z Nim : p031915401004
Referensi/role model
negara/daerah/instansi yang
antikorupsi
z
Belajar Mengentaskan Korupsi dari Negara
Paling "Bersih"
1. Denmark
Negara pertama yang mendapat indeks persepsi korupsi paling rendah adalah Denmark. Ada sistem yang terintegritas
bagi aparat penegak hukum dalam bidang akademik. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan komitmen
mereka untuk memberantas tindak pidana korupsi.
Dilansir dari hukumonline, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Rasmus Abildgaard Kristensen pernah mengatakan
jika bersih dari tindak pidana korupsi saja tidak cukup. Jadi, sejak dalam akademi (kepolisian) mereka akan banyak
menghabiskan banyak waktu khusus di bagian pelatihan memberantas korupsi.
Selain komitmen yang kuat dalam pemberantasan korupsi, pemerintah terus berupaya untuk bersikap transparan
terhadap publik. Bahkan Parlemen Denmark tak akan memberikan hak imunitas bagi anggota dewannya yang terlibat
dalam kasus korupsi, atau pelanggaran pidana lainnya.
Menurut Kristensen, dua ujung tombak pemberantasan korupsi di Denmark. Keduanya bukanlah aparat kepolisian atau
lembaga antikorupsi. Melainkan Ombudsman dan auditor lembaga keuangan (semacam BPK di Indonesia) yang akan
berperan dalam bidang pengawasan.
z
2. Selandia Baru
Negara kecil di Tenggara benua Australia ini menduduki, peringkat kedua paling bersih
dalam mengentaskan korupsi. Selandia Baru punya caranya tersendiri dalam membasmi
tikus-tikus koruptor yang menggerogoti keuangan negaranya.
Menurut Pengajar Politeknik Keuangan Negara STAN yang menerima beasiswa "The
New Zealand Asean Scholarship Award 2014", Rudy M Harahap, ada beberapa hal yang
bisa diperhatikan mengapa Selandia Baru bisa menjaga negara tersebut dari tindak
korupsi. Pertama adalah karena negara itu menganut sistem parlementer. Dengan
demikian, menteri otomatis menjadi anggota parlemen.
Melihat jumlah korupsi terus meningkat kita menilai jika penganan korupsi di Indonesia belum
maksimal. Secara umum penanganan kasus korupsi yang terjadi di Indonesia masih jauh
dengan apa yang diharapkan.
Mengutip dari berita CNN.com , Staf Divisi Investigasi ICW Wana Alamsyah mengatakan ada
sebanyak 1.775 kasus korupsi dari tahun 2010 sampai 2014, yang ada di Kejagung masih
dalam proses penyidikan. Sementara 900 kasus sudah ada perkembangan dan 800 lebih
kasus belum tersentuh sama sekali.
z
Banyak pihak menilai hukuman untuk tidak pidana korupsi di Indonesia masih terbilang
lemah jika dibandingkan dengan negara lain. Masyarakat bertanya-tanya mengapa
seorang koruptor tidak di hukum mati, padahal mereka sudah melakukan korupsi yang
merugikan negara.
Sebenarnya ada Undang-Undang yang mengatur seorang koruptor harus dihukum mati.
Hukuman mati untuk koruptor tercantum dalam Pasal 3 undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pada pasal tersebut mengatur bahwa dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana yang
tercantum dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.
Keadaan tertentu yang dimaksud adalah ketika negara dalam keadaan berbahaya, pada
waktu bencana alam nasional, atau pada waktu negara dalam krisis ekonomi.
z
Menariknya, di kedua negara itu tak ada hukuman mati bagi koruptor. Selandia
Baru telah menghapus hukuman mati sejak 1961.
Di Selandia Baru, meski tak ada hukuman mati bagi koruptor, namun hukuman
sosial jauh lebih manjur. Tekanan publik bisa membuat pejabat mundur. Bahkan,
untuk soal yang dianggap sangat sepele, polisi bisa turun tangan untuk melakukan
investigasi.
Begitu juga di Denmark, hukuman mati sudah ditiadakan sejak 1994. Eksekusi
terhadap hukuman mati pun sudah lama hilang. Terakhir hukuman mati dilakukan
pada 1950.
z
TERIMAKASIHHHH