Anda di halaman 1dari 3

suatu hari, ada seorang anak perempuan yang hidup dengan ayahnya.

Ia adalah seorang anak


piatu, yang sudah tidak memiliki ibu. Ayahnya adalah seorang supir bajai. Bias dibilang ia hidup
dikeluarga yang kurang berkecukupan. Semasa ia masih duduk di bangku SD, ia selalu diejek,
diledek, ataupun diolok-olok oleh temannya. Sebab, ia dianggap orang yang paling miskin di
sekolahnya. Dan apapun yang ia pakai selalu dianggap jelek oleh teman-temannya.
Suatu ketika, saat ayahnya menjemput ke sekolah, dia malu dengan teman-temannya
karena sang ayah menjemputnya dengan bajai. Dan dia pun diolok-olok lagi oleh temannya.
Akhirnya dia pun tidak mau ikut dengan ayahnya, dan langsung pergi begitu saja. Ayahnya yang
melihat itu pun agak kesal dengan teman-teman si anaknya itu. Tapi mungkin mau bagaimana
lagi, toh kehidupannya memang seperti ini adanya.
Saat sang anak sudah tumbuh menjadi seorang gadis, anaknya tetap saja membenci
ayahnya. Telihat bagaimana ketika ayahnya membelikan ia makanan dari warteg yang berada di
pinggir jalan, tetapi saat ayahnya itu memberikan kepada anaknya, nasi itu malah di tepis
sehingga makanan itu jatuh berserakan di atas lantai. Ayahnya pun sedih mengalami kejadian
itu.
Suatu hari anaknya itu menuntut agar dibelikan barang yang dia mau seperti yang
dimiliki oleh teman-temannya. “ Ayah.. aku ingin ayah membelikanku hp, sepatu, dan tas baru “
kata sang anak.
“ Iya nak, sabarlah. Ayah sedang berusaha mencari uang untuk membelikan semua barang
yang kau mau “ jawab sang ayah.
“ Halahh.. ayah bisanya cuman bilang sabar, sabar, dan sabar saja . aku tuh capek yah hidup
miskin begini. Teman-temanku semua bias mendapatkan barang yang mereka inginkan tanpa
harus sabar menunggu. Tapi kenapa aku haru sabar menunggu dan ujung-ujungnya ayah tidak
membelikannya untukku “ bentak sang anak.
“ Bukannya ayah tak mau membelikannya untukmu nak, hanya saja uang kita belum cukup
untuk membeli barang yang kamu mau “ ucap sang ayah.
Anaknya pun pergi meninggalkan ayahnya tanpa peduli bagaimana perasaan ayahnya
saat ia bentak. Lalu, ayahnya pun berinisiatif ingin mewujudkan apa yang anaknya mau. Dan,
tanpa sepengetahuan anaknya itu, ia menjual barang-barang yang masih terlihat bagus untuk
bias membellikan barang yang anaknya mau. Ia menjual kulkas, tv, radio, bahkan cicin kawinnya
pun di jual olehnya. Demi membahagiakan haati sang anak, ia pun berani melakukan apapun
bagaimanapun caranya.
Setelah ia menjual barang-barangnya, ia pun membeli sedikit demi sedikit barang yang
sang anak inginkan. Mulai dari tas, sepatu, dan handphone baru ia belikan untuk sang anak
tercinta. Lalu setelah anaknya pulang, si anak kaget akang barang-barang yang sering ia lihat
sduah tidak lagi berada di tempatnya. “ Yah, kemanna semua barang-barang kita ? “ tanya sang
anak.
Ayahnya hanya diam. “ TV? Kulkas? Radio? Ayah kemanakan semua barang-barang kita? “
lanjut sang anak.
Ayahnya pun menjawab, “ Sudah ayah jual nak “. “ Apa? Kenap dijual yah? Terus nanti kita
kalua mau nonton TV bagaimana? “. “ Dasar, udah tau orang lagi susah, semua dijualin. Buat
apasih uangnya? Buat beli barang yang macem-macem yaa..” tuduh sang anak. Anaknya itu pun
pergi meninggalkannya begitu saja.
Ayahnya bergumam, “ Astagfirullahaladzim.. “. Anaknya itu tidak tahu, bahwa dia melakukan ini
juga demi anaknya.
Esoknya, ayahnya itu pergi menggunakan bajainya untuk lanjut mencari nafkah. Pada
saat di tengah jalan, ayahnya itu tiba-tiba teringat pada apa saja yang telah dilakukan anak
perempuannya kepadanya. Mulai dari membentak, mencaci maki, serta mendorongnya. Ya,
yang dilakukan anaknya terhapa dirinya itu sangat menyakiti dan menyayat hatinya.
Tak terasa setetes air bening menetes dari pelupuk mata yang suduah tergenang
menahan tangis. Lama kelamaan tetesan itu berubah menjadi air yang mengalir sangat deras
membasahi pipinya. Hingaa ia tak focus untuk mengendarai bajainya. Dan karena itu, ia tak
melihat ada mobil yang melaju kencang ke arahnya. Dan setelah itu, ia tertabrak oleh mobil.
Di lain tempat, sang anak sedang menaiki angkot untuk menuju rumahnya. Dan di
tengah jalan, tiba-tiba jalanan macet. Ia pun penasaran dan ia ikut lari keluar angkot melihat
apa yang sedang terjadi. Ketika ia melihat ada yang tertabrak, ia menangis. Ternyata itu adalah
ayahnya. Ia menghampiri ayahnya dan berusaha membangunkan ayahnya. Tapi naas, ayahnya
kini sudah tiada.
Pada keesokan harinya, anak itu menemukan sepucuk surat yang terselip diantara buku-
buku yang terletak di sebuah kotak. Dilihatnya surat itu dan dia menemukan barang-barang
yang selama ini ia mau. Ia meneteskan air mata sambal membuka suratnya. Ketika ia membaca
ternyata itu surat dari ayahnya. Yang berisi :
“ Anakku sayang, ayah belikan hp baru untuk kehidupan yang lebih baik. Bapak juga
membelikanmu sepatu da tas baru yang kamu idam-idamkan selama ini. Semoga kamu
menyukai hadiah pemberian dari ayahmu ini. Maaf, jika selama ini ayah hanya bias
mengecewakanmu. Ayah sangat menyesal karena ayah adalah lelaki yang memalukan dan
sumber penghinaan bagimu, dari kecil hingga dewasa. Ayah sama sekali tidak menyesal menjual
barang-barang ayah. Asalkan ayah melihat anak ayah hidup tersenyum Bahagia. Anakkku
sayang, ayah selalu mencintaimu dari lubuk hati ayah yang paling dalam. Semoga kamu hidup
bahain kelak nak. Maafkan ayah. “

- Ayahmu tersayang.
Setelah membaca surat dari ayah, air mataku menetes. Aku sangat menyesal.
Diriku selalu menyalahkan diriku sendiri, mengapa dulu aku tidak pernah
sedikitpun bersikap baik pada ayahku. Aku bahkan tega membentak dirinya,
padahal ayah selalu ada untuk membantuku.

Pesan Moral : Jangan pernah anda menyakiti perasaan orang tua. Karena
anda tidak pernah tahu apa saja yang telah dilakukan oleh orang tua anda
sehingga anda bisa menjadi seperti sekarang. Dan anda tidak akan pernah tahu
kapan orang yang anda sayangi akan meninggalkan anda untuk selama-
lamanya.

Anda mungkin juga menyukai