Anda di halaman 1dari 9

33

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Tn. M, usia 61 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kanan. Nyeri
dirasakan sejak ± 1 hari yang lalu, sebelumnya pasien mengalami
kecelakaan yaitu diserempet oleh sepeda motor. Pasien juga mengeluhkan
susah bernafas. Dan dada terasa bertambah nyeri saat bernafas.

4.2 Pemeriksaan fisik


1. Keadaan Umum
Sakit sedang, status gizi kesan cukup

2. Kesadaran
Compos mentis, GCS 456

3. Tanda Vital
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 83 x/menit, reguler, isi cukup
Pernafasan (RR) : 18 x/menit
Suhu (Tax) : 37,6 oC

4. Thorax
a. Cor :
I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis kuat angkat
P : batas kiri atas : SIC II lateral Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas : SIC II Para Sternalis Dextra
batas kiri bawah : SIC V Medial Linea Midclavicula Sinistra
batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
batas jantung kesan tidak melebar
A : BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
34

b. Pulmo :
I : pengembangan dada kanan tertinggal dibandingkan dengan
kiri, jejas (-)
P : krepitasi subkutan pada dada kanan sampai punggung kanan
P : batas redup-pekak ICS 4 dextra
A : suara dasar vesikuler, suara nafas menjauh pada sisi kanan

+ +
+ +
+ +
Ronchi

- -
- -
- -
Wheezing
- -
- -
- -

5. Abdomen
Inspeksi : flat, , jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani diseluruh lapang perut

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Foto Thorax
35

Laboratorium

Darah Lengkap
Leukosit 12.0 x 10^3/µL 3.8-10.6
 Lym 12.9 % 20-40
 Mix 7.6 % 0.8-10.8

 Neu 79.6 73.7-89.7

Eritrosit 4.32 x 10^6/µL 4.4-5.9

 MCV 88.2 fl 80-100


30.3 pg 26-34
 MCH
34.4 g/dL 32-36
 MCHC
13.1 g/dL 13.2-18
Hemoglobin
38.1 % 40-52
Hematokrit
253 x 10^3/µL 150-440
Trombosit
Kimia Klinik
BUN 11.77 mg/dL 8-25
Creatinin Serum 0.68 mg/dL 0.6-1.4
SGOT 23.6 U/L <50
SGPT 13.6 U/L <50

4.4 Diagnosis
Hematopneumothorax Dextra + Multiple Fracture Costae 7,8,9

Penegakan Diagnosis
Pneumotoraks adalah kondisi dimana terdapat udara bebas dalam
rongga pleura. Insiden pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya
banyak yang tidak diketahui. Umumnya pria lebih banyak dari wanita.
Terdapat 2 jenis pneumotoraks, yaitu:17
1. Pneumotoraks spontan primer adalah pneumotoraks yang terjadi
tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya ataupun trauma, dan dapat
terjadi pada individu yang sehat. Terutama lebih sering pada laki,
tinggi dan kurus, dan perokok.
36

2. Pneumotoraks spontan sekunder adalah pneumotoraks yang terjadi


pada penderita yang memiliki riwayat penyakit paru sebelumnya
seperti PPOK, TB paru dan lain-lain.
Pneumotoraks dapat menimbulkan keluhan atau tidak. Keluhan yang
dapat timbul adalah sesak napas, yang dapat disertai nyeri dada pada sisi yang
sakit. Nyeri dada tajam, timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
menarik napas dalam atau terbatuk. Keluhan timbul mendadak ketika tidak
sedang aktivitas. Beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan gejala
pneumothorax diantaranya adanya Infeksi (tuberkulosis dan pneumonia),
trauma, dan merokok. 17
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan beberapa keadaan seperti; 17
1. Hiperkapnia
2. Hipotensi
3. Takikardi
4. Perubahan status mental
5. Pemeriksaan fisik paru :
a. Inspeksi paru, tampak sisi yang sakit lebih menonjol dan
tertinggal pada pernapasan
b. Palpasi paru, suara fremitus menurun di sisi yang sakit
c. Perkusi paru, ditemukan suara hipersonor dan pergeseran
mediastinum ke arah yang sehat
d. Auskultasi paru, didapatkan suara napas yang melemah dan
jauh
Sedangkan pada pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis
dapat dilakukan foto toraks. Dan pada hasil foto thorax didapatkan garis
penguncupan paru yang sangat halus (pleural line), dan gambaran
avaskuler di sisi yang sakit. Bila disertai darah atau cairan
lainnya, akan tampak garis mendatar yang merupakan batas udara dan
cairan (air fluid level). 17
Diagnosis klinis pneumothorax ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan untuk diagnosis definitif dengan pemeriksaan
penunjang.
37

Pada pasien ini keluhan yang timbul adalah susah bernapas dan
disertai nyeri dada pada sisi yang sakit, yaitu dada kanan. Nyeri dada
dirasakan tajam dan timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
menarik napas dalam atau terbatuk.
Pada pemeriksaan fisik paru yang dilakukan didapatkan beberapa
hasil yang mendukung penegakan diagnosis pneumothorax dan
hemothorax. Pada inspeksi paru, tampak sisi yang sakit tertinggal pada
saat bernafas. Pada palpasi dan perkusi paru, krepitasi dan fremitus
menurun di sisi kanan serta didapatkan suara hipersonor. batas redup pada
ICS 4 dextra. Sedangkan pada auskultasi paru, didapatkan suara napas
vesikuler menurun.
Dan pada hasil foto thorax didapatkan garis penguncupan paru yang
sangat halus (pleural line) akibat akumulasi udara pada bagian apex paru.
Dan didapatkan air fluid level, yang merupakan batas udara dan cairan dan
sudut costophrenicus menjadi tumpul.

Multiple Fracture Costae juga ditemukan pada gambaran foto thorax


pasien ini, yaitu pada costae 7,8,9 dextra. Fraktur tulang rusuk dapat
menyebabkan sejumlah komplikasi pada paru-paru. Komplikasi tersubut
meliputi laserasi paru, pneumotoraks, emfisema, perdarahan intrapulmonal
dan intrapleural, pleuritis, pneumonia, abses paru, empiema, dan emboli
udara. Apabila trauma yang menyebabkan patah tulang rusuk merobek
38

pembuluh darah intercostal atau pembuluh darah mammae internal dapat


mengakibatkan akumulasi darah menuju rongga pleura (hemothorax).18
Beberapa komplikasi perlu diperhatikan apabila diagnosis
pneumothorax telah ditegakkan seperti kegagalan respirasi, kegagalan
sirkulasi, bahkan kematian. Untuk menilai apakah telah terjadi gagal napas
perlu menilai saturasi oksigen.

4.5 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks dan hemothorax
adalah untuk mengeluarkan udara dan darah dari rongga pleura, sehingga
paru-paru dapat mengembang. Pada pasien ini pemberian oksigen
dilakukan untuk mencegah keadaan hipoksia. Dilakukan pemasangan IV
line dengan cairan kristaloid untuk mencegah kegagalan sirkulasi, pada
pasien ini cairan yang digunakan yaitu ringer laktat. Selanjutnya Untuk
evakuasi cairan dan udara dalam rongga pleura, dilakukan pemasangan
Water Shield Drainage (WSD).
39

Obat Injeksi yang diberikan pada pasien adalah antibiotik


ceftriaxone 2 x 1g, sebagai antibiotik untuk mgendalikan infeksi yang
menyebabkan leukositosis. Dan pemberian analgesik adekuat untuk
menajemen nyeri akibat multiple fraktur costae sepeti ketorolac 3 x 10mg.
40

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki, berusia 61 tahun dengan
diagnosis Hematopneumothorax Dextra + Multiple Fracture Costae 7,8,9, yang
datang ke IRD RSUD Blambangan, Banyuwangi pada 24 Juli 2017. Pasien datang
dengan keluhan nyeri dada kanan. Nyeri dirasakan sejak ± 1 hari yang lalu,
sebelumnya pasien mengalami kecelakaan yaitu diserempet oleh sepeda motor.
Pasien juga mengeluhkan susah bernafas. Dan dada terasa bertambah nyeri saat
bernafas. Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang menunjukkan adanya
tanda dan gejala pneumothorax.
Keluhan yang timbul adalah sesak napas, yang dapat disertai nyeri dada pada
sisi yang sakit. Nyeri dada tajam, timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
menarik napas dalam atau terbatuk. Keluhan timbul mendadak ketika tidak sedang
aktivitas. Pada pemeriksaan fisik paru tampak sisi yang sakit lebih menonjol dan
tertinggal pada pernapasan. Pada perkusi paru, didapatkan suara hipersonor dan
auskultasi paru, didapatkan suara napas yang melemah dan jauh.
41

17. Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Layanan Kesehatan Primer.
18. Marc Eckstein and Sean O. Henderson. 2017.Rosen's Emergency
Medicine: Concepts and Clinical Practice Chapter 45: Thoracic Trauma.
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai