Diajukan untuk Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Product Development Management
(MMP08) yang diampu oleh Dr. Benny Budiawan Tjandrasa, S.E., M.M.
Oleh :
NRP : 2053024
Indomie
Indomie adalah merek produk mi instan yang popular di Indonesia. Indomie
diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur. Indomie hadir sejak tahun 1972.
Indomie memperkenalan Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam pada awal peluncurannya,
lalu Indomie mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya
varian baru yakni Indomie Kuah Rasa Kari Ayam pada tahun 1980 serta Indomie Mi
Goreng pada tahun 1982. Indomie sangat berkembang dan populer di Indonesia. Seiring
berjalannya waktu, Indomie bertambah populer bahkan mudah ditemukan walau di luar
negeri sekalipun seperti, Saudi Arabia, Mesir, Malaysia, Australia, Amerika hingga
Nigeria. Indomie merupakan produk mi instan yang sangat digemari di Indonesia hingga
saat ini, karena memiliki berbagai macam varian jenis produk dan varian jenis rasa.
Selain itu kemasan dan rasa Indomie sejak awal dipasarkan juga mengalami beberapa
perubahan mengikuti perkembangan dan selera pasar. Kemasan Indomie saat ini terlihat
lebih sederhana, ringan dan menarik dibandingkan dengan kemasan-kemasan
sebelumnya.
1. Planning
Planning merupakan fase yang sering disebut sebagai "fase nol". Fase ini
dimulai dengan melakukan identifikasi peluang dan mencakup tujuan pasar. Planning
dapat juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai
tujuan tertentu dalam kurun waktu tertentu. Output dari tahap planning adalah
pernyataan misi proyek, yang menentukan target pasar untuk produk, tujuan bisnis,
1.1 Marketing
Marketing adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling terkait dimana tujuannya
untuk mengetahui kebutuhan konsumen atau pasar, dengan adanya informasi tersebut
maka perusahaan dapat menciptakan atau mengembangkan suatu produk, harga,
pelayanan, dan promosi agar kebutuhan pasar tersebut terpenuhi dan perusahaan
mendapatkan keuntungan.
1.1.1 Articulate Market Oppoturnity
Peluang pasar merupakan bagian terpenting dari tahapan planning. Peluang
pasar dapat dijabarkan menggunakan penyusunan analisis SWOT. Analisis SWOT
bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan dan peluang dari suatu perusahaan
dalam mencapat visi dan misi perusahaan tersebut. Berikut merupakan analisis SWOT
pada Indomie.
Strength Weakness
1. Merek yang sudah dikenal oleh 1. Bumbu indomie yang memakai bahan yang
masyarakat. kurang sehat jika dikonsumsi terus menerus dalam
2. Produk-produk dengan harga jangka waktu yang panjang.
terjangkau. 2. Permintaan pasar yang belum terpenuhi
3. Keahlian citra rasa selera Nusantara. 3. Biaya produksi kurang efisien karena
4. Jangkauan distribusi yang luas. menggunakan bahan bakar yang harganya
5. Mendapatkan berbagai penghargaan. cendrung mahal.
Opportunity Threat
1. Daya beli konsumen yang meningkat 1. Product substitution.
sepanjang tahun. 2. Competitor mengeluarkan berbagai jenis
2. Pasar domestik yang berkembang. produk yang baru dan inovatif.
3. Diminati dan dapat diterima baik 3. Health issue
oleh masyarakat. 4. Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing
4. Pasar Internasional terbuka. dalam hal iklan maupun inovasi.
c. Standarisasi Produk
Indomie adalah makanna khas Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, salah
satu keunggulannya adalah cita rasanya dapat diterima di seluruh dunia. Bagi turis
mancanegara Indomie sebagai pelepas rindu dengan masakan Indonesia.
