Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN PUBLIK

KEBIJAKAN PUBLIK kebijakan publik adalah suatu proses perbuatan kebijakan


oleh suatu pemegang kekuasaan yang akan memberikan dampak pada
masyarakat. Kebijakan publik secara sederhana adalah konsep dasar rencana
pemerintah atau organisasi publik untuk mengatur kepentingan umum atau orang
banyak. Sedangkan Secara umum, Pengertian Kebijakan Publik adalah segala sesuatu
yang dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh pemerintah untuk kepentingan
umum. Peraturan Daerah merupakan bentuk-bentuk kebijakan publik.

Secara sederhana dapat diartikan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan


yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik
atau pemerintah. Dalam bukunya Harbani Paolong terdapat beberapa pengertian
Kebijakan Publik dari beberapa ahli. Thomas R Dye , mengatakan bahwa kebijakan
publik adalah «apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan». William N Dunn , mengatakan bahwa kebijakan publik adalah rangkaian
pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat
pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti
pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan
masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.

Sementara itu, Shiftz & Russel mendefinisikan kebijakan publik dengan


sederhana dan menyebut «is whatever government dicides to do or not to
do». Sedangkan Chaizi Nasucha , mengatakan bahwa kebijakan publik adalah
kwenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang digunakan ke dalam
perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika
sosial dalam masyarakat, yang akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar
tercipta hubungan sosial yang harmonis. Menurut Carl Friedrich, kebijakan publik
adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan
kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan
mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau
maksud tertentu.
Menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan, kebijakan publik hendaknya
berisi tujuan, nilai-nilai dan praktika-praktika sosial yang ada dalam
masyarakat. Ripley menganjurkan agar kebijakan publik dilihat sebagai suatu proses
dan melihat proses tersebut dalam suatu model sederhana untuk dapat memahami
konstelasi antar aktor dan interaksi yang terjadi di dalamnya. John Erik Lane dalam
Lele membagi wacana kebijakan publik ke dalam beberapa model pendekatan, yaitu
pendekatan demografik yang melihat adanya pengaruh lingkungan terhadap proses
kebijakan. model inkremental yang melihat formulasi kebijakan sebagai kombinasi
variabel internal dan eksternal dengan tekanan pada perubahan gradual dari kondisi
status quo. model garbage can dan model collective choice aksentuasinya lebih
diberikan pada proses atau mekanisme perumusan kebijakan.

Berbagai implikasi dari pengertian diatas ini adalah bahwa kebijakan publik
memiliki karakteristik sebagai berikut

Kebijakan publik atau kebijakan umum merupakan program-program yang


diterapkan oleh pemerintah dalam arti luas untuk mencapai tujuan
masyarakat. Dengan kata lain, kebijakan publik adalah suatu keputusan - keputusan
dari lembaga yang berwenang atau pemerintah yang menyangkut kepentingan
masyarakat luas. Seperti kebijakan tentang tarif dasar listrik , tarif telepon, harga
BBM, dan tarif bus kota.

Kebijakan umum ekstraktif adalah penyerapan sumber-sumber materiil dan


sumber daya manusia yang ada di masyarakat. Kebijakan umum yang bersifat
regulatif merupakan peraturan dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh warga
masyarakat dan para penyelenggara pemerintahan negara. Kebijakan publik
atau public policy berarti semua aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah yang berkuasa atau yang berkaitan dengan pemerintah untuk
menyelesaikan masalah tertentu atau dengan tujuan tertentu.

Kebijakan Publik yang Berupa Perundang-Undangan


Kebijakan publik yang termasuk kelompok ini adalah kebijakan yang mempunyai
aturan jelas. Pajak yang mengenai setiap tanah yang ada dan bersertifikat serta
bangunan yang berada di atasnya dengan perhitungan sesuai ketentuan berlaku pada
masanya. Pemilihan umum juga merupakan kebijakan yang mempunyai UU sistem
pemilu di Indonesia. Kebijakan ini mengatur siapa saja yang berhak memilih dan
dipilih, penyelenggara pemilu, dan badan pengawas pelaksanaan pemilu. Pajak
retribusi yang biasanya berupa kebijakan Pemerintah Daerah.

Ketertiban
Kebijakan publik dibuat agar terjadinya ketertiban. Pembangunan di berbagai
bidang dapat terlaksana dengan baik. Pihak-pihak yang ingin berinvestasi juga akan
percaya dengan kondisi Indonesia. Semua dapat berjalan dengan adanya kebijakan
publik.

Menjamin Hak Asasi


Fungsi lain kebijakan publik adalah menjamin pelaksanaan hak asasi. Tidak ada
yang tertindas karena orang lain melanggar hak asasinya.

Petunjuk Program Kegiatan


Ada beberapa hal yang tidak tercantum dalam rencana kegiatan. Dengan
dikeluarkannya kebijakan publik, masalah yang terjadi di tengah akan disesuaikan
rambu kebijakan publik yang dibuat.

Arahan Kepada Pelaksan


Kebijakan publik dibuat atau dikeluarkan sesuai dengan perkembangan yang
terjadi. Semua dikeluarkan sesuai masalah atau perkembangan yang ada.

Revolusi Industri
Pada zaman kuno dan pertengahan pertumbuhan pengetahuan yang rel-evan
dengan kebijakan mengikuti evolusi peradaban. Namun ketika terjadi revolusi industri
pertumbuhan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan menjadi aktivitas yang
relatif otonom dengan ciri khasnya sendiri dan dipi sahkan dengan kepentingan politik
sehari-hari. Mulai pada masa ini muncul pengetahuan yang rel-evan dengan kebijakan
menurut ukuran empirisme dan metode ilmiah.
Pada abad 19 di Eropa mulai muncul generasi baru yang menghasilkan
pengetahuan tentang kebijakan mulai mendasarkan efektivitas mereka pada dokumen
data empiris yang sistematis. Pada masa itu mulai bermunculan lembaga-lembaga
yang memperhati-kan secara khusus pada pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan. Lem-baga-lembaga tersebut diorganisir oleh para
bankir, ilmuwan, industrialis yang berusaha mengganti cara berfikir lama dalam
menghadapi masalah sosial dengan metode baru yang lebih sistematis. Latar belakang
analisis abad ke-19 dari analisis kebijakan kontemporer melanjutkan bagimana ilmu
sosial terapan ditumpangi oleh tujuan kelom pok sosial yang dominan. Pengunaan
ilmu untuk menemukan dan menguji hukum-hukum alam dan masyarakat dipandang
sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai pengetahuan yang obyektif.

Kolonial Belanda di Nusantara


Tugas pokok yang dibebankan kepada van der Capellen dan kawan-kawan adalah
membangun kembali sistem pemerintahan yang baik di Hin-dia. Tujuannya agar
daerah koloni ini segera dapat memberikan keuntungan kepada negeri induknya, yang
sudah banyak terlibat utang, termasuk utang-utang VOC. Akan tetapi kondisi politik
di Hindia Belanda yang belum sep-enuhnya aman sejak ditinggalkan Daendels. Perlu
diketahui bahwa wilayah yang tercakup dalam negara kolonial Hin-dia Belanda itu
pada awalnya hanya mencakup wilayah-wilayah taklukkan VOC atau yang diklaim
sebagai taklukkan VOC.

Ada saat Commissaris Generaal memulai tugasnya, ada beberapa daerah


taklukkan VOC yang menyatakan tidak terikat lagi oleh perjanjian dengan VOC yang
telah runtuh. Ada pun yang menjadi landasan operasional di Hindia Belanda diatur
berdasarkan Regeering Reglement . Menurut peraturan ini, dalam menjalankan
tugasnya gubernur jenderal didampingi oleh Raad van Indië yang be-ranggotakan
empat orang. Gubernur jenderal bersama Raad van Indië inilah yang disebut sebagai
Pemerintahan Agung di Hindia Belanda.

Sejak tahun 1816, ada dua instansi yang membantu pekerjaan Pemerin-tahan
Agung di Batavia ini, yaitu Generale Secretarie un-tuk membantu Commisaris
General dan Gouvernement Secretarie untuk membantu Gubernur
Jenderal. Kedudukannya ke-mudian digantikan oleh Algemene Secretarie, yang
bertugas membantu gu-bernur jenderal . Adapun perbedaan yang cukup mencolok di
antara keduanya berkaitan dengan kewenangan gubernur jenderal. Apabila pada masa
VOC tidak ada aturan khusus yang mengatur ke-wenangan gubernur
jenderal, sehingga dia dapat berimprovisasi sendiri da-lam menjalankan
pemerintahannya, maka pada masa Hindia Belanda terda-pat peraturan yang mengatur
kewenangan gubernur jenderal yang tertuang dalam RR.

Dalam tata pemerintahan kolonial, Gubernur Jenderal didampingi oleh Direksi


atau departemen-departemen, yang namanya kemudian menjadi Departementen van
Algemeen Bestuur. Salah satu peristiwa yang membawa dampak cukup besar pada
tata pe-merintahan Hindia Belanda adalah revolusi yang terjadi di Eropa pada tahun
1848. Sejak revolusi itu, dapat dikatakan bahwa di Eropa Barat tidak ada lagi raja
yang berkuasa mutlak. Berdasarkan RR baru ini, Direksi yang berada di bawah
gubernur jenderal dibubarkan dan diganti dengan departe-mendepartemen baru, yang
masing-masing berdiri sendiri.

Meskipun ada upaya untuk melakukan modernisasi struktur birokrasi


pemerintahan Hindia Belanda, namun dalam batas-batas tertentu struktur politik
sebelumnya masih tetap dipertahankan, demi mempertahankan loy-alitas, khususnya
loyalitas para elit pribumi. Jabatan-jabatan teritorial di atas tingkat kabupaten tetap
dipegang oleh orang-orang Eropa/Belanda. Jabatan tertinggi yang dipegang oleh
orang pribumi adalah kepala kabu-paten, yaitu bupati. Di bawah tingkat kabupaten
terdapat kewedanaan yang dijabat oleh seorang wedana.

Kecama-tan, yang dikepalai seorang camat, merupakan wilayah di bawah


kewedan-aan. Sedangkan jabatan kepala desa pada dasarnya tidak termasuk dalam
struktur birokrasi pemerintah kolonial sehingga bukan merupakan anggota korp
pegawai dalam negeri Hindia Belanda. Korps pegawai dalam negeri Hindia
Belanda , terdiri atas pegawai bangsa Eropa dan pribumi. Para pejabat pribumi inilah
yang disebut kaum priyayi, suatu istilah yang sebelumnya dipakai di kerajaan Jawa.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, kepala desa tidak termasuk kat-egori
priyayi karena tidak termasuk ke dalam barisan BB. Mereka dipilih langsung oleh
rakyat dan digaji oleh rakyat pula, yaitu melalui tanah desa yang diserahkan
kepadanya selama dia menjadi kepala desa. Ketika wilayah Hindia Belanda menjadi
lebih luas akibat kebijakan poli-tik pasifikasi dan pemantapan , kebutuhan tenaga
kerja untuk mengelola administrasi negara semakin meningkat.
Pemerintahan Kolonial Belanda

Tahun 1816 Raffles mengakhiri pemerintahannya di Hindia. Salah satu isi


Konvensi London adalah Inggris harus mengembalikan tanah jajahan di Hindia
kepada Belanda. Dengan demikian pada tahun 1816 Kepulauan Nusantara kembali
dikuasai oleh Belanda. Sejak itu dimulailah Pemerintahan Kolonial Belanda.

Setelah kembali ke tangan Belanda, tanah Hindia diperintah oleh badan baru yang
diberi nama Komisaris Jenderal. Berbekal ketentuan dalam undang-undang tersebut
ketiga anggota Komisaris Jenderal itu berangkat ke Hindia Belanda. Ketiganya
sepakat un tuk mengadopsi beberapa kebijakan yang pernah diterapkan oleh
Raffles. Ketika melihat kenyataan di lapangan, Ketiga Komisaris Jenderal itu
bimbang untuk menerapkan prinsip prinsip liberalisme dalam mengelola tanah jajahan
di Nusantara.

Hindia da-lam keadaan terus merosot dan pemerintah mengalami kerugian. Kas
negara di Belanda dalam keadaan menipis. Kaum liberal berkeyakinan bahwa
pengelolaan negeri jajahan akan mendatangkan keuntungan yang besar bila
diserahkan kepada swasta, dan rakyat diberi kebebasan dalam menanam. Sedang
kelompok konservatif ber-pendapat pengelolaan tanah jajahan akan menghasilkan
keuntungan apabila langsung ditangani pemerintah dengan pengawasan yang ketat.

Maksudnya, eksploitasi kekayaan di tanah jajahan langsung ditangani


pe-merintah Hindia Belanda agar segera mendatangkan keuntungan bagi neg-eri
induk, di samping mengusahakan kebebasan penduduk dan pihak swasta untuk
berusaha di tanah jajahan. Akhirnya pada tanggal 22 Desember 1818 Pemerintah
memberlakukan UU yang mene-gaskan bahwa penguasa tertinggi di tanah jajahan
adalah gubernur jenderal. Kemudian Van der Capellen juga menarik pajak tetap yang
sangat memberatkan rakyat. Tetapi program ini tidak berhasil karena rakyat tetap
miskin sehingga tidak mampu menyediakan barangbarang yang diekspor.

Yang terjadi justru impor lebih besar dibanding ekspor. Tentu ini sangat
merugikan bagi pemerintah Belanda. Kondisi tanah jajahan dalam kondisi krisis, kas
Negara di negeri induk pun kosong. Sebagai contoh Perang Diponegoro yang baru
berjalan satu tahun sudah menguras dana yang luar biasa, sehingga pemerintahan
Hindia Belanda dan pemerintah negeri induk mengalami kesulitan ekonomi.Kesulitan
ekonomi Belanda ini semakin diperberat dengan adanya pemi-sahan antara Belanda
dan Belgia pada tahun 1830. Dengan pemisahan ini Belanda banyak kehilangan lahan
industri sehingga pemasukan negara juga semakin berkurang.

Tanam Paksa
Salah satunya pada tahun 1829 seorang tokoh bernama Johannes Van den Bosch
mengajukan kepada raja Belanda usulan yang berkaitan dengan cara melaksanakan
politik kolonial Belanda di Hindia. Van den Bosch berpendapat untuk memperbaiki
ekonomi, di tanah jajahan harus dilakukan penanaman tanaman yang dapat laku dijual
di pasar dunia. Konsep Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan
Cultuurstelsel . Van den Bosch menyatakan bahwa cara paksaan seperti yang pernah
dilakukan VOC adalah cara yang terbaik untuk memperoleh tanaman ekspor untuk
pasaran Eropa. Dengan membawa dan memperdagangkan hasil tanaman
sebanyak-ban-yaknya ke Eropa, maka akan mendatangkan keuntungan yang sangat
besar.

Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang
disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah
publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda
setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat
dalam suatu agenda pemerintah.

Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para
aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.
Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan
masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan
masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Proses Analis Kebijakan Publik


Proses kebijakan baru dimulai ketika para pelaku kebijakan mulai sadar bahwa
adanya situasi permasalahan, yaitu situasi yang dirasakan adanya kesulitan atau
kekecewaan dalam perumusan kebutuhan, nilai dan kesempatan. Sehingga identifikasi
masalah akan tepat dan akurat, selanjutnya dikembangkan menjadi yang diangkat dari
policy issues tertentu. Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan
masalah publik. Analis kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut
secara jelas, realistis dan terukur.

Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai


alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti
ekonomi politik , administratif namun tidak kalah penting juga hal-hal yang
menyangkut nilai-nilai abstrak yang fundamental seperti etika dan falsafah d. Model
adalah abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai gambaran
sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya.

Pelaksanaan Kebijakan Publik


Dalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam
birokrasi. Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar
pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi
haknya, siapa yang bisa mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga bagaimana
bentuk layanan itu.

James Anderson sebagaimana dikutip Suharno menyampaikan kategori


kebijakan publik sebagai berikut
Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah.Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang
dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan publik.

Anda mungkin juga menyukai