Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

NEGARA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKATNYA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila.

Dosen Pengampu : Danar Widiyanta, M.Hum.

Disusun Oleh :

Eko Yogi Saputra 17505244004


Dhoni Wahyu Pradeksa 17505244010
Arief Setya Wahyudi P 17505244019
Kartika Tri Buana 17505244025
Satria Warnandes 17505244032
Sayed Muhammad Aldy Rivanda Alydrus 17505244039

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan judul
“Negara Dan Kesejahteraan Masyarakatnya”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
kami Bapak Danar Widiyanta, M.Hum. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Pancasila.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 24 April 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesejahteraan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Dimana semua
manusia berhak mendapatkan kesejahteraan. Kesejateraan ini berkaitan dengan
terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan hidup secara layak serta mampu
mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial. Kesejahteraan
merupakan keinginan dari semua manusia. Tidak ada manusia yang tidak ingin hidup
sejahtera. Untuk mewujudkan kesejahteraan, negara dan pemerintah menjadi andil
dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Negara sejahtera masyarakatnya juga
akan sejahtera.
Negara bertanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
sejahtera bagian dari tanggung jawab negara. Semestinya negara bisa menjamin
kesejahteraan dari semua masyarakatnya. Negara bisa menyediakan fasilitas sarana
dan prasana untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Mulai dari menyediakan
lapangan kerja yang layak, menjamin kehidupan setiap warganya seperti kesehatan
dan pendidikan, menerapkan kebijakan-kebijakan yang mampu mengatasi persoalan
masalah sosial seperti kemiskinan.
Namun dalam mewujudkan negara dengan masyarakat yang sejahtera seperti
di negara Indonesia ini bukanlah masalah yang mudah. Banyak masalah-masalah
yang menjadi penghambat kesejahteraan masyarakatnya. Dimulai dari banyaknya
pengangguran, kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan tingkat kesehatan
yang rendah juga. Apalagi letak geografis Indonesia yang berbeda-beda menyebabkan
kesejahteraan tidak merata secara menyuluruh. Belum lagi tingkat korupsi yang tinggi
di negara ini sehingga kesejahteraan masyarakatnya menjadi semakin terhambat.
Permasalahan yang terjadi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat
tersebut harus ditangani baik. Untuk itu kami melakukan diskusi tentang masalah-
masalah dalam mewujudkan negara dan masyarakat yang sejahtera. Kami juga
mencoba memberikan solusi yang bisa diterapkan atau digunakan untuk memecahkan
persoalan yang menghambat terbentuknya negara dan masyarakat yang sejahtera.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kesejahteraan masyarakat?


2. Apa penyebab dari kesejateraan masyarakat tidak merata di Indonesia?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kesejahteraan yang tidak merata?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari kesejahteraan masyarakat.


2. Mengetahui penyebab dari ketimpangan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
3. Mengetahui solusi dalam mengatasi ketidakmerataan kesejahteraan masyarakat.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 PENGERTIAN NEGARA

Secara etimologi"negara" adalah terjemahan dari kata-kata asing, bahasa


Inggris "state", bahasa jerman "staat", dan bahasa Perancis"etat". Kata state,
staat, dan etat itu diambil oleh orang-orang Eropa dari bahasa Latin pada abad ke-15,
yaitu kata status atau statum yang berarti keadaan tetap dan tegak. Sementara itu di
Indonesia, kata "negara" berasal dari bahasa Sansekerta nagari atau nagara, yang
berarti kota.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian negara adalah organisasi


di suatu wilayah yang mempunyai kekuasan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat;
kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di
bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik,
berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Pada dasarnya para ahli ketatanegaraan masih memberikan pengertian yang


beraneka ragam mengenai negara, baik dipandang dari sudut kedaulatan (kekuasaan)
maupun negara dinilai dari sudut peraturan–peraturan (sudut hukum) seperti tanpa
dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli ilmu ketatanegaraan. Aristoteles
(384 - 322 SM), salah seorang pemikir negara dan hukum zaman Yunani
misalnya, memberikan pengertian negara, yaitu suatu kekuasaan masyarakat
(persekutuan dari pada keluarga dan desa/kampung) yang bertujuan untuk mencapai
kebaikan yang tertinggi bagi umat manusia. Sementara Marsilius (1280 - 1317),
seorang pemikir negara dan hukum abad pertengahan memandang, negara sebagai
suatu badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar hidup dan mempunyai
tujuan tertinggi, yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan perdamaian. Ibnu
Khaldum (1332 – 1406), sebagai seorang pemikir Islam tentang masyarakat dan
negara, merumuskan bahwa negara adalah masyarakat yang mempunyai wazi’ dan
mulk, yaitu memiliki kewibawaan dan kekuasaan. Sedang Al-Mawardi (w. 1058),
seorang pemikir politik pada masa klasik mengemukakan bahwa negara adalah
sebuah lembaga politik sebagai pengganti fungsi kenabian guna melaksanakan urusan
agama dan mengatur urusan dunia. Pengertian demikian sejalan dengan pemikiran
Al-Maududi (w. 1979), yang juga seorang pemikir politik Islam dan pembaharu
dalam dunia Islam. Ia mengatakan bahwa negara merupakan sebuah lembaga politik
yang mempunyai fungsi keagamaan.

Selain yang dikemukakan di atas, para sarjana dan pemikir ketatanegaran abad

ke-20 seperti Logemen, juga mengatakan bahwa negara adalah suatu organisasi

kemasyarakatan yang bertujuan dan dengan kekuasaannya mengatur dan mengurus

suatu masyarakat tertentu.Demikian pula Mac. Ivar merumuskan, negara sebagai

suatu asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam

suatu wilayah yang berdasarkan pada sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu

pemerintah dengan maksud memberikan kekuasaan memaksa. Sementara H.J Laski,

seorang pemikir negara dan hukum zaman berkembangnya teori kekuatan abad ke-20,
juga mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan secara sah lebih agung dari pada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat
merupakan negara yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-
asosiasi, ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.

Jika diperhatikan beberapa pengertian negara yang dikemukakan para ahli di


atas, ternyata terdapat keragaman pemikiran mereka, baik di kalangan pemikir politik
Islam maupun di kalangan sarjana ilmu-ilmu kenegaraan modern sejak beberapa abad
sebelum masehi sampai detik ini. Perbedaan pemikiran mereka mengenai konsep
negara tersebut disebabkan karena perbedaan sudut pandang mereka dalam melihat
konsepsi negara. Perbedaan lingkungan di mana mereka hidup, perbedaan situasi
zaman dan kondisi politik yang mengitari pemikiran meraka, serta pengaruh
keyakinan keagamaan yang dianutnya, menjadi faktor yang mempengaruhi perbedaan
persepsi mereka dalam melihat negara itu sendiri. Ada yang memandang negara
sebagai institusi sosial dan kenyataan sosial, ada yang memandang secara organis,
yakni memandang negara sebagai organisasi yang hidup dan mempunyai kehidupan
sendiri yang dalam berbagai hal menunjukkan adanya persamaan dengan manusia
sebagai mahluk hidup, ada pula yang memandang negara sebagai ikatan kehendak dan
golongan-golongan, negara dipandang sebagai sejumlah besar kehendak yang diikat
menjadi satu kehendak.
Demikian pula ada yang memandang negara dari aspek kekuasaan, sehingga
negara dipahami sebagai organisasi kekuasaan. Bagi mereka memandang negara dari
segi yuridis atau ajaran hukum, maka negara dipandang sebagai institusi atau lembaga
hukum yang tersusun dalam suatu tertib hukum, organ negara adalah organ hukum.
Sehingga negara merupakan personifikasi dari hukum. Sementara pemikir politik
Islam memandang negara sebagai istrumen politik yang berorientasi kepada
pemeliharaan agama dan pengaturan dunia. Bahkan ada pula yang memandang negara
dikaitkan dengan kepemimpinan, sehingga negara dipandang sebagai sebuah lembaga
untuk melaksanakan kepemimpinan menyeluruh sebagai pengganti fungsi kenabian
dalam menegakkan agama dan mengatur urusan dunia.

Perbedaan pendapat para ahli di atas, tentu akan menambah wawasan dan
khasana pemikiran kita, sekaligus saling melengkapi dan menyempurnakan persepsi
kita tentang negara, sehingga persepsi tersebut akan menjadi semakin dinamis dan
berkembang. Meskipun tidak terdapat kesepakatan mereka dalam melihat pengertian
dan konsepsi negara, namun mereka tetap sepakat akan perlunya negara, sebab negara
merupakan instrumen politik untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Untuk maksud itu, maka negara diperlukan untuk mengimplementasikan fungsi dan
perannya dalam mengawal pencapaian tujuan tersebut. Dalam konteks ini, negara
memerlukan pemberlakuan hukum (law enforcement).

2.2 FUNGSI NEGARA

Berkaitan dengan fungsi negara dalam pengelolaan pemerintahan dapat dilihat


melalui pemikiran para ahli. John Locke misalnya, mengemukakan bahwa pada
dasarnya fungsi negara itu dapat diamati pada tiga hal yaitu: 1) fungsi Legislasi, yakni
fungsi membuat undang-undang dan peraturan, 2) fungsi Eksekutif, yaitu fungsi untuk
melaksanakan peraturan dan 3) fungsi Federatif, yaitu fungsi untuk mengurusi urusan
luar negeri dan urusan perang dan damai.

Pandangan John Locke yang dielaborasi oleh Soetomo di atas, menegaskan


bahwa fungsi mengadili merupakan bagian dari tugas eksekutif. Teori John Locke
tersebut kemudian disempurnakan oleh Montesquieu dengan membagi negara itu ke
dalam tiga fungsi yaitu: 1) fungsi Legislasi, membuat undang-undang. 2) fungsi
Eksekutif, melaksanakan undang-undang dan 3) fungsi Yudikatif, untuk mengawasi
agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili), yang lebih populer dengan teori trias
politika.Fungsi Federasi dalam pandangan Montesquieu dimasukkan menjadi satu
dengan fungsi eksekutif, dan fungsi mengadili dijadikan fungsi yang berdiri sendiri.
Hal ini dapat dipahami karena tujuan Montesquieu dalam memperkenalkan trias
politika adalah untuk kebebasan berpolitik yang hanya dapat dicapai dengan
kekuasaan mengadili (lembaga Yudikatif yang berdiri sendiri).

Terlepas dari pandangan di atas, Rousseau yang juga salah seorang ahli
ketatanegaraan mengatakan bahwa fungsi utama sebuah negara yang paling menonjol
adalah fungsi melaksanakan pemerintahan atau melaksanakan undang- undang.
Fungsi melaksanakan pemerintahan atau undang-undang sebagaimana yang
dimaksudkan Rousseau tersebut, dalam perkembangannya, masyarakat tidak mungkin
melaksanakan pemerintahan, melainkan hanya sebagai pemegang kedaulatan. Dalam
hubungan ini rakyat menyerahkan hak tersebut kepada penguasa dalam rangka
melaksanakan fungsi pemerintahan atau melaksanakan undang- undang. Jalan pikiran
demikian dapat dipahami karena pemerintah merupakan suatu badan di dalam negara
yang tidak berdiri sendiri, melainkan bertumpuk kepada kedaulatan rakyat. Dan
pemerintahan yang ideal adalah pemerintahan atau penguasa yang dalam
melaksanakan fungsinya harus dapat memahami kehendak dan aspirasi
masyarakatnya. Dalam pengertian lain bahwa ada suatu kewajiban bagi penguasa
untuk selalu mengupayakan agar kepentingan rakyat terpenuhi.

Pandangan di atas, sejalan dengan pemikiran Mr. R. Kranenburk, yang


mengemukakan bahwa negara pada hakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan
yang dibangun oleh sekelompok manusia yang disebut dengan bangsa. Sebab prinsip
utama terjadinya sebuah negara adalah adanya sekelompok manusia yang disebut
bangsa dengan berkesadaran untuk membangun suatu organisasi. Organisasi yang
dibangun itu bertujuan untuk memelihara kepentingan manusia tersebut. Dari
perspektif ini, nampak dengan jelas, bahwa fungsi negara adalah menyelenggarakan
kepentingan bersama dari anggota sekelompok yang dinamakan bangsa.

Jika pandangan itu kemudian dikaitkan dengan teori-teori kenegaraan, dapat


ditemukan beberapa fungsi negara yang bersifat universal, yaitu adanya kewajiban
suatu negara untuk mewujudkan mepentingan masyarakat atau yang lebih tepat
dikatakan kepentingan umum, tanpa melihat kepada bentuk atau sistem pemerintahan
yang dibangun oleh negara yang bersangkutan.

Fungsi negara yang dimaksud yakni: Pertama, fungsi regular (regular


function) atau fungsi pengaturan. Setiap negara harus melaksanakan fungsi utamanya
yaitu pengaturan yang merupakan motor penggerak jalannya roda pemerintahan.
Dalam arti, tanpa adanya pelaksanaan fungsi dimaksud, maka secara dejure negara itu
tidak ada. Sebab melaksanakan fungsi tersebut akibatnya secara langsung dirasakan
oleh masyarakat secara keseluruhan.

Fungsi regular ini meliputi:

1) Fungsi politik (political fungtion). Fungsi ini merupakan kewajiban negara


yang pertama kali muncul setelah negara tersebut lahir. Aspek yang
termasuk dalam fungsi ini adalah: Pertama, pemeliharaan ketenangan dan
ketertiban. Tujuan dari pelaksanaan fungsi ini adalah dalam rangka
menanggulangi tindakan baik secara preventif maupun secara represif
terhadap ganggyan yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Kedua,
pertahanan dan keamanan (security). Pelaksanaan fungsi ini diperuntukkan
terhadap ancaman dan agresi dari pihak luar yang membahayakan
eksistensi negara itu sendiri.
2) Fungsi diplomatik (diplomatical function). Sebagai manusia tidak mungkin
bisa hidup tanpa berhubungan dengan manusia lain, demikian pula halnya
dengan negara. Negara tidak akan dapat hidup secara sempurna tanpa
berhubungan dengan negara yang lain. Inilah yang merupakan hakikat dari
fungsi diplomatic. Negara berhubugan dengan negara lain atas dasar
persahabatan yang bertanggung jawab, bukan atas dasar penjajahan.
Masing-masing negara akan saling menghormati kedaulatan masing-masing
pihak, sehingga dapat dihindari terjadinya expliotasi kepentingan.
3) Fungsi yuridis (legal function). Dalam pelaksanaan fungsinya, negara harus
dapat menjamin adanya rasa keadilan dalam masyarakat. Dalam konteks ini
negara berkewajiban untuk mengatur tata cara bernegara dan
bermasyarakat, agar supaya dapat terhindari adanya konflik-konflik yang
terjadi di dalam masyarakat. Setelah permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat, maupun negara itu sendiri harus dapat dikembalikan kepada
hukum yang berlaku, dan segala tindakan pemerintah harus berlandaskan
atas aturan main yang sudah diatur oleh kaidah-kaidah hukum.
4) Fungsi administrasi (administrative function). Fungsi ini mengharuskan
agar negara berkewajiban menata birokrasinya, demi mewujudkan tujuan
sebuah negara. Penataan birokrasi dimaksud bukan atas dasar kemauan
negara semata- mata, akan tetapi selalu bersumber pada aturan hukum yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Kedua, fungsi pembangunan (developing function). Pembangunan pada
hakikatnya merupakan perobahan yang terencana, dilakukan secara terus menerus
untuk menuju pada suatu perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
negara dimaksud tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, secara
tegas dikemukakan bahwa “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia serta
seluruh tumpa darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Semangat
inilah yang kemudian melandasi pengelolaan negara dan pemerintahan, untuk
mencapai kebaikan dan kesejahteraan bersama.

Dalam konteks kesejahteraan yang menjadi kata kunci dari tujuan negara,
rakyat harus benar-benar merasakan hasil-hasil pembangunan termasuk
pembangunan demokrasi. Demokrasi yang makna harfiayahnya adalah pemerintahan
rakyat, mengandung arti, rakyat secara bersama-bersama memerintah di negaranya
masing-masing, baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan martabat dan
hak semua warganegara yang menjadi bagian dari rakyat adalah setara. Dalam
negara yang diperintah oleh rakyat, yang martabat dan hak semua warganegara
adalah sama, nilai tertinggi yang harus dijadikan ukuran dari kemajuan negara
tersebut adalah perwujudan keadilan bagi rakyat seluruhnya.

Keadilan bagi semua harus menjadi semboyan dari semua pejuang


demokrasi. Dan keadilan dalam negara demokrasi adalah keadilan berdasarkan
martabat manusia. Suatu negara demokrasi dikatakan adil, kalau semua penduduk di
Negara tersebut mendapatkan hak-haknya, mendapatkan kesempatan
mengembangkan diri dengan akal dan nuraninya, dan mendapatkan kesempatan
menjalankan tugas alamiahnya sebagai manusia.
Negara harus secara serius menegakkan keadilan, karena penegakkan
keadilan adalah fungsi utama negara. Dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, walaupun pererkonomian masyakat belum maju, kalau negara mampu
menegakkan keadilan, rakyat akan setia kepada negara dan tahan hidup menderita
dalam berjuang mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan maju. Tetapi dalam
negara yang kaya raya sekalipun, ketidakadilan akan menyakiti hati rakyat, dan akan
mendapat perlawanan. Rakyat akan menolak semua bentuk ketidakadilan. Keadilan
adalah yang utama dan terutama, tanpa keadilan yang lain kehilangan makna.
Tuntutan atas keadilan inilah yang membuat hampir semua bangsa-bangsa di dunia
sekarang ini menetapkan demokrasi sebagai sistem kenegaraannya, demokrasi
adalah satu-satunya tatanan kenegaraan yang mengakui martabat manusia, dan
pengakuan ini adalah dasar dari keadilan. Oleh karena itu, bagian akhir dari
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara tegas
menyebutkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam konteks keadilan ini, negara boleh saja tidak makmur, tetapi negara
harus adil, karena kemakmuran suatu negara adalah hasil kerja masyakat, tetapi
kekuasaan penegakan keadilan sepenuhnya telah diserahkan kepada negara. Rakyat
telah mempercayakan fungsi penegakan keadilan kepada negara sejak
pembentukannya. Oleh karena itu negara harus adil, dan kalau tidak, negara akan
kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

2.3 PENGERTIAN KESEJAHTERAAN

Kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi


kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal,
air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan
memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya
sehingga hidupnya bebas dari kemisikinan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga
hidupnya aman tentram, baik lahir maupun batin. (Fahrudin, 2012).
Menurut Prabawa (1988) kesejahteraan sering diartikan secara luas yaitu
sebagai kemakmuran, kebahagiaan, dan kualitas hidup manusia baik pada tingkat
individu atau kelompok keluarga dan masyarakat. Keadaan sejahtera dapat
ditunjukkan oleh kemampuan mengupayakan sumber daya keluarga untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang dianggap pentig dalam kehidupan
berkeluarga. Dengan demikian kesejahteraan adalah terpenuhinya seluruh
kebutuhan baik barang maupun jasa dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga Negara untuk
mengadakan usaha -usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat (Rambe, 2011).
Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai
padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat
indikator yaitu: (1) Rasa aman (security), (2) kesejahteraan (welfare), (3)
kebebasan (freedom), dan (4) jati diri (identity). Indikator tersebut merupskan hal
yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahetraan yang mana terciptanya rasa
aman, kesejahteraan, kebebasan dan jati diri seseorang dalam memenuhi
kebutuhannya.
Menurut Kolle (dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur
dari beberapa aspek kehidupan:
1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi,seperti kualitas rumah,
bahan pangan dan sebagainya.
2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,
lingkungan alam, dan sebagainya.
3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas
pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya.
4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spritual, seperti moral. etika.
keserasian penyesuaian, dan sebagainya.
Indikator kesejahteraan diatas menjelaskan bahwa untuk mengukur
kesejahteraan dilihat dari segi materi, segi fisik, segi mental dan segi spiritual.
Dengan demikian bahwa kesejahteraan bukan saja dilihat dari keseluruhan
kebutuhan tanpa terganggunya kebituhan yang lain.
Kesejateraan manusia dapat dilihat dengan kemampuan manusia untuk
mengakses pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu untuk
mendapatkan kebutuhan hidupnya. Pendidikan yang dimaksud disini adalah
pendidikan yang bersifat formal maupun informal. Kedua jalur pendidikan ini
memiliki kesempatam dan perlakukan yag sama dari pemerintah dalam memberikan
layanan pendidikan kepada masyarakat.
Tingkat pendidikan dapat dijadikam sebagai salah satu indikator untuk
mengetahui kesejahteraan suatu penduduk dimana tingkat pendidikan yang tinggi
dapat membentuk manusia terampil dan produktif sehingga dapat mempercepat
peningkatan kesejahteraan penduduk (BPS Sumut,2013). Dengan demikian
pendidikan sangat menentukan sejahtera atau tidakmua seseorang yang mana jika
pendidikan tinggi maka orang tersebut memiliki keterampilan dan produktif guna
menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
Tingkat kesejahteraan dipengaruhi langsung oleh pendapatan. Adanya
perbedan pendapatan dipengaruhi oleh jumlah taggungan keluarga, tingkat
pengeluaran untuk tanggungan keluarga yang besar dan tidak sama dengan tingkat
pengeluaran tanggungan keluarga kecil. Pendapatan adalah sejumlah uang ya ng
diterima oleh kepala rumah tangga dalam jangka waktu selama satu bulan untuk
digunakan keluarga dalam memenuhi kebutuhan. Pendapatan dijadikan sebagai
tolak ukur untuk mengetahui kesejahteraan seseorang ayaitu dengan melihat
pendapatan perkapita per bulan dari satu keluarga.
Menurut Sumardi (1982) medefinisikan pendapatan adalah seluruh penerimaan
baik yang berupa uang maupun barang baik dari pihak luar maupun dari hasil
sendiri dengan jalan yang dinilai atas jumlah harga yang berlaku saat itu dalam
bentuk uang. Penghasilan dan pendapatan sangat penting peranannya dalam suatu
keluarga terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan
yang diperoleh seseorang mempengaruhi pola gerak hidup dan interaksinya dutegah
masyarakat, sebab besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi daya beli
terhadap pemenuhan kebutuhan hidup. Jika seseorang mempunyai pendapatan yang
lebih tinggi, maka kemmpuannya untuk memperoleh barang-barang lebih baik
dalam mencukupi kebutuhan sosial ekonomi keluarganya akan terpenuhi.

2.4 PENGERTIAN MASYARAKAT

Pengertian Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup secara


bersama-sama di suatu wilayah dan membentuk sebuah sistem, baik semi terbuka
maupun semi tertutup, dimana interaksi yang terjadi di dalamnya adalah antara
individu-individu yang ada di kelompok tersebut.

Secara etimologis kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,


yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi). Sehingga definisi masyarakat
adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama-sama di suatu tempat dan saling
berinteraksi dalam komunitas yang teratur.

Suatu masyarakat terbentuk karena setiap manusia menggunakan perasaan,


pikiran, dan hasratnya untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang secara kodrati saling
membutuhkan satu sama lainnya.

Agar lebih memahami apa definisi masyarakat, maka kita dapat merujuk pada
pendapat beberapa ahli berikut ini:

- Menurut Paul B. Harton, pengertian masyarakat adalah sekumpulan


manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu relatif
cukup lama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang
sama, dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok manusia
tersebut.
- Menurut Ralp Linton, pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia
yang hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur
diri mereka dan menganggap diri mereka sebaga suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang dirumuskan secara jelas.
- Menurut John J. Macionis, definisi masyarakat adalah orang-orang yang
berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki budaya bersama.
- Menurut Soerjono Soekanto, pengertian masyarakat adalah proses
terjadinya interaksi sosial, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu interaksi sosial dan komunikasi.
- Menurut Selo Sumardjan, pengertian masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan.
Suatu masyarakat dapat dikenali dari karakteristik yang ada di dalamnya.
Adapun ciri-ciri masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Berada di Wilayah Tertentu


Mengacu pada pengertian masyarakat di atas, suatu kelompok
masyarakat mendiami di suatu wilayah tertentu secara bersama-sama
dan memiliki suatu sistem yang mengatur hubungan antar individu.
b) Hidup Secara Berkelompok
Manusia adalah mahluk sosial dan akan selalu membentuk
kelompok berdasarkan kebutuhan bersama. Kelompok manusia ini
akan semakin besar dan berubah menjadi suatu masyarakat yang saling
tergantung satu sama lain.
c) Terdapat Suatu Kebudayaan
Suatu kebudayaan hanya dapat tercipta bila ada masyarakat.
Oleh karena itu, sekelompok manusia yang telah hidup bersama dalam
waktu tertentu akan melahirkan suatu kebudayaan yang selalu
mengalami penyesuaian dan diwariskan secara turun-temurun.

d) Terjadi Perubahan
Suatu masyarakat akan mengalami perubahan dari waktu ke
waktu karena memang pada dasarnya masyarakat memiliki sifat yang
dinamis. Perubahan yang terjadi di masyarakat akan disesuaikan
dengan kebudayaan yang sebelumnya telah ada.

e) Terdapat Interaksi Sosial


Interaksi sosial akan selalu terjadi di dalam suatu masyarakat.
Interaksi ini bisa terjadi bila individu-individu saling bertemu satu
dengan lainnya.

f) Terdapat Pemimpin
Aturan dan norma dibutuhkan dalam suatu masyarakat agar
kehidupan harmonis dapat terwujud. Untuk itu, maka dibutuhkan
pemimpin untuk menindaklanjuti hal-hal yang telah disepakati
sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya.

g) Terdapat Stratafikasi Sosial


Di dalam masyarakat akan terbentuk golongan tertentu, baik
berdasarkan tugas dan tanggungjawab, maupun religiusitasnya. Dalam
hal ini stratafikasi dilakukan dengan menempatkan individu pada
posisi tertentu sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.

2.5 PENGANGGURAN

Definisi pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi


waktu tertentu, yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti
mendapatkan upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam
arti mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut. Selain definisi di atas
ma sih banyak istilah arti definisi pengangguran diantaranya :
- Menurut Sadono Sukirno, pengangguran adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Menurut Payman J.
Simanjuntak, pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia
angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
- Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan
tenaga kerja, pengangguran adalah orang yang tidak mampu
mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dapat
dan mampu melakukan kerja.
- Definisi pengangguran menurut Menakertrans, pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan
suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan.
Tidak hanya di Indonesia tingkat pengangguran yang tinggi telah menjadi ciri
tenaga kerja Eropa pasar selama bertahun-tahun, meskipun prioritas tinggi yang
melekat pada masalah oleh Komisi Eropa dan pemerintah nasional dan meskipun
banyak nasihat kebijakan yang tersedia. Salah satu bagian dari kebijakan saran yang
muncul untuk perintah dukungan universal reformasi sistem pajak kerja, dengan
tujuan untuk mengurangi beban pajak pada pengusaha. Misalnya, White Paper
Komisi Eropa Pertumbuhan, Daya Saing, Pekerjaan, menyarankan pemerintah
untuk “mengatur sendiri target mengurangi biaya tenaga kerja non-upah oleh
berjumlah setara dengan 1% sampai 2 % dari PDB”, “dalam rangka untuk
membantu menjaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru tanpa mengurangi
tingkat upah".

2.6 SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah
sebagai berikut :
a. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja.
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar
daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang
terjadi.
b. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang.
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik
tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar
daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi.
Alasannya, belum te ntu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang
dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan
sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
c. Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh
struktur angkatan kerja indonesia.
d. Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari
kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan
sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja
dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
2.7 DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP
PEREKONOMIAN
Untuk mengetahui dampak pengangguran terhadap perekonomian kita
perlu mengelompokkan pengaruh pengangguran terhadap dua aspek ekonomi, yaitu :
a. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian Suatu Negara.
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada
dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan
ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal
ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini : Pengangguran bisa
menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran
yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa
menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan
lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya).
Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih
rendah. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang
berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena
pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian
menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun.
Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah
juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya
pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang
sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang.
Keadaan demikian tidak merangsang kalangan investor (pengusaha) untuk
melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
b. Dampak Pengangguran Terhadap Individu Yang Mengalaminya Dan
Masyarakat.
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap
individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya :
a) Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian.
b) Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan.
c) Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial
politik.
BAB III
PEMBAHASAAN

Kesejahteraan sosial merupakan tanggungjawab negara. Negara semestinya menjamin


tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Masyarakat yang sejahtera akan membantu
pembangunan negara yang ada. Pembangunan yang terus menerus akan membuat negara
menjadi maju. Namun, di Indonesia saat ini banyak hambatan untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera. Masalah ini dimulai dari pengangguran yang meningkat. Dari data BPS masih
ada tujuh juta orang menganggur di Indonesia. Pengangguran berkaitan dengan ketersediaan
lapangan kerja dan mengakibatkan kemiskinan.
Masalah ketersedian lapangan kerja di Indonesia sekarang ini cukup memprihatinkan.
Ditandai dengan tingkat pengangguran yang besar dan pendapatan yang rendah.
Pengangguran menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber kemiskinan, dan dapat
mendorong keresahan sosial dan kriminal serta penghambatan pembangunan dalam jangka
panjang. Pengangguran memiliki dampak yang buruk diantaranya berkurangnya pendapatan
masyarakat yang akhirnya mengurangi tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan yang rendah
akan meningkatkan peluang untuk terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
pendapatan. Jika pengangguran tidak diatasi maka akan timbul keresahan sosial yang
mempunyai dampak buruk pada masyarakat dan pembangunan ekonomi. Dengan demikian
berarti tingginya pengangguran akan berdampak pada peningkatan kemiskinan di Indonesia.
Pengangguran dan kemiskinan memiliki hubungan yang sangat erat dalam masyarakat
hingga saat ini. Tingkat pengangguran yang tinggi menjadi masalah dalam kesejahteraan
sosial. Kesejahteraan sosial yang rendah menjadi penyebab pembangunan negara terhambat.
Negara dan masyarakat harus berkerja sama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kebijakan pemerintah seharusnya bisa menjadi solusi dari masalah tersebut.
Masalah pengangguran bukan hanya masalah pemerintah, namun juga masalah bersama yang
harus di atasi secara bersama-sama juga.
Fenomena yang terjadi saat ini masyarakat yang seharusnya menjadi subjek
pembangunan tetapi menjadi objek dari pembangunan oleh negara. Ini menjadi sebuah
perilaku buruk dari birokrasi pemerintah. Kekayaan negara yang harusnya digunakan untuk
kesejahteraan masyarakat, dijual melalui program privatisasi. Sistem ekonomi di Indonesia
yang condong ke ekonomi kapitalistik yang melahirkan pola distribusi kekayaan tidak adil.
Distribusi menjadi sangat buruk karena sistem dan kebijakan yang diambil tidak tepat. Kaum
orang kaya dengan jumlah modal yang dimilikinya mampu menambah kekayaannya, dan
mereka mampu mempengaruhi para pengambil kebijakan, sehingga sebagai besar produk
kebijakan yang diambil mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan usahanya untuk
menumpuk kekayaan yang dimilikinya.Kebijakan dari negara mengakibatkan adanya
kelompok masyarakat yang terjebak dalam kemiskinan (poverty trap), deprivasi (social
deprivation), isolasi, ketidakberdayaan dan ketiadaan akses kepada sumber daya alam. sarana
dan prasarana sosial ekonomi dan kesenjangan.
Masalah kesejahteraan sosial berkaitan juga dengan taraf pendidikan. Taraf
pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan
menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah
juga membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan peluang. Pendidikan
merupakan hak dasar yang harus diprioritaskan. Dipenuhinya hak tersebut akan memberi
landasan yang kuat bagi peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia. Melalui
pendidikan orang akan mampu untuk memikirkan dan berusaha untuk meningkatkan taraf
hidupnya. Disamping itu, sudah menjadi kodrat manusia bahwa dirinya ingin mendapatkan
sarana dan fasilitas yang akan mempermudah untuk mencapai tujuan, sehingga
perkembangan teknologi untuk kemudahan-kemudahan manusia ini merupakan hasil pikir
dalam suatu sistem budaya, yang kebanyakan ditentukan oleh pendidikan. ( Khairuddin,
2010)
Pendidikan menjadi barang mewah yang sulit dijangkau masyakarat luas, khususnya
warga kurang mampu. Hal ini meningkatkan angka putus sekolah pada masyarakat miskin
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan angka pengangguran, anak jalanan, pekerja
anak, dan kriminalitas. Dalam jangka panjang lemahnya investasi sosial di bidang pendidikan
akan memperburuk keberdayaan masyarakat dan menghambat pembangunan kualitas sumber
daya manusia.
Padahal bila dikaji lebih dalam UUD 1945, ada dua sisi yang harus menjadi titik berat
perhatian bangsa Indonesia. Pertama, setiap individu berhak mendapatkan pendidikan yang
layak. Kedua, negaar wajib menyukseskan bidang pendidikan melalui tanggung jawab
pembiyaan pendidikan.
Tingkat pengangguran yang tinggi akan menimbulkan masalah pada bidang ekonomi,
bidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Manusia atau angkatan kerja
merupakan salah satu faktor produksi, sehingga apabila timbul penganguran pada suatu
masyarakat berarti alokasi sumber daya dan produksi nasional relatif kurang optimal.
Tingginya tingkat pengangguran usia muda menjadi perhatian khusus, karena usia muda
merupakan transisi dari sekolah dan bekerja. Selain itu, usia muda merupakan tingkat usia
yang paling rentan terhadap kemiskinan yang disebabkan karena tiga hal. Pertama, rumah
tangga miskin mempunyai jumlah tanggungan (orang muda yang masih dalam tanggungan)
besar, khususnya di daerah perdesaan. Kedua, kemiskinan seringkali diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Banyak pemuda yang berasal dari keluarga miskin sehingga
terpaksa bekerja di usia yang sangat muda untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biasanya
mendapatkan pekerjaan yang tidak tetap dengan upah rendah. Ketiga, kaum muda merupakan
masa transisi ke arah mandiri, mereka pada umumnya menemukan kesulitan mendapatkan
pekerjaan produktif karena kurangnya pengetahuan dan integrasi dalam pasar kerja.
Upaya dari pemerintah dalam menangani masalah kesejahteraan masyarakat sudah
tersedia. tergantung dari masyarakat mau terlibat apa tidak didalamnya. Ketidakmampuan
masyarakat dalam mengidentifikasi masalah-masalah pembangunan disebabkan oleh sikap
acuh tak acuh (apatis) masyarakat yang memandang pembangunan adalah tugas pemerintah
bukan tugas mereka (masyarakat) bersama-sama dengan pemerintah. Cara pandang inilah
yang kemudian membuat masyarakat tidak merasa sebagai subyek pembangunan, sehingga
masalah-masalah yang harusnya mampu diidentifikasi oleh masyarakat dan kemudian
dicarikan solusinya bersama pemerintah bukanlah hal yang penting bagi masyarakat.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro dalam
wawancara yang dilakukan kompas.com mengatakan ada beberapa langkah yang strategis
yang didorong pemerintah untuk penciptaan kesempatan kerja. Pertama, mendorong investasi
dan ekspor untuk menciptakan lapangan kerja. Selain itu pemerintah mencanangkan program
padat karya untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan tujuan dapat meningkatkan
kesempatan berusaha. Selain itu, pemerintah telah mempercepat peningkatan keahlian tenaga
kerja.
Kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah kesejahteraan harus
ditingkatkan dengan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Sebagai contoh masyarakat
tidak mampu menemukan solusi dari masalah rendahnya harga hasil panen mereka, baik hasil
tani maupun hasil laut. Padahal rendahnya harga hasil panen ini bisa disiasati dengan
mengolahnya agar menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu program
Teknologi Tepat Guna (TTG) yang ditawarkan pemerintah tidak dapat dimanfaatkan secara
baik oleh masyarakat, padahal program ini adalah bentuk antisipasi pemerintah dalam
mengatasi permasalahan masyarakat khususnya masalah pengolahan hasil panen agar
memiliki nilai jual tinggi.
Selain itu, upaya peningkatan pendidikan menjadi solusi yang penting. Mutu
pendidikan yang bagus maka akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas bagus.
Pendidikan dapat dilakukan untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang potensial.
Semakin tinggi mutu pendidikan maka negara akan semakin maju juga.
Pendidikan perlu ditingkatkan bukannya hanya pendidikan formal tetapi pendidikan
informal juga. Pendidikan yang perlu ditingkatkan adalah soft skill . Karena saat ini banyak
penangguran yang berasal dari pendidikan yang tinggi, namun tidak siap masuk kedunia kerja
disebabkan ketidaksiapan mereka untuk terjun langsung kedunia kerja tanpa bekal soft skill.
Soft skill bisa diasah melalui mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki. Minat dan
bakat disalurkan kewadah yang tepat. Minat bakat yang diasah terus menerus akan
menghasilkan sebuah karya yang pastinya akan memiliki nilai jual. Seperti seseorang yang
memiliki hobi memotret. Dia bisa mengembangkan bakatnya tersebut dengan mengikuti
program ataupun pelatihan tentang memotret. Semakin terasah kemampuannya maka dia
akan bisa menjadi seorang fotografer.
Upaya yang dapat dilakukan selain dari pendidikan adalah dengan meningkatkan jiwa
kewirausahaan. Dengan memiliki jiwa kewirausahaan akan membuat setiap orang mampu
mendirikan usaha sendiri sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan akan
mengurangi tingkat pengangguran. Jiwa kewirausahaan dapat diasah sejak dini, dimulai dari
sekolah dengan menanamkan sikap kewirausahaan dan ilmu serta wawasan kewirausahaan.
Ada upaya lain yang bisa dilakukan yaitu dengan menyelenggarakan bursa tenaga
kerja atau job fair. Bursa tenaga kerja ini akan mempertemukan antara pemberi dan penerima
pencari kerja. Dengan melakukan ini, pencari pekerja tidak akan kesulitan lagi dalam
mendapatkan informasi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan potensinya. Adanya bursa
kerja ini dapat memberikan jumlah lapangan kerja untuk banyak orang. Hal ini sangat mampu
mengatasi segala permasalahan megenai pengangguran.
Sumber masalah dari kesejahteraan sosial sebenarnya bukannya hanya dari
pemerintah saja namun masyarakatnya juga bisa menjadi sumber masalahnya. Sumber
masalah dari pemerintah seperti banyaknya oknum pemerintah yang melakukan korupsi.
Sedangkan dari masyarakat itu sendiri seperti memilih untuk bekerja dibandingkan
menempuh pendidikan. Padahal dengan meningkatkan mutu pendidikan, ilmu pengetahuan
yang didapatkan akan semakin tinggi dan keterampilan juga bisa terasah. Oleh karena itu,
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan negara dan masyarakatnya adalah
dengan saling bekerja sama antara pemerintah dan masyarakatnya. Pemerintah menyediakan
fasilitas dalam meningkatkan kesejehteraan seperti membuat program pelatihan soft skill dan
masyarakat memanfaatkan fasilitas tersebut sehingga masalah kesejahteraan sosial bisa
teratasi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kesejahteraan sosial merupakan hak bagi setiap warga negara yang sudah di
atur dalam Undang-Undang. Namun, kesejahteraan di Indonesia saat ini masih belum
merata, dikarenakan adanya kesenjangan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Kesenjangan ini disebabkan oleh banyaknya pengangguran, kemiskinan, dan tingkat
pendidikan yang rendah. Pengangguran ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan
lapangan kerja dan banyaknya lulusan yang memiliki pendidikan tinggi namun
kurangnya soft skill yang mempuni. Kemiskinan disebabkan oleh taraf hidup yang
rendah dan tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah ini
disebabkan karena pendidikan masih dianggap barang mewah. Tidak semua orang
bisa merasakan pendidikan yang layak.

Kebijakan dari pemerintah yang kurang tegas juga menjadi penyebab


kesejahteraan sosial di Indonesia tidak merata. Seperti banyaknya kasus korupsi yang
terjadi di Indonesia menjadi salah satu penyebabnya. Mudahnya kebijakan yang dibeli
oleh orang-orang kaya menjadi bagian dari penyebab kebijakan pemerintah tidak
tegas. Masalah kesejahteraan sosial seharusnya menjadi masalah yang harus diatasi
secara bersama-sama. Pemerintah dan masyarakat harus saling bekerja sama dalam
mengatasi masalah kesejahteraan sosial.

4.2 SARAN

Sebagai mahasiswa untuk mengurangi masalah kesejahteraan sosial ini bisa


dilakukan dengan meningkat soft skill agar kita siap terjun kedalam dunia kerja yang
akan meningkatkan pembangunan nasional dan mengurangi masalah pengangguran.
Sehingga masalah kesejahteraan sosial di Indonesia bisa teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Mukhtar, Ilmu-ilmu Kenegaraan, Bandung: Alumni, 1971.

Al-Mawardi, Al-Ahkaamus Sulthaniyah wal-Wilaayaatuddiiniyyah, diterjemahkan oleh

Abdul Hayyie al-Khattani, Kamaluddin Nurdin dengan Judul Hukum Tata Negara
dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, Jakarata: Gema Insani Press, 2000.

Al-Maududi, Abu A’la, The Islamic Law and Constitution, diterjemahkan oleh Asep.

Diponalo, G.S., Ilmu Negara, jilid 1, Jakarta: Balai Pustaka, 1975.

Hasbiyah, Sitti. 2014. Penguatan Ekonomi Dalam Mengatasi Pengangguran Di Kota

Makassar. Jurnal Economix. Vol. 2 No.1.

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, Cet. 1, Jakarta:

Rader Jaya Pratama, 2001.

Ivar, Mac, Negara Modern, Jakarta: Aksara Baru, 1984.

Khairuddin, H. 2000. Pembangunan Masyarakat: Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan


Perencanaan. Yogyakarta: Liberty.
Kompas.com 12 September 2018, Ini Jurus Pemerintah Agar Pengangguran Turun Pada
2019.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/12/070600926/ini-jurus-pemerintah-agar-
pengangguran-turun-pada-2019 (Diakses 24 April 2019).

Kusnadi, Moh. dan Bintang Saragi, Ilmu Negara, Jakarta: Perintis Press, 1985.

Liputan6.com 25 Maret 2019, Ini 6 Cara Mengatasi Pengaangguran, Dari Pendidikan Hingga
Transmigrasi.https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/12/070600926/ini-jurus-
pemerintah-agar-pengangguran-turun-pada-2019 (Diakses 24 April 2019).

Nur, Deliar, Pemikiran Politik di Negara Barat, Jakarta: Rajawali Press, 1982.

Maxmanroe. (2019, 5 Januari). Pengertian Masyarakat : Ciri-Ciri, Unsur, dan Macam-

Macam Masyarakat. Dari https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-


masyarakat.html. (Diakses 19 April 2019).

Mulyadi, Mohammad. 2016. Peran Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran dan


Kemiskinan dalam Masyarakat. Kajian Vol.21 No 3. Hal 221-236.
Rosni. 2012. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Desa Dahari Selebar
Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Jurnal Geografi. 2549-7057.
Samsuddin, Din, “Usaha Pencarian Konsep Negara dalam Sejarah Pemikiran Politik Islam”.
Ulumul Qur’an, No. 2,Vol. IV, Tahun 1993.
Suhino, Ilmu Negara, Jogyakarta: Liberty, 1980.
Sumodiningrat, Gunawan. 2003. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia: Agenda
Kini dan ke Depan. Jakarta: Komite Penanggulangan Kemiskinan.
Soetomo, Ilmu Negara, di dalamnya mengutip pendapat John Locke dan Muntesquieu,
Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Usman. (2015). Negara Dan Fungsinya. Jurnal Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan. Vol 4

No 1.

Anda mungkin juga menyukai