Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai suatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi”
(Yosep,2010).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka penulis  mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah
persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata.
2. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladatif

1. Pikiran logis 1. Proses pikir 1. Gangguan


2. Persepsi akurat terganggu proses pikir
3. Emosi konsisten 2. Ilusi (waham)
dengan 3. Emosi berlebihan 2. Halusinasi
pengalaman atau kurang 3. Kerusakan
4. Perilaku sesuai 4. Perilaku tidak proses emosi
5. Hubungan sosial biasa 4. Perilaku tidak
harmonis 5. Menarik diri terorganisir
5. Isolasi sosial
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.
3. Faktor Penyebab
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010) yaitu :
1) Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya
kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP).
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan terakitvasinya
neurotrasmitter otak. Misalnya tejadi ketidakseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang 
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami
gangguan jiwa cenderung mangalami gangguan jiwa dan faktor
keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
2) Faktor presipitasi
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu
lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan  penyebab  halusinasi  terjadi. Isi 
dari  halusinai dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego
seseorang yang pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego itu sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien
d. Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi
sosial dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan
untuk beribadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Klien sering memaki takdir tetapi lemah dalam
upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain
yang menyebabkan memburuk.
4. Proses Terjadinya
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk
mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini
terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan
terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien
sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi
yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien
sangat membahayakan.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien gangguan persepsi sensori: Halusinasi
pendengaran menurut Stuart (2007),perilaku yang mewakili klien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurologis
maladaptif yaitu:
1) Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas,yang menyisakan sedikit energi untuk aktifitas hidup
sehari-hari.
2) Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3) Menarik Diri
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan, yaitu :
1) Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia biasanya
diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain :
- Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi
akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg, im.
Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya klien
bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
- Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile.
Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x
100mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1x100
mg pada malam hari saja (Yosep, 2011).
b. Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi
kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
c. Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila menarik diri dia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan penderita untuk
mengadakan permainan atau pelatihan bersama (Maramis, 2005).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adatif. Aktivitas
berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus
yang disediakan), stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan
proses persepsi klien yang maladaptive atau distruktif, misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative pada orang
lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.
Kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang
disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah,
gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan testimulasi emosi dan perasaannya, serta
menampilkan respons. Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah :
musik, seni menyanyi, menari. Jika hobby klien diketahui sebelumnya,
dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.
7. Prinsip Tindakan Keperawatan
1. Tetapkan hubungan saling percaya dan lakukan dengan kontak sering
dan singkat
2. Kaji gejala halusinasi
3. Fokus pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi
4. Tidak mendukung atau menentang halusinasi
5. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan
yang baru saja dialami
6. Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan
dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi ( saat ini maupun
yang lalu )
7. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan dalam
isi halusinasi
8. Hadirkan realitas
9. Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta
pertahankan kontak mata
10. Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus
halusinasi
11. Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan
12. Diskusikan manfaat dari taerapi medis dengan klien
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas ditulis lengkap seperti nama, usia dalm tahun, alamat,
pendidikan, agama, status perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomer rekam
medic dan diagnose medisnya
b. Alasan Masuk
Menanyakan kepada klien/keluarga/pihak yang berkaitan dan tulis
hasilnya, apa yang menyebabkan klien dating ke rumah sakit, apa yang sudah
dilakukan oleh klien/keluarga sebelumnya atau dirumah untuk mengatasi masalah
ini dan bagaimana hasilnya.
Pasien dengan halusinasi biasanya dilaporkan oleh keluarga bahwa paien
sering melamun, menyendiri dan terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri.
c. Faktor Predisposisi
Menanyakan apakah pasien perah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa lalu, factor
genetic dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak
menyenagkan.
d. Pemeriksaan Fisik
Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/berat
badan, ada/tidak keluhan fisik seperti nyeri dll.
e. Pengkajian Psikososial
1. Genogram
Membuat genogram beserta keterangannya, untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat genetic yang menyebabkan/menurunkan
gangguan jiwa
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuhnya yang paling/tidak disukai
b. Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/ posisi tersebut,
kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan.
c. Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat
dan bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran
tersebut.
d. Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan.
e. Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana
penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.
f. Hubungan Sosial
Mengkaji siapa orang yang berarti/terdekat dengan klien, bagaimana peran
serta dalam kegiatan dalam kelompok/masyarakat serta ada/tidak
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
g. Spiritual
Apa agama/keyakinan klien. Bagaimana nilai, norma, pandangan dan
keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat tentang gangguan
jiwa sesuai dengan norma budaya dan agam yang dianut.
h. Status Mental
1. Penampilan
Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian,
kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata.
2. Pembicaraan
Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras.
Gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu dll.
3. Aktivitas motorik (Psikomotor)
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal t
ingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (tik, seringan,
tremor) dan isyarat tubuh yang tidak wajar.
4. Afek dan emosi
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relative lama dan dengan
sedikit komponen fisiologis/fisik seperti bangga, kecewa.
Emosi adalah manifestasi afek yang ditampilkan/diekspresikan keluar,
disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung relative lebih
singkat/spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira
berlebihan.
5. Interaksi selama wawancara
Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak, bagaimana
kontak mata dengan perawat dll.
6. Persepsi sensori
Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “ apakah anda sering
mendengar suara saat tidak ada orang? Apa anda mendengar suara orang
yang tidak dapat anda lihat? Apa yang dilakukan oleh suara itu.
Memeriksa ada/ tidak halusinasi, ilusi.
7. Proses pikir
Bagaimana proses pikir klien, bagai mana alur pikirnya
(koheren/inkoheren), bagaimna isi pikirnya realistis/ tidak.
8. Kesadaran
Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.
9. Orientasi
Bagaimna orientasi pasien terhadap waktu, tempat dan orang.
10. Memori
Apakah klien mengalami gangguan daya ingat.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi, bagaimana
kemampuan berhitung klien.
12. Kemampuan penilaian
skor Keterangan karakteristik
0 Tidak ada Tidak cukup informasi
1 Sangat berat Keputusan yang diambil maladaptive
dan prilakunya berisiko
membahayakan diri sendiri dan orang
lain
2 Berat Penilaian yang diambil maladaptif
3 Sedang Tidak mampu membuat penilain
sederhana (konstruktif dan adaptif)
meskipun telah mendapatkan bantuan
orang lain
4 Ringan Mampu membuat penilaian sederhana
dengan bantuan orang lain

