Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN TINDAK PENCEGAHAN dan PENANGGULANGAN KORUPSI

di NEGARA DENMARK

Disusun Oleh :

1. Bella Dwi Nur Wachidah (P27220017131)

2. Nisa Nurchasanah (P27220017151)

3. Nur An Nisa Najibah Gumay (P27220017152)

4. Reska Ayu Anggraini (P27220017157)

5. Widha Listyaninggar (P27220017163)

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2019
Pemberantasan Korupsi di Denmark

A. Sekilas Tentang Denmark


Denmark merupakan negara kerajaan yang terletak di Skandinavia, Eropa Utara
dengan ibu kota Copenhagen. Memiliki wilayah seluas 43.000 km 2, tidak termasuk
Kepulauan Faroe dan Greenland. Bersaama negara Eropa lainnya, Denmark telah menjadi
anggota Uni Eropa sejak 1973 serta merupakan salah satu pendiri North Atlantic Treaty
Organozation (NATO ) dan Organization for Economic Co-operation and
Development(OECD).
Denmark menganut monarki konstitusional dan sistem pemerintahan parlementer.
Memiliki satu pemerintah pusat dan 98 munisipalitas sebagai pemerintah daerah.
Munisipalitas merupakan subdivisi administratif terkecil yang pimpinannya diangkat
melalui suatu proses pemilihan demokratis. Pemerintahannya dipimpin oleh wali kota dan
suatu dewan kota.
Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif di Denmark berdiri sendiri-sendiri
dan bersifat independen satu sama lain. Parlemen Nasional Denmark yang disebut
Folketingetbertugas mengeluarkan peraturan. Pemerintah dibantu oleh administrasi
negara bertugas memastikan pelaksanaan peraturan yang telah dibuat oleh parlemen
sedangkan institusi peradilan seperti pengadilan daerah, pengadilan tinggi, dan
mahkamah agung bertugas memberikan penilaian dan keputusan hukum.
Konstitusi di Denmark mencakup aturan-aturan dasar terkait bagaimana negara ini
diperintah dan untuk memastikan hak-hak dasar dan kebebasan warganegara terpenuhi.
Konstitusi ini menjamin hak-hak kepemilikan privat, kebebasan memeluk dan
menjalankan ibadah agama, kebebasan untuk membentuk organisasi, kebebasan/hak
untuk melakukan demonstrasi, kebebasan berekspresi dalam bentuk tulisan, ucapan, atau
bentuk-bentuk lainnya. Kebebasan berbicara di Denmark menjadikan seseorang bebas
untuk mengeluarkan/mengekspresikan apa yang dirasa dan dipikirkan. Namun, kebebasan
tersebut tetap harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan aturan yang berlaku.
Dengan kata lain, seseorang dapat dihukum atas pernyataan yang dia buat bila menghina
kehormatan orang lain atau mengancam orang/pihak lain, misalnya yang berkaitan
dengan kepercayaan atau ras. Demokrasi di Denmark diatur dalam konstitusi yang
pertama kali dibuat pada tahun 1849. Sepanjang perjalanannya, konstitusi Denmark telah
mengalami perbaikan beberapa kali, misalnya
pada tahun 1915 ketika kaum perempuan diberikan hak untuk memilih. Konstitusi yang
digunakan sekarang adalah konstitusi tahun 1953 dan tidak mengalami banyak perubahan
hingga sat ini.
Denmark merupakan penganut ekonomi kapitalis pasar campuran dengan Gross
Domestic Product (GDP) sebesar $57.998 per kapita pada tahun 2013. Menurutsitus
Forbes.com, Denmark menduduki peringkat 4Best Countries for Business tahun 2014
serta merupakan“The Happiest Nation In The World” dalam kegiatan United Nation
Conference on Happiness, yang diselenggarakan pada bulan April 2012.Denmark
terkenal dengan keseimbangan sosial, persamaan hak, tingkat korupsi yang rendah,
transparansi, dan kesejahteraan sosial universal, seperti, pelayanan kesehatan gratis,
pendidikan gratis, upah minimum tenaga kerja yang tinggi, dan jaminan atas
pengangguran.
Denmark merupakan salah satu negara di Eropa Utara dengan sistem kesejahteraan
negaranya (Welfare State) yang ditopang oleh dua pilar utama, yaitu pajak dan jaminan
sosial. Tarifpajak usaha di Denmark mencapai 25%, dan merupakan tarif pajak tertinggi
di dunia. Anggaran pendapatan dan belanja pemerintahanya merupakan komposisi dan
proporsi pengelolaan pajak yang disalurkan kembali ke masyarakat dengan
menyelenggarakan kesejahteraan sosial, fasilitas publik, kesehatan yang baik, dana
pensiun, dan pendidikan.

B. Indeks Persepsi Korupsi Denmark


Bersama Selandia Baru, Denmark menjadi negara paling bebas korupsi di dunia
berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index) yang dibuat oleh
Transparency International(TI)dan diumumkan pada 3 Desember 2013. Dalam
penghitungannya Transparency International memberi skor antara 0 dan 100. Skor 0
berarti sektor publik sebuah negara dianggap sangat korup, dan 100 berarti dianggap
sangat bersih. Dari 117 negara yang diteliti, Denmark berhasil mempertahankan posisi
nomor 1 sebagai negara paling rendah korupsinya dengan nilai 91 dari 100, berbagi
tempat bersama Selandia Baru yang juga memperoleh nilai yang sama. Transparency
International juga menempatkan Denmark sebagai negara dengan pemerintahan yang
paling transparan. Denmark memang tidak bebas korupsi sama sekali. Transparency
International menyatakan bahwa masih terdapat sejumlah permasalahan di Denmark
seperti isupendanaan kampanye, juga termasuk isu anggota parlemen melakukan
perjalanan dan makan malam yang dibiayai pihak swasta.
C. Faktor Pendukung Rendahnya Tingkat Korupsi di Denmark
1. Adanya lembaga ombudsman yang independen dan penegakan hukum yang adil serta
tidak diskriminatif
Lembaga Ombudsman Denmark atau disebut Folketingets Ombudsmand
atau Danish Parliamentary Ombudsman didirikan pada tahun 1955 dan merupakan
lembaga ombudsman ketiga yang dibentuk di dunia setelah Swedia (1809) dan
Finlandia (1919). Folketingets Ombudsmand bersama dengan Ombudsman Selandia
Baru (1962) memberikan pengaruh yang besar terkait kedudukan lembaga tersebut
dalam sistem pemerintahan suatu negara dan ikut menyebarkan konsep lembaga
ombudsman di dunia. Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terbesar dalam
penyebaran konsep ombudsman dari Denmark dan Selandia Baru, yang berbeda dari
ombudsman yang ada lebih dulu di Swedia, adalah sifatnya yang fleksibel dan
pergeseran dalam tujuan dasar dari lembaga ini. Profesor Stephan Hurwitz (anggota
Ombudsman Denmark saat itu) banyak mempublikasikan konsep ombudsman dalam
bentuk seminar dan menyebarkan konsep bahwa ombudsman dapat diterapkan
dengan fleksibilitas yang tinggi dan diadaptasi secara berbeda pada setiap negara
sesuai dengan lingkungan pilitik dan administrasinya. Tujuan dasar pada awal adopsi
sistem ombudsman ini adalah sebagai lembaga yang melayani pengaduan individu
warga negara akibat keputusan administratif pemerintah dan akan memperoleh
perbaikannya. Secara bertahap, lembaga ombudsman menjadi sebuah lembaga hukum
ombudsman untuk pemerintah, melakukan perbaikan administrasi dan mencegah
terjadinya kembali pelanggaran administrasi, tidak hanya menyediakan proteksi
secara langsung akan tetapi juga menyediakan proteksi secara tidak langsung
menentang keputusan asministratif.
Ombudsman Denmark merupakan lembaga independen yang ditunjuk
pemerintah dan parlemen yang berpihak pada kepentingan publik dengan memastikan
transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi pemerintahan. Lembaga ini bertanggung
jawab mengkaji setiap aspek pelayanan publik tanpa terkecuali dengan berperan
sebagai pengawas dan whistleblower serta menginvetigasi pejabat yang
menyalahgunakan kekuasaan. Ombudsman bersama dengan auditor nasional bekerja
sama memberantas korupsi oleh aparatur negara termasuk oleh perdana menterinya
sendiri.
Ombudsman tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya penegakan hukum yang
baik. Hukum di Denmark ditegakkan untuk semua pelaku korupsi dan perusahaan atau
individu pemberi suap. Penegakan hukum benar-benar tidak diskriminatif dan tidak
tumpul ke atas juga tidak tumpul ke bawah. Denmark sadar betul bahwa sistem negara
dan hukumnya harus ditegakkan untuk membasmi korupsi. Namun, penegakan hukum
di Denmark tidak selalu terpaku pada beratnya hukuman yang dijatuhkan. Hukuman
mati di Denmark sudah ditiadakan sejak 1994. Eksekusi terhadap hukuman mati pun
sudah lama tidak ada. Hukuman mati terakhir di Denmark dilakukan pada tahun 1950.

2. Transparansi dan keterbukaan di bidang politik (Parlemen)


Denmark memiliki upaya dan komitmen yang kuat dalam meningkatkan
transparansi. Pada tahun 2009, parlemen memperkenalkan “Skema Keterbukaan”
yang bertujuan meningkatkan transparansi biaya dan kegiatan anggota parlemen. Para
anggota parlemen harus mempublikasikan informasi tentang pengeluaran bulanan
mereka, baik untuk kegiatan hiburan, biaya perjalanan, hadiah, ongkos perjalanan
resmi, dan pertemuan resmi. Mekanisme ini bertujuan memastikan pengawasan yang
efektif dari perilaku anggota parlemen.

3. Transparansi dan akuntabilitas pemerintahan.


Perlawanan terhadap korupsi juga membutuhkan partisipasi publik dan
mekanisme transparansi seperti pengungkapan informasi oleh negara selain dengan
penegakan hukum.Pemerintah Denmark berusaha melaksanakan “Open
Government” yang bertujuan membentuk tata kelola pemerintah yang baik dan
memperkuat demokrasi. Denmark juga membuka informasi mengenai anggaran
negara ke publik, sehinggapublik dapat ikut mengevaluasi pemerintah dalam
mengelola anggaran. Transparansi juga ditunjukkan oleh pejabat negara secara
personal dengan mempublikasikan informasi mengenai jumlah pengeluaran, belanja
perjalanan dan hadiahyang diterima tentunya dengan peran serta media dan bantuan
teknologi informasi.Dengan mengikutsertakan masyarakat dalam mengevaluasi
keuangan negara dan pejabatnya, ikut berperan dalam menjaga para pejabat untuk
tidak melakukan tindakan korupsi. Setiap pergerakan keuangan akan selalu diawasi
oleh masyarakat.

4. Denmark menerapkan birokasi yang efisien, berkomitmen untuk memodernisasi


sektor publik dan meningkatkan pengelolaan sumber daya publik.
Hal ini dilakukan antara lain dengan transparansi dalam proses pengambilan
keputusan publik, mekanisme antikorupsi dan akuntabilitas, partisipasi warga negara,
dan dialog dengan masyarakat sipil. Birokrasi yang efisien dan tidak karut-marut
mempersempit ruang untuk korupsi dan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat serta memudahkan investor untuk berinvestasi menjadikan Demark
salah satu negara tujuan investasi terbaik di dunia.

5. Kebebasan pers dan pemanfaatan teknologi informasi dalam rangka keterbukaan


Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa informasi tentang pemerintahan tersedia
secara transparan dan bisa diketahui warga serta pelaku bisnis dengan bantuan
teknologi. Transparansi memungkinkan seluruh masyarakat turut mengawasi jalannya
pemerintahan. Dengan adanya pengawasan oleh seluruh masyarakat, tentu penegakan
hukum terhadap pemimpin/pejabat yang terjerat kasus korupsi ataupun kasus pidana
lainnya dapat diwujudkan,sehingga rakyatdapat mengikuti proses hukum dan jalannya
pemeriksaan yang melibatkan koruptor-koruptor tersebut, membuat tidak ada lagi
putusan-putusan pengadilan yang disalahgunakan, dipalsukan, atau pun dibekukan
tanpa sebab.
Pers memegang peranan penting dalam menyampaikantransparansi kepada
mayarakat dan menjadi alat paling efektif dan efisien dalam membongkar kasus-kasus
korupsi yang terjadi. Kebebasan pers di Denmark sangat dijunjung tinggi. Lembaga
internasional asal Prancis, Reporters Without Borders menobatkan Denmark pada
peringkat ketujuh dalam daftar World Press Freedom Index 2014.

6. Gaya hidup politikus dan pejabat pemerintah yang sederhana


Selain keterbukaan pejabat negara secara personal dengan mempublikasikan
informasi mengenai jumlah pengeluaran, belanja perjalanan dan hadiah yang diterima,
pejabat politikus dan pejabat Denmark memiliki gaya hidup yang sederhana. Gaya
hidup politikus dan pejabat Denmark mencerminkan kesederhanaan yang menjadi
panutan untuk jajaran dan masyarakat pada umumnya. Gaya hidup mereka sehari-hari
jauh dari kesan glamour, konsumtif, dan materialis. Mereka lebih memilih hidup
sederhana seperti kalangan grass root (rakyat jelata) pada umumnya. Para pejabat di
Denmark tidak segan menggunakan sepeda menuju kantor dan menggunakan jas biasa
yang jauh dari kesan mewah.

7. Fleksibilitas Tenaga Kerja (Flexcurity System)


Denmark memliki Gross Domestic Product (GDP) sebesar $57.998per kapita
pada tahun 2013. Sedangkan Sistem Pasar Tenaga Kerja di Denmark dikenal dengan
sebutan “Flexcurity” yang merupakan kombinasi dari “Flexibility” (Fleksibilitas) dan
“Security” (Keamanan). Fleksibilitas dan Keamanan ini membentuk segitiga kebijakan
pasar tenaga kerja aktif.
Sisi pertama dari segitiga ini adalah aturan yang memudahkan pengusaha untuk
memberhentikan pegawai saat ekonomi turun dan memudahkan merekrut pegawai saat
ekonomi tumbuh. Sekitar 25% pekerja sektor swasta Denmark berganti pekerjaan
mereka setiap tahun.Sisi kedua adalah jaminan terhadap penganguran. Pengangguran
diberikan santunan pengangguran yang bisa mencapai 90% dari upah buruh minimum
yang sudah ditetapkan tinggi. Kemudian sisi ketiga, kebijakan pasar tenaga kerja aktif
di mana terdapat suatu sistem yang menawarkan bantuan, panduan, pendidikan serta
pekerjaan kepada pengangguran. Sekitar 1,5% GDP Denmark dihabiskan untuk
kebijakan pasar tenaga kerja aktif ini. Model Flexcutiry mempunyai dua keuntungan,
memastikan pengusaha memperoleh tanaga kerja yang fleksibel dan pekerja
menikmati jaminan pengangguran dan kebijakan pasar tenaga kerja aktif.Sistem ini
membuat Denmark berhasil mengamankan pertumbuhan ekonomi berimbang dengan
daya serap tenaga kerja. Dan berikutnya tentu menjaga kesejahteraan warganya.

8. Jaminan sosial dan pelayanan sosial yang baik


Flexicurity tidak hanya diperkuat dengan jaminan terhadap penganguran saja,
tetapi juga sistem perlindungan sosial universal seperti layanan kesehatan gratis dan
pendidikan gratis. Pendidikan dasar adalah wajib di Denmark dan nyaris seluruh
pendidikan tinggi juga diatur dan dibiayai pemerintah. Sistem pendidikan pun
disiapkan untuk berhubungan langsung dengan dunia kerja. Semua hal tersebut
bersinergi membentuk keseimbangan sosial, kesejahteraan sosial dan kesetaraan
antarwarganegara terjadi, sehingga menekan angka korupsi.

9. Masyarakat Denmark adalah masyarakat yang homogen


Homogenitas masyarakat Denmark terdapat dalam beberapa hal diantaranya:
a. Kesenjangan sosial rendah dan kesejahteraan hampir merata, hal ini tidak
terlepas dari upaya pemerintah yang berkelanjutan danjaminan sosial untuk
seluruh penduduk.
b. Pendidikan diperhatikan dengan baik dengan tingkat melek baca 100%
c. Masyarakat Denmark merupakan masyarakat yang peduli, misalnya
kepedulian mengenai isu hak asasi manusia seperti kesamaan gender dan
kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
Masyarakat Denmark juga memiliki pemahaman yang mendalam atas
bagaimana lembaga- lembaga negara bekerja ataupun bagaimana seharusnya
berjalan. Sehingga, mereka menjadi memiliki kepercayaan yang tinggi kepada
pemerintah bahwa pemerintahnya benar-benar bekerja sesuai dengan fungsi dan
tugasnya, serta membawa negara Denmark mencapai tujuan negara.

D. Kasus Korupsi di Denmark


1. Liburan Mewah pada November 2004
Lima orang petinggi Kementrian Perpajakan di Denmark menerima liburan
mewah pada akhir pekan ke taman safari dan padang golf di Afrika Selatan dari salah
satu vendor IT bernama Accenture pada Nopember 2004. Accenture ini adalah
vendor yang melakukan pengembangan sistem administrasi perpajakan di Denmark.
Perjalanan ini diikuti oleh Direktur Kebendaharaan, Pimpinan Audit Internal
Administrasi Pajak, Direktur IT, Direktur Pengembangan dan Mantan Wakil Menteri.
Perjalanan ini dibalut sebagai kunjungan dinas dengan dalihuntuk memperlihatkan
solusi IT oleh Accenture yang dikembangkan di sistem penerimaan negara di Afrika
Selatan. Negara membayar sebesar 30.000 dolar per orang untuk penerbangan dan
akomodasi penginapan untuk perjalanan dinas ini. Accenture memperpanjang dan
membayar biaya penginapan pada akhir pekan dan memberikan wisata ke taman
safari, padang golf dan kasino pada para petinggi perpajakan sampai akhir pekan.
Kasus ini baru ditemukan pada tahun 2011. Tidak ada tindak lanjut atas kasus ini
meskipun Parliament Denmark menyimpulkan bahwa hal ini tidak sesuai dengan
prinsip hukum administratif.

2. Kasus Jam Rollex pada April 2010


Troel Lund Poulsen, Menteri Lingkungan Denmark melakukan perjalanan
dinas di Qatar, Arab Saudi dan UAE. Troel mendapat beberapa hadiah dari petinggi
di Timur Tengah dengan hadiah paling mahal berupa jam Rolex seharga 68.000
dollar yang berasal dari Raja Abdullah di Arab Saudi. Dia menganggap hadiah jam
rolex ini sebagai hadiah pribadi bukan hadiah kenegaraan, sehingga dia menggunakan
jam ini secara pribadi. Kasus ini diakhiri dengan Treoel Lund Poulsen menyerahkan
jam tangan tersebut kepada Perpajakan. Baik Ombudsman maupun kepolisian
Copenhagen tidak melanjutkan kasus ini dan membiarkan Troel bebas dari segala
tuduhan.

3. Skandal Pengadaan Barang dan Jasa


Kasus skandal pengadaan terbesar di Denmark yang diduga melibatkan 34
kotamadya. Sesuai peraturan Denmark untuk pengadaan dengan nilai 1,4 juta atau
lebih, pemerintah daerah harus mengirim pekerjaan tersebut pada EU Tender,
sehingga semua pihak dapat mengikuti lelang tender tersebut. Namun,sejumlah 34
kotamadya tidak melakukan hal tersebut dan langsung memberikan kontrak
pengadaan sistem penggajian dan akuntansi kepada perusahaan KMD. Para pimpinan
kotamadya meminta maaf lewat media Computerworld dan menyatakan bahwa
mereka mengira aturan pengadaan tersebut tidak berlaku apabila hanya untuk
kegiatan upgrade sistem. Kotamadya lain meminta maaf karena menganggap hanya
KMD yang bisa menyediakan produk yang dibutuhkan. Kasus ini hanya dilanjutkan
dengandirekomendasikannyaParliamen Denmark untuk memperketat sanksi terhadap
pelanggaran aturan pengadaan dan pembatalan kontrak ilegal tersebut.

4. Kasus Tiket Madonna pada Maret 2010

Mayor Hillerod, Peter Zahlekjær yang diketahui menerima hadiah dari


perusahaan IT KMD dalam bentuk tiket konser Madonna. Pemberian ini dengan
maksud agar KMD mengambil alih adminsitrasi gaji pegawai kota dan administrasi
kepegawaian dengan kontrak senilai 48,7 juta yang seharusnya dilakukan melalui
pelelangan tender terlebih dahulu. Peter Zahlekjær mengundurkan diri pada bulan
Maret dan kasusnya tidak dilanjutkan. Mayor Kirsten Jensen merasa senang atas
pengunduran diri Peter dan menganggap pengunduran diri Peter ini sebagai cara
menghemat uang rakyat karena dianggap biaya untuk menerima pengunduran dirinya
lebih murah daripada biaya untuk melanjutkan kasusnya.

Kesamaan dari kasus beberapa contoh kasus korupsi di Denmark yaitu


pelakunya tidak merasa telah melanggar hukum sehingga pelaku tidak perlu
mempertanggungjawabkan perbuatannya, baik secara legal maupun moral. Apabila
kasus-kasus tersebut terjadi di negara lain dan ditemukan di media akan disebut
sebagai korupsi. Namun, kasus-kasus ini di Denmark hanya dianggap sebagai
“isolated event” atau kejadian yang jarang terjadi dan tidak perlu untuk
dipermasalahkan.
Daftar Pustaka

Wiradiptra, Jefri.2014. Pemberantasan Korupsi di Denmark.


(https://www.academia.edu/7568992/Pemberantasan_Korupsi_di_
Denmark) diakses pada 22 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai