MANAJEMEN KINERJA
Manfaat manajemen kinerja bagi individu untuk (1) memotivasi diri meningkatkan
kinerja, (2) mengingatkan diri kita mengapa kita melakukannya dan bagaimana hal itu akan
menghemat waktu, dan (3) menghindarkan kita dari kesulitan, serta memecahkan masalah. Bagi
karyawan adalah untuk meningkatkan pemahaman pekerjaan dan tanggung jawab kerja mereka.
Bagi organisasi adalah untuk (1) meningkatkan keberhasilan, semangat, dan produktivitas
perusahaan; (2) sebagai sarana komunikasi, (3) merangsang mencapai sasaran kerja, (4)
memberikan komentar tentang kepemimpinan atasan, (5) mengomunikasikan nilai-nilai baru, (6)
menyusun program pelatihan dan pengembangan karyawan, (7) menyusun program suksesi dan
kaderisasi, dan (8) pembinaan karyawan.
Dalam sistem manajemen kinerja ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya antara
lai (1) meningkatkan keefektifan organisasi, (2) memotivasi karyawan, (3) memperbaiki
pelatihan dan pengembangan, (4) mengubah budaya, (5) menyokong hubungan antara gaji/upah
dengan produktivitas, (6) menarik dan mempertahankan staf yang memiliki keahlian, dan (7)
mendukung manajemen yang berkualitas.
Sedangkan kekurangan sistem manajemen kinerja adalah (1) pemilihan nilai antara
sangat tidak memuaskan sampai sangat memuaskan gagal menetapkan standar-standar yang
sesungguhnya dapat dipakai untuk membuat suatu penilaian, (2) cara ini sering bervariasi dan
tidak konsisten, (3) tidak dapat memberikan kepastian bahwa mereka yang menilai akan
memberikan penilaiannyta didasarkan pengamatan-pengamatan yang sistematis dan objektif, dan
(4) matinya kreativitas dan inovasi untuk mengadakan perubahan-perubahan.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen kinerja yang
dirancang harus dapat mengakomodasi sistem operasi dari sebuah perusahaan.
Tahap-tahap perancangan sistem manajemen kinerja adalah 5 (lima) tahap perancangan
sistem manajemen kinerja, yaitu:
1. Tahap 0: fondasi,
2. Tahap 1: informasi dasar,
3. Tahap 2: perancangan,
4. Tahap 3: penerapan, dan
5. Tahap 4: penyegaran.
Menurut Bacal (2004), mekanisme perancangan sistem manajemen kinerja meliputi tiga
tahapan utama yaitu persiapan, pertemuan, dan penutupan mekanisme.
Mekanisme perancangan sistem manajemen kinerja sebagai berikut. Tahap 0 berinteraksi
dengan tahap 1. Tahap 1 berinteraksi dengan tahap 2. Tahap 2 berinteraksi dengan tahap 3.
Tahap 3 berinteraksi dengan tahap 4.
Dalam konteks sistem manajemen kinerja, pernyataan visi digunakan sebagai pijakan
awal dalam menyusun misi, strategi maupun variabel kinerja dan kaji banding (benchmarking)
yang nantinya akan digunakan oleh organisasi/perusahaan.
Misi adalah cara-cara untuk mencapai visi. Pernyataan misi merupakan sebuah arah yang
membantu organisasi/perusahaan menunjukkan jalan yang tepat. Antara para ahli strategi,
terdapat beberapa tentang definisi pernyataan misi sehingga tidak terdapat definisi yang mutlak.
5
Langkah penyusunan misi yang umum dilakukan oleh organisasi/perusahaan adalah dengan
mengikuti 4 (empat) tahap. Penyusunan misi pada dasarnya merupakan upaya mencari irisan
antara otoritas organisasi/perusahaan, penyusunan bahasa, dan pesan yang ingin disampaikan
oleh organisasi/perusahaan tersebut. Untuk menjamin bahwa misi sudah bagus, maka misi
tersebut harus memenuhi criteria tertentu. Perbedaan misi dengan tujuan adalah tujuan
menyatakan secara jelas sesuatu yang akan dicapai dan kapan hal tersebut akan dicapai, dan
sering kali dapat langsung diangkakan. Maksud dari penentuan tujuan organisasi/perusahaan
adalah untuk memfokuskan tugas manajemen dan hasil yang spesifik, dan sebagai sarana untuk
menilai apakah tujuan telah dicapai.
Strategi perusahaan ialah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau
kebijakan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi
berkaitan dengan prinsip-prinsip umum untuk mencapai misi. Strategi adalah pendekatan umum
yang bersifat jangka panjang. Penjabaran dari strategi disebut taktik. Taktik merupakan
pendekatan operasional yang bersifat jangka pendek.
Terdapat 4 (empat) elemen kunci yang sebaiknya terkandung dalam pernyataan strategi
agar dapat unggul dibandingkan dengan pesaing, yaitu berkesinambungan, mengembangkan
proses untuk menyampaikan strategi, menawarkan keunggulan kompetitif, dan mengeksploitasi
jenis tes untuk menilai apakah strategi sebuah organisasi/perusahaan bagus atau tidak, yaitu uji
nilai tambah, uji konsistensi, dan uji keunggulan kompetitif. Secara akademis, terdapat 5 (lima)
macam tes untuk menilai apakah pernyataan-pernyataan yang terkandung dalam strategi itu
bagus atau tidak, yaitu uji orisinalitas, uji tujuan, uji konsistensi logika, uji risiko, dan uji
fleksibilitas. Mengetahui siklus hidup industry dan di mana posisi organisasi/perusahaan yang
dikelola berada dalam siklus teresbut sangat penting dalam menentukan strategi yang tepat bagi
organisasi/perusahaan. Ada 4 (empat) fase dasar pengembangan, yang berimplikasi pada strategi
organisasi/perusahaan yaitu fase pengenalan produk (introduction), pertumbuhan (growth),
kematangan (maturity), dan kemunduran (decline).
Dari berbagai macam kerangka sistem manajemen kinerja yang telah diperkenalkan oleh
para pakar ternayta The Balanced Scorecard (BSC) merupakan salah satu kerangka kerja paling
popular digunakan di dunia karena mengantu filosofi ‘all size’ dan ‘unisex’. Artinya BSC
menyediakan kerangka kerja yang sederhana dan dapat diterapkan, banyak organisasi/perusahaan
akan dengan mudah memasukkan variabel yang diperlukan ke dalam empat perspektif di atas.
Meskipun demikian, kritik terhadap BSC juga banyak, yaitu (1) tidak semua
organisasi/perusahaan semata-mata meletakkan focus pada pencapaian keberhasilan financial,
(2) keterkaitan antarvariabel secara lurus (linier) yang hanya berdasarkan anggapan tanpa disertai
data statistic pendukung, (3) tidak disediakan ruang untuk kaji banding, (4) kebingungan
6
memahami antara sistem manajemen kinerja dengan strategi operasi, (5) perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. Kerangka kerja sistem manajemen kinerja meliputi pemilihan variabel kinerja
keterkaitan antarvariabel kinerja, dan kaji banding.
menganalisisnya. Ada 7 (tujuh) prinsip yang umumnya digunakan untuk mendapatkan data yang
bermutu, yaitu:
1. Focus,
2. Objektif,
3. Teliti,
4. Cross check,
5. Data mutakhir,
6. Lengkap, dan
7. Instrument pengumpul data valid dan reliabel.
Validitas adalah alat pengumpul data sudah mengukur apa yang akan diukur. Reliabel
adalah alat tersebut stabil (ajek) atau konsisten. Tujuan pengumpulan data adalah untuk bahan
analisis. Rencana ini sangat penting untuk memastikan bahwa data yang didapat akan
mendukung sasaran dari program pengukuran kinerja, memberikan gambaran detail kepada
pengguna informasi. Rencana harus mempertimbangkan:
1. Pemahaman mengenai informasi yang dibutuhkan,
2. Pemahaman mengenai sumber informasi,
3. Proses,
4. Pengumpulan data dan laporannya secara berkala,
5. Biaya,
6. Perlindungan data,
7. Mutu data,
8. Pertimbangan sampel,
9. Bias,
10. Sebaran demografi,
11. Sebaran geografis,
12. Tingkat akurasi,
13. Tingkat respons,
14. Kecepatan, dan
15. Input stakeholder.
perusahaan di dunia untuk dikelola karena tingkat kepentingannya. Bahkan variabel kinerja
financial sebagai satu-satunya ukuran kinerja keluaran organisasi.
Variabel kinerja nonfinansial biasanya menjadi perhatian pelanggan, masyarakat, dan
pemerintah. Pengelolaan variabel kinerja financial dan nonfinansial adalah untuk memenuhi
kebutuhan stakeholder yang berbeda-beda.
Pihak yang paling berkepentingan dengan hasil-hasil financial perusahaan adalah
investor. Investor pada umumnya megharapkan:
1. Return
2. Reward
3. Figure, dan
4. Filth
Para analisis dan manajer keuangan memberikan saran investasi memilih metode yang
lebih sederhana dan cepat di antaranya menggunakan:
1. Rasio harga/pendapatan,
2. Dividen yang dibagi,
3. Pengembalian atas modal yang ditanam, dan
4. Rasio harga/arus kas.
Untuk menilai kinerja yang lebih rinci dari perusahaan, terdapat kesepakatan antara
analisis dan manajer keuangan untuk melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel yang
dinilai pentng, yaitu:
1. Eksekusi strategi,
2. Kredibilitas manajemen,
3. Mutu strategi,
4. Inovasi,
5. Kemampuan untuk menarik orang-orang yang berbakat,
6. Pangsa pasar,
7. Pengalaman manajemenm,
8. Mutu pada kompensasi eksekutif,
9. Mutu proses, dan
10. Kepemimpinan.
Terdapat 9 (Sembilan) variabel kinerja financial dan nonfinansial yang penting dalam
keputusan investasi, yaitu
1. Pendapatan
9
2. Arus kas,
3. Biaya,
4. Pengeluaran modal,
5. Penelitian dan pengembangan,
6. Kinerja pada sector tertentu,
7. Pernyataan tujuan yang strategis,
8. Pengembangan produk baru, dan
9. Pangsa pasar.
Beberapa isu penting terkait dalam menjalin hubungan dengan investor adalah sebagai
berikut.
1. Siapakah yang paling berperan dalam mengendalikan perusahaan?
2. Pengembalian atas investasi yang ditanamkan.
3. Loyalitas investor.
4. Perubahan nilai saham bagi investor.
5. Focus investor pada perusahaan yang merger.
Faktor lain yang berhubungan dengan investor adalah proses internal perusahaan dalam
mengelola risiko, mengatur komunikasi dengan investor, dan media.
Dalam aspek praktis, 2 (dua) laporan keuangan yang paling popular untuk menganalisis
kinerja perusahaan adalah laporan laba rugi dan neraca. Profitabilitas mengindikasikan tingkat
efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya. Variabel kinerja financial yang umum dipakai
perusahaan, baik untuk perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, jasa, pendidikan,
maupun di bidang kesehatan.
2. Responsiveness
3. Assurance
4. Empathy, dan
5. Tangibles.
Value proposition adalah strategi perusahaan dengan cara membuat perpaduan unik
antara produk, harga layanan, hubungan, dan citra yang ditawarkan kepada target pelanggan.
Value proposition ini menjelaskan tentang sesuatu yang harus dilakukan perusahaan. Contoh
value proposition adalah:
1. Mengutamakan harga terendah
2. Inovasi produk dan leadership
3. Solusi yang lengkap untuk pelanggan, dan
4. Lock-in.
Beberapa isu penting yang menyangkut kepentingan pemerintah dan masyarakat yang
berhubungan dengan perancangan variabel manajemen kinerja adalah
1. Fenomena aturan pemerintah,
2. Pihak lain yang kritis,
3. Kepedulian sosial,
4. Malpraktik,
5. Reputasi perusahaan, dan
6. Pemasok.
didefinisikan sebagai pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai yang harus dimiliki karyawan yang
menduduki jabatan tersebut supaya berhasil menjalankan tugas-tugasnya. Ada banyak cara yang
dapat digunakan untuk mengukur kondisi kompetensi sumber daya manusia mulai dari self-
assesment yang dilakukan karyawan itu sendiri dibantu oleh mentor atau manajer kariernya
sampai dengan penggunaan metode penilaian 360o berupa peer evaluation dari atasan, bawahan,
rekan-rekan kerjanya. Ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan untuk menyusun strategi
pengembangan sumber daya manusia, yaitu model kelompok jabatan strategis dan model nilai-
nilai strategis. Model kelompok jabatan strategis memprioritaskan dan memfokuskan kegiatan
pengembangan sumber daya manusianya pada kelompok yang memegang jabatan strategis.
Sedangkan, model nilai-nilai strategis memfokuskan pengembangan pada aspek-aspek strategis
dan seluruh jabatan, dengan anggapan bahwa semua jabatan memiliki kontribusi bagi perusahaan
dengan kadarnya masing-masing.
yang harus mendapat perhatian, yaitu (1) menciptakan nilai, (2) menerapkan strategi, dan (3)
mengembangkan modal manusia.
Keselarasan adalah kondisi yang sangat penting yang harus dicapai, dimana individu-
individu di dalam organisasi memiliki kesatuan tujuan dan keterkaitan antar level manajemen
untuk merespons perubahan lingkungan usaha. Keselarasan mendorong karyawan untuk berani
mengambil tanggung jawab, melakukan inovasi, dan mengambil risiko sehingga setiap karyawan
diharapkan akan mengalami percepatan dalam mencapai level puncak di perusahaan.
Penyesuaian dicapai dalam 2 (dua) langkah, yaitu (1) menciptakan kesadaran dengan cara
pemimpin harus mengomunikasikan strategi jangka panjang dan organisasi agar seluruh
karyawan mengetahuinya dan harus memastikan bahwa individu dan kelompok memiliki tujuan
jangka pendek/operasional yang dapat membantu tercapainya tujuan jangka panjang, dan (2)
memberikan dorongan agar setiap individu memiliki keberanian untuk bertanggung jawab atas
semua usaha yang telah dilakukan dengan cara memberlakukan penghargaan dan keadilan dalam
berkompetisi.
Kerja sama tim dan membagi pengetahuan kepada seluruh anggota organisasi adalah
strategi penting yang dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai modal potensial untuk membantu
pencapaian tujuan organisasi. Kerja tim dan proses berbagi pengetahuan merupakan kesatuan
yang harus terintegrasi dengan sukses di dalam organisasi. Kedua hal ini merupakan proses
pembelajarn organisasi untuk selalu berkembang. Informasi dan pengetahuan di dalam organisasi
akan diproses dalam tahapan-tahapan (1) pencarian pengetahuan, (2) pengorganisasian
pengetahuan, (3) pengembangan pengetahuan, (4) pendistirbusian pengetahuan.
KB.3. Sistem Manajemen Kinerja Karyawan yang Memfokuskan Penilaian pada Output
MBS adalah proses penetapan sasaran bersama antara atasan dan bawahan. Konsep MBS
adalah sebagai berikut.
MBS adalah proses atau sistem yang dirancang untuk memandu manajer di mana seorang
atasan dan bawahannya bersama-sama menetapkan sasaran yang harus dicapai dalam kurun
waktu tertentu dan untuk pencapaian itu bawahan harus dibebani tanggung jawab sepenuhnya.
Semua organisasi didirikan dengan tujuan tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut. Pimpinan
puncak harus menetapkan tujuan jangka panjang (visi) kemudian dipecah-pecah menjadi tujuan
jangka menengah akhirnya dipecah menjadi sasaran kerja tahunan. MBS menekankan dialog ke
dalam proses mengalihkan rencana dan sasaran dari satu tingkat ke tingkatan lain dalam
organisasi itu antara atasan dengan bawahannya. Atasan dan bawahan akan melakukan penilaian
secara berkala atas kemajuan yang dicapai. Sebagai hasil dari seluruh proses penilaian, bawahan
yang sukses mencapai indicator kinerja diberi penghargaan. Sebaliknya, bawahan yang tidak
berprestasi diberi sanksi.
Kelebihan penggunaan MBS: (1) proses yang efektif dan membantu manajemen dalam
menjalankan kegiatannya, (2) membantu mendorong usaha pengembangangan sumber daya
manusia, (3) memberi cara untuk mendayagunakan sumber daya manusia. Kelemahan
penggunaan MBS adalah (1) bertentangan dengan budaya bangsa kita, (2) terlalu menekankan
pada hasil tanpa memedulikan cara mencapai hasil tersebut, dan (3) sering dianggap sebagai
resep untuk mengobati semua penyakit organisasi. Penerapan MBS sebagai berikut. (1) atasan
dan bawahan secara bersama-sama harus meneliti kembali ruang lingkup tugas, tanggung jawab
dan wewenang bawahan; (2) atasan menyampaikan sasaran-sasaran perusahaan; (3) bawahan
14
harus memikirkan sasaran-sasaran kerja sendiri yang akan mendukung tercapainya sasaran
atasan dan perusahaan; (4) bawahan harus langsung membuat rencana tindakan; (5) rencana
tindakan yang telah dibuat dan dilaksanakan; (6) pada akhir kurun waktu dilaksanakan penilaian
prestasi kerja tahunan secara formal; (7) wawancara antara atasan dan bawahan untuk mencari
cara mengatasi hambatan pada masa berikutnya; dan (8) atasan membicarakan hasil penilaiannya
tersebut dengan atasannya sendiri lengkap dengan usulan atau rencana yang akan dilakukan
terhadap bawahan yang bersangkutan.
Upaya-upaya tindak lanjut: (1) mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada, (2)
menetapkan alasan suatu kegagalan/kekurangan, (3) menentukan dan menyepakati tindakan yang
diperlukan, (4) memberikan sumber daya bagi tindakan tersebut, (5) memantau dan memberikan
umpan balik.
Tindakan perbaikan yang harus dilakukan, yaitu aspek teknis adalah tindakan bersifat
mikro yang menyangkut masalah teknis di dalam perusahaan/organisasi. Tindakan perbaikan
strategis adalah tindakan bersifat makro yang menyangkut kebijakan pemerintah, dukungan
lembaga keuangan, dan banyak faktor-faktor eksternal lainnya.