Anda di halaman 1dari 10

CURAH HUJAN

Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan
pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir (BMKG, 2016)

Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada
daerah tersebut, yang dapat dilakukan dengan tiga metode berikut yaitu :
a. Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)
Metode aljabar ini adalah metode mencari rerata suatu stasiun hujan seperti pada
gambar 3.1 dibawah ini ;

Gambar 3.1 Stasiun hujan di suatu DAS (Triatmodjo, 2008)

Metode ini adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata pada
suatu daerah. Pengukuran dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan
dijumlahkan dan kemudian dibagi
dengan jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan
biasanya adalah yang berada di dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS
yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.

Hujan rerata pada seluruh DAS diberikan oleh persamaan 3.1

��1+��2+��3
�� = ..............................................................................(3.1)
��

Dengan :
P :Hujan rerata kawasan
P1, p2, p3,.....,pn :Hujan di stasiun 1, 2, 3, ..., n
n : Jumlah stasiun
b. Metode thiessen

Gambar 3.2 Metode poligon Thiessen (Triatmodjo, 2008)

Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili


luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah
sama dengan yang terjadi pada stasiun terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu
stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun
hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Perhitungan poligon Thiessenseperti pada
persamaan 3.2 sperti dibawah ini :

��1��1+��2��2+⋯+��������
�� = ..............................................................(3.2)
��1+��2+⋯+����
Dengan :

P : Hujan rerata kawasan

P1, p2, ..., pn : Hujan pada stasiun

1,2,..,n A1,A2, ..., An : Luas daerah stasiun 1,2,..., n

c. Metode Isohiet

Gambar 3.3 Metode Isohiet (Triatmodjo, 2008)

Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan


yang sama. Pada metode isohiet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua
garis isohiet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohiet
tersebut. Metode isohiet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman
hujan rerata di suatu daerah, tetapi cara ini membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang
lebih banyak dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Secara matematis hujan
rerata tersebut dapat ditulisseperti pada persamaan 3.3 :

I1I2 � 2�� 3 InIn +1


��1 +��2 +⋯+����
�� = 2 2 2
........................................................(3.3)
A1+A2+⋯+An
Dengan: : Hujan rerata kawasan

I1,I2,...,In : Garis isohiet ke

1,2,...,n,n+1 A1,A2,...,A3 : Luas daerah yang dibatasi oleh


isohiet ke 1 dan 2, 2 dan 3,..., n
dan n+1

infiltrasi

Infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah sebagai


akibat gaya kapiler (gerakan air ke tanah lateral) dan gravitasi
(gerakan air kea rah vertical). Setelah lapisan tanah bagian atas
jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam
sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses
perkolasi.
Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan
kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan
melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah.
Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas
infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju
infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan
satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam).
Air hujan yang mengalir masuk ke dalam tanah, dalam batas
tertentu bersifat mengendalikan ketersediaan air untuk
berlangsungnya proses evapotranspirasi. Pasokan air hujan ke dalam
tanah ini sangat berarti bagi kebanyakan tanaman di tempat
berlangsungnya infiltrasi dan daerah sekelilingnya.
Air infiltrasi yang tidak kembali lagi ke atmosfer melalui
proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk seterusnya
mengalir ke sungai di sekitarnya. Meningkatkan kecepatan dan luas
wilayah infiltrasi dapat memperbesar debit aliran selama musim
kemarau (baseflow) adalah penting untuk memasok kebutuhan air
pada musim kemarau, untuk pengenceran kadar pencemaran air
sungai dan berbagai keperluan lainnya.

4.4.1. Proses Terjadinya Infiltrasi


Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung
pada kondisi biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air
hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui pori-
pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah
disebabkan oleh tarikan gaya grafitasi dan gaya kapiler tanah. Laju
air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh
besarnya diameter pori-pori tanah. Dibawah pengaruh gaya
gravitasi, air hujan mengalir vertikal ke dalam tanah melalui profil
tanah.
Pada sisi yang lain, gaya kapiler bersifat mengalirkan air
tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah, dan ke arah horisontal
(lateral). Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-
pori besar, gaya ini dapat diabaikan pengaruhnya dan air mengalir ke
tanah yang lebih dalam oleh pengaruh gaya gravitasi. Dalam
perjalanannya tersebut, air juga mengalami penyebaran ke arah lateral
akibat tarikan gaya kapiler tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-
pori yang lebih sempit dan tanah lebih kering.
Mekanisme infiltrasi, dengan demikian melibatkan tiga
proses yang tidak saling mempengaruhi :
1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan
tanah.
2. Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah,
samping, dan atas).

Meskipun tidak saling mempengaruhi secara langsung,


ketiga proses tersebut diatas tidak saling terkait. Uraian di atas
menunjukkan bahwa besarnya laju infiltrasi pada permukaan tanah
tidak bervegetasi tidak akan pernah melebihi laju intensitas hujan.
Untuk wilayah berhutan, besarnya laju infiltrasi tidak akan pernah
melebihi laju intensitas curah hujan efektif. Curah hujan efektif
adalah volume hujan total dikurangi air hujan yang mengalir masuk
ke dalam tanah (air infiltrasi).

4.4.2. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Laju Infiltrasi

Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi


laju infiltrasi adalah :
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan
yang jenuh.
2. Kelembaban tanah
3. Pemampatan tanah oleh curah hujan
4. Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)
5. Pemampatan oleh orang dan hewan
6. Struktur tanah
7. Tumbuh-tumbuhan
8. Udara yang terdapat dalam tanah
9. Topografi
10. Intensitas hujan
11. Kekasaran permukaan
12. Mutu air
13. Suhu udara
14. Adanya kerak di permukaan.
Apabila faktor-faktor di atas dipisahkan maka
akan terbagi menjadi 2 faktor pengaruh utama yaitu :
1. Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu
tempat sehingga air mendapat kesempatan untuk
berinfiltrasi.
2. Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah.
4.4.3. Pengukuran Infiltrasi
Ada tiga cara untuk menentukan besarnya infiltrasi, yaitu :
1. Menentukan beda volume air hujan buatan
dengan volume air larian pada percobaan
laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan.
2. Menggunakan alat infiltrometer
3. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFILTRASI


Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman genangan dan
tebal lapis jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan, tanaman penutup,
intensitas hujan, dan sifat-sifat fisik tanah.

Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh


Perhatikan skema gambar di bawah ini !
Genangan Pada Permukaan Tanah

Dalam gambar di atas, air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke
dalam tanah, yang menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi
jenuh air. Apabila tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air
mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. ALiran melalui lapisan tersebut
serupa dengan aliran melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan
tanah (D) memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi
tekanan total yang menyebabkan aliran adalah D+L.

Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan tebal
lapis jenuh air L. Pada awal hujan, dimana L adalah kecil dibanding D, tinggi
tekanan adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke
dalam tanah dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai
melebihi D, sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi tersebut
kecepatan infiltrasi berkurang. Apabila L sangat lebih besar daripada D,
perubahan L mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan
hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan.

Kelembaban tanah
Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah
kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian
bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar
dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena
adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan
gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat.
Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga
perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika
tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan
menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode
awal hujan.

Pemampatan oleh hujan


Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air
hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti
lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir,
pengaruh tersebut sangat kecil.

Penyumbatan oleh butir halus


Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus. Ketika
hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam
tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi.

Tanaman penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan,
dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman
penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk
lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi
hujan lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat
serangga akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar
daripada tanah yang tanpa penutup tanaman.

Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan
besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan
waktu infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan.
Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu
cukup banyak untuk infiltrasi.

Intensitas hujan
Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas
hujan I lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama
dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas
infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agihan Waktu Limpasan Permukaan

Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan karena
penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan ini terjadi apabila intensitas hujan yang
jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi maka air
akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan
tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi agihan waktu limpasan terbagi menjadi 3


faktor, yaitu:
1. Faktor meteorologi yang terdiri dari tipe intensitas, lama dan agihan
presipitasi, suhu, kelembaban, radiasi matahari, kecepatan angin, dan tekanan
udara.
2. Faktor DAS yang berupa bentuk DAS, kemiringan DAS, geologi, tipe tanah,
vegetasi dan jaringan drainase.
3. Faktor manusia (Seyhan, 1977). Faktor-faktor tersebut langsung atau tidak
langsung akan berhubungan dengan aliran air di sungai yang berada dalam DAS
tersebut.

PENAFSIRAN DATA HUJAN Data hujan biasanya dipresentasikan dalam


milimeter, dan bisa berupa tabel, diagram atau grafik. Bacaan atas harga-harga
tertentu pada data yang dipresentasikan tersebut akan menghasilkan suatu
gambaran mengenai sifat-sifat curahan maupun curah hujannya. Sifat curahan
hujan itu terutama ditentukan oleh durasi (duration) dan kelebatannya (intensity)

Anda mungkin juga menyukai