Anda di halaman 1dari 2

Nama : Henokh

Kelas : 6/A
NPM : 17506930
[Studi Kasus] Strategi Sukses Pengembangan Pasar Internasional Indomie Menguasai Niche Mie Instant Dunia
Pertumbuhan Indomie
Jika melihat sejarahnya, produk Indomie sebenarnya bukanlah produk mie instant pertama di Indonesia. Sebelumnya
sudah ada produk Supermi yang sudah lebih dulu beredar di pasaran. Bahkan tercatat sejak tahun 1968 produk Supermi
mulai diproduksi oleh PT Supermi Indonesia.
Sedangkan produk Indomie baru diciptakan pada tahun 1970 oleh PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd. Pada
waktu itu Indomie mulai dipasarkan pada tahun 1972 dengan dua pilihan varian rasa, yaitu rasa ayam dan rasa udang.
Seiring perkembangan zaman, produk Indomie ternyata mampu menjadi brand yang paling dikenal di masyarakat
sebagai produk mie instant. Bahkan saya masih ingat bagaimana orang-orang di sekitar saya lebih familiar menyebut
“Indomie” ketika membeli mie instant. Meskipun sebenarnya mie instant yang mereka pilih bukan merk Indomie.
Di balik kuatnya brand Indomie di mata masyarakat ini ternyata ada strategi pemasaran yang dilakukan untuk
mendominasi pasar. Terutama bagaimana mengalahkan produk pesaing yang dianggap sebagai ancaman.
Tercatat pada tahun 1982 muncul produk baru mie instant dengan nama Sarimi. Mie instant yang diproduksi oleh PT
Sarimi Asli Jaya ini dianggap sebagai ancaman terhadap produk Indomie. Karena Sarimi ternyata cukup disukai oleh
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu PT Sanmaru kemudian mengakuisisi PT Sarimi Asli Jaya.
Bukan hanya itu, Grup Salim akhirnya menyatukan semua perusahaan mie instant dengan PT Panganjaya Intikusuma
pada tahun 1994. Termasuk PT Supermi Indonesia turut diakuisisi bersama perusahaan yang didirikan oleh Suyodono
Salim tersebut.
Selanjutnya apa yang terjadi? Tentu saja produksi mie instant mulai tak terbendung dan perlahan mulai menguasai pasar
dunia. Khususnya produk Indomie yang hingga saat ini menjadi produk favorit masyarakat Indonesia.
Sampai dengan tahun 2002, persaingan pasar mie instant di Indonesia sebagai berikut: 1. Indomie, 2. Supermie dan 3.
Sarimi. Pada tahun 2003 Grup Wings meluncurkan Mie Sedaap yang banyak mencuri perhatian penikmat mie. Setelah
berjuang sekian lama, baru pada tahun 2011 Mie Sedaap akhirnya berhasil menggeser Sarimi di peringkat 3, tetapi tetap
tidak bisa melengserkan Indomie yang berada di nomer satu.
Alasan ekspansi ke luar negeri
Indomie merupakan salah satu produk mi instan yang diproduksi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Indomie
pertama kali diekspor pada tahun 1992 yang merupakan hasil kerja akumulasi secara konsisten. Indofood pada awalnya
membentuk Direktorat Ekspor dengan tugas fokus mengembangkan ekspor Indomie ke berbagai negara, sehingga tim
ini aktif mempelajari semua izin impor di setiap negara.
Alasan utama dari ekspansi Indomie ke luar negeri adalah untuk para warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di
luar negeri dan merindukan makan Indomie. Saat itu, sasaran utama mereka adalah negara-negara dengan jumlah tenaga
kerja Indonesia (TKI) yang paling banyak.
Selain itu, Indomie juga sering dibawa oleh pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri, sehingga Indomie menjadi populer
di berbagai negara yang menjadi tujuan pelajar Indonesia melanjutkan pendidikannya.
Negara yang menjadi tujuan ekspansi dan alasannya
Pada awalnya, negara yang menjadi target utama Indofood untuk melakukan ekspansi Indomie adalah Hong Kong,
Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi karena memiliki jumlah TKI paling banyak.
Kemudian disusul oleh negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia karena memiliki jumlah pelajar
Indonesia paling banyak.
Sampai saat ini, Indomie sudah menjangkau lebih dari 180 negara, baik di Eropa, Eropa Timur, Timur Tengah, Asia
Tenggara, Asia Timur, Australia, Amerika, Amerika Selatan, hingga Afrika.
Di Afrika Barat tepatnya di Nigeria, Indomie menjadi makanan sejuta umat mulai dari masyarakat bawah sampai atas.
Hal ini diungkapkan oleh Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan (Mendag). Beliau sangat mengagumi kepopuleran
Indomie di Nigeria yang menjadi makanan sehari-hari masyarakat di sana.
Aktivitas pemasaran dan building brand sudah sejak lama dilakukan di sana, karena itulah Indomie menjadi sangat
populer di Nigeria. Saking populernya, banyak masyarakat Nigeria yang menyangka Indomie adalah produk asli
mereka.
Selain Nigeria, pangsa pasar di Afrika dan Timur Tengah hampir mencapai 90 persen. Alasan Indomie sangat digemari
di negara-negara tersebut adalah karena rasa masakannya yang tidak jauh berbeda dari Indonesia.
Kemudian di Serbia, awalnya masyarakat di sana tidak terlalu suka mie dan lebih memilih sup sebagai makanan sehari-
hari. Namun semua berubah sejak Indomie hadir di negara mereka. Di sana Indomie mendirikan prabrik di atas tanah
seluas 5 hektar dengan total nilai investasi sebesar 11 Juta Euro.
Hal ini sangat menguntungkan masyarakat di Sebia. Tenaga kerja mereka terserap dan sumber daya alamnya dapat
dimanfaatkan. Tidak semua bahan-bahan untuk membuat mie diambil dari negara asalnya, namun untuk gandum yaitu
bahan utama mie didapatkan langsung dari Serbia.
Di Maroko, pabrik Indomie dikerjakan pada tahun 2015, 6 tahun setelah Indomie masuk ke negara ini. Pabrik ini
menjadi pabrik produksi terbesar di luar negeri. Di Maroko, Indomie dikerjakan oleh perusahaan kemitraan Indo
Morocco Company, patungan antara Sawaz Grup (Salim Grup dan Wazaran/Arab Saudi Grup) dengan LINA,
perusahaan Maroko yang dimiliki oleh Abdullah Gozy.

KEPUTUSAN UNILEVER MENJADI PERUSAHAAN MULTINASIONAL


Seiring berjalannya tahun Unilever mengalami pertumbuhan pesat sehingga permintaan akan produk semakin
besar, hal ini semakin mendorong Unilever untuk berkembang sebagai perusahaan multinasional. Keputusan Unilever
untuk menjadi perusahaan multinasional dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, antara lain :

1. Mengoptimalkan perolehan bahan baku


 Pada tahun 1909 Lever Brothers mengembangkan perkebunan sawit di Kepulauan Solomon dan pada saat yang
sama Jurgens dan Van den Bergh mendirikan perusahaan joint venture penanaman sawit di German Africa.
 Pada tahun 1910 Lever Brothers membeli perusahaan pertamanya di Afrika Barat, WB Maclver Ltd, untuk
mengamankan pasokan minyak sawit untuk Port Sunlight.
 Pada tanggal 2 September 1929, Lever Brothers dan Margarine Unie menandatangani perjanjian untuk
bergabung membentuk Unilever, yang secara resmi didirikan pada tanggal 1 Januari 1930.
 Perolehan bahan baku yang mudah dengan harga yang murah menjadi alasan utama bagi Unilever untuk
berekspansi ke negara luar. Bukan hanya harga dari bahan baku yang murah serta mudah diperoleh, namun biaya
produksi (pengolahan) bahan baku tersebut menjadi bahan setengah jadi untuk diolah menjaid barang yang siap
dijual oleh Unilever lebih murah dibandingkan di negara induk.
 Tersedianya bahan baku yang melimpah di negara lain menjadi pendorong Unilever untuk menjadi perusahaan
multinasional. Bahkan melirik Indonesia untuk dijadikan sebagai negeri yang potensial. Indonesia sebagai
dikenal sebagai salah satu negara penghasil rempah-rempah dan minyak kelapa sawit yang besar, selain itu juga
jumlah penduduknya yang dinilai besar pada saat itu membuat produk Unilever potensial untuk dijual. Pada
tahun 1933, Unilever memasuki Indonesia dengan membuat pabrik sabun bernama Zeepfabrieken N.V. Lever
yang kemudian bekembang memproduksi minyak dan margarin pada tahun 1936.

1. Menciptakan pasar baru


 Pada pertengahan tahun 1890 Lever Brothers mulai berekspansi ke Eropa, Amerika, dan koloni Inggris dengan
membangun pabrik, bisnis ekspor, dan perkebunan.
 Dari akhir tahun 1940-an hingga 1950-an, Unilever memanfaatkan peluang adanya perkembangan pasar untuk
barang-barang konsumsi seiring dengan berakhirnya perang dunia, dengan berekspansi ke Afrika dan Asia.
 Unilever mengakuisisi beberapa perusahaan dengan produk yang yang beragam untuk dapat menciptakan pasar
baru di berbagai sektor industri.
 Kejelian dari pada pekerja yang ada di Unilever untuk melihat peluang menjadi keunggulan tersendiri bagi
Unilever untuk mampu menciptakan pasar baru yang tentunya menjanjikan (dalam hal ini mampu memberikan
keuntungan bagi Unilever).
 Meningkatnya persaingan dari berbagai perusahaan terutama P&G menyebabkan Unilever memutuskan untuk
melakukan diversifikasi produk (semula berfokus kepada shampo, sabun mandi, sabun pencuci piring, produk
personal dan homecare lainnya) ke sektor makanan dan minuman. Hal ini terlihat dari aksi akuisisi beberapa
perusahaan dan mendirikan anak perusahaan di Indonesia seperti PT Anugrah Lever. PT Technopia Lever, PT
Knorr Indonesia dan PT Sara Lee. Pada tahun 2010, Unilever kembali bergeser ke produk kecantikan dan
kesehatan pada tahun 2010. Saat ini Unilever berfokus kepada sektor makanan, minuman, pembersih, dan produk
perawatan tubuh.

1. Meminimalkan biaya produksi


2. Pada tahun 1914 Jurgens dan Van den Bergh mengakuisisi sejumlah usaha kecil dan mengontrol tujuh pabrik
margarin di Jerman.
3. Pada tahun 1927 Jurgens dan Van den Bergh bergabung untuk membentuk Margarine Unie, kelompok besar
bisnis Eropa yang terlibat dalam produksi barang yang hampir semuanya terbuat dari minyak dan lemak.
4. Meminimalkan biaya produksi bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dalam hal
meminimalkan biaya produksi, Unilever memperhitungkan keputusannya untuk melakukan perusahaan
multinasional. Dengan mendirikan cabang di beberapa negara baik maju maupun berkembang yang potensial
akan memberikan dampak positif bagi perusahaan. Hal sederhana dilihat dari biaya bahan baku yang diperoleh
akan lebih mudah dan murah ketika Unilever berekspansi ke negara lain yang memiliki bahan baku yang
melimpah (bahan baku yang dimaksud di sini adalah kelapa sawit) , selain itu biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh perusahaan akan lebih rendah apabila berkespansi di negara-negara berkembang daripada hanya
di negara maju.

Anda mungkin juga menyukai