Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI

PASIEN DENGAN GANGGUAN BICARA

Kelompok 6
Anggota dan peran:
1. Yulita Amalia P. : Pasien
2. Vanesa Qusna : Ibu pasien
3. Wanti : Dokter
4. Wahyu Amanu S. : Perawat
5. Triyana Setyo R. : Perawat
6. Weni Khikmawati: Perawat
7. Yunita : Perawat

Ilustrasi kasus:
Seorang remaja berusia 18 tahun tengah menemani adiknya bermain. Ia pergi ke
kamar mandi sebentar karena ingin buang air kecil. Setelah beberapa lama sang ibu
menemui anak kecilnya sedang bermain sendirian. Sang ibu pun bertanya dimana
keberadaan sang kakak. Anaknya kemudian memberi bahwa kakaknya kekamar
mandi dari tadi dan belum juga kembali. Sang ibu yang penasaran kepada sang kakak
kemudian pergi ke kamar mandi dan mendapati anaknya pingsan.

Kondisi Pasien :
Pasien tampak pucat dan belum juga sadarkan diri. Sang ibu pun panik dan
membawa anaknya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, perawat
IGD langsung melakukan pemeriksaan dan mencoba untuk menyadarkan pasien.
Setelah pasien sadar, perawat melakukan pengkajian dan didapati hasil bahwa pasien
mengalami Anemia dan ibu pun menambahkan bahwa pasien sering pusing dan
lemas akhir-akhir ini dan tidak tahu apa penyebabnya.

Diagnosis keperawatan:
Defisien pengetahuan b.d kurang informasi
Rencana keperawatan:
1. Memeriksa tanda-tanda vital.
2. Melakukan pemasangan infus.
3. Mengambil sample darah.
4. Memberikan transufi darah.
5. Pendidikan kesehatan.

Tujuan:
Keluhan pasien teratasi, pengetahuan pasien meningkat, dan pasien kooperatif
selama perawatan.

SP Komunikasi

Fase Pra Interaksi: sesuai denga hasil pengkajian, saya sudah siap untuk melakukan
tindakan pada pasien.
Fase Orientasi:
1. Memeriksa Tanda-Tanda Vital dan Memasang Infus
Salam terapeutik: (perawat mulai memasuki ruangan untuk memeriksa pasien
yang memiliki gangguan tuna wicara) “Assalamuallaikum mbk, selamat pagi.
(tersenyum)
Evaluasi dan validasi: “Apakah benar dengn mbak Yulita?” (perawat
memeriksa gelang pasien)
Kontrak: “Pagi ini saya akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital mbak
meliputi tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi setelah itu saya akan
memasang infus ditangan mbak supaya mbak cepat sembuh ya.”
Fase Kerja
Perawat : ”sudah siap mbak?”
Pasien: (mengangguk)
Perawat: “Baik saya persiapkan alatnya dulu ya mbak”
(perawat melakukan TTV)
Ibu pasien: “Bagaimana sus hasilnya?”
Perawat: “Alhamdulillah hasilnya normal bu, suhu 37°C, TD 110/90, nadi
80x/menit, pernafasan 20x/menit.”
Perawat: “Mbak, dari hasil pemeriksaanya hasilnya normal. Selanjutnya saya
akan memasang infus di tangan kiri mbak, Bagaimna apakah mbak bersedia?”
Pasien: (Mengangguk dan tersenyum)
Perawat: “Baiklah kita mulai ya mbak.”
(perawat memasang infus di tangan pasien).
Fase Terminasi
Evalusi subjektif/objektif: “Bagaimana rasanya setelah dipasang infus ditangan
mbak?”
Rencana tindak lanjut: “Saya akan datang secara teratur untuk mengecek
keadaan mbak Yulita”.

2. Pengambilan Sample Darah


Setelah pasien dipindahkan ke bangsal, perawat melakukan pengambilan sampel
darah untuk dibawa ke Laboratorium.
(perawat mengambil sample darah pasien)
Setelah hasil laboratorium keluar, perawat mengetahui bahwa Hb pasien rendah
dan direncanakan akan dilakukan tindakan tranfusi darah.

3. Tranfusi Darah
Perawat: “Selamat siang mbak, Saya perawat Weni, saya perawat yang bertugas
dari jam 14:00 WIB sampai jam 20:00 WIB malam nanti, disini saya akan
memberikan tranfusi darah kepada mbak Yulita, tujuannya supaya mbak Yulita
tidak kekurangan darah ya, waktunya 5 menit apakah mbak bersedia?”
Pasien: (Mengangguk dan tersenyum)
Perawat: (Perawat melakukan tindakan)
Perawat: “Sudah selesai mbak, saya kembali ke ruang perawat dulu nanti kalau
ada apa-apa bisa pencet bel disamping ya mbak”.

4. Pendidikan kesehatan
Perawat/dokter memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai
bahaya anemia dan cara pencegahannya.

Anda mungkin juga menyukai