Strategi Intensif
Perusahaan membutuhkan usaha yang intensif, yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, untuk
memperbaiki posisi perusahaan dalam persaingan. Yang termasuk strategi intensif adalah
penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
1. Penetrasi pasar
Dalam kaitannya untuk melakukan penetrasi pasar dan melakukan perlawanan terhadap
Mie Sedap, Indofood melakukan integrated marketing. Mengutip majalah Marketing, pihak
Indomie mengandalkan strategi komunikasi yang saling teintegrasi baik above the line (ATL)
maupun below the line (BTL). Kreativitas pesan yang disampaikan mencerminkan personifikasi
merek Indomie sebagai mie instan keluarga yang lezat dan bergizi. Dalam iklan versi Gita
Gutawa, misalnya, Indomie terlihat mempertegas kembali bahwa segmentasinya adalah remaja
dan keluarga. Sementara itu, mereka juga menggelar kegiatan Indomie Jingle Dare untuk pelajar
SMU, mensponsori acara Indonesian Idol, Mama Mia, serta kegiatan ibu-ibu PKK.
2. Pengembangan pasar
Indonesia dengan wilayah yang luas dan penduduknya yang besar merupakan pasar yang
menarik. Berdasarkan data, pada tahun 1999 kosumsi mie instan sebesar 5,2 milyar bungkus.
Dengan asumsi pertumbuhan per tahun 10%, maka pada tahun 2007 konsumsi mie instan di
Indonesia aalah sebesar 11 milyar bungkus. Salah satu channel distribusi yang telah dipunyai
Indofood adalah warung indomie. Cara yang digunakan untuk mengefektifkan warung tersebut
adalah dengan mengajarkan para pengelola warung membuat Indomie, men-support warung-
warung mereka dengan spanduk, sekaligus memonitor ketersediaan produk Indomie.
Menurut Ronald, pakar marketing, pengelola warung Indomie merasakan puas atas dukungan
dari pihak Indofood. Warung Indomie hanyalah salah satu contoh tentang bagaimana Indofood
berusaha melakukan pengembangan pasar lebih luas. Contoh yang lain adalah dengan
mendistribusikan produknya sampai ke warung-warung kecil. Dengan dukungan Indomarco,
perusahaan distribusi ilik Indofood, mie-mie milik Indofood tanpa kesulitan berhasil menembus
warung-warung kecil tersebut.
3. Pengembangan produk
Dalam kondisi persaingan yang ketat dan dalam kondisi konsumen yang menginginkan
variasi rasa beragam, Indofood menanggapinya dengan melakukan diversifikasi produknya.
Pengembangan produk baru tersebut untuk dilakukan untuk meningkatkan penjualan Indofood
dan sekaligus menghadang pergerakan competitor. Pada tahun 2004, Indofood memanfaatkan
Sarimi dan Supermi untuk menghadang laju Mie Sedap. Indofood meluncurkan Supermi
Sedaaap—yang notabene punya tipografi brand yang mirip dengan Mie Sedaap. Kalau Mie
Sedaap memakai tagline“Jelas Terasa Sedapnya,” Supermi Sedaaap memakai tagline “Pasti
Sedaaapnya.”
Tak cukup sampai di sana, Indofood juga menyerangnya dengan melempar
fighting brand Mie Sayap–Sayap adalah sinonim dari Wings. Tetapi, merek tersebut kemudian
mati. Untuk menghadang kompetitor Indofood meningkatkan belanja iklannya menjadi Rp 11,3
miliar pada 2004. Adapun Mie Sedap mencapai Rp 9,9 miliar. Pada tahun 2006, meluncurkan
varian baru, Indomie Goreng Kriuk dengan 3 Diva sebagai endorser-nya. Padahal, kata “Kriuk”
sudah lebih dulu digunakan oleh Mie Sedaap. Pada tahun 2007, Indofood luncurkan Sarimi Soto
Koya, dengan Luna Maya sebagai endorser-nya. Setelah itu, pada tahun 2008, Indofood
meluncurkan Supermi Go: Gobang (goreng bawang), Gokar (goreng kari), dan Goso (goreng
soto). Grand launching tersebut ditandai dengan dicatatnya event launching Supermi Go “Makan
Mie Serentak dengan Peserta Terbanyak (lebih dari 30 ribu orang)” di rekor MURI.
Strategi Diversifikasi
Strategi diversivikasi dilakukan oleh perusahaan induk dengan memasuki bidang industry
baru. Strategi diversifikasi terdiri dari 3 strategi yaitu diversifikasi konsentrik, diversifikasi
horizontal, dan diversifikasi konglomerat. Strategi tersebut dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan perusahaan terhadap satu bidang industry. Dalam kaitannya dengan SBU Noodle
milik Indofood, pembahasan strategi ini tidak relevan karena SBU Noodle merupakan suatu unit
bisnis yang tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan perluasan bidang industry. Akan
relevan jika pembahasan startegi diversifikasi dikaitkan dengan perusahaan induk yaitu
Indofood.
Namun, barangkali menurut pemahaman diversifikasi konsentrik, strategi SBU Noodle
untuk meluncurkan Pop Mie bisa digolongkan kedalam strategi diversifikasi. Dengan konsep
pengemasannya yang berbeda, walaupun merupakan produk mie juga, Pop Mie menjadi produk
hasil diversifikasi SBU Noodle. Dari hal tersebut di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa SBU
Noodle telah melakukan strategi diversifikasi konsentrik dengan menghadirkan Pop Mie ke
dalam pasar.
Strategi Defensif
Strategi defensive digolongkan menjadi 3 yaitu strategi retrenchment, strategi divestasi,
dan strategi likuidasi. Strategi retrenchment terjadi ketika suatu perusahaan melakukan
turnaround. Penjualan asset-aset perusahaan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan
termasuk ke dalan strategi retrenchment. Divestasi adalah strategi terkait penjualan divisi
perusahaan untuk meningkatkan modal. Likuidasi adalah strategi yang digunakan dalam kondisi
perusahaan yang sudah merugi besar dan kondisi keuangan yang negative. Likuidasi dilakukan
dengan menjual seluruh asset-aset perusahaan.