Karakteristik utama dari kegiatan produksi Indomie bersifat mass production, artinya
adalah variasi barang yang di produksi relatif sedikit tetapi dengan volume produksi
besar. Indomie fokus dalam penguatan brand dan cita rasa untuk produk-produk yang
sudah ada. Desain kemasan yang tidak banyak berubah dimaksudkan untuk menguatkan
brand dan ingatan konsumen akan Indomie.
d. Mempertahankan Kualitas
Mempertahankan kualitas merupakan komitmen dari Indomie yang
menghasilkan suatu produk makanan bermutu, aman, dan halal untuk dikonsumsi.
Selain itu aspek kesegaran higenis, kandungan gizi, rasa praktis menjadi sebuah
prioritas dari produk Indomie, sehingga menembus pasar Internasional.
Indomie juga memenuhi persyaratan standar internasional bagi eksportir untuk masuk
negara tertentu dalam bentuk ISO 9001:2008, HACCP (Hazard Analysis & Critical
Control Points) dan sertifikat halal.
1.1.4 Placement Strategy
Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, sehingga menembus
sampai ke setiap sudut kepulauan. Variable-variabel yang dapat dianalisa dalam strategi
penempatan lokasi PT Indofood adalah sebagai berikut.
1. Saluran Distribusi
Saluran distribusi dari Indomie terdiri dari produsen, wholeseller, retailer, dan
konsumen. Distribusi wholeseller sudah hampir menembus ke semua wholeseller besar
di seluruh Indonesia seperti Hypermart, Giant dan Carefour. Retailer seperti indomaret,
alfamart, dan warung kelontong yang tersebar diseluruh Indonesia. Produk indomie juga
dapat ditemukan dipasar luar negeri seperti di amerika, Australia, dan berbagai
supermarket Asia seperti lion supermarket, marina food, dan 99 ranchmart.
2. Wilayah penjualan
Tahun 1980 PT. Indofood mulai bergerak di pasar internasional dengan mengekspor
mie instant ke beberapa Negara ASEAN, Timur Tengah, Hongkong, Taiwan, China,
Belanda, Inggris, jerman, Australia, dan negara-negara di Afrika. Konsumen dari
Nigeria merupakan yang terbesar diseluruh dunia. Penjualan indomie di Indonesia
sudah menyeluruh dari sabang hingga merauke, bahkan di Jogja agen-agen bekerjasama
dalam menyediakan indomie sebagai menu utama.
3. Lokasi Gerai
Lokasi gerai PT indofood sudah ada di Indonesia, beberapa Negara ASEAN, Amerika
dan eropa. Lokasi pabrik tersebar pada 15 kota diantaranya Pekan Baru, Medan,
Palembang, Tanggerang, Lampung, Manado, Semarang, Surabaya, Banjarmasin,
Makasar, Cibitung, Jakarta, Bandung, dan Jambi. Sedangkan, cabang tanpa pabrik
berada di Solo, Bali, dan Kendari. Hal tersebut bertujuan agar produk yang dihasilkan
cukup untuk didistribusikan ke wilayah sekitar kota dimana pabrik berada. Sehingga
produk dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan yang baik, serta membantu
program pemerintah melalui pemerataan tenaga kerja lokal.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
Concept Development
Concept development merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dengan
analisa persepsi dan peluang. Concept development merupakan fase untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasar target, menetapkan spesifikasi produk, menganalisa
sisi kompetitif dari produk, menentukan konsep produk, mematangkan spesifikasi
produk, dan analisa ekonomi. Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas disiplin
yang membutuhkan kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada di perusahaan, Pada
bagian ini akan lebih ditekankan pada bagian marketing, desain dan manufactur.
2.1 Marketing
Marketing adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling terkait dimana tujuannya
untuk mengetahui kebutuhan konsumen atau pasar, dengan adanya informasi tersebut
maka perusahaan dapat menciptakan atau mengembangkan suatu produk, harga,
pelayanan, dan promosi agar kebutuhan pasar tersebut terpenuhi dan perusahaan
mendapatkan keuntungan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan marketing
adalah penghubung antara produsen dengan konsumen pada suatu pasar, dengan kata
lain kegiatan marketing tidak hanya terbatas pada pemasaran saja, namun juga termasuk
semua strategi yang bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Pada
bagian marketing ini akan dibahas mengenai identifikasi kebutuhan pelanggan atau
konsumen.
2.2 Desain
Desain adalah bentuk rumusan dari proses pemikiran, mempelajari bagaimana
cara merancang atau mendesain suatu benda untuk kebutuhan manusia yang
mengutamakan unsur estetika, ergomoni dan fungsional dari benda yang dirancang itu
sendiri serta kenyamanan bagi penggunanya.
Gambar 2.5 Kemasan Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam Tempo Doeloe
Gambar 2.5 merupakan kemasan Indomie kuah rasa kaldu ayam tempo doeloe.
Warna yang digunakan pada kemasan ini adalah warna primer yang mencolok dan
menarik yaitu merah dan kuning. Warna merah merupakan warna yang beraura kuat,
berenergi dan melambangkan kegembiraan dan dipercaya dapat memberikan efek
penambah nafsu makan. Warna kuning memberi kesan kehangatan dan rasa bahagia,
selain itu warna kuning mencerminkan keceriaan dan semangat. Konsep kemasan
Indomie iini adalah kemasan sekali pakai. Kemasan berukuran 11 x 14.5 x 3.5 cm
dengan bentuk vertikal. Sederhana dan memiliki ukuran yang pas untuk digengam.
Ilustrasi pada kemasan Indomie tempo doeloe ini menggunakan ilustrasi foto. Foto yang
ditampilkan pada kemasan membuat konsumen tergiur dengan produk Indomie. Selain
kuah rasa kaldu ayam tempoe doeloe, Indomie menciptakan kemasan Indomie kuah rasa
kari ayam tempo doeloe. Berikut merupakan tampilan kemasan Indomie kuah rasa kari
ayam tempo doeloe.
Gambar 2.6 Kemasan Indomie Kuah Rasa Kari Ayam Tempo Doeloe
Gambar 2.6 merupakan kemasan Indomie kuah rasa kari ayam tempo doeloe.
Warna yang digunakan pada kemasan ini adalah warna kuning yang menarik,
memberikan kesan ceria dan semangat selain itu, warna kuning menggambarkan isi
produk. Konsep kemasan Indomie ini adalah kemasan sekali pakai. Kemasan berukuran
14.5 x 11 x 3.5 cm dengan bentuk horizontal, sederhana dan memiliki ukuran yang pas
untuk digenggam. Selain Indomie kuah, Indomie goring juga mempunyai kemasan
tempoe dulu. Berikut merupakan tampilan kemasan Indomie goring tempo doeloe.
2.3 Manufactur
Manufactur adalah suatu usaha mengolah bahan mentah menjadi barang jadi
ataupun setengah jadi yang mempunyai nilai tambah, dan dilakukan secara mekanis
dengan mesin atau tanpa menggunakan mesin. Bagian manufaktur yang akan dijelaskan
adalah perkiraan biaya produksi.
2.3.1 Memperkirakan Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan total biaya pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mendukung faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan produk tersebut. Biaya produksi terdiri dari biaya
pemesanan, biaya penyimpanan, biaya utilitas dan biaya adminitrasi. Biaya pemesanan
adalah biaya yang timbul akibat dari pembelian bahan baku. Biaya penyimpanan adalah
biaya yang timbul akibat dari bahan baku yang disimpan. Biaya penyimpanan terdiri
dari biaya utilitas, biaya upah, equipment, maintenance, serta biaya opportunity costof
capital (biaya modal). Biaya utilitas merupakan biaya fasilitas penyimpanan seperti
airdan listrik untuk pencahayaan, pemanas atau pendingin. Biaya upah merupakan biaya
yang dikeluarkan perusah aan untuk karyawan. Equipment dan maintenance adalah
biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan bahan baku tersebut di
gudang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.3 Manufacturing
Manufacturing pada system level design memuat pembahasan mengenai
identifikasi pemasok pada perusahaan sebagai komponen utama, analisis pembelian
produk, dan skema perakitan akhir produk. Beriku merupakan penjabaran dari
identifikasi pemasok pada Indomie.
3.3.1 Identifikasi Pemasok
PT. Indofood Sukses Makmur pada divisi Indomie berkerjsama dengan
beberapa pemasok yang ditunjuk untuk pengadaan bahan baku dan bahan pendukung.
Dalam memperoleh bahan baku maupun bahan pembantu PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk memperoleh dari dalam negeri. Sehingga perusahaan tidak sulit memperoleh
bahan•bahan yang dibutuhkan. Selain itu, dengan memperoleh bahan baku dari dalam
negeri dapat menghemat biaya transportasi. Tepung terigu diperoleh secara lokal yaitu
dari PT. Bogasari Flours Mills. Bahan penunjang merupakan bahan yang digunakan
sebagai pelengkap dalam proses pembuatan mi instant agar mi yang dihasilkan dapat
terbentuk dengan baik dan sebagai kelengkapan rasa, tekstur dan kekenyalan mi yang
nantinya dapat mempengaruhi mutu mi sendiri yang dimaksud bahan pendukung adalah
tepung tapioka. Tepung tapioka diperoleh dari supplier Lampung, pengiriman
tergantung stock yang ada atau tergantung permnintaan PPIC. Bahan-bahan lainnya
seperti minyak goring berasal dari merk Bimoli produksi PT. Intiboga Sejahtera. Garam
dapur yang digunakan berasal dari PT.Garam Gresik. Sedangkan bumbu dan minyam
bumbu berasal dari PT. Food Infredient Development, karton packing didapat melalui
kerjasama dengan Raci Pack dan Puri Nusa, etiket didapat melalui kerjasama dengan
Supermova, Prima Makmur, Cipta Kemas Abadi. Proses identifikasi pemasok sampai
pembelian dan penerimaan bahan baku pada Divisi Noodle, melibatkan beberapa pihak
yang saling berkepentingan menurut fungsinya dalam perusahaan, yaitu Departemen
ASP, PPIC, Purchasing (Pembelian), Ware House (Gudang), PDQC dan Finance and
Accounting. Pemasok pada Indomie dilakukan dengan sistem kontrak. Sistem kontrak
dilakukan untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku, kestabilan harga, dan mutu
yang baik sesuai dengan standar yang telah disepakati.
BAB IV
PROSES PRODUKSI
Testing atau uji coba produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang
dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana
produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
5.1 Design
Design pada testing dan revinement menjabarkan uji dari kinerja keseluruhan,
perubahan design, pengujian bahan baku, daya tahan dan keandalan dari produk
Indomie. Berikut merupakan penjabaran dari pengujian mutu bahan baku dari Indomie.
5.1.1 Pengujian Mutu Bahan Baku
Pengujian mutu baha baku bertujuan agar bahan baku yang dipakai memenuhi
standar mutu yang berlaku, sehingga tidak terjadi penyimpangan standar kualitas
produk akhir. Dalam industri pangan, pengujian mutu baha baku merupakan salah satu
hal yang penting untuk menjaga mutu produk, mengendalikan agar menghasilkan mutu
yang konsisten dan yang paling penting adalah sebagai jaminan keamanan pangan.
Pengujian mutu bahan baku pada Divisi Noodle dilakukan oleh Departemen QC. Untuk
bahan baku tepung terigu, dilakukan pemeriksaan secara fisik, kimia, organoleptik,
biologi dan atau mikrobiologi. Pengujian kualitas bahan baku dilakukan dengan cara
pengambilan acak. Bagian QC akan mengambil contoh dari setiap batch yang berbeda
tanggal masuknya ke dalam gudang. Kemudian contoh dari masing-masing batch
tersebut diuji. Apabila hasil pengujian tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
maka bahan baku tersebut tidak layak digunakan untuk kegiatan produksi. Bahan baku
yang tidak layak digunakan tersebut apabila masih dalam jangka waktu tertentu yang
telah disepakati antara perusahaan dengan pihak pemasok, maka bahan baku tersebut
dapat dikembalikan kepada pihak pemasok. Namun jika telah melewati jangka waktu
yang telah ditetapkan, maka bahan baku tersebut akan dimusnahkan oleh Departemen
QC dengan sepengetahuan Departemen Gudang, PPIC dan Purchasing.
7.1 Pendahuluan
Mie merupakan produk makanan yang sagat popular dan banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia. Dunia perdagangan mengenal mie dalam berbagai macam
produk, seperti mie basah, mie kering, mie soun dan mie bihun. Masingmasing jenis
mie ini berbeda dalam bahan baku dan sistem pengolahannya. Mie basah dan mie kering
terbuat dari bahan baku tepung terigu, yang membedakan antara keduanya adalah di
akhir prosesnya, pada mie kering dilakukan tahap pengeringan produk sebelum
dipasarkan, sedangkan mie basah tidak. Ada beberapa kelebihan mie dibandingkan
dengan bahan pangan utama lainnya, antara lain adalah rasanya yang khas dan terutama
adalah karena produk mie sering dikemas dalam bentuk yang praktis. Meskipun ada
keunggulan dari mie tetapi nilai kandungan gizi pada produk mie ini masih sangat
rendah, terutama kandungan proteinnya. Karena bahan baku utamanya adalah tepung
terigu, tepung tapioka atau tepung beras, maka kandungan nutrisi yang terbesar pada
mie dan produk olahannya adalah karbohidrat (Ratnasari & Wirawanni, 2012; Arianto,
2013).
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan
nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber
karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi
sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun.
Laju pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2% per tahun.
Beberapa penelitian terdahulu berhasil membuktikan bahwa produk mi instan
yang diperkaya bayam menunjukkan tingkat penerimaan panelis yang cukup baik.
Namun demikian, munculnya tambahan biaya akibat fortifikasi bayam yang secara
langsung dapat mengakibatkan peningkatan harga produk, belum dikaji secara jelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dari mi bayam.
Penelitian diawali dengan pembuatan mi bayam (mie dengan fortifikasi ekstrak bayam).
Sebagaimana diketahui, anak-anak adalah kelompok usia yang sangat suka
mengkonsumsi mi. Namun demikian, umumnya mereka tidak menyukai sayuran
sebagai menu keseharian sehingga menyebabkan pola konsumsi makanan yang tidak
seimbang (O’dea, 2003). Ketidakseimbangan akan suplai nutrisi pada tubuh terutama
pada masa tumbuh kembang, pada akhirnya dapat membawa pada pola makan yang
tidak sehat dan dapat menjadi salah satu resiko maraknya kasus obesitas (kegemukan)
pada anak-anak (Sikander et al., 2017; Wahyu, 2009). Dengan mempertimbangkan
realita tersebut, maka muncul suatu inovasi untuk membuat mi sayur yang salah satunya
adalah mi bayam. Bayam dipilih sebagai bahan tambahan pangan untuk inovasi mi sehat
karena komposisinya yang kaya nutrisi bermanfaat bagi tubuh seperti protein, lemak,
karbohidrat, zat besi, vitamin A, B, dan C (Dalimartha, 2000).
Penelitian terdahulu tentang mi instan yang diperkaya pasta bayam, melalui uji
sensoris menunjukkan tingkat penerimaan panelis yang cukup baik pada level
penambahan pasta bayam sebanyak 20% (Ramu et al., 2016). Penambahan proporsi
20% pasta bayam pada adonan mi dapat menambah total biaya produksi pada proses
pembuatan mi instan tersebut. Dengan meningkatnya biaya produksi maka
menyebabkan harga akhir produk yang dibebankan pada konsumen juga makin tinggi
meskipun penilaian dari sisi value tetap dapat sepadan (Shepherd, 2015). Mi instan
bayam mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan mi instan
plain atau mi komersial karena kandungan proteinnya yang lebih tinggi dan
karbohidratnya yang lebih rendah (Ramu et al., 2016). Melihat fakta tersebut mi bayam
nampaknya menjanjikan sebagai produk diet, baik untuk kelompok orang yang ingin
mengurangi kelebihan berat badan (over weight) maupun bagi anak-anak sehat dengan
gizi seimbang.
Prospek mi bayam sebagai produk diet baru tentunya dapat membuka peluang
bisnis dibidang makanan kesehatan (pangan fungsional) di masyarakat. Sayangnya,
hingga kini data pasti yang menunjukkan tentang kelayakan mi bayam sebagai usaha di
bidang industri pangan, belum pernah dikaji secara pasti. Oleh sebab itu kajian ini
bertujuan untuk memberikan landasan ilmiah tentang analisis usaha mi bayam. Manfaat
kajian ini adalah dapat memberi informasi bahwa mi bayam berpeluang sebagai bisnis
baru di bidang pangan fungsional khususnya diversifikasi produk olahan mi yang
menyehatkan.
7.2 Metodologi
Urut-urutan tahapan proses pembuatan mi bayam yaitu pertama-tama tepung
terigu (500 g) dicampur dengan 1 butir telur, garam (10 g), abu soda (0,25 g), air (150
ml) dan ekstrak bayam dengan konsentrasi 4 mg/ml (sebanyak 0,125 ml). Campuran
adonan tersebut kemudian diaduk hingga homogen selama kurang lebih 20 menit.
Setelah kalis, adonan dibentuk sebagai lembaran lalu dicetak menjadi mi dengan alat
pasta maker (Pasta Machine, Marcato Atlas 180-8341, Italy). Mi tersebut kemudian
direbus dengan tambahan minyak kelapa selama 3 menit. Mi yang telah matang
ditiriskan dan didapatlah produk mi basah.
7.3 Pembahasan
Inovasi produk diperlukan dalam pengembangan usaha, salah satu inovasi yang
dilakukan yaitu dengan membuat mi bayam. Mi bayam menjadi salah satu diversifikasi
olahan mi, harapannya mampu meningkatkan kualitas pangan, karena adanya
penambahan ekstrak bayam yang memiliki banyak manfaat dibandingkan mi yang
sudah beredar di pasaran (Li et al., 2014). Potensi usaha mi bayam diantaranya dapat
dilihat dari minat dan target pemasaran, kandungan gizi, kualitas produk, rendahnya
biaya produksi, serta harga yang bersaing.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto NT. 2013. Pola Makan Mi Instan: Studi Antropologi Gizi Pada Mahasiswa.
BioKultur, 2(1): 27-40.
Baratawidjaja GK, 2004. Imunologi Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Bagindo, M. P., Sanim, B., & Saptono, T. (2016). Model Bisnis Ekowisata di Taman
Nasional Laut Bunaken dengan Pendekatan Business Model Canvas.
MANAJEMEN IKM:
Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, Vol. 11 No. 1
Daftar Harga Produk Indofood Terbaru 2021. Retrieved Juli 13, 2021 from
https://iprice.co.id/indofood/ David, F. (2009). Manajemen Strategis: Konsep
Edisi Keduabelas. Terjemahan. Jakarta: Salem
David, F. R. (2011). Manajemen Strategis: Konsep (10th ed.). Jakarta: Salemba Empat
Fatimah, Fajar Nur’aini Dwi. (2016). Teknik Analisis SWOT. Yogyakarta:
Quadrant
Hanoatubun, Silpa. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.
Journal of Education, Psychology and Counseling, Vol. 2 No. 1 Indofood the
Symbol of Quality Foods. Retrieved Juli 13, 2021 from
https://www.indofood.com/
Handayani S. 2013. Tehnik Pembuatan Mie Sehat. Yogyakarta: UNY Press. Muhtadi,
Rauf R, Harismah K, Saifuddin. 2016. Pengembangan Produk Olahan Tepung
Sayuran Di Desa Sindon Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Warta
LPM, 19(1): 83-89.
Istiqomah and Andriyanto, I. (2017). Analisis SWOT dalam Pengembangan Bisnis.
Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol. 5 No. 2 Putra, Prabu. (2008).
Penyehatan Makanan dan Minuman. Pontianak: CV Utama
Rangkuti, Freddy. (2009). Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Umar, Husein. (2001). Strategic Management In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama