Anda di halaman 1dari 8

PEMASARAN STRATEGIK (UTS)

Dosen : Dr. Prasetyo Hadi, S.E., M.M., CFMP


Nama : Anita Kurniati Abadiyah (1810121007)

JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
2019
Pertanyaan 1 : Kajilah kasus tersebut kemudian bahas bagaimana menurut anda
permasalahan yang terjadi ?

Pada tahun 2003, setelah sekitar 30 tahun Indomie berjaya, merek Mie Sedaap muncul turut
meramaikan pasar mie instan Tanah Air. Dan baru merek Mie Sedaap inilah yang dinilai mampu
mengikis sedikit demi sedikit market share Indomie sebagai market leader mie instan di Indonesia.
Selain di Indonesia, Mie Sedaap juga mampu menembus mancanegara seperti Malaysia dan
Nigeria. Mie Sedaap cukup fenomenal dengan rasa kari spesial yang kental dan katanya “nendang
rasanya”. Merek mie instan besutan Wings Food ini pertama kali hadir dengan hanya tiga varian
rasa, yaitu mie goreng dengan “kriuk-kriuk”, rasa soto dengan koya, dan rasa ayam bawang dengan
bawang goreng.
Dengan kemunculan Mie Sedaap membuat persaingan mie instan semakin ketat, karena
manajemen PT Indofood menyadari akan hal itu. Mie Sedaap mampu menggerogoti market
share Indomie hingga mencapai kemerosotan omzet 70%. Sebuah kenyataan pahit bagi Indofood
yang lengah karena merasa sudah “mapan” tak tergoyahkan selama puluhan tahun. Ada banyak
faktor yang menyebabkan market share Indomie perlahan-lahan tergeser oleh Mie Sedaap. Salah
satunya, karena Indomie tak disiplin menjaga posisinya sebagai market leader. Sebagaimana yang
tertulis di buku Marketing Management karangan Philip Kotler 13 Ed.Chapter 11:
‘’Market leader harus menghadapi tantangan dari pesaing kecuali, dominasinya dilindungi
oleh hak paten (atau monopoli hukum). Hal ini untuk mempertahankan posisinya melawan
penantang. Cara alternatif untuk meningkatkan penggunaan produk adalah: mencari pengguna
baru, menemukan penggunaan baru untuk produk dan meningkatkan penggunaan oleh pelanggan
yang sudah ada.”
Dalam hal ini Mie Sedaap dengan gigih mencoba mendapatkan posisi kuat dalam pasar mie
instan yang sudah lebih dulu dikuasasi Indomie. Dengan mereknya, Mie Sedaap seakan
menanamkan image mie yang memang sedap dan harus dicoba oleh masyarakat, sesuai dengan
tagline-nya “Puas Sedapnya!”. Selain itu, Mie Sedaap juga gencar beriklan pada berbagai media.
Mereka mencoba menggencarkan promosi secepat mungkin untuk meningkatkan awareness pasar.
Sebagai pendatang baru, Mie Sedaap hadir dengan strategi promosi agresif untuk segera
mendongkrak awareness merek produk. Salah satu bentuk promosinya yaitu pemasangan umbul-
umbul Mie Sedaap sepanjang jalan selama bulan Ramadhan, yang belum dilakukan oleh produk
lain. Strategi awal Mie Sedaap untuk bermain di pasar mie instan adalah menetapkan harga yang
sangat ekonomis, namun mempertahankan rasa bumbu mie yang sedap dan gurih. Ditambah pula
dengan cara klasik, yaitu memberikan hadiah berupa piring dan gelas. Di awal Mie Sedaap hanya
berkutat di Jawa dan Bali, namun strategi distribusi Mie Sedaap bisa merata dari tingkat grosir
sampai tim motor yang menjelajahi warung-warung kecil.Semua strategi itu juga didukung iklan
produk yang cukup gencar, disertai dengan versi testimoni. Ada satu hal yang belum pernah
dilakukan oleh kompetitor, misalnya menyuruh orang sebanyak-banyaknya mencoba Mie Sedaap
. Aksi ini dilakukan secara gratis di mal, tempat wisata, dan kampus.
Berdasarkan nilai Compound Annual Growth Rate (CAGR), Wings Food mengalahkan
Indofood. Selama periode 2003 – 2013, CAGR pendapatan “raja mi instan” hanya 10 persen per
tahun. Sementara Wings mencatatkan pertumbuhan lebih signifikan hingga 26 persen. Pemain lain
rata-rata hanya tumbuh 7 persen.
Jika ditarik benang merah dari kasus Indomie vs Mie Sedaap, ada kesimpulan yang bisa kita
pelajari bersama. Bahwa market leader bisa dikalahkan jika lengah dengan kemapanan.
Kelengahan ini mudah diruntuhkan dengan inovasi, konsep dan strategi pesaing baru yang lebih
menarik. Dan, dalam peperangan merebut market share, jangan pernah meremehkan lawan.
Jadikan lawan atau pesaing sebagai kesempatan untuk berinovasi membuat keistimewaan produk.

Pertanyaan 2 : Berikan pemikiran anda untuk membantu permasalahan dari Indomie ?


Jelaskan

1. Strategi Pemasaran Indomie


Perubahan gaya hidup acap mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari
perubahan itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan substitusi nasi.Bahkan kian hari
produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan harganya
terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut.Saat ini, Indofood masih merajai pasar
mie instan di Indonesia, sekaligus merupakan perusahaan mie instan terbesar di dunia dengan
kapasitas produksi 13 milyar bungkus. Selain Supermi, Sarimi, dan Sakura, Indomie merupakan
merek andalan Indofood. Begitu kuatnya citra Indomie di pasar sehingga sebagian masyarakat
menganggap seolah mie instan itu adalah Indomie (Indomie menjadi Top of Mindmie instan).
Dalam Top Brand Index (TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi pertama dengan
TBI berturut-turut 65,8% , 66,5% , dan 71,4% pada tahun 2006, 2007, dan 2008 (David, S.S.,
2008, Majalah Marketing-Edisi Khusus TOP BRAND). Keberhasilan Indomie terus bercokol di
urutan teratasTop Brand adalah berkat konsistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A:
1. Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product).
2. Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place)
3. Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yag terjangkau (Price)
Meninjau STP yang dilakukan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. terhadap Indomie

1.1. Segmentasi

1.1.1. Demografis : Citarasa berdasarkan asal wilayah


Secara umum, produk Indomie dapat dinikmati untuk seluruh masyarakat Indonesia, baik
Indomie Goreng (Fried Noodles) maupun Indomie Rebus (Soup Noodles), namun secara
khusus, Indomie juga menciptakan kreasi rasa nusantara. Indomie dengan kreasi rasa
nusantara, mulai dari Soto Medan, Soto Banjar Limau Kuit, Soto Betawi sampai Coto
Makassar, Mie Cakalang dan Rasa Sate Ayam, dll. Dengan rasa nusantara tersebut, Orang
Banjar yang tinggal di Makassar, maupun sebaliknya tetap dapat menikmati cita rasa masakan
kesukaannya. Pendapatan Segmentasi ini nyaris tidak kelihatan, tapi mungkin perlu
diperhatikan baik-baik keberadaan Indomie Premium (Special Quality Instant Noodles).
Dengan superior quality wheat flour with additional toppings, harganya relatif lebih mahal dari
pada produk indomie lainnya. Sehingga, umumnya Indomie Premium dikonsumsi oleh
kalangan menengah ke atas.

1.1.2. Faktor Geografis


Indomie diproduksi berdasarkan wilayah, yaitu:
1. Indomie untuk wilayah Indonesia
2. Indomie untuk wilayah Asia Tenggara
3. Indomie untuk wilayah Australia
4. Indomie untuk wilayah Timur Tengah

1.2. Targetting
Produk Indomie memiliki target pasar untuk semua umur kecuali balita (full market
coverage). Produk Indomie melakukan Differentiated targeting strategy, perusahaan
menghasilkan beberapa produk yang memiliki karakteritik yang berbeda (yaitu: Indomie
Goreng/Fried Noodles, Indomie Rebus/Soup Noodles, Indomie Rasa Nusantara/Regional Tastes,
Indomie Premium /Special Quality Instant Noodles, dan Indomie Jumbo) dengan pandangan
bahwa konsumen membutuhkan variasi dan perubahan sehingga perusahaan berusaha untuk
menawarkan berbagai macam produk yang bisa memenuhi variasi kebutuhan tersebut.

1.3. Positioning
Produk Indomie dalam Websitenya menulis kutipan pernyataan dari seorang pakar, yaitu
Prof. Dr. FG Winarno, Dosen Universitas Katolik Atma Jaya. “Mie instan itu makanan yang
praktis dan sehat untuk dikonsumsi, asal dihidangkan dengan lauk pauk lainnya seperti telur atau
daging. Hal ini karena makanan yang seimbang harus mengandung protein selain karbohidrat.”
Positioning indomie adalah Menanamkan dibenak konsumen bahwaindomie konsumen bahwa
indomie adalah mienya orang Indonesia, dengan cita rasa Nusantara dari berbagai daerah,
sehingga sesuai dengan taglinenya“Indomie Seleraku”.
Kemudian meninjau dari segi Marketing Mix (Produk, Harga, Distribusi, Dan Promosi) yang
dilakukan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. terhadap Indomie :
1. Product (Produk)
Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki
massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis,
saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi
jumbo dengan massa 120 gram (Anonim,2008). Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan selera
orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan konsumen yang semakin
banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng,
mie soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah
Indonesia), mie premium, serta mie jumbo.

2. Price (Harga)
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket
1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua
kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 1200

3. Place (Tempat)
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus
sampai hampir ke setiap sudut kepualuan.Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara
agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai
suplai dan penghantaran.Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail
yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing
area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-
agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti
Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu
utama).

4. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang
perusahaan dan produknya kepada konsumen sehinggga menciptakan permintaan (Burnett, 2000).
Untuk dapat mengkomunikasikan produknya dengan efektif, perusahaan harus menentukan
terlebih dahulu pasar sasarannya (target market) dan mengkombinasikan dengan alat promosi
seperti periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan tenaga
penjual sedemian rupa sehingga konsumen dapat mengenal produk perusahaan dan tertarik untuk
membeli produk tersebut (Payne, 2000).
Tagline :
Indomie Seleraku
1. Iklan : Billboard, iklan TV, sponsor acara
2. Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara
tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
3. Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di
Yogyakarta)
Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah
stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek
mie instan. Pada tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih tetap harus
mengadakan promosi untuk me-remindcustomer bahwa Indomie, masih exsist, dan selalu
berinovasi untuk merejuvenasi produk maupun strategi.
Promosinya.Indomie sempat direbut pangsa pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003)
sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar
pasar.Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup kuat, Indomie
mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai gencar beriklan lagi.
Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti 3 Diva, Gita Gutawa, maupun non
artis seperti remaja/pelajar.Indomie semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan
nomor satu di Indonesia. Indomie juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare” untuk para
pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan untuk
lebih meningkatkan brand awareness remaja/pelajar mengenai produk Indomie. Indomie melihat
remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang Indomie mulai memberikan
semacam ”edukasi” mengenai Indomie.
Di Yogyakarta, terdapat banyak sekali warung yang menyediakan menu mie instan (disebut
Burjo). Untuk membangun relationship dengan Burjo (meskipun tidak semua Burjo), agen-agen
Indofood menyalurkan langsung Indomie kepada Burjo. Selain itu untuk memelihara
eksistensinya, Indomie juga beriklan dengan cara membuatkan spanduk bertema Indomie yang
berisikan nama Burjo (shop sign). Sehingga pada benak konsumen tertanam bahwa Burjo hanya
menjual produk Indomie.Hal ini juga merupakan bagian dari marketing mix Indomie.

1.4. Nilai Pelanggan Total


1. Nilai Produk
2. Nilai Karyawan
3. Nilai Citra
Nilai pelanggan yang tinggi adalah kunci Untuk menghasilkan Kepuasaan Pelanggan
(Kepuasan Pelanggan adalah perasaan kecewa atau senang seorang pelanggan yang muncul setelah
membandingkan antara kinerja (hasil) produk yangdiperoleh terhadap kinerja (hasil) produk yang
diharapkan) Implikasi :
Begitu kuatnya citra Indomie di pasar sehingga masyarakat menganggap seolah mie instan adalah
Indomie Nilai Pelanggan > Biaya Pelanggan = Kepuasan Pelanggan Kesetiaan Pelanggan.

1.5. Kepuasan Total Pelanggan Indomie


Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelahmembandingkan kinerja produk
yang dipikirkannya dengan kinerja produk yangdiharapkannya
Yang menjadi harapan konsumen dari suatu produk mie instan antara lain:
1. Praktis
2. Mudah disajikan
3. Harga Terjangkau
4. Pengganti makanan pokok kinerja (hasil) yang ditawarkan Indomie sebagai produk mie instan
pertama kali.

Anda mungkin juga menyukai