Anda di halaman 1dari 3

Nama : Erin Melanti/041566726

Manajemen Semester 8

MODUL 2
KONSEP SISTEM MANAJEMEN KINERJA

KEGIATAN BELAJAR 1
Dasar Perancangan Sistem Manajemen Kinerja
A. Pengertian manajemen kinerja
Manajemen kinerja adalah suatu proses yang dirancang untuk meningkatkan kinerja
individu, kelompok, dan organisasi yang digerakkan oleh manajer bersinergi dengan individu dan
kelompok di dalam organisasi.

B. Ruang lingkup manajemen kinerja


Ruang lingkup manajemen kinerja adalah: (1) tantangan manajemen kinerja, (2) konsep
sistem manajemen kinerja, (3) perancangan manajemen kinerja, (4) kerangka kerja sistem
manajemen kinerja, (5) keluaran organisasi, (6) kemampuan sumber daya organisasi, (7) sistem
manajemen kinerja, dan (8) evaluasi dan umpan balik manajemen kinerja.

C. Tujuan manajemen kinerja


Tujuan manajemen kinerja sangat banyak, tergantung pendapat masing-masing ahlinya.
Manfaat manajemen kinerja bagi manajer adalah untuk membantu manajer menjadi (1)
membimbing, (2) mempercayai orang memakai metodenya, (3) mendelegasikan kewenangan,
dan menjadi pemimpin 'post-heroic'.

D. Manfaat manajemen kinerja


Manfaat manajemen kinerja bagi individu untuk (1) memotivasi diri meningkatkan kinerja,
(2) mengingatkan diri kita mengapa kita melakukannya dan bagaimana hal itu akan menghemat
waktu, dan (3) menghindarkan kita dari kesulitan, serta memecahkan masalah. Bagi karyawan
adalah untuk meningkatkan pemahaman pekerjaan dan tanggung jawab kerja mereka. Bagi
organisasi adalah untuk ( 1) meningkatkan keberhasilan, semangat, dan produktivitas
perusahaan; (2) sebagai sarana komunikasi, (3) merangsang mencapai sasaran kerja, (4)
memberikan komentar tentang kepemimpinan atasan, (5) mengomunikasikan nilai-nilai baru, (6)
menyusun program pelatihan dan pengembangan karyawan, (7) menyusun program suksesi dan
kaderisasi, dan (8) pembinaan karyawan.

E. Kelebiban sistem manajemen kinerja, dan


Dalam sistem manajemen kinerja ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya antara
lain (1) meningkatkan keefektifan organisasi, (2) memotivasi karyawan, (3) memperbaiki
pelatihan dan pengembangan, (4) mengubah budaya, (5) menyokong hubungan antara gajilupah
dengan produktivitas, (6) menarik dan mempertahankan staf yang memiliki keahlian, dan (7)
mendukung manajemen yang berkualitas.

F. Kekurangan sistem manajemen kinerja.


Sedangkan kekurangan sistem manajemen kinerja adalah (1) pemilihan nilai antara sangat
tidak memuaskan sampai sangat memuaskan gagal menetapkan standar-standar yang
sesungguhnya dapat dipakai untuk membuat suatu penilaian, (2) cara ini sering bervariasi dan
tidak konsisten, (3) tidak dapat memberikan kepastian bahwa mereka yang menilai akan
memberikan penilaiannya didasarkan pengamatanpengamatan yang sistematis dan objektif, dan
(4) matinya kreativitas dan inovasi untuk mengadakan perubahan-perubahan.
KEGIATAN BELAJAR 2
Tahap Perancangan Sistem Manajemen Kinerja
A. DASAR PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Menurut Maskell (1981), ada 7 (tujuh) dasar sistem manajemen kinerja, yaitu:
1. berkaitan langsung dengan strategi perusahaan,
2. varia bel-variabel diukur secara nonfinansial,
3. fleksibel dan bervariasi tergantung lokasi perusahaan,
4. dinamis dan selalu diperbaharui seiring perubahan jaman,
5. seder han a dan praktis (mudah dilaksanakan),
6. memungkinkan adanya umpan balik yang cepat bagi operator dan manajer yang bertanggung
jawab melaksanakan proses perbaikan, dan
7. ditujukan untuk proses perbaikan.

Ada 7 (tujuh) dasar perancangan sistem manajemen kinerja sebagai berikut.


1. Kriteria kinerja yang akan diukur dalam setiap level organisasi berasal dari tujuan perusahaan.
2. Sistem manajemen kinerja yang dirancang memungkinkan untuk dipakai sebagai alat
membedakan antarperusahaan sejenis (kaji banding atau benchmarking).
3. Tujuan perancangan sistem manajemen kinerja didefinisikan dengan jelas sejak awal.
4. Metode pengumpulan dan pengolahan data yang akan dipakai didefinisikan dengan jelas.
5. Dalam penentuan besaran varia bel, penggunaan rasio variabel lebih disukai dibandingkan
dengan penggunaan angka absolut.
6. Kriteria kinerja yang dirancang di bawah kendali unit organisasi yang berhak
mengevaluasinya.
7. Kriteria kinerja kuantitatif lebih disukai daripada kualitatif.

Dasar-dasar perancangan sistem manajemen kinerja menurut Wibosono (2006) adalah:


1. mudah dimengerti,
2. berorientasi jangka panjang,
3. basis waktu,
4. fokus pada perbaikan berkelanjutan, dan
5. menggunakan pendekatan kuantitatif.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen kinerja yang
dirancang harus dapat mengakomodasi sistem operasi dari sebuah perusahaan.

B. TAHAP-TAHAP PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA


Tahap-tahap perancangan sistem manajemen kinerja adalah 5 (lima) tahap perancangan
sistem manajemen kinerja, yaitu
1. tahap 0: fondasi,
Dalam mengembangkan sistem manajemen kinerja terdapat empat fondasi sebagai
pedoman prinsip yang perlu dipahami dan dilaksanakan yaitu: (a) kemitraan (partnership), (b)
pemberdayaan (empowerment), (c) perbaikan kinerja yang terintegrasi, dan (d) tim yang
mandiri. Kemitraan adalah kerja sama yang saling membutuhkan dan menguntungkan
(Decker & Decker, 2003). Kemitraan, yaitu antara manajemen, perwakilan karyawan,
konsumen dan pemasok. Pemberdayaan adalah pemanfaatan semua orang di dalam
organisasi sesuai dengan bidang keahlian, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan
masing-masing sebagai suatu tim kerja yang efektif. Implikasi pemberdayaan seluruh
karyawan perusahaan adalah adanya kesadaran akan peran pemimpin pada tingkat manajer
atas. Perbaikan berupa proses pengembangan sampai implementasi sistem manajemen
kinerja dijalankan oleh semua karyawan dengan penuh rasa memiliki. Implikasi dari tim yang
mandiri adalah tim harus diberi kesempatan dan kepercayaan untuk mengembangkan sistem
manajemen kinerja.
2. tahap 1 : informasi dasar,
Informasi dasar yang diperlukan sebagai masukan dalam perancangan sistem manajemen
kinerja menyangkut lingkungan usaha yang saat ini sedang digeluti yang meliputi informasi
tentang industri, pemerintah dan masyarakat, pasar dan pesaing, serta produk jasa yang
dihasilkan perusahaan.
3. tahap 2: perancangan,
Perancangan terdiri dari penentuan visi, misi, strategi, dan kerangka kerja (framework)
yang digunakan sebagai dasar penentuan variabel kinerja, keterkaitan antarvariabel, dan kaji
banding (benchmark).
4. tahap 3: penerapan, dan
Pada saat penerapan harus diuji apakah sistem manajemen kinerja telah mengakomodasi
empat hal utama, yaitu pengukuran, evaluasi, diagnosis, dan tindak lanjut yang diperlukan
jika kinerja perusahaan/organisasi menyimpang dari standar yang telah ditetapkan.
5. tahap 4: penyegaran.
Merupakan tahap evaluasi terhadap kemutakhiran sistem manajemen kinerja yang
dirancang dengan mempertimbangkan informasi dan perkembangan pengetahuan terkini.

Anda mungkin juga menyukai