Anda di halaman 1dari 15

LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama
menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada
pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan
ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme
pasar.

Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh keuntungan
sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku.
Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada
di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk
lainnya.

Sejarah Indomie

Indomie adalah merek produk mi instan dari Indonesia. Di Indonesia, Indomie diproduksi
oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Produk dari perusahaan milik Sudono Salim ini
mulai dibuat pertama kali pada tanggal 9 September 1970 dan dipasarkan ke konsumen sejak
tahun 1972, dahulu diproduksi oleh PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd., dan pertama kali
hadir dengan rasa Ayam dan Udang. Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie juga dipasarkan
secara cukup luas di manca negara, antara lain di Amerika Serikat, Australia, berbagai
negara Asia dan Afrikaserta negara-negara Eropa; hal ini menjadikan Indomie sebagai salah satu
produk Indonesia yang mampu menembus pasar internasional . Di Indonesia sendiri, sebutan
“Indomie” sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.

Indomie diklaim sebagai makanan yang sehat dan bergizi oleh produsennya. Produk mi instan ini
disebut memiliki berbagai kandungan gizi seperti energi, protein, niasin, asam folat, mineral zat
besi, natrium, dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B6, dan B12. Meskipun begitu,
konsumsi Indomie yang terlalu sering tidak dianjurkan, sebab Indomie mengandung
pewarna tartrazine yang tidak baik bagi kesehatan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang.

Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie juga dipasarkan secara cukup luas di manca negara,
antara lain di Amerika Serikat , Australia , berbagai negara Asia dan Afrika serta negara-
negara Eropa , menjadikan Indomie sebagai salah satu dari segelintir produk asliIndonesia yang
mampu menempus pasar internasional. Di Indonesia sendiri, sebutan “Indomie” sudah umum
dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.

Harga Indomie yang ekonomis dan cita rasanya yang telah disesuaikan dengan selera Indonesia
membuat produk mi instan ini sangat digemari oleh masyarakat. Bahkan, tidak jarang warga
Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri membawa Indomie untuk mengatasi
masalah ketersediaan makanan yang praktis dan sesuai dengan selera Indonesia. Kepraktisan
dalam penyajiannya dan mudahnya pendistribusian membuat Indomie menjadi andalan
warga Indonesia saat terjadi tragedi bencana alam untuk mengatasi masalah keterbatasan dan
kelangkaan bahan pangan di lokasi dengan segera.

Visi dan Misi

Visi

“To Become a Total Food Solutions Company”

Visi Indofood adalah visi yang jelas dimana PT Indofood berusaha untuk selalu total dalam
operasinya dan memberikan solusi dari kebutuhan yang ada.

Misi

1. Untuk terus meningkatkan rakyat kami, proses dan teknologi kami


2. Untuk menghasilkan kualitas tinggi, inovatif, dan produk terjangkau yang disukai oleh
pelanggan
3. Untuk memastikan ketersediaan produk kami kepada pelanggan domestik maupun
internasional
4. Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup orang Indonesia dengan
penekanan pada gizi
5. Untuk terus meningkatkan nilai bagi pemangku kepentingan

Strategi 3A

Begitu kuatnya citra Indomie di pasar sehingga sebagian masyarakat menganggap seolah
setiap mie instan itu adalah Indomie (Indomie menjadi Top of Mind mie instan). Dalam Top
Brand Index (TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi pertama dengan TBI berturut-
turut 65,8% , 66,5% , dan 71,4% pada tahun 2006, 2007, dan 2008 (David, S.S., 2008, Majalah
Marketing-Edisi Khusus TOP BRAND). Meskipun sempat turun di tahun 2006 karena serangan
mie Sedaap, kemudian terus memperlihatkan keperkasaannya. Bahkan di tahun 2012 ini,
indeksnya mencapai 77,9 Keberhasilan Indomie terus bercokol di urutan teratas Top
Brand adalah berkat konsistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A:

a) Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product)

b) Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place)

c) Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yag terjangkau (Price)

Marketing Mix

 Product

Satu Bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-
bumbu yang disertakan, yakni: kecap manis, saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan
bawang goreng, selain itu juga tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram. Produk yang
diproduksi oleh Indomie adalah mie berkualitas tinggi dengan berbagai macam varians. Ada
Indomie goring, Indomie rasa soto, Indomie Kari Ayam, dan bahkan ada Indomie citarasa
tradisional seperti rasa Cakalang, soto Betawi dan soto Madura, selain itu juga ada Indomie duo
dan Indomie goreng Premium. Hal tersebut menunjukan bahwa Indomie ingin terus memberikan
mie yang berkualitas kepada konsumennya, dengan juga terus melakukan inovasi untuk
menghasilkan cita rasa mie yang sesuai dengan selera konsumen.

 Price (Harga)

Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1
kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua
kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 1700,- .

 Place

Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai
hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif
sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai
dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang
banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area
geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com ). Di Yogyakarta agen-
agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti
Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu
utama)

 Promotion

1. Tagline: Indomie Seleraku


2. Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara
3. Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara
tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
4. Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di
Yogyakarta).

Segmenting, Targeting, Positioning

 Segmenting
1. Geografis : wilayah seluruh Indonesia, dari kepadatan tinggi sampai rendah.
2. Demografis : jenis kelamin (semua), agama (semua), pekerjaan (semua), pendidikan
(tidak ada batasan), ras (tidak ada batasan).
3. Psikografis : gaya hidup konsumtif, praktis dan hemat.
4. Perilaku : tingkat pemakaian tinggi hingga rendah, loyalitas konsumen, tujuan
penggunaan.

 Targeting

Target pasarnya dalah semua umur kecuali balita.

 Positioning

1. Menanamkan di benak konsumen bahwa indomie adalah mie-nya orang Indonesia,


dengan cita rasa Nusantara dari berbagai daerah, sehingga sesuai dengan taglinenya
“Indomie Seleraku”.
2. Mie instant yang praktis dan nikmat untuk dikonsumsi, dapat dihidangkan dengan lauk
pauk lainnya.

Kompetisi Pasar

Hampir selama 4 dekade Indomie menjadi penguasa mutlak pasar mie instant Indonesia. Pada
tahun 2002 Indomie menguasai 90% pangsa pasar sebagai dominantmarket leader, Indofood
sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang
baru Mie Sedaap dari WingsFood dan Mie Kare dari Orang Tua Group.Persaingan cepat ini
mengakibatkan Indomie kehilangan sebagian pangsa pasarnya. Market share yang mencapai
90% menjadi 70%.. Penjualan Indofood tetap naik, namun ada sebagian pasar – bisa jadi
konsumen baru – yang direbut oleh merek baru. Sehingga di pasar yang sebenarnya tumbuh,
pertumbuhan pasar Indofood – karena besarnya – tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pasar
secara total. Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya. Raksasa mie instant ini
mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan mengembalikan market shareyang direbut
kompetitor.

Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie Sedaap dengan meluncurkan Indomie
Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick ”Beli 5 Gratis 1” dalam rentang waktu yang
cukup panjang. Reaksi Indofood yang cenderung impulsif ini dinilai para pengamat kurang
strategis, terlalu pragmatis, ”terjebak permainan challenger”–kesalahan yang sering dilakukan
oleh big brands. Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini
Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan jati
diri Indofood sebagaimarket leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya disegarkan
kembali dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie disegarkan dengan
kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih difokuskan untuk membendung
produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang
di-endorse oleh Luna Maya.

Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie goreng rasa soto (GoSo),
rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood juga menggunakan Slank untuk meng-
endorse Supermi—Supermi tampaknya akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah
Indomie yang menyumbang hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop
Mie, meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri tanpa head on competitor, Indofood
sudah mengantisipasinya dengan upaya building brand melalui kampanye dan promosi di
kalangan remaja.

Indomie juga turut mengusung tema “bergizi” seperti halnya yang dilakukan oleh competitor
utamanya yaitu mie sedaap. Kelemahannya adalah kurangnya maintain dalam program tersebut.
Kemiripan target market produk Indofood group yakni Supermi, Pop Mie menyebabkan
terjadinya kanibalisme atau ”perang saudara” antara sesama brand Indofood.

Pasa tahun 2002 Indofood masih menguasai pasar mie sebesar 90%. Begitu Mie Sedap masuk
pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga kompetitif, dan promo yang gebyar, pangsa pasar
Indofood mulai goyah. Pada 2006 pangsa pasar Indofood turun, diperkirakan menjadi sekitar
75%–25% sisanya diperebutkan oleh pesaingnya. Namun dengan strategi yang tepat per data
tahun 2012 Indomie kembali menguat dengan posisi market share 77,9 %. Mie Sedaap terus
gencar melakukan promosi yang tidak hanya di above the line tetapi juga intense dalam
tataran trade marketing. Strategi Mie Sedaap antara lain dengan mengakuisisi warung-warung/
retailer Indomie.

Analisis SWOT Produk Indomie

 Strength ( Kekuatan )

1. Keahlian dalam cita rasa Indonesia


2. Produksi rendah biaya
3. Jangkauan distribusi luas
4. Kecepatan dalam menjangkau konsumen
5. Brand yang sudah terkenal

 Weakness (Kelemahan)

1. Terlalu banyak Brand yang dikeluarkan


2. Terlalu banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood
3. Permintaan pasar yang belum terpenuhi
4. Mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh seperti MSG

 Threat (Ancaman)

1. Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi
2. Tidak fokus terhadap satu jenis produk
3. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli gizi mengeni kandungan zat yang ada
di Indomieterhadap produk lain
4. Menciptakan mie dengan bahan-bahan yang lebih sehat seperti bahan-bahan organik

 Opportunity (peluang)

1. Melakukan ekspansi ke luar negeri


2. Melakukan join dengan perusahaan yang memiliki produk yang sejenis
3. Melakukan diversifikasi terhadap produk lain

 Political.

1. Pemerintah yang menaikan harga bahan baku, dampaknya harga produk indomie akan
naik atau juga ukurannya menjadi lebih kecil dengan harga tetap. (-)
2. Pemerintah yang menaikan harga bahan bakar atau BBM akan berdampak pada
peningkatan ongkos produksi, maka biaya ongkos produksinya meningkat. (-)

 Economy.

Ketika gejala inflasi sedanng melanda, penjualan indomie bias dikatakan stabil karena harganya
yang terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. (+)

 Social.

1. Gaya hidup masyarakat yang ingin praktis, maka kesempatan indomie untuk memasarkan
produknya lebih luas dengan varian terbaru. (+)
2. Orang zaman sekarang yang lebih suka makanan herbal (tidak mengandung bahan
kimia) akan berfikir ulang untuk membeli indomie yang mengandung MSG. (-)

 Technology

1. Fokus pemerintah yang sangat mendukung kemajuan teknologi sangat berpengaruh


karena indomie bias diproduksi lebih banyak lagi tiap harinya. (+)
2. Dengan kemajuan teknologi kita dapat mempromosikan indomie varian – varian terbaru
memanfaatkan teknologi internet. (+)

Keunggulan Indomie Dibanding Merk Mie Instant Lain (Value Preposition)

1. Indomie menawarkan berbagai cita rasa selera nusantara dari Sabang sampai Merauke.
2. Mie Indomie terbuat dari tepung bogasari yang dikenal bermutu tinggi
3. Rasa bumbu yang khas dengan kualitas yang premium
4. Komitmen dari Masyarakat terhadap Indomie, contoh:
- Sebutan Indomie dijadikan istilah generic yang merujuk kepada semua merek mie
instant di Indonesia.
- Banyak orang membawa Indomie saat bepergian ke luar negeri, bila makanan di
luar negeri tidak cocok.
- Saat terjadi bencana alam, orang Indonesia sering menyumbang mie instant
seperti Indomie.
- Untuk beberapa orang, Indomie menjadi makanan pokok dan dimakan dengan
nasi putih sebagai lauk.
- Ekuitas Pelanggan Indomie yang Tinggi
- Indomie memiliki harga yang terjangkau bagi konsumen, tanpa mengurangi
standard kualitasnya.
- Indomie telah memiliki brand image dan barand awareness yang sudah melekat di
pikiran konsumen mie instant di Indonesia.

Pesaing Dalam Negeri

Mi Sedaap dengan gigih mencoba mendapatkan posisi kuat dalam pasar mie instan yang sudah
lebih dulu dirajai Indomie. Dengan mereknya, Mi Sedaap seakan menanamkan image mie yang
memang sedap dan harus dicoba oleh masyarakat, sesuai dengan tagline-nya “Puas Sedapnya!”.
Selain itu, Mi Sedaap juga gencar beriklan pada berbagai media. Mereka mencoba
menggencarkan promosi secepat mungkin untuk meningkatkan awareness pasar.

Sebagai pendatang baru, Mi Sedaap hadir dengan strategi promosi agresif untuk segera
mendongkrak awareness merek produk. Salah satu bentuk promosinya yaitu pemasangan umbul-
umbul Mi Sedaap sepanjang jalan selama bulan Ramadhan, yang belum dilakukan oleh produk
lain.
Jika dilihat dari Top Brand Index (TBI) 2014, kedua merek ini terpaut cukup jauh, yaitu Indomie
meraih indeks 75,9% dan Mie Sedaap 14,4%. Dilihat dari lima tahun ke belakang pun, Indomie
terlihat masih memimpin pasar mie instan di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 ini. Indeks
yang diraih Indomie pun terbilang cukup dominan sekitar 70%.

Dari semua merek pesaing, Mi Sedaap yang paling mungkin menggoyang posisi market leader
Indomie di pasar. Terbukti memang Mi Sedaap-lah yang diam-diam sedikit menggerogoti pangsa
pasar Indomie. Ini benar terutama pada awal Mi Sedaap muncul di pasaran dan konsumen
banyak yang tertarik untuk menjajal mie instan baru ini. Tetapi, dari data Top Brand Index mulai
tahun 2010 sampai sekarang, terlihat posisi Indomie memang sulit disaingi.

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Produk merupakan produsen makanan dan minuman
salah satubnya adalah produk mie instan indomie ini ada dengan segmentasi yang sudah
terencana melihat dari kebiasaan masyarakat indonesia dan Nigeria.
Mengkonsumsi mie instan selama ini dan ditentukan juga beberapa spesifikasi segmen pasar:
1. Segmentasi

 Geografi

Kebanyakan produk-produk mie instan khususnya indomie cocok untuk seluruh daerah di
Indonesia.,Warga Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri membawa Indomie untuk
mengatasi masalah ketersediaan makanan yang praktis dan sesuai dengan selera
Indonesia.karena mie instant sesuai untuk daerah dataran tinggi maupun rendah. Bahkan ada
beberapa produk indomie yang sudah memiliki pasar di luar negri, artinya produk mie tersebut
cocok bagi segala keadaan geografi, dan banyak dikomsumsi semua kalangan baik dikalangan
bawah dan menengah dengan selogan “IDOMIE SELERAKU”
Demografis
Produk ini lebih cocok dikonsumsi oleh orang dewasa kecuali balita yang membutuhkan
kepraktisan dalam memasak .Produk indomie sangat sesuai dengan kebutuhan rumah tangga
maupun yang belum berumah tangga (anak-anak kos).tidak memiliki ciri khusus ditujukan bagi
masyarakat yang memiliki gaya hidup praktis.

2. Targeting

Target pasar dari indomie adalah lebih kepada anak, remaja dan keluarga. pada industri mie
instan di pasar. Target mereka pada umumnya adalah masyarakat menegah dan bawah.

3. Positioning
Mie instan ndomieadalah merek produk mi instan yang sangat populer di Negara Indonesia dan
Nigeria. Indomie sebagai salah satu dari segelintir produk asli Indonesia yang mampu
menembus pasar internasional disini memposisikan diri sebagai market leader
PERMASALAH
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung
bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung
dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat
tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat
(08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari
peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak
memasarkan produk dari Indomie.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil
Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait
produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini," kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka
Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan
meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang
mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk
Indomie.

Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di
dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan
pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini
umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik
sendiripemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.Ketua BPOM Kustantinah juga
membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie ini. Kustantinah
menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam
kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas
wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah.

Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per
kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali
daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-
muntahdan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,
produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan
kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan
karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

PEMBAHASAN MASALAH

Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal indonesia yang produk-produknya banyak
di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya adalah produk mi instan Indomie. Di Taiwan
sendiri, persaingan bisnis mi instant sangatlah ketat, disamping produk-produk mi instant dari
negara lain, produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiri pasar dalam negeri Taiwan.
Harga yang ditwarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda dari harga indomie di
Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual dengan harga mencapai Rp 5000 per
bungkusnya. Disamping harga yang murah, indomie juga memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai varian rasa yang
ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia yang menjadi konsumen
favorit dari produk Indomie selain karena harganya yang murah juga mereka sudah familiar
dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal Taiwan, produk mereka
menjadi kurang diminati karena harganya yang mahal. Sehingga disinyalir pihak perindustrian
Taiwan mengklain telah melakukan penelitian terhadap produk Indomie, dan menyatakan bahwa
produk tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung beberapa bahan kimia yang dapat
membahayakan bagi kesehatan.
Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen Indomie. Mereka
menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji laboratorium dengan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan dan menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan baik oleh
konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui tahap-tahap
serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun internasional yang sudah memiliki
standarisasi tersendiri terhadap penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie dinyatakan
lulus uji kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar dalam negeri Taiwan
disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang mereka anggap merugikan produsen lokal.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak sedari dulu produk indomie dibahas oleh
pemerintah Taiwan, atau pemerintah melarang produk Indomie masuk pasar Taiwan?. Melainkan
mengklaim produk Indomie berbahaya untuk dikonsumsi pada saat produk tersebut sudah
menjadi produk yang diminati di Taiwan. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa ada persainag
bisnis yang telah melanggar etika dalam berbisnis.

KESIMPULAN
Dari kasus indomie di Taiwan dapat dilihat sebagai contoh kasus dalam etika bisnis. Dimana
terjadi kasus yang merugikan pihak perindustrian Taiwan yang produknya kalah bersaing dengan
produk dari negara lain, salah satunya adalah Indomie yang berasal dari Indonesia. Taiwan
berusaha menghentikan pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi dengan cara yang
berdampak buruk bagi perdagangan Global.

SARAN
Saran kelompok kami bagi pihak perindustrian Taiwan agar tidak serta merta menyatakan bahwa
produk indomie berbahaya untuk dikonsumsi, apabila ingin melindungi produsen dalam negeri,
pemerintah bisa membuat perjanjian dan kesepakatan yang lebih ketat sebelum proses ekspor-
impor dilakukan. Karena kasus tersebut berdampak besar bagi produk Indomie yang telah
dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara lain yang negaranya
memperdagangkan Indomie asal Indonesia.
KESIMPULAN:
menurut kelompok kami pemilik atau pemimpin perusahaan ”INDOMIE” harus mengetahui
dengan benar dan pasti komposisi kandungan zat-zat yang ada dalam produk indomie tersebut.
Agar tidak menimbulkan masalah kesehatan khusus nya dapat menimbulkan penyakit kanker.
Tidak hanya untuk produk eksport saja, tetapi produk indomie yang beredar didalam negri harus
dites dahulu kadar zat-zat yang menguntungkan maupun merugikan bagi tubuh sang konsumen.
Kalau produk indomie yang dipasarkan di dalam negri sudah baik dan layak dikonsumsi oleh
masyarakatbarulah produk tersebut boleh di pasarkan ke luar negri.

Daftar Pustaka

https://novrygunawan.wordpress.com/2010/11/28/contoh-kasus-etika-bisnis-kasus-di-tolaknya-
indomie-di-taiwan-tugas-etika-bisnis-ke-2/

http://www.marketing.co.id/duel-seru-mie-instan-si-seleraku-vs-si-sedap/

http://c-mind.blogspot.co.id/2013/10/stp-indomie.html

Anda mungkin juga menyukai