Anda di halaman 1dari 6

Naskah Drama

Legenda Ande Ande Lumut


Narator : Alkisah, di Jawa Timur, berdirilah suatu kerajaan yang damai dan tentram. Kerajaan
tersebut dipimpin oleh seorang raja muda yang adil, berani dan berwibawa yang bernama
Panji Asmarabangun, yang mempunyai istri seorang ratu yang bernama Dewi
Sekartaji.Namun kedamaian kerajaan itu tiba tiba terganggu oleh berita akan adanya
serbuan oleh kerajaan musuh. Dikarenakan hal itu, maka Panji Asmarabangun bersiap
berangkat memerangi serbuan musuh bersama pasukannya.

Dialog antara Asmarabangun & Sekartaji

Asmarabangun: Sekartaji, doakan aku ya, semoga dengan bantuan tuhan, kita bisa memenangkan
pertempuran ini.

Sekartaji:Tentu saja kakanda, adinda akan mendoakan sepenuh hati. Tetapi.. ada suatu keraguan di
hati adinda..

Asmarabangun: Apakah keraguan itu, wahai adinda, yang membuatmu tidak nyaman akan
kepergianku.

Sekartaji: Bukannya mendoakan, tetapi adinda atau kakanda tidak ada yang tahu dengan kehenedak
tuhan.. Apa yang harus adinda lakukan bila kakanda tidak kembali.. Adinda takut dengan
kejahatan yang akan dilakukan kerajaan musuh..

Asmarabangun: Kakanda mengerti. Bagaimana kalau begini saja, daripada adinda merasa khawatir
menanti yang tak pasti, bagaimana kalau adinda pergi, melarikan diri menuju desa
yang jauh darisini, dan menyamar menjadi gadis desa. Dengan begitu, kerajaan
musuh tidak akan bisa mencari adinda bila kakanda kalah dalam pertempuran.

Sekartaji: Baiklah bila itu yang menurut kakanda terbaik, maka itu yang akan adinda lakukan. Semoga
tuhan melindung kita semua, selamat tinggal kakanda.

Narator: Setelah mengucapkan selamat tinggal dan berpamitan, maka berangkatlah Pan ji
Asmarabangun bersama tentaranya menuju medan pertempuran.

Sementara itu, berangkat pula Dewi Sekartaji menuju sebuah desa yang jauh dari
Kerajaan Jenggala. Ia memutuskan untuk menyamar menjadi gadis desa dan
mengabdi kepada seorang janda kaya raya, yang bernama Nyai Intan. Nyai Intan
mempunyai tiga putri yang bernama Kleting Abang yang paling tua, Kleting Ijo, dan
Kleting Biru yang paling muda. Oleh Nyai Intan, Dewi Sekartaji diangkat menjadi
anak angkat dan diberi nama Kleting Kuning. Oleh Nyai Intan dan putrinya, Kleting
Kuning sering diperlakukan kasar, bagaikan Pembantu yang tidak dihargai.
Dialog antara Nyai Intan, Kleting Abang, Kleting Ijo, Kleting Biru, dan Kleting Kuning.

Kleting Abang: Kuning!!! Kok kamu bodoh sekali sih… cuci baju kok masih bau seperti ini

Kleting Ijo: Tau nih kak, bajuku juga nggak bersih nih,bisa nyuci ga sih ?!

Klenting abang: (menjambak rambut klenting kuning)

Kleting Biru dan klenting ijo : (bersorak-sorak) ayo kak terus aja jambak rambut nya biar dia tau rasa.

Klenting kuning : ampun ampun mbak yu

Nyai Intan: heh heh hehhh… apa apaan ini… sudah- sudah lepaskan klenting abang

Klenting abang: aduh bu kok ibu malah ngebela kuning sih!!

Nyai intan: sudah ini sudah jam makan siang. Kalian pasti lapar kan? Lebih baik kita makan.

Klenting kuning: (berjalan mengikuti mereka)

Nyai Intan: hey kamu klenting kuning ngapain kamu ikut-ikut!? Kamu sudah makan tadi pagi kan?
Lebih baik kamu bereskan pekerjaan rumah dan bersihkan kembali baju kakak-kakak mu!

Kleting Kuning: Iya ibu.

Nyai Intan : apa? Saya tadi mendengar apa? Ibu? Sudah kan aku menyuruh kamu memanggil aku
ibu? Panggil aku nyonya

Klenting Kunging: b..ba..baik ibu maksudnya nyonya

Narator: Sementara itu, ternyata Panji Asmarabangun berhasil mengalahkan pasukan musuh.
Di Istana, dia sedang gundah gulana, bingung kemana perginya Dewi Sekartaji. Tiba tiba
datang Patih Dharmayudha, orang kepercayaan Panji Asmarabangun

Dialog antara Panji Asmarabangun dan Patih Dharmayudha

Asmarabangun: Wahai Dharmayudha, apakah kau sudah mendapat kabar tentang keberadaan
Istriku?

Dharmayudha: Ampun baginda, hamba belum memukannya, tetapi hamba mendengar kabar akan
akan adanya seorang pembantu yang mirip istri hamba yang mengabdi pada seorang
janda yang bernama Nyai Intan. Itu saja yang hamba ketahui.

Asmarabangun: Baiklah, ini yang akan aku lakukan, aku akan menyamar sebagai Ande Ande Lumut,
seorang pangeran kaya yang sedang mencari istri, aku akan mengadakan sayembara
tersebut di desa dadapan, karena desa tersebut berada di seberang desatempat
Nyai Intan itu. Sedangkan tugas kau, sekarang sebarkan pengumuman tersebut di desa
dadapan dan di desa tempat Nyai Intan, semoga gadis yang mirip istriku itu ikut
hadir.
Dharmayudha: Siap Baginda.

Narator: Maka dengan seketika Dharmayudha berangkat menuju desa Dadapan dan desa tempat
Nyai Intan berada, dan mengumumkan sayembara tersebut. Betapa senangnya hati Kleting
Abang, Kleting Ijo dan Kleting Biru mendengar berita tersebut. Mereka akan berdandan
secantik-cantiknya untuk memikat Ande Ande Lumut.
Di hari sayembara tersebut, Kleting Abang, Ijo, dan biru sedang berdandan untuk
mengalahkan peserta yang lain, tiba tiba Kleting Kuning mendekati mereka

Dialog antara Kleting Kuning, Kleting Abang, Kleting Ijo, Kleting Biru, dan Nyai Intan.

Klenting biru: duh cantik nya diriku. Kalau begini pangeran akan tertarik melihat ku

Klenting ijo: apa – apaan jelas pangeran tertarik nya sama aku lah.. disini yang paling cantik hanyalah
aku.

Klenting abang: duh kalian ngapain sih rebut-ribut disini kan sebagai kakak tertua aku ya berarti
pangeran lebih tertarik dengan ku dari pada kalian.

Nyai Intan: aduh ada apa sih ini berisik-berisik? Bisa ga sih kalian sehari akur?

Klenting abang: ini nih mereka bilang kalau mereka lebih cantik. Jelas-jelas disini yang kakaknya aku
berarti aku yang lebih cantik

Klenting ijo: wah gabisa begitu aku lah yang lebih cantik

Klenting biru: tidak aku yang lebih cantik!

Nyai Intan: aduh semua anak ibu disini cantik-cantik kok. Memangnya ada apa sih? Kok kalian hari ini
berpenampilan beda?

Kleting Biru: Iyalah, kan ibu tau kalau kita mau datang ke sayembara seorang pangeran, jadinya kita
harus tampil beda dong bu hari ini.

Nyai Intan: oh rupanya kalian sudah tau akan sayembara itu. Iya di sayembara itu ada seorang
pangeran yang sedang mencari pasangan pendamping untuk hidup nya. nama pangeran itu…. Ande-
Ande Lumut.

Klenting biru, Klenting ijo, Klenting abang: hah? Ande-ande lumut? HHAHAHAHAHAAH

Klenting ijo: dari nama yang aneh itu, apakah yakin dia seorang pangeran tampan?

Nyai intan: hus dia itu bukan pangeran sembarangan loh!

Klenting biru: pangeran jadi-jadian dong bu?

Klenting ijo dan Abang : HAHAHAHAHAHAHAHA

Nyai Intan: aduhh sudah sudah pokoknya kita siap-siap terus berangkat. Kalian liat saja nanti
tampang pangeran akan seperti apa.

Klenting biru: kuning kamu mau ikut?


Kleting Ijo: kamu ngapain ngajak dia? Memang nya kamu yakin kalau dia pantas? Melihat
penampilan nya seperti itu hanya saja membuat ibu malu.

Nyai Intan: sudah… sudah ayo anak-anak kita berangkat. Sedangkan kamu kuning bereskan rumah
cuci baju mereka! Awas aja kalau kami datang melihat pekerjaan mu yang tidak selesai. Kamu tidak
akan mendapat makan malam!

Kleting Kuning: Baik nyonya

Narator: Maka Nyai Intan bersama putrinya berangkat menuju desa dadapan. Sementara itu, Kleting
Kuning berangkat ke sungai untuk mencuci pakaian. Ia tidak tertarik untuk mengikuti
sayembara tersebut, karena masih teringat akan suaminya, Panji Asmarabangun, yang
sampai saat ini belum diketahui masih hidup atau sudah mati di pertempuran.

Sementara itu, Patih Dharmayudha yang ditugaskan oleh Panji Asmarabangun untuk
mencari tahu tentang pembantu Nyai Intan yang mirip Istri Panji Asmarabangun, akhirnya
menemukanklenting Kuning. Setelah yakin bahwa yang dilihatnya adalah Dewi Sekartaji, dia
memutuskan untuk menyamar menjadi seorang kakek tua, dan mendekati Dewi Sekartaji.

Dialog antara Kleting Kuning dan Kakek Tua

Kakek: Wahai tuan puteri! Pergilah menuju sayembara di desa Dadapan, disana tuan puteri akan
bertemu dengan suami sang puteri! Bawalah jimat ini, bila puteri butuh pertolongan,
gunakanlah jimat ini!

Narator:Setelah berkata begitu, dengan sekejap mata hilanglah sang kakek, meninggalkan batu jimat
di batu dekat Klenting Kuning. Terkejut, Klenting Kuning segera kembali ke rumah, bersiap
siap berangkat menuju desa Dadapan.

Sementara itu, Nyai Intan dan putrinya telah sampai di tepi bengawan solo. Mereka harus
menyeberangi sungai yang luas ini untuk menuju desa dadapan. Sedangkan mereka tidak
memiliki perahu.

Dialog antara Kleting Abang dan Kleting Ijo

Kleting Ijo: Aduh, bagaimana ini kak? Sungai ini lebar sekali, nggak mungkinlah kita berenang ke
ujung, gimana ya kak, masa kita pulang sih?? Pengen banget ketemu doiiii nih!!

Kleting Abang: Eh dek, coba liat disana ada orang tuh!

Narator: Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Patih Dharmayudha, yang ditugaskan oleh Panji
Asmarabangun untuk menyamar menjadi pemuda sakti untuk menguji peserta sayembara
yang akan menyeberangi sungai tersebut.

Dialog antara Nyai Intan, Kleting Abang, Kleting Ijo, dan Kleting Biru dengan pemuda.

Nyai Intan: Wahai Pemuda, kami akan mengikuti sayembara di desa seberang, dapatkah tuan
membantu kami menyeberang?

Pemuda:Ha ha ha, mengapa tidak? Tetapi, adakah imbalan buatku?


Nyai Intan: Tentu saja ada. Apa yang engkau inginkan? Uang berapapun tidak menjadi masalah.

Pemuda:Hah, aku tidak membutuhkan uang. Tetapi, mungkin aku akan membantu kalian
menyeberang, bila Nyai mengijinkan putri Nyai yang cantik ini untuk menciumku di pipi.

Nyai Intan: Hah, persyaratan macam apa ini? Bagaimana anak anak?

Kleting Abang: Ya sudahlah! Demi bertemu doi, apapun akan kulakukan, bahkan jika harus mencium
orang lain sekalipun.

Narator: Maka Kleting Abang, Kleting Ijo, dan Kleting Biru bergantian mencium pipi Pemuda tersebut
dan sesuai janjinya, sang Pemuda dengan kekuatannya membantu mereka menyeberang.

Beberapa saat kemudian, sampailah Kleting Kuning di tepi sungai Bengawan Solo, dan
bertemulah dia dengan pemuda sakti tersebut.

Dialog antara Kleting Kuning dan Pemuda

Kleting Kuning: Wahai Pemuda, maukah kamu membantuku untuk menyeberangi sungai ini?

Pemuda: Tentu saja aku mau, tetapi harus ada imbalan buatku. Aku ingin kamu untuk menciumku di
pipi.

Kleting Kuning: Maaf tuan, tapi aku tidak bisa memenuhi persyaratan tersebut. Tetapi aku bisa
memberikanmu ini.

Narator: Kleting Kuning kemudian memberikan batu jimat kepada pemuda tersebut. Terpukau oleh
kekuatan batu jimat tersebut, sang pemuda setuju untuk membantu Kleting Kuning untuk
menyebrangi sungai, bahkan mengantar sampai ke desa Dadapan.

Setibanya di desa Dadapan, bertemulah Kleting Kuning dengan Nyai Intan dan Putrinya.
Beberapa saat kemudian, sayembara dimulai. Putri-putri Nyai Intan bergantian mencoba
memikat hati Ande Ande Lumut, namun tak satupun disukai oleh Ande Ande Lumut.
Melihat itu, Nyai Intan memohon kepada Ande Ande Lumut.

Dialog Nyai Intan dan Ande Ande Lumut

Nyai Intan: Tolonglah tuan, terimalah salah satu putriku menjadi istri Tuan, kurang apakah mereka
semua tuan?

Ande Ande Lumut: Maaf Nyai, mereka memang cantik, tetapi mereka bukan tipeku.

Narator: Tiba tiba Ande Ande Lumut melihat seorang perempuan berdiri di belakang, terkejut karena
mengira kalau itu adalah Dewi Sekartaji, ia berteriak.

Ande Ande Lumut: Kamu, gadis yang disana. Bisa tolong kedepan?
Narator: Ternyata yang ditunjuk oleh Ande Ande Lumut adalah Kleting Kuning, setelah Kleting kuning
maju kedepan, Ande Ande Lumut Berdiri dari kursinya

Dialog antara Ande Ande Lumut, Nyai Intan, dan Kleting Kuning

Ande Ande Lumut: Aku memilih dia sebagai permaisuriku

Nyai Intan: Mengapa dia tuan? Mengapa memilih gadis desa yang jelek ini dibanding putriku?

Ande Ande Lumut: Maaf Nyai, walaupun putri Nyai cantik, tetapi putri Nyai tidak lulus ujian, yaitu
mau mencium pemuda yang ada di tepi sungai Bengawan Solo. Berbeda dengan
gadis ini, yang memilih untuk menolak mencium sang pemuda.

Kleting Kuning: Maaf tuan, tetapi saya tidak bisa menerima permintaan tuan, karena saya sudah
memiliki kekasih.

Narator: Kagum melihat kesungguhan hati Klenting Kuning, Ande Ande Lumut membuka
penyamarannya, dan menunjukkan bahwa dia adalah Panji Asmarabangun

Asmarabangun: Bagaimana sekarang, maukah kamu menjadi permaisuriku?

Kleting Kuning: Ya tuhan, kakanda Asmarabangun!

Narator: Ketika mengetahui bahwa Ande Ande Lumut adalah Panji Asmarabangun, maka Kleting
Kuning juga membuka samarannya, dan menunjukkan bahwa dia adalah Dewi Sekartaji.
Asmarabangun yang juga terkejut sangat bahagia, dan mereka berdua melepas rindu, dan
kembali ke istana. Sedangkan Nyai Intan dan putrinya kembali ke rumah dengan rasa
kecewa dan malu.

Anda mungkin juga menyukai