13. Daya tilik diri


Apakah klien mengingkari penyakit yang diderita, apakah klien
menyalahkan hal-hal diluar dirinya
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan
kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum
j. Mekanisme Koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
k. Masalah Psikososial
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
l. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
m. Aspek Medik
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
2. Daftar Masalah
a. Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal).
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
c. Isolasi Sosial

3. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan
(diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)
(Effect)

Gangguan persepsi sensori: halusinasi


(Core Problem)

Isolasi sosial
(Causa)
4. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)
5. Rencana Keperawatan(NCP)
Perubahan Persepsi Sensorik : Halusinasi
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
2. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau
duduk bersama.
3. Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
4. Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
5. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara
bertahap dengan keluarga
Intervensi : 

1. Bina hubungan saling percaya.

2. Buat kontrak dengan klien.

3. Lakukan perkenalan.

4. Panggil nama kesukaan.

5. Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.


6. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya 
serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab
pasien tidak mau bergaul/menarik diri.

7. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang
mungkin jadi penyebab.

8. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.

9. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.

10. Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan


melalui tahap-tahap yang ditentukan.

11. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.

12. Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari


berhubungan.

13. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi


waktunya.

14. Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.

15. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.

16. Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan


keluarga.

17. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri,


penyebab dan car a keluarga menghadapi.

18. Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.

19. Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien


minimal sekali seminggu.
6. Implementasi
SP I
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Mendiskusikan jenis halusinasi pasien.
3. Mendiskusikanisi halusinasi pasien.
4. Mendiskusikan waktu halusinasi pasien.
5. Mendiskusikan frekuensi halusiansi pasien.
6. Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi .
7. Mendiskusikan respon pasien terhadap halusinasi
8. Mengajarkan pasien untuk menghardik
9. Menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwalkegiatan harian
7. Evaluasi
S:Klien mengatakan sering mendengar suara yang memanggil-manggil
namanya
O:Klien tampak memperhatikan ucapan perawat dan mengikuti instruksi
untuk menghardik halusinasi
A:Masalah teratasi sebagian
P: Akan dilaksanakan tindakan selanjutnya
C. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/395609150/LAPORAN-
PENDAHULUAN-halusinasi
https://id.scribd.com/doc/239681321/Implementasi-halusinasi
https://id.scribd.com/document/253383693/7-LP-Jiwa
https://id.scribd.com/document/317042024-LP-7-Diagnosa-Utama-
Keperawatan-Jiwa-pdf
https://www.scribd.com/document/388774593/7-lp-jiwa

Anda mungkin juga menyukai