Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus dilakukan terutama
dalam perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke
paradigma sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit
menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma
sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada
pelayanan promotif dan preventif. Perubahan paradigma dapat menjadikan
masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan
perubahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat
masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya
kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat
yang Mandiri dan Berkeadilan”.
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi sehat
sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang
berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah bertanggungjawab
memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan.
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan
kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemmpuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk”
masyarakat itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat ?
2. Apakah tujuan serta prinsip dari pemberdayaan masyarkat?
3. Bagaimanakah peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat?
4. Apa sajakah kegiatan dari pemberdayaan masyarakat?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam membandingkan
antara teori dan praktek konsep pemberdayaan masyarakat, serta untuk
mengetahui informasi-informasi mengenai konsep pemberdayaan masyarakat.
Tujuan Khusus
1. Memahami konsep pemberdayaan masyarakat
2. Mengetahui tujuan serta prinsip pemberdayaan masyarakat
3. Bagaimanakah peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat?
4. Mengetahui kegiatan pemberdayaan masyarakat
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi mengenai konsep pemberdayaan masyarakat
2. Memberikan informasi mengenai tujuan serta prinsip pemberdayaan
masyarakat
3. Bagaimanakah peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat?
4. Memberikan informasi mengenai kegiatan pemberdayaan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Shardlow (1998) menyebutkan pemberdayaan masyarakat atau community
development (CD) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat
dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan
memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudi,
2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada
sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
Hikmat (2004) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan
selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan
keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu
dan sosial. Adi (2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk
menggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan. Dalam arti sempit
istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan dengan
pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan
berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa)
kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality
development).
2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoadmojdo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :
1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara
– cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan
kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan
dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar
kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya
adalah pengetahuan kesehatan.
2. Menimbulkan kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan
atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan.
Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai
indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat
dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan
saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari
berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya
kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Menimbulkan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat,
baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan
atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal
mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit,
gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat
yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
mengenali potensi-potensi masyarakat setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi
dan sebagainya.
2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan
sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses
memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan
kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan :
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung
keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk
sumber daya alam / kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih
ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi
sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun
melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi
sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan
tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik
tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan
atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan
memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai
penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat
agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau
kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk
partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan
bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta
dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai
tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan
masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
2.4 Peran Petugas Kesehatan
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau
berkontribusi terhadap program tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
vokasional.
2.5 Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
2.5.1 Pembentukkan Kader Kesehatan
A. Pengertian Kader
Pengertian kader yang terdapat pada Permenkes No. 25 Tahun 2014 adalah
setiap orang yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-
masalah kesehatan perorangan atau masyarakat serta bekerja di tempat tempat
yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kesehatan dalam hubungan yang
amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang berasal dan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat setempat, yang telah mendapat pelatihan dan merasa
terpanggil untukmelaksanakan memeliharan dan mengembangkan
kegiatan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dalam usaha
pengembangan.
Kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, yang dipilih oleh
masyarakat sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara di
Desa siaga (Fallen & Budi, 2010). Kader merupakan tenaga masyarakat yang
dianggap paling dekat dengan masyarakat.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat
setempat serta pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat kesehatan.
Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para
pembimbing dalam jalinan kerja dari sabuah tim kesehatan. Para kader kesehatan
masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full time atau part time dalam bidang
pelayanan kesehatan, dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya.
oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas (Meilani, 2009).
Kader kesehatan yang berada di sekitar masyarakat wajib mempunyai
bekaltingkat pengetahuan yang tinggi terhadap kesehatan yang terjadi di kalangan
masyarakat. Kader kesehatan merupakan sasaran yang tepat dalam
pelaksanaanprogram kesehatan karena dianggap sebagai tempat rujukan pertama
pelayanan kesehatan. Kader kesehatan dilatih dan berfungsi sebagai monitor,
pengingat dan pendukung untuk mempromosikan kesehatan. Kader ini adalah
kepanjangan tangan dari puskesmas atau Dinas Kesehatan kepada masyarakat di
wilayah kerjanya. Kader dianggap sebagai rujukan dalam penanganan berbagai
masalah kesehatan.
Kader Kesehatan sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat
memegang peranan penting dalam kebenaran informasi yang diterima oleh
masyarakat sebagai modal dalam pembentukan perilakunya terutama di bidang
kesehatan, tidak hanya bekal pengetahuan dari kader kesehatan saja yang
dibutuhkan dalam keberhasilan suatu penyuluhan, tetapi juga keterampilan dari
kader kesehatan tersebut untuk menyampaikan informasi.
B. Tugas Kader Kesehatan
Tugas dari kader kesehatan masyarakat adalah sebagai pemberi informasi dan
pelaku penyuluhan kepada masyarakat tentang informasi masalah kesehatan.
Kader kesehatan harus mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan untuk
menyampaikan informasi dalam penyuluhan. Menurut WHO, kader kesehatan
masyarakat seharusnya membantu pemerintah daerah setempat dan masyarakat
setempat untuk mengambil inisisatif dan memperlihatkan adanya kemauan untuk
setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun masyarakat.
C. Tujuan Dan Prinsip Pembentukkan Kader Kesehatan
Tujuan pembentukkan kader adalah untuk membantu masyarakat
mengembangkan kemampuannya mengetahui dan memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapinya secara swadaya sebatas kemampuannya. Dalam
Pembentukkan kader kesehatan didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Dari segi pengorganisasian dan pelayanan kesehatan
Dalam usaha yang menyangkut kemasyarakatan supaya berhasil dan bertahan
lama diperlukan cara-cara dan alat yang murah sehingga dapat di terima setiap
orang. Dapat diterapkan untuk skala kecil dan sesuai dengan kebutuhan
manusiauntuk mengembangkan kreatifitas. Cara pengorganisasian disusun atau
dijalankan dari bawah sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan
masyarakat.
2. Dari segi kemasyarakatan
Upaya kesehatan sangat erat hubungannya dengan social budaya masyarakat
terutama bila dikaitkan dengan usaha menumbuhkan peran serta masyarakat..
Mengingat kader bukanlah tenaga professional maka jenis tugas yang dilimpahkan
kepada mereka adalah bersifat sederhana.
D. Macam-macam Kader Kesehatan Di Puskesmas
1. Kader Posyandu Balita
Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan
rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi dan
balita.
2. Kader Posyandu Lansia
Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin
setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien
lansia.
3. Kader Masalah Gizi
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan,
penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi (malnutrisi).
4. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas melakukan pendataan,
pemeriksaan ibu hami dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan
(penyakit).
5. Kader Keluarga Berencana (KB)
Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan,
pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan tempat
tinggalnya
6. Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan
pemeriksaan jentik nyamuk di rumah penduduk sekitar wilayah kerja puskesmas
7. Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di lingkungan pos tempat kerjanya
8. Kader Promosi Kesehatan (Promkes)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penyuluhan
kesehatan secara perorangan maupun dalam kelompok masyarakat
9. Kader Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penjaringan
dan pemeriksaan kesehatan anak-anak usia sekolah pada pos pelayanan UKS.
2.6.2. PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat)
A. Pengertian PHBS
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga keluarga atau anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat.
Program PHBS memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi),
bina suasana (Sosial Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri
terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya
B. Tujuan PHBS
PHBS/ promosi Higiene merupakan pendekatan terencana terutama
mencegah penyakit menular yang lain melalui pengapdosian perilaku oleh
masyarakat luas. Dan dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk
hidup berdasarkan PHBS
C. Sasaran PHBS
1. Tatanan Rumah Tangga
Merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu,mau dan mampu mempraktikan hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Indikator PHBS di tatanan rumah tangga
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi ASI ekslusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun
e. Menggunakan jamban sehat
f. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu
2. Tatanan Sekolah
PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan
Sekolah. Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota
keluarga institusi pendidikan. Indikator PHBS di sekolah antara lain:
a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
b. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
c. Membuang sampah pada tempatnya
3. Tatanan Tempat Kerja
Merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan
mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.
Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :
a. Tidak merokok di tempat kerja
b. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
c. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar dan buang air kecil
e. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
f. Menggunakan air bersih.
g. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
h. Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) sesuai jenis pekerjaan
4. Tatanan Tempat Umum
PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat
umum sehat. Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
5. Tatanan di Fasilitas Kesehatan
Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan
oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk
kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas,
dan klinik swasta sehingga dapat memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu
mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS.
Indikator PHBS di fasilitas kesehatan antara lain :
a. menggunakan air bersih,
b. menggunakan jamban yang bersih & sehat,
c. membuang sampah pada tempatnya,
d. tidak merokok,
e. tidak meludah sembarangan,
f. memberantas jentik nyamuk
2.6.3 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini.
Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun
1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia.
Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan
pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan
masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena
terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.
Permasalahan gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah
kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan
jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
a. Meja 1 : pendaftaran
b. Meja 2 : penimbangan
c. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
d. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet besi
e. Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit
jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
2.6.4 Penggunaan Obat Rasional Melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif
(CBIA)
Metode Cara Belajar Insan Aktif merupakan salah satu kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan dalam mengedukasi masyarakat
untuk memilih dan menggunakan obat yang benar dalam swamedikasi. Melalui
metode ini diharapkan masyarakat agar lebih aktif dalam mencari informasi
mengenai obat yang digunakan dalam keluarga. Informasi tersebut dapat berupa
antara lain penggunaan dan pengelolaan obat di rumah tangga secara benar. Selain
itu agar tujuan self medication dapat tercapai secara optimal (Depkes RI, 2008).
Secara garis besar manfaat dari edukasi dengan metode CBIA adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan pengetahuan tentang cara memilih dan menggunakan obat
yang benar.
2. Masyarakat dapat melakukan swamedikasi dengan benar dan rasional.
3. Menurunkan penggunaan antibiotika yang tidak tepat oleh masyarakat.
4. Meningkatkan penggunaan obat generik dengan memahami bahwa obat
bernama dagang dan obat generik dengan kandungan bahan aktif yang
sama pasti memiliki khasiat yang sama (Gusnellyanti, 2014)
Informasi yang jelas dan dapat dipercaya dalam penentuan jenis dan jumlah
obat yang digunakan sangat diperlukan untuk melakukan self-medication secara
benar, sehingga masyarakat menggunakan obat secara rasional. Kemampuan yang
harus dimiliki oleh masyarakat dalam hal swamedikasi adalah :
1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan.
2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi sendiri
perkembangan rasa sakitnya.
3. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan
mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication yang
kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan.
4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat
memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan
suatu penyakit baru atau efek samping obat.
5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut, terkait
dengan kondisi seseorang.
Pengetahuan di atas jarang sekali dikuasai oleh masyarakat, oleh karena itu
perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang penggunaan obat untuk diri
sendiri.
Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) adalah model edukasi pemberdayaan
masyarakat agar lebih terampil memilih obat sehingga swamedikasi menjadi lebih
efektif, aman, dan hemat biaya. Metode ini merupakan metode pembelajaran
untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai
obat yang digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu
antara lain agar mampu mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan
mengelola obat di rumah tangga secara benar. Selain itu juga, masyarakat
membutuhkan informasi yang benar, jelas dan dapat dipercaya, agar penentuan
kebutuhan, jenis, dan jumlah obat berdasarkan kerasionalan. Pengetahuan tersebut
di atas, dan pengetahuan tentang gejala serta cara mendiagnosis penyakit jarang
sekali dikuasai oleh masyarakat. Masyarakat sering mendapatkan informasi obat
melalui iklan obat, baik dari media cetak maupun media elektronik dan ini
merupakan jenis informasi yang paling berkesan sangat mudah ditangkap serta
sifatnya komersial. Akibat langsung yang dapat dirasakan adalah meningkatnya
pola konsumsi obat di rumah tangga berupa pemakaian beberapa nama dagang
obat yang mempunyai bahan aktif yang sama. Dampaknya adalah resiko terhadap
kesehatan karena penggunaan obat secara salah dalam waktu yang lama serta
resiko kontra indikasi.
CBIA adalah model edukasi pemberdayaan masyarakat agar lebih terampil
memilih obat sehingga swamedikasi menjadi lebih efektif, aman, dan hemat biaya.
Tujuan CBIA adalah terbentuknya kemampuan untuk menggali sumber informasi
dan meningkatkan kebiasaan berpikir secara kreatif dan kritis sehingga mampu
memecahkan masalah yang didasarkan pada proses belajar mandiri (self learning).
2.7 PELATIHAN KADER KESEHATAN
2.7.1 Pelatihan Kader Kesehatan Tentang Mempraktikan PHBS.
Tujuan dari pelatihan ini yaitu menciptakan kader PHBS yang cepat tanggap
dan terampil dalam pelaksanaan kegiatan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas.
Pelatihan tentang PHBS disampaikan melalui media gambar dan demo secara
langsung (misal pada PHBS-mencuci tangan) sehingga cepat dipahami dan mudah
untuk diingat oleh para peserta kader kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dalam berbagai kesempatan,
khususnya pada saat masyarakat berkunjung dan memanfaatkan upaya-upaya
kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes, dan lain-
lain, melalui pemberian informasi dan konsultasi. Dalam kesempatan ini, para
kader (dan juga petugas kesehatan) yang bekerja di UKBM harus berupaya
meyakinkan individu tersebut akan pentingnya mempraktikkan PHBS berkaitan
dengan masalah kesehatan yang sedang dan atau potensial dihadapinya
2.7.2 Pelatihan Kader Kesehatan Tentang Perawatan Diri Dan Mempraktikan
PHBS Di Daerah Binaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VIII/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa
binaan, desa binaan merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara
mandiri. Desa binaan adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan
masyarakat di tingkat desa, disertai dengan pengembangan kebinaanan dan
kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri.
Konsep desa binaan adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran serta
masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu (Depkes
2009).
Suatu desa dikatakan menjadi desa binaan apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes, 2006) :
1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan
sekurang-kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta
peralatan dan perlengkapannya
Agar petugas kesehatan memahami pelaksanaan program PHBS dengan baik
maka perlu diberikan pelatihan atau pendidikan kepada petugas kesehatan agar
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga memiliki
keahlian dalam berpromosi kesehatan kepada masyarakat. Pelatihan PHBS
biasanya dilakukan dalam bentuk penyuluhan sosialisasi PHBS, diharapkan para
kader menyimak dengan baik materi yang diberikan pada saat soialisasi Kegiatan
ini sangat penting karena menyangkut kesehatan di lingkungan masyarakat. Dari
hasil sosialisasi ini diharapkanp para kader dapat menyampaikan kembali kepada
masyarakat terutama tentang bagaimana menanamkan pola hidup bersih dan sehat
di rumah.
Disamping itu diharapkan petugas kesehatan lainnya harus ikut juga
mendukung program PHBS ini contohnya pada saat posyandu, kunjungan KIA,
dan kunjungan rumah, sehingga program PHBS ini dapat berjalan secara
berkesinambungan.
3 Pelatihan Kader Tentang Swamedikasi Dan Penggunaan Obat Melalui
Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)
Dalam CBIA, peserta dapat terdiri dari ibu rumah tangga, kader kesehatan,
tokoh masyarakat, anggota tim penggerak PKK, atau unsur/organisasi masyarakat
lainnya. Untuk melatih cara melaksanakan CBIA, dilakukan pelatihan untuk
pelatih (training of trainer, TOT) sekaligus melibatkan kader kesehatan di
Puskesmas atau unsur masyarakat sebagai peserta edukasi secara langsung.
Kegiatan TOT yang dilaksanakan di Propinsi umumnya melibatkan peserta dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau tenaga kesehatan Puskesmas setempat
serta kader kesehatan (Posyandu) atau unsur/organisasi masyarakat lainnya.
Dalam kegiatan CBIA, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri
dari 6-8 orang kader. Kegiatan yang dilaksanakan dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Kegiatan I ( kelompok)
Setiap kelompok dibagikan paket obat tertentu yang telah disiapkan, lalu
peserta diminta untuk :
 Mengamati kemasan obat dan mempelajari informasi yang tertera yaitu
nama dagang, nama bahan aktif, dosis/kekuatan bahan aktif, bahan aktif
utama dan tambahan pada obat kombinasi.
 Mengelompokkan obat berdasarkan bahan aktif, bukan berdasarkan
indikasi.
 Mendiskusikan hasil pengamatan di atas.
2. Kegiatan II (Kelompok)
Tahap kegiatan ini bertujuan agar peserta berlatih mencari informasi dari
kemasan, dengan cara meneliti setiap tulisan yang tersedia pada produk. Beberapa
sediaan obat dalam bentuk cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes atau obat luar
berupa krim dan salep, disertakan brosur dari pabrik sebagai informasi produk.
Sedangkan sediaan tablet dalam kemasan obat bebas (over the counter, OTC)
seringkali hanya menyediakan informasi produk pada kemasan terluar.
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan sebagai dasar melakukan self-medication, yaitu nama bahan aktif,
indikasi, aturan penggunaan, efek samping dan kontraindikasi.
Peran Tutor dalam tahap ini cukup besar, untuk mendorong semua
kebutuhan informasi, yakni 5 (lima) komponen utama informasi ditemukan secara
lengkap.
Dalam kegiatan ini digunakan lembar kerja yang telah disediakan dengan
jumlah lembar kerja yang tidak perlu dibatasi. Kelengkapan pengisian lembar
kerja diharapkan dapat memacu aktifitas peserta pada tahap selanjutnya. Dengan
dipimpin ketua kelompok, pencarian informasi dilakukan secara bersama – sama,
sambil membandingkan kelengkapan informasi dari satu nama dagang dengan
nama dagang yang lain.
Walaupun kegiatan ini dilakukan dalam kelompok, namun tiap peserta harus
mencatat untuk keperluan sendiri. Sambil mencatat informasi, peserta sekaligus
dapat menelaah secara sederhana kelengkapan dan kejelasan informasi yang
disajikan pada tiap kemasan.
3. Kegiatan 3 (individual)
Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk keberanian peserta mencari
informasi sendiri. Perlu dipastikan dahulu bahwa lembar kerja pada kegiatan 2
telah terisi dengan baik. Dalam tahap ini, peserta diminta untuk mengerjakan
pencatatan informasi seperti kegiatan 2, terhadap obat yang ada di rumah masing
– masing.
Setelah menjelaskan kegiatan 3, diskusi ditutup dengan rangkuman oleh
salah satu Tutor atau Narasumber, mengidentifikasi kembali temuan – temuan
penting yang diperoleh di masing – masing kelompok, dan memberikan pesan-
pesan untuk memperkuat dampak intervensi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masyarakat
merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di
bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat
merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan
(empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk
dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan
kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh,
dan untuk” masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukmint, 2008.Intervensi Komunitas; Pengembangan Masyarakat


Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : Rajawali Press
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman UmumPengelolaan Posyandu. Jakarta.
Depkes. RI. 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan
Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan, Direktorat Bina Penggunaan Obat
Rasional Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Depkes. RI, hlm 1-55
Depkes. 2009. Penyakit yang muncul akibat rendahnya PHBS. Jakarta: Depkes.
Fallen, R., & R.Budi Dwi .K. (2010). Catatan kuliah keperawatan komunitas.
Yogyakarta: Nuha Medika
Gusnellyanti, E., 2014, Mencerdaskan Masyarakat dalam Penggunaan Obat
Melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA), http: //binfar
.kemkes.go.id/ 2014/09/mencerdaskan-masyarakat-dalam-penggunaan-obat-
melalui-metode-cara-belajar-insan-aktif-cbia, diakses tanggal 29 April 2019
Hikmat, Harry. 2004.Strategi Pemberdayaan Masyarakat ( edisi revisi) ,
Bandung: Humaniora utama press
Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
564/Menkes/SK/VIII/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan
Desa Binaan
Meilani, N., Niken S., Dwiana E., Sumarah. 2009. Kebidanan Komunitas.
Cetakan pertama I. Jakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan danIlmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan
Anak
Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-
masyarakat- bidang-kesehatan.html Diakses tanggal 29 April 2019
Suryawati Sri. 2012. Meningkatkan Keterampilan Memilih Obat Dengan Metode
CBIA, Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM,
Yogyakarta
Shardlow, Steven. (1998). Values, Ethics and Social Work. Di dalam : Robert
Adams, Lena Dominelle, Malcolm Payne, editor. Social Work : Themes,
Issues and Critical Debates. London : Mac Millan Press Ltd.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Wahyudi, Bambang. 2012. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan
Konsep Dalam Upaya Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat
Promkes, 2005). http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-
pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-dalam-upaya-
menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/ diakses tanggal
30 April 2019
Zuraida. 2011. Panduan Pembinaan Dan Penilaian PHBS Di Rumah Tangga
Melalui Tim Penggerak PKK. Jakarta: Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai