Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI

MEMAKSIMUMKAN LABA

DOSEN PENGAMPU : Dra. Refnida, M.E.

Disusun Oleh:

1. Diana Ertika Wati (A1A119063)


2. Eka Theresia Sihotang (A1A119045)
3. Lenny Yanti (A1A119044)
4. Rolita Paska Ria Siregar (A1A119050)
5. Titania Noviana (A1A119074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul
“Memaksimumkan Laba”.Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat sebagai media
sumber informasi dan pengetahuan.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi,
teman-teman dan semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan dalam bentuk
moril maupun materil dalam proses penyusunan makalah ini, sehinnga makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini.
Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada
kami agar di kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Sekian dan terima kasih.

Jambi, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Memaksimumkan Laba................................................................................................. 3

2.2 Tujuan Memaksimumkan Laba......................................................................................................... 4

2.3 Pendekatan Totalitas (Totality Approach).................................................................................... 5

2.4 Pendekatan Rata-rata (Average Approach).................................................................................. 8

2.5 Pendekatan Marjinal (Marginal Approach)................................................................................10

BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................. 15

3.2 Saran.......................................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara teoritis laba adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh
perusahaan. Makin besar resiko, laba yang diperoleh harus semakin besar. Laba atau
keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang
dikeluarkan oleh perusahaan.

Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan


perusahaan adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada
tingkat dimana keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”. Berdasarkan
kepada pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang
bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya. Dalam praktek
pemaksimuman laba/keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan dalam perusahaan. Ada
sebagian perusahaan yang lebih mengambil keuntungan dengan menekan penjualannya
(hasil produksi), ada pula yang memasukkan unsur politik didalam penentuan tingkat
produksi yang akan tercapai. Jadi, setiap perusahaan memiliki kriteria tersendiri dalam
memaksimumkan laba yang akan diperolehnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian memaksimumkan laba?


2. Apa tujuan dari memaksimumkan laba?
3. Bagaimana pendekatan totalitas dalam penghitungan laba maksimum?
4. Bagaimana pendekatanrata-rata dalam penghitungan laba maksimum?
5. Bagaimana pendekatan marjinal dalam penghitungan laba maksimum?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi

2. Untuk mengetahui apa itu memaksimumkan laba

3. Agar dapat mengetahui tujuan dari memaksimumkan laba

4. Agar dapat mengetahui pendekatan penghitungan laba maksimum, yaitu :

 Pendekatan totalitas (totality approach)


 Pendekatan rata-rata (average approach)
 Pendekatan marjinal (marginal approach)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Memaksimumkan Laba

Pengertian Laba atau Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu pengusaha
dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien mungkin dengan
tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo keuntungan (laba) adalah
selisih antara total pendapatan dengan total biaya, yang merupakan insentif bagi produsen
untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk
mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Laba adalah kenaikan modal
(aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi
dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai
badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau
investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55). Pengertian laba secara umum adalah selisih dari
pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu tertentu. Laba sering digunakan
sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta
pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444). Laba atau rugi sering
dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar
ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi
bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-
unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda
antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

Laba atau profit dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan
kekayaan seseorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-
biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk didalamnya, biaya
kesempatan). Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya
total (TC), Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR
dengan TC mencapai angka terbesar. Secara sistematis laba dapat dirumuskan π=TR-TC,

3
perusahaan dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila selisihnya bernilai positif
(π>0) dimana TR harus lebih besar dari pada TC (TR-TC).

2.2 Tujuan Memaksimumkan Laba

Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahaan


adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat dimana
keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”. Berdasarkan kepada pemisalan
ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang bagaimana perusahaan
akan menjalankan kegiatan usahanya. Dalam praktek, pemaksimuman keuntungan
bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan. Ada perusahaan yang menekan kepada volume
penjualan dan ada pula yang memasukkan pertimbangan politik dalam menentukan
tingkat produksi yang akan di capai. Ada pula perusahaan yang lebih menekankan kepada
usaha untuk mengabdi kepentingan masyarakat dan kurang mementingkan tujuan untuk
mencari keuntungan yang maksimum. Memang beberapa tujuan yang di temui dalam
praktek tersebut memberikan dalam menganalisis kegiatan perusahaan.

Tetapi, di samping menyadari kenyataan tersebut, juga di ingat bahwa pada


sebagian besar perusahaan, Intinya tujuan terpenting adalah memaksimumkan
keuntungan telah terbukti bahwa yang telah diberikan kepada masyarakat telah
memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya yaitu untuk
memaksimalkan laba. Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi
perusahaan, sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang
pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan.

Dengan menghasilkan laba, perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan


perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain karena laba tersebut
dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan
pertumbuhannya. Seperti halnya industri lain, tiap industri juga bertujuan untuk
memperoleh laba guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Laba yang dihasilkan

4
tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain jumlah hasil produksinya, modal, dan total
upah tenaga kerja..

2.3 Pendekatan Totalitas (Totality Approach)

Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC).
Pendapatan total adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan harga
output perunit. Jika harga jual perunit output adalah P, maka TR = P.Q. pada saat
membahas teori biaya, kita telah mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan
biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC+VC. Dalam pendekatan
totalitas, biaya variabel perunit output di anggap konstan, sehingga biaya variabel adalah
jumlah unit output (Q) dikalikan biaya variabel perunit. Jika biaya variabel perunit adalah
v, maka VC = v.Q.

Dengan demikian,

π = PQ – ( FC + vQ )........................................................................................................................ (7.2)

Persamaan (7.2) dapat dipresentasikan dalam bentuk diagram. Dalam diagram tersebut
kita melihat bahwa pada awalnya perusahaan mengalami kerugian, terlihat dari kurva TR
yang masih di bawah TC. Tetapi jika output ditambah, kerugian makin kecil, terlihat dari
makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva TC. Pada saat jumlah output mencapai Q*,
kurva TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya pendapatan total sama dengan biaya
total. Titik perpotongan ini disebut titik impas (break event point, disingkat BEP). Setelah
titik BEP, perusahaan terus mengalami laba yang makin membesar, dilihat dari posisi
kurva TR yang di atas kurva TC.

Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi


penjualan maksimum (maximum selling). Sebab makin besar penjualan makin besar laba
yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung
berapa unit output harus diproduksi (Q*) untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya
Q* dibandingkan dengan potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka untuk

5
mencapai BEP perusahaan harus menjangkau 80% potensi permintaan efektif. Makin kecil
Q* dan atau makin kecil persentase Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap
makin baik, sebab risiko yang ditanggung perusahaan makin kecil.

Kurva TR dan TC

(Pendekatan Totalitas)

Cara menghitung Q* dapat diturunkan dari Persamaan (7.2).

π = P.Q* - ( FC + v.Q*).................................................................................................................... (7.3)

Titik impas tercapai pada saat π sama dengan nol.

0 = P.Q*- FC - v.Q*

= P.Q* - v.Q* - FC

= (P-v).Q* - FC

FC
Q* = ..................................................................................................................................... (7.4)
(P−V )

6
Contoh Kasus:

Emilia adalah seorang dosen di kota Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang
kreatif, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan menjual jajanan anak-
anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri. Produknya dipasarkan ke beberapa
sekolah dasar yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Jumlah permintaan potensial (dilihat
dari jumlah murid yang diberi uang jajan) adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan
rencananya, dia harus membeli alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5
juta. Biaya produksi per biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.

Apakah rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita dapat


menggunakan rumus dalam Persamaan (7.4).

Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap (FC),
karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per unit (v) adalah
Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00 Untuk mencapai titik impas,
jumlah output (permen coklat) yang harus terjual (Q*) adalah:

Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen.

Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji. Apakah
target ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika dia bersikap
pesimis, misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari permintaan potensial yang
terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual 100 permen. Sehingga 20.000 biji
permen akan terjual dalam waktu 200 hari. Tetapi bila dia yakin minimal 50% potensi
pasar terjangkau atau 500 biji permen coklat per hari, 20.000 biji permen akan terjual
hanya dalam waktu 40 hari. Setelah 20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi
keuntungan Rp250,00 per biji, karena itu makin banyak permen yang dapat dijual, makin
besar laba yang diperoleh.

Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena memang


mudah dan sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:

7
a) Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya
listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya variabel);
ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang pegawai dalam
perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk kegiatan
administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya variabel).

b) Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang


menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis lurus
(lihat kembali Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila
usaha yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).

2.4 Pendekatan Rata-rata (Average Approach)

Dalam pendekatan ini, perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan
antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P). Laba total adalah laba
per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual.

π= (P - AC).Q........................................................................................................................... (7.5)

Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih
tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sama
dengan AC.

Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P


dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi.
Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual
sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba (π) makin besar.

Contoh Kasus:

PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli
di lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar diperkirakan

8
menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi
seperti di bawah ini:

a. Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.

b. Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja:
Rp1.000.000,00 per hektar.

c. Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.

Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada musim


tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam?

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per
kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah diketahui hanya biaya
panen per kg, kita harus menghitung biaya rata-rata : kilogram persiapan lahan dan
penanaman. Dari data-data di atas diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan
perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton
singkong, maka biaya rata-rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per
kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00 sama
dengan Rp70,00.

Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram, maka

π = (P - AC ).Q........................................................................................................................ (7.6)

1.000.000.000 = (150 - 70).Q

Q = (1.000.000.000: 80) kg

= 12.500.000 kg

= 12.500 ton

Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rp 1 miliar adalah 12.500 ton.
Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500
hektar.

9
Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan rata-rata juga banyak dipakai
karena sederhana. Namun pendekatan ini pun mengabaikan gejala penurunan
pertambahan hasil (LDR). Contoh di atas, menunjukkan bahwa perhitungan AC
berdasarkan skala produksi satu hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar antara
memproduksi satu hektar dengan 500 hektar. Pada skala produksi satu hektar atau
barangkali sampai sepuluh hektar, perusahaan tidak mengalami masalah-masalah berarti
dikaitkan dengan kebutuhan SDM, teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti
kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola dengan teknologi
sederhana dan pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga.

Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah harus
menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur dan tenaga keuangan
yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran rupiah. Jika perusahaan
harus menggunakan kredit sebagai sumber pendanaan, maka organisasi perusahaan harus
bersifat formal. Dengan kata lain jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan
makin banyak dan meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC
yang akurat seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada
skala produksi 500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala produksi satu
hektar. Jika perusahaan menikmati skala produksi ekonomis (economies of scale), maka
biaya rata-rata ( AC ) akan lebih kecil dari Rp70,00 per kg (AC pada skala produksi satu
hektar). Begitu juga sebaliknya.

2.5 Pendekatan Marjinal (Marginal Approach)


Dalam Pendekatan Marjinal, perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan
biaya marjinal (MC) dan pendapatan marjinal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada
saat MR = MC. Kondisi tersebut bisa dijelaskan secara matematis, grafis dan verbal.

a.     Penjelasan Secara Matematis

π = TR – TC........................................................................................................................................ (7.7)

10
Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi  π (𝜕π/𝜕Q) sama dengan nol
dan nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (𝜕TR/𝜕Q atau MR)  dikurangi nilai
turunan pertama TC (𝜕TC/𝜕Q atau MC) .
∂π ∂TR ∂TC
= - =0
∂Q ∂Q ∂Q
= MR – MC = 0
MR = MC

πmaksimum atau kerugian minimum


                                   
Denga demikian, perushaan akan memperoleh laba maksimum (atau kerugian
minimum) bila ia berproduksi pada tingkat output di mana MR = MC.
Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum. Analisis
ini mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan marginal yakni tambahan keuntungan
total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk mencari jumlah output yang
menghasilkan keuntungan maksimum dapat digunakan patokan sebagai berikut “Jika
keuntungan marginal masih positif dengan menambah satu unit output maka output harus
ditambah dan apabila keuntungan marginal negative dengan menambah satu unit output
maka output harus dikurangi sampai keuntungan atau laba marginal= 0. Dalam pendekatan
marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan biaya marginal (MC) dan
pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR=MC. Suatu
perusahaan akan menambah keuntungannya apabila menambah produksinya pada saat
MR>MC yaitu hasil penjualan marginal (MR) melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan
ini pertambahan produksi dan penjualan akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan
sebaliknya, yaitu apabila MR<MC, mengurangi produksi dan penjualan akan mmenambah
untung. Maka keuntungan maksimum di capai dengan keadaan di mana MR=MC berlaku.
sehingga π=TR-TC.

b.      Penjelasan Secara Grafis

11
Di pembahasan teori biaya produksi, kita telah mengonstruksi kurva biaya total
(TC) yang bentuknya kurva seperti huruf S terbalik. Kurva pendapatan total (TR) diperoleh
dengan cara mengalihkan kurva produksi total (TP) dengan harga jual output per unit (P).
Pada pembahasan teori produksi, telah diketahui bahwa kurva TP berbentuk huruf S.
Karena kurva TR diperoleh dengan cara mengalikan kurva TP dengan sebