Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

INDOMIE, KUNCI INDONESIA TAKLUKAN PASAR DUNIA

DI SUSUN OLEH : ADIIB MAULATAMA

KELAS : XII IPA-1

SMA TELADAN WAY JEPARA

2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………

LATAR BELAKANG……………………………………………………………. 1.1

TUJUAN………………………………………………………………………….. 1.2

RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………. 1.3

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

SEJARAH…………………………………………………………………………2 .1

KOMPOSISI………………………………………………………………………2 .2

PENGOLAHAN…………………………………………………………………..2 .3

PROMOSI…………………………………………………………………………2 .4

PEMASARAN…………………………………………………………………….2 .5

BAB 3 LAPORAN…………………………………………………………………………

PANGSA PASAR………………………………………………………………...3 .1

BEP………………………………………………………………………………..3. 2

BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………………………

EVALUASI……………………………………………………………………….4 .1

KESIMPULAN……………………………...........................................................4 .2

BIOGRAFI………………………………………………………………………..
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mie instan merupakan salah satu produk yang saat ini menjadi sangat disukai di berbagai
kalangan. Berbagai ragam mie instan dapat kita temukan di pasaran. Mulai dari mie instan lokal, maupun
mie instan impor. Kebutuhan manusia akan hal yang praktis dan mudah diolah, dirasakan menjadi salah
satu faktor yang mendukung perkembangan mie instan menjadi salah satu jenis makanan yang diminati.
Perkembangan mie instan menjadi salah satu jenis makanan yang diminati ini, secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan Industri di bidang mie instan.Industri mie instan sendiri merupakan salah
satu bidang industri yang beberapa tahun belakangan ini mengalami pertumbuhan sekitar 18,6%
(Datacon, 2009). Pertumbuhan ini, merupakan pertumbuhan yang cukup besar untuk sebuah industri. Hal
ini disebabkan peningkaan jumlah permintaan konsumen di pasar terhadap produk mie instan (Datacon,
2009). Permintaan yang meningkat dari masyarakat ini, dipenuhi oleh beberapa produsen mie instan
seperti Indofood Grup (Indomie, Supermie, Sarimie dan Popmie), Nissin Mas (Noodles), PT. ABC (ABC,
Presiden, Top Rame), Wings Grup (Mie Sedaap), dan beberapa produsen lainnya yang juga memproduksi
mie instant (Datacon, 2009).

Banyaknya produsen mie instan yang ada di Indonesia, tidak membuat market share yang ada
terbagi rata, namun ternyata ada dua produsen yang memegang market share terbesar. Kedua produsen ini
merupakan produsen yang berasal dari perusahaan yang cukup ternama, yaitu Indofood Grup dan Wings
Grup. Indofood dengan merek Indomie, dan Wings Grup dengan merek Mie Sedaap. Kedua pesaing ini,
merupakan dua pesaing dengan jumlah market shareyang berselisih cukup jauh diatas brand-brand mie
instan lainnya.

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui sejarah produk Indomie di Indonesia


2. Mengetahui bahan baku pembuatan Indomie
3. Mengetahui pengolahan Indomie
4. Mengetahui potensi produk Indomie di pasar

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah produk Indomie di Indonesia?


2. Apa bahan baku pembuatan Indomie?
3. Bagaimana metode pengolahan Indomie?
4. Bagaimana potensi produk Indomie di pasar?
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH

Indomie diproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1972 silam. Indomie, berasal dari padanan
kata Indonesia dan mie. Sedangkan produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie
Kuah Rasa Kaldu Ayam yang sesuai dengan selera lidah masyarakat Indonesia kala itu.Penjualan
Indomie, mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1982 seiring dengan diluncurkannya
varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam.Produk Indomie semakin digemari oleh masyarakat Indonesia
pada tahun 1983 dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng.Sosok dibalik terciptanya Indomie
adalah 4 orang asal Medan yakni Djajadi Djaja, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma.
Mereka pertama kali memproduksi Indomie lewat PT Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd.

Terciptanya Indomie, dilatarbelakangi kelangkaan beras yang semakin melanda Indonesia saat
itu. Sedangkan peracik bumbu Indomie, adalah tokoh kuliner Indonesia Nunuk Nuraini yang telah wafat
Rabu, 27 Januari 2021 lalu.Selanjutnya, Soedono Salim yang merupakan pemilik perusahaan Sarimi,
tertarik untuk bekerja sama dengan Djajadi Djaja. Selanjutnya sejak tahun 1990, Sarimi dan Indomie
berada di bahan perusahaan yang sama, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur.

Kepopuleran Indomie kian meningkat, bahkan tidak hanya populer di Indonesia, Indomie kini
telah menjadi merek mie instan yang mendunia. Banyak orang di berbagai negara yang juga jatuh hati
dengan cita rasa Indomie sesuai dengan semboyannya “Indomie Seleraku…..,”.Los Angeles Times, juga
pernah menobatkan Indomie sebagai mie instan terenak nomor satu di dunia, mengalahkan produk mi
instan lain dari Korea Selatan, Thailand, bahkan Jepang.Seiring kesuksesan tersebut, banyak pula
masyarakat yang menggantungkan hidup lewat berdagang Indomie matang. Ini terbukti dari
menjamurnya warung-warung Indomie pinggir jalan yang biasanya dikombinasikan dengan warung kopi.
Selain itu, banyak pula orang yang mengkreasikan Indomie menjadi hidangan unik untuk kemudian dijual
kembali.

Varian rasa Indomie yang paling laris salah satunya adalah Indomie Goreng. Sejak awal kemunculannya
di tahun 1982, Indomie terus melakukan inovasi untuk menemukan rasa yang paling pas dan familiar di
lidah masyarakat Indonesia. Kemudian Indomie mengganti bubuk cabai dengan saus pedas dan
menambah bawang goreng sebagai pelengkap. Menjadi best seller di Tanah Air, Indomie goreng
selanjutnya diekspor ke banyak negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah dan
China.

2.2 BAHAN BAKU

Indomie terbuat dari bahan-bahan pilihan, yaitu :

1. Tepung terigu berkualitas terbaik dari P.T.Bogasari Flour Mils


2. Rempah-rempah dan bumbu yang terkandung dalam tiap rasa Indomie yang merupakan pilihan
terbaik dari kekayaan alam Nusantara, dan diproses dengan sangat higienis,standard
internasional, dan berkualitas tinggi
3. Tambahan Fortifikasi mineral dan Vitamin A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat dan Mineral Zat
Besi.

2.3 PENGOLAHAN

Siapkan bahan baku untuk adonan indomie yaitu tepung terigu, air, dan garam, lalu campurkan
adonan dan masukkan ke dalam mesin untuk diaduk agar tercampur merata, untuk mendapat adonan yang
baik kadar air harus berkisar 32-34% selanjutnya adalah tahap pembentukan mie (roll press). Setelah
adonan tercampur, pres adonan menggunakan unit pressing sehingga terbentuklah lembaran adonan mie
sampai ketebalan tertentu. Lalu lembaran adonan tersebut dipotong dengan pisau unit slitter secara
membujur menjadi untaian mie. Kemudian dibentuk bergelombang dengan wave conveyor.Selanjutnya
untaian mie yang bergelombang tersebut dimasukkan ke dalam steam box untuk dikukus (melalui proses
pematangan). Pada proses ini mie mengalami perubahan fisik menjadi lebih keras dan kuat. Kemudian
mie dipotong dan didistribusikan ke dalam cetakan dan digoreng pada suhu 140-150 derajat Celsius
selama 60-120 detik, agar kadar air dalam mie berkurang secara sempurna.

Mie hasil penggorengan kemudian didinginkan, ditiriskan, dan dikeringkan dalam suhu 40 derajat
celsius agar minyak memadat dan menempel pada mie serta membuat mie menjadi semakin keras. Proses
terakhir adalah pengemasan mie dan memasukan bumbu yang telah dibungkus dalam kemasan dengan
menggunakan mesin yang dapat berjalan secara otomatis, dalam setiap mesin terdapat orang yang
menjaga/memastikan agar 1 bungkus mie tersebut terdapat 1 bungkus paket bumbu. Kemudian mie yang
telah dibungkus dimasukkan ke dalam karton dan siap untuk di distribusikan.

2.4 PROMOSI

 Tagline : Indomie Seleraku


 Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara
 Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut
berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
 Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di
Yogyakarta)
 Inovasi dalam mengeksplorasi rasa-rasa serta gebrakan yang lainnya

Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah stabil,
memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan.
Pada tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih tetap harus mengadakan promosi
untuk me-remind customer bahwa Indomie masih exsist, dan selalu berinovasi untuk merejuvenasi
produk maupun strategi promosinya. Indomie sempat direbut pangsa pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul
tahun 2003) sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar
pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup kuat, Indomie mulai
“bangkit dari tidur panjangnya”,

Indomie mulai gencar beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti 3 Diva,
Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie semakin mengukuhkan bahwa dia masih
menjadi mie instan nomor satu di Indonesia. Indomie juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare”
untuk para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan
untuk lebih meningkatkan brand awareness remaja/pelajar mengenai produk Indomie. Indomie melihat
remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang Indomie mulai memberikan semacam
”edukasi” mengenai Indomie.

Di Yogyakarta, terdapat banyak sekali warung yang menyediakan menu mie instan (disebut
Burjo). Untuk membangun relationship dengan Burjo (meskipun tidak semua Burjo), agen-agen Indofood
menyalurkan langsung Indomie kepada Burjo. Selain itu untuk memelihara eksistensinya, Indomie juga
beriklan dengan cara membuatkan spanduk bertema Indomie yang berisikan nama Burjo (shop sign).
Sehingga pada benak konsumen tertanam bahwa Burjo hanya menjual produk Indomie. Hal ini juga
merupakan bagian dari marketing mix Indomie.

Walaupun rasa yang standar seperti mi goreng, mi kuah rasa ayam bawang, dan mi soto saja
sudah menjadi favorit banyak orang namun Indomie terus berinovasi dalam menyajikan rasa yang
berbeda. Mereka membuat varian rasa nusantara seperti Coto Makassar, Cakalang, Soto Banjar, Empal
Gentong, Mi Kocok Bandung, dan masih banyak yang lain untuk menyesuaikan dengan lidah masing-
masing daerah. Tak hanya itu, ada juga varian premium yang membuat konsumen bisa merasakan rasa mi
dengan kualitas tinggi namun dengan harga yang tetap terjangkau. Mereka juga bahkan mendengarkan
keluhan konsumen yang mengatakan bahwa makan Indomie satu kurang, dua kebanyakan dengan
membuat varian Indomie Jumbo. Inovasi ini yang membuat mereka selalu di depan.
2.5 PEMASARAN

Begitu kuatnya citra Indomie di pasar Indonesia sehingga sebagian masyarakat menganggap
seolah mie instan itu adalah Indomie (Indomie menjadi Top of Mind dalam mie instan). Dalam Top
Brand Index (TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi pertama dengan TBI berturut-turut
65,8%, 66,5% dan 71,4% (David, S.S., 2008, Majalah Marketing-Edisi Khusus TOP BRAND).
Keberhasilan Indomie terus bertahan di urutan teratas Top Brand adalah berkat kosistensi Indomie dalam
menjalankan strategi kunci 3A, yaitu :

 Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product).
 Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place).
 Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yang terjangkau (Price).

Adapun Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah strategi mengkombinasikan kegiatan-kegiatan


marketing, agar tercipta kombinasi maksimal sehingga memunculkan hasil paling memuaskan (Alma,
2005:205). Bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari :

1. Produk (Product)

Produk adalah setiap apa saja yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian,
permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keingingan atau kebutuhan (Sumarni dan
Soeprihanto, 2010:274).

Produk yang diproduksi oleh Indomie adalah mie yang memiliki kualitas tinggi dengan macam
varian, yaitu Indomie goreng dengan rasa yang berbagai macam seperti Indomie goreng Special, Indomie
goreng Rendang dan lain-lain, pada Indomie kuah juga memiliki varian rasa, yaitu Indomie rasa soto
special, Indomie kari ayam, Indomie rasa Ayam Bawang dan bahkan ada Indomie citarasa tradisional
seperti Indomie goreng Cakalang, Indomie rasa soto Betawi dan soto Banjar. Hal tersebut menunjukan
bahwa Indomie ingin terus memberikan mie yang berkualitas kepada konsumennya dengan terus
melakukan inovasi untuk menghasilkan citarasa mie yang sesuai dengan selera konsumen.

2. Harga (Price)

Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Sumarni dan Soeprihanto,
2010:281).

Indomie selain dapat dibeli per bungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1
kardus berisi 30 atau 40 bungkus indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua
kalangan masyarakat di Indonesia, per bungkus indomie dihargai sekitar Rp 2000.
3. Tempat (Place)

Tempat dalam marketing mix biasa disebut dengan saluran distribusi, saluran dimana produk tersebut
sampai kepada konsumen. Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industry pemakai (Sumarni dan
Soeprihanto, 2010:288).

Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai
hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak
tahun 2005 sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai supplay dan
penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak termasuk
pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu
yang sesingkat mungkin (www.indofood.com).

4. Promosi (Promotion)

Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran artinya aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau meningkatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:218).

Promosi yang dilakukan Indomie adalah dengan melalui tagline “Indomie…Seleraku” demikian
sebuah ‘jingle’ iklan yang nyaris selalu ada pada ingatan masyarakat terhadap produk makanan mie
instan. Selain itu, Indomie juga melakukan promosi dengan memasang billboard, iklan tv dan sponsor
acara.
BAB 3

LAPORAN

3.1 PANGSA PASAR

1. Segmentasi

Segmentasi pasar dapat diartikan sebagai proses mengelompokan pasar keseluruhan yang heterogen
menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan,
keinginan, perilaku dan/atau respon terhadap program pemasaran spesifik (Tjiptono dan Chandra,
2012:150).

Segmentasi pasar Indomie, yaitu :

 Geografis : wilayah seluruh Indonesia, dari kepadatan tinggi sampai rendah.


 Demografis : jenis kelamin (semua), agama (semua), pekerjaan (semua), pendidikan (tidak
terbatas), ras (tidak terbatas).
 Psikografis : gaya hidup konsumtif, praktis dan hemat.
 Perilaku : tingkat pemakaian tinggi hingga rendah, loyalitas konsumen, tujuan penggunaan.

2. Targeting

Pasar sasaran adalah proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai
paling menarik untuk dilayani dengan program pemasaran spesifik perusahaan (Tjiptono dan Chandra,
2012:162).

Target pasar Indomie adalah semua umur kecuali balita.

3. Positioning

Positioning adalah cara produk, merek atau organisasi perusahaan dipersepsikan secara relative
dibandingkan dengan produk, merek atau organisasi pesaing oleh pelanggan saat ini maupun calon
pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2012:1).

Positioning Indomie, yaitu :

 Menanamkan di benak konsumen bahwa Indomie adalah mie-nya orang Indonesia, dengan
citarasa Nusantara dari berbagai daerah, sehingga sesuai dengan tagline “Indomie…Seleraku”.
 Mie instan yang praktis dan nikmat untuk dikonsumsi, dapat dihidangkan dengan lauk pauk
lainnya.

3.2 BREAK EVENT POINT (BEP)

Break Event Point atau BEP adalah istilah yang tentu sudah tak asing lagi. BEP adalah seringkali
jadi tolak ukur seseorang untuk berinvestasi maupun memulai bisnis. BEP adalah titik impas yang
mengacu pada jumlah pendapatan yang harus diperlukan untuk menutup total biaya yang sudah
dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, baik biaya tetap maupun biaya variabel.

Biaya bahan Rp,- 7.000.000


Biaya tenaga produksi Rp,- 16.500.000
Biaya tetap

Biaya listrik Rp,- 2.000.000

Biaya air Rp,- 2.000.000

Biaya penyusutan dll. Rp,- 500.000

Biaya tidak tetap

Biaya bahan baku Rp,- 3.000.000

Biaya tenaga kerja Rp,- 3.000.000

Biaya overhead Rp,- 1.000.000


………………………………+

Rp,-35.000.000

Harga pokok produksi Rp,- 35.000.000


Biaya pemasaran Rp,- 5.000.000
Total HPP Rp,- 40.000.000

Total HPP Rp,- 40.000.000


Jumlah produksi 20.000 unit
HPP per unit Rp,- 2000
Laba (80%) Rp,- 1600
…………………………………+
Harga jual perunit Rp,- 3600
BAB 4

PENUTUP

4.1 EVALUASI

Mengetahui kualitas makanan yg dibuat,kita jadi bisa mengetahui manfaat dari makanan
tersebut,dan supaya bisa lebih mudah untuk Mengonsumsi Indomie dalam bentuk cepat saji yang praktis
dan enak selain itu harganya yang cukup terjangkau,dan mudah di temui di Supermarket dan minimarket
terdekat

Adapun dampak positif dan negative dari mengonsumsi Indomie :

 Positif
a. Memperlambat lapar

Mie instan mengandung pectin. Pectin adalah polisakarida linear yang terutama terdiri dari asam
galacturonic dan turunannya. Saat zat ini berada di dalam lambung dan terisi cairan, ia akan mengembang
dan mengisi penuh perut, dan konsistensinya membuat lama berada dalam saluran pencernaan, sehingga
memperlambat timbulnya rasa lapar.

 Negative
a. Gangguan pencernaan

Mi instan sebenarnya merupakan jenis makanan yang tidak mudah dicerna, sehingga membuat
kerja system saluran pencernaan menjadi lebih berat. Bila dikonsumsi terlalu sering atau terlalu banyak,
hal ini dapat meyebabkan gangguan saluran pencernaan.

b. Tekanan darah tinggi

Bumbu yang digunakan di dalam mie instan biasanya memiliki kandungan garam atau natrium
yang tinggi. Didalam satu kemasan mie instan mengandung 860 mg natrium. Beberapa penelitian
mengemukakan bahwa natrium yang terlalu banyak diketahui dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
dan berdampak pada rusaknya pembuluh darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular.

c. Penyakit jantung

Mie instan juga menggunakan MSG (monosodium glutamate)untuk meningkatkan rasa menjadi lebih
gurih. Nah, kandungan MSG dan natrium yang tinggi di dalam mie instaan tidak hanya dapat
meyebabkan tekanan darah tinggi, tetapi juga memicu berbagai gangguan pada jantung.
4.2 KESIMPULAN

Indomie telah menjadi makanan alternatif masyarakat Indonesia maupun mancanegara selama
puluhan tahun , sejak itu indomie “Merajalela” di dunia. Indonesia kini menjadi Negara dengga konsumsi
mi instan kedua terbesar didunia setelah cina. Kini indomie goring hingga rebus instan mudah kita temui
di rak-rak pasar swalayan hingga kios-kios di pinggir jalan. Seiring waktu, indomie juga hadir dalam
berbagai rasa khas Nusantara. Mulai dari rending, sambal matah, soto, sambal rica, cakalang, dan
berbagai rasa masakan Indonesia lainnya. Sejak itulah indomie mulai menyebar ke seluruh dunia.

Makalah ini dipersembahkan untuk guru SMA Teladan tercinta, Ibu Siswanti, S.E.

BIOGRAFI

NAMA : ADIIB MAULATAMA

TTL : PANGKAL PINANG 15 MARET, 2004

ALAMAT : DESA SRIWANGI

HOBI : OLAHRAGA

Anda mungkin juga menyukai