm3.
2. Menentukan berat isi pasir
a. Alat diletakkan pada dasar yang rata dengan botol dibawah, keran ditutup
dan diisi pasir pelan-pelan.
b. Keran dibuka, botol diisi penuh dengan pasir
c. Tutup keran dan dibersihkan dari kelebihan pasir, botol ditimbang = W3gr.
3. Menentukan berat pasir dalam corong
a. Botol diisi secukupnya dan timbang = W4 gr
b. Alat diletakkan pada alas yang rata dengan corong dibawah.
c. Buka keran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir
d. Keran ditutup dan ditimbang alat yang berisi pasir = W5 gr
e. Berat pasir dalam corong = (W4-W5) gr
4. Menentukan berat isi tanah
a. Letakkan pelat sand cone diatas tanah yang akan diuji kepadatannya
b. Gali tanah dalam lingkaran plat sedalam kurang lebih 10 cm
c. Seluruh tanah galian dimasukkan kedalam kaleng tertutup yang telah
diketahui beratnya (W9) gr, dan timbang kaleng dan tanah (W8) gr.
d. Timbang alat sand cone dan pasir (W6) gr.
e. Letakkan alat sand cone diatas pelat sand cone yang sudah digali tanahnya
dengan corong menghadap kebawah. Buka keran pelan-pelan sampai pasir
berhenti mengalir. Tutup kembali keran dan timbang alat dengan sisa pasir
didalamnya (W7)gr.
f. Ambil sedikit tanah dalam kaleng dan ukur kadar airnya w%.
V-48
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
4.4.3 PERHITUNGAN
a. Isi botol = Berat air = (W2-W1) cm3
W3 W1
b. Berat isi pasir p gr
W2 W1
V-49
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
SAND CONE
PROYEK : Bui Café
LOCATION : GWK
LAB : Bali State Politechnic
TECHNITION : Team
DATE : Dec 27/06
SAMPLE : Lime stone
No Keterangan Location/titik
SC1 SC2 SC3
1 Berat volume kering lab d lab 1,4 1,4 1,4
(hasil pengujian laboratorium) gr/cm3
2 Berat botol+corong W1 gr 1934 1934 1934
3 Berat air penuh dalam gelas + corong W2 gr 6036 6036 6036
4 Berat pasir penuh dlm gelas + corong W3 gr 8000 8000 8000
5 Berat pasir secukupnya digelas + corong W4 gr 8000 8000 8000
6 Berat sisa pasir digelas + corong W5 gr 6324 6324 6324
7 Berat tanah + tempat W8 gr 6750 6730 6000
8 Berat tempat tanah W9 gr 5200 5200 5200
9 Berat pasir + corong + gelas W6 gr 7100 7092 6088
10 Berat sisa pasir + gelas + corong W7 gr 3740 3665 3577
11 Berat pasir dalam corong + lubang (W6-W7) gr 3360 3427 2511
12 Berat pasir dalam corong W4-W5 1676 1676 1676
13 Berat pasir didalam lubang (W6-W7)-(W4-W5) W10 gr 1684 1751 835
14 Beraisi isi pasir = (W3-W1)/(W2-W1) p gr/cm3 1,478 1,478 1,478
15 Volume pasir dalam lubang V=W10/ V cm3 1138,7 1184,0 564,65
16 Berat tanah basah (W8-W9) gr 1550 1530 800
17 Berat Isi tanah basah (W8-W9)/V b gr/cm3 1,3611 1,2921 1,4168
18 Kadar Air w% 9,6217 7,7363 10,820
19 Berat isi kering lapangan d lap gr/cm3 1,2416 1,1993 1,2784
V-50
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
SC1 SC2 SC3
1 Berat volume kering lab d lab
(hasil pengujian laboratorium) gr/cm3
2 Berat botol+corong W1 gr
3 Berat air penuh dalam gelas +corong W2 gr
4 Berat pasir penuh dlm gelas + corong W3 gr
5 Berat pasir secukupnya digelas + corong W4 gr
6 Berat sisa pasir digelas + corong W5 gr
7 Berat tanah + tempat W8 gr
8 Berat tempat tanah W9 gr
9 Berat pasir+corong+gelas W6 gr
10 Berat sisa pasir + gelas + corong p W7 gr
11 Berat pasir dalam corong + lubang (W6-W7) gr
12 Berat Pasir dalam corong W4-W5
13 Berat pasir didalam lubang (W6-W7)-(W4-W5) W10 gr
14 Beraisi isi pasir = (W3-W1)/(W2-W1) p gr/cm3
15 Volume pasir dalam lubang V=W10/ V cm3
16 Berat tanah basah (W8-W9) gr
17 Berat Isi tanah basah (W8-W9)/V b gr/cm3
18 Kadar Air w%
19 Berat isi kering lapangan d lap gr/cm3
20 Derajat kepadatan lap D%
Kadar air
1 Berat continer gr
2 Berat continer + sampel basah gr
3 Berat Continer + sampel kering gr
4 Berat air gr
5 Berat sampel kering gr
6 Kadar air %
Lembar Catatan :
V-51
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
BAB V
CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
5.1 KOMPETENSI
Mahasiswa memahami pengertian CBR, manfaat CBR dan prosedur pengujian CBR.
5.2 INDIKATOR
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan kegunaan CBR
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pengujian CBR
3. Mahasiswa dapat melakukan pengujian CBR sesuai prosedur yang diuraikan
4. Mahasiswa mampu membuat laporan sesuai format yang disediakan
V-52
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
5.3 KAJIAN TEORI
California Bearing Ratio (CBR) adalah suatu perbandingan antara beban
percobaan (test load) dengan beban standar (standar load) dan dinyatakan dalam persen.
CBR menyatakan kualitas tanah dasar yang dibandingkan dengan bahan standar, yaitu
berupa batu pecah yang memiliki nilai CBR 100%. CBR merupakan satu parameter yang
digunakan untuk mendisain tebal lapis perkerasan lentur dengan metode analisa
komponen. Semakin besar nilai CBR, maka lapis perkerasan yang dibutuhkan menjadi
semakin tipis.
CBR dapat dibagi menurut cara melakukuan pengujian, yaitu CBR lapangan dan
CBR laboratorium. CBR laboratorium dibagi dua lagi, yaitu CBR laboratorium rendaman
(soaked CBR) dan CBR laboratorium tanpa rendaman (unsoaked CBR). CBR
laboratorium rendaman merupakan representasi dari nilai CBR tanah dasar saat
mengalami jenuh air. Pengujian CBR didahului dengan proses pemadatan dengan
prosedur yang sama dengan pengujian pemadatan standar maupun modified. Bila
pengujian CBR yang dirancang berupa CBR unsoaked, maka setelah proses pemadatan,
sampel tersebut langsung diuji penetrasinya pada alat CBR. Bila CBR yang dirancang
berupa CBR soaked, maka setelah proses pemadatan, benda uji direndam selama 4 kali
24 jam dan selama proses perendaman dilakukan pengujian swelling. CBR laboratorium
digunakan sebagai dasar dalam perencanaan, sedangkan CBR lapangan digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kepadatan tanah/perkerasan jalan setelah proses
pemadatan. CBR lapangan dikatakan memenuhi syarat bila nilainya minimal 95 % CBR
laboratorium atau sesuai ketentuan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat).
Nilai CBR laboratorium ditentukan berdasarkan pada beban pada penetrasi 1” dan
2 ” dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
P1
untuk penetrasi 1” : CBR(%) x100% (5.1)
3 x1000
P2
untuk penetrasi 2” : CBR(%) x100% (5.2)
3 x1500
dimana P1 (kN/inc2) adalah beban uji pada penetrasi 1”, P2 (kN/inc 2) adalah beban uji
pada penetrasi 2”, 1000 (psi) adalah beban standar pada penetrasi 1”, 1500 (psi) adalah
beban standar dalam pada penetrasi 2” dan 3 (inc 2) adalah luas dari permukaan piston
V-53
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
penekan. Nilai CBR yang dipakai adalah nilai pada penetrasi 1” tetapi bila setelah
beberapa pengujian ternyata CBR paqda penetrasi 2” > dari penetrasi 1 ” maka yang
dipakai adalah nilai pada penetrasi 2”.
CBR disain adalah CBR maksimum dari suatu sampel tanah yang dapat
direkayasa melalui proses pemadatan dilaboratorium. Untuk mendapatkan CBR
disain, dilakukan pengujian CBR untuk 15, 35 dan 65 tumbukan/lapis. Hubungan antara
jumlah tumbukan dengan CBR diplot dalam bentuk grafik. CBR disain didapat
berdasarkan korelasi dari dua buah grafik yaitu antara grafik hubungan antara kadar air
dengan kepadatan dikorelasikan dengan grafik hubungan antara jumlah pukulan dengan
CBR. Ilustrasi dari korelasi tersebut digambarkan dalam Gambar 5.2
CBR segmen adalah CBR yang dipakai sebagai dasar perhitungan tebal
lapis perkerasan. Karena biasanya jalan yang dibangun cukup panjang, maka sampel
yang dipakai untuk menetapkan kekuatan / Daya Dukung Tanah (DDT) diambil sampel
minimal 1 sampel per 500 meter. Berikut ini adalah urutan untuk menentukan CBR
segmen yang digunakan untuk menentukan Daya Dukung Tanah (DDT):
1. Urutkan nilai CBR mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi dalam bentuk
tabel.
2. Hitung jumlah nilai CBR yang sama atau lebih besar dari masing-masing urutan
nilai CBR diatas.
3. Hitunglah persentase jumlah diatas terhadap jumlah data CBR yang ada.
4. Buatlah grafik hubungan antara point 2 dan poin 3 diatas.
5. Nilai CBR yang mewakili yang dipakai dalam menentukan Daya Dukung Tanah
adalah nilai yang diperoleh dari prosentase 90 %.
Contoh Perhitungan CBR segmen : diketahui harga CBR di sepanjang ruas jalan yang
akan direncanakan adalah sebagai berikut : 3,4,3,6,6,5,11,10,6,6, dan 4 %. Maka sesuai
dengan panduan diatas dibuatlah tabel untuk perhitungan dan grafik seperti tabel 5.1
Tabel 5.1
Perhitungan CBR segmen
CBR Jumlah yang sama atau lebih Persen (%) yang sama atau lebih
besar besar
3 11 11/11x100% = 100 %
V-54
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
4 9 9/11x100% = 81,8 %
5 7 7/11x100% = 63,6 %
6 6 6/11x100% = 54,4 %
10 2 2/11x100% = 18,2 %
11 1 1/11x100% = 9,0 %
3,6 %
Gambar 5.1
Grafik perhitungan CBR segmen
CBR segmen atau yang dipakai acuan dalam menentukan Daya Dukung Tanah (DDT)
adalah yang didapat dari persentase 90 %. Caranya adalah dengan menarik garis
horizontal pada titik 90 % sampai bertemu dengan grafik lengkung dan meneruskan
kearah vertikal. Hasilnya adalah CBR yang mewakili = 3,6 %
dmax=1,450g
r/cm3
90% xdmax=1,305gr/cm
3
V-55
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Gambar 5.2
Menentukan CBR disain berdasar 2 grafik
V-56
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Keterangan gambar :
1. Plat penahan atas
2. Mur prisma
3. Tiang prisma
4. Poving ring
5. Piston penetrasi
6. Dial penetrasi
7. Piringan penekan
8. Piston mekanik
9. Jack
10. Engkol pemutar
11. Pelat penahan bawah
12. Palu penumbuk
13. Piringan pemisah
14. Keping beban bulat
15. Keping beban alur
16. Alat Perata
17. Alat Pengukur Swelling
18. Collar
19. Mold
20. Alas mold
21. Tripod
Gambar 5.3
Schema peralatan uji CBR (Putera, 2005)
5.4.2 PERSIAPAN CONTOH TANAH
Benda uji harus dipersiapkan menurut cara pemeriksaan pemadatan :
1. Contoh material kira-kira seberat 5 kg atau lebih, kemudian bahan tersebut
dicampur dengan air sampai kadar air optimum atau kadar air lain yang dikehendaki.
2. Cetakan dipasang pada keping alas dan ditimbang, piringan pemisah (spacer
dish) dimasukkan diatas keping alas dan kertas saring dipasang diatasnya.
3. Bahan tersebut dipadatkan didalam cetakan sesuai dengan cara standar atau
modified. Bila benda uji ini akan direndam, kadar airnya diperiksa sebelum
dipadatkan. Bila benda uji tersebut tidak direndam, pemeriksaan kadar air dilakukan
setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
V-57
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
4. Leher sambung dibuka dan tanah diratakan dengan alat perata. lubang-lubang
yang mungkin terjadi pada permukaan ditambal akibat lepasnya butir- butir kasar
dengan bahan yang lebih halus. Piringan pemisah dikeluarkan, dibalikkan dan
dipasang kembali cetakan berisi benda uji pada keping alas dan ditimbang.
5. Untuk pemeriksaan CBR langsung, benda uji ini telah siap untuk diperiksa. Bila
dikehendaki CBR yang direndam (Soaked CBR) harus dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Keping pengembangan dipasang diatas benda uji dan kemudian dipasang
keping pemberat yang dikehendaki (seberat 4,5 kg / 10 lbs) atau sesuai dengan
keadaan beban perkerasan.
b. Cetakan beserta beban direndam didalam air sehingga air dapat meresap dari
atas maupun dari bawah.
c. Tripod beserta arloji pengukur pengembangan dipasang dan dicatat
pembacaan pertama . Benda uji dibiarkan selama 96 jam. Permukaan air selama
merendam harus tetap (kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji). Pada akhir
perendaman dicatat pembacaan arloji pengembangan.
d. Cetakan dikeluarkan dari bak air dan dimiringkan 15 menit sehingga air bebas
mengalir habis. Selama pengeluaran air permukaan benda uji tidak boleh
terganggu.
e. Beban dari keping alas diambil, kemudian cetakan beserta isinya ditimbang,
benda uji CBR yang direndam telah siap untuk diperiksa.
V-58
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Gambar 5.4
Persiapan contoh tanah melalui proses
pemadatan
Gambar 5.5
Perendaman sampel setelah pemadatan untuk pengujian CBR soaked
V-59
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Gambar 5.6
Pengujian pada alat penetrasi CBR
5.4.3 PELAKSANAAN
1. Keping pemberat seberat minimal 4,5 kg (10 pound) atau sesuai dengan beban
perkerasan diletakkan diatas permukaan benda uji.
2. Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban yg dipergunakan
waktu perendaman. Pertama-tama diletakkan keping pemberat 2,27 kg (5 pound)
untuk mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping
pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan
benda uji.
3. Kemudian diatur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban
menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg (10 pound). Pembebanan permukaan
ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan
permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi
diatur menjadi nol.
4. Pembebanan dilakukan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan 1,25mm (0,05”); 0,187mm (0,075”); 2,5mm (0,10”); 3,75mm (0,15”);
5mm (0,20”); 7,5mm (0,30”); 10mm (0,40”); 12,5mm (0,50”).
5. Beban maksimum dan penetrasinya dicatat bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 12,50 mm (0,5”).
6. Benda uji dikeluarkan dari cetakan dan ditentukan kadar air dari lapisan atas
benda uji setebal 25,4 mm.
5.4.4 PERHITUNGAN
1. Pengembangan (swell) adalah perbandingan antara perubahan tinggi selama
perendaman terhadap tinggi benda uji semula, dinyatakan dalam persen.
2. Pembebanan dihitung dalam kg (lb) dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa keadaan permulaan dari kurva beban cekung akibat dari
V-60
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
ketidak teraturan permukaan atau sebab-sebab lain. Dalam keadaan ini titik nol-nya
harus dikoreksi.
3. Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada penetrasi
2,54 mm (0,1”) dan 5,08 mm (0,2”) hitung harga CBR. dengan cara membagi beban
standar masing-masing 70,31 kg/cm2 (1000 psi) dan 105,47 kg/cm2 (1500 psi) dan
kalikan dengan 100. Harga CBR diambil pada penetrasi 2,54 mm (0,1”). Apabila nilai
CBR pada penetrasi 5,08 mm lebih besar dari CBR pada penetrasi 2,54 cm, maka
dilakukan percobaan ulang. Apabila percobaan ulangan ini masih tetap menghasilkan
nilai C.B.R. pada penetrasi 5,08 mm lebih besar dari nilai C.B.R. pada penetrasi 2,54
mm (0,1”) maka harga C.B.R. diambil harga pada penetrasi 5,08 mm (0,2”). Bila
beban maksimum dicapai pada penetrasi sebelum 5,08 mm (0,2”), maka harga C.B.R.
diambil dari beban maksimum dengan standar yang sesuai.
V-61
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
5 Unit Weight =(1-2)/4 (gr/cm3) 1,576 1,741 1,774 1,825 1,863 1,837
WATER CONTENT
1 W. cont. (gr) 9,70 9,70 9,60 9,50 9,60 9,70
2 W. cont.+sample (gr) 67,40 65,40 60,15 55,48 54,57 60,13
3 W. cont.+dry sample (gr) 59,00 55,89 50,14 45,28 43,80 47,98
4 W. water (gr) 8,40 9,51 10,01 10,20 10,77 12,15
5 W.dry sample (gr) 49,30 46,19 40,54 35,78 34,20 38,28
6 Water Content w =(4)/(5)x100 (%) 17,04 20,59 24,69 28,51 31,49 31,74
7 Dry densityd = 100/(100+w) (gr/cm3) 1,346 1,444 1,423 1,420 1,417 1,395
Resume :
No. Description Value
1 Nature Water Content (w) 17,04 %
2 Optimum Moisture Content (w. 25,70 %
Opt)
3 Dry Density Maximum (d. max.) 1,450 gr/cm3
4 90 % of Dry Density Maximum (90% x d. ax.) 1,305 gr/cm3
V-62
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
CBR LABORATORIUM 15 X PUKULAN
PENETRATION
Time Penetration Dial Load
(minute) (inchi) Reading (lb)
0 0 0 0
0,25 0,0125 3 19
0,5 0,025 4 25
1 0,05 5 32
1,5 0,075 5,5 35
2 0,1 6,5 41
3 0,15 7,5 47
6 0,3 9 57
8 0,4 11,5 73
10 0,5 13 82
V-63
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
WATER CONTENT C.B.R Value
Before After
W. cont. (gr) 9,50 9,70 0,1 " 0,2 "
W. cont.+sample (gr) 63,00 45,00
W. cont.+dry sample (gr) 58,40 34,80 35 54
W. water (gr) 4,60 10,20 x100 x100
W.dry sample (gr) 48,90 25,10 3 x 1000 3 x 1500
Water Content w =(4)/(5)x100(%) 9,41 40,64 1,33 % 1,24 %
V-64
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Aim Dry Density : 1,450 gr/cm3
Aim Moisture : 25,70 % Before After
Content
W.cyl.+sample 10112 11149
(gr)
SWELLING : 8,911 % W.cylinder 6632 6632
(gr)
Date 20/07/0 21/07/0 22/07/0 23/07/07 W.sample 3480 4517
7 7 7 (gr)
Time 10,00 10,00 10,00 10,00 V.cylinder 2394 2394
(cm3)
Reading 10 18,73 20,49 21,46 Unit Weight 1,454 1,887
(gr/cm3)
Change 0 8,73 2 1 Dry Density 1,320 1,359
(gr/cm3)
PENETRATION
V-65
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
ATER CONTENT C.B.R Value
Before After
W. cont. (gr) 9,30 9,70 0,1 " 0,2 "
W. cont.+sample (gr) 63,50 48,30
W. cont.+dry sample (gr) 58,50 37,50 40 60
W. water (gr) 5,00 10,80 x100 x100
W.dry sample (gr) 49,20 27,80 3 x 1000 3 x 1500
Water Content w =(4)/(5)x100 (%)
10,16 38,85 1,33 % 1,33 %
V-66
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Aim Dry Density : 1,450 gr/cm3
Aim Moisture Content : 25,70 % Before After
W.cyl.+sample
(gr) 11033 12225
W.cylinder
SWELLING : 10,855 % (gr) 7276 7276
W.sample
Date 20/07/07 21/07/07 22/07/07 23/07/07 (gr) 3757 4949
V.cylinder
Time 10,00 10,00 10,00 10,00 (cm3) 2394 2394
Unit Weight
Reading 0 10,75 12 13,96 (gr/cm3) 1,569 2,067
Dry Density
Change 0 10,75 1 2 (gr/cm3) 1,429 1,445
PENETRATION
V-67
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
WATER CONTENT C.B.R Value
Before After
W. cont. (gr) 9,40 9,60 0,1 " 0,2 "
W. cont.+ sample (gr) 75,50 40,50
W. cont.+ dry sample (gr) 69,60 31,20 45 68
W. water (gr) 5,90 9,30 x100 x100
W.dry sample (gr) 60,20 21,60 3 x 1000 3 x 1500
Water Content w =(4)/(5)x100 (%) 9,80 43,06 1,50 % 1,51 %
V-68
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
RESUME
dmax=1,450gr
/cm3
90% xdmax=1,305gr/cm
3
No Description Value
1 Spesific gravity [Gs] (gr/cm3) 2,762
2 Optimum Moisture Content [OMC] % 25,70
3 Dry Density Maximum [ d.max ] (gr/cm3) 1,450
4 90 % x .d.max (gr/cm3) 1,305
5 CBR 100 % (%) 1,60
6 CBR 90 % (%) 1,20
V-69
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Location :
Lab. :
Date :
Technician :
V-70
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Resume :
No. Description Value
1 Nature Water Content (w) %
2 Optimum Moisture Content (w. %
Opt)
3 Dry Density Maximum (d. max.) gr/cm3
4 90 % of Dry Density Maximum (90% x d. ax.) gr/cm3
V-71
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
PENETRATION
V-72
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
WATER CONTENT C.B.R Value
Before After
W. cont. (gr) 0,1 " 0,2 "
W. cont.+sample (gr)
W. cont.+dry sample (gr)
W. water (gr) x100 x100
W.dry sample (gr) 3 x 1000 3 x 1500
Water Content w =(4)/(5)x100(%) % %
V-73
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Aim Dry Density : 1,450 gr/cm3 35 X blow,s
PENETRATION
Time Penetration Dial Load
(minute) (inchi) Reading (lb)
0 0
0,25 0,0125
0,5 0,025
1 0,05
1,5 0,075
2 0,1
3 0,15
4 0,20
6 0,3
8 0,4
10 0,5
V-74
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
WATER CONTENT C.B.R Value
Before After
W. cont. (gr) 0,1 " 0,2 "
W. cont.+sample (gr)
W. cont.+dry sample (gr)
W. water (gr) x100 x100
W.dry sample (gr) 3 x 1000 3 x 1500
Water Content w =(4)/(5)x100(%) % %
V-75
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
Aim Dry Density : gr/cm3 65 X blow,s
PENETRATION
Time Penetration Dial Load
(minute) (inchi) Reading (lb)
0 0
0,25 0,0125
0,5 0,025
1 0,05
1,5 0,075
2 0,1
3 0,15
4 0,20
6 0,3
8 0,4
10 0,5
V-76
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
WATER CONTENT C.B.R Value
Before After
W. cont. (gr) 0,1 " 0,2 "
W. cont.+sample (gr)
W. cont.+dry sample (gr)
W. water (gr) x100 x100
W.dry sample (gr) 3 x 1000 3 x 1500
Water Content w =(4)/(5)x100(%) % %
V-77
Job Sheet Mekanika Tanah 2 Jurusan Teknik Sipil PNB
RESUME
No Description Value
3
1 Spesific gravity [Gs] (gr/cm ) 2,762
2 Optimum Moisture Content [OMC] % 25,70
3 Dry Density Maximum [ d.max ] (gr/cm3) 1,450
4 90 % x .d.max (gr/cm3) 1,305
5 CBR 100 % (%) 1,60
6 CBR 90 % (%) 1,20
6.1 KOMPETENSI
Mahasiswa memahami tujuan, macam pengujian dan cara melakukan pengujian CBR
lapangan.
6.2 INDIKATOR
1. Mahasiswa dapat menguraikan maksud/tujuan pengujian CBR lapangan
2. Mahasiswa dapat melakukan dan menganalisa hasil pengujian
3. Mahasiswa dapat membuat laporan pengujian CBR dengan DCP (Dinamic
Cone Penetrometer).
Gambar 6.1
Schema alat DCP
6.4.2 PELAKSANAAN
a. Letakkan alat yang sudah dirakit diatas permukaan yang akan diuji. Alat harus
dalam posisi tegak/tegak lurus. Bila tidak tegak lurus maka akan mempengaruhi
hasil pengukuran akibat gesekan hamer dengan stang pelurus.
b. Baca posisi awal penujukan mistar (Xo) dalam satuan mm terdekat. Posisi bacaan
awal tidak harus nol. Masukkan nilai Xo ini dalam kolom kedua pada format
laporan.(seperti Tabel 6.1).
d. Baca posisi mistar ukur (X1 mm) setelah penetrasi. Masukkan nilai X1 pada
blanko/format laporan pada kolom kedua untuk tumbukan pertama (n =1 pada
baris kedua)
e. Ulangi langkah ke c-d sampai batas kedalaman yang ingin diteliti. Masukkan
data-data X2, X3........Xn pada kolom ke 2.
6.4.3 PERHITUNGAN
a. Isilah kolom ke 3 dengan rumus Xn-Xo
25
b. Kolom ke 4 diisi dengan rumus Xn
Xn Xo
TITK :
LAPANGAN PERHITUNGAN
Tumbukan Bacaan Penetrasi Tumbukan Nilai CBR (%)
(n) mistar (mm) (mm) per 25 mm Grafik 1 Grafik 2 CBR(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
CBR total
CBR rata- rata = CBR total/n
TITK :
LAPANGAN PERHITUNGAN
Tumbukan Bacaan Penetrasi Tumbukan Nilai CBR (%)
(n) mistar (mm) (mm) per 25 mm Grafik 1 Grafik 2 CBR(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
CBR total
CBR rata- rata = CBR total/n
TITK :
TITK :
LAPANGAN PERHITUNGAN
Tumbukan Bacaan Penetrasi Tumbukan Nilai CBR (%)
(n) mistar (mm) (mm) per 25 mm Grafik 1 Grafik 2 CBR(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
CBR total
CBR rata- rata = CBR total/n
* Bila pengujian dilakukan pada banyak titik, maka tabel ini harus diperbanyak.
94
DAFTAR PUSTAKA
Book Compeny.
Das Braja M, Noor Endah, Indra Surya B Mochtar, 1988, Mekanika Tanah (Prinsip-
Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, Yayasan Badan Penerbit PU.
Jatmiko Soedarmo G. , Ir. S.J.Edy Purnomo, 1993, Mekanika Tanah 2, Kanisius, Malang.
Smith G.N., Ian G.N.Smith, 1988, Elements of Soil Mechanics, Blackwell Science.
Surya Negara, Wiraga, Dewa Ketut Sadiadnya, 2007, Laporan Expermen Laboratorium
Mekanika Tanah.
Suyono Sosro Darsono, Kazuto Nakazawa, 1990, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi,
PT Pradnya Paramita,Jakarta.
Putera Ida Bagus Ir, Diaparna I Putu, 2005, Pengujian tanah II MPB-41013, Jurusan
Wiraga I Wayan dkk, 1997, Kajian Teknis terhadap Kerusakan Jalan Kerobokan-Munggu.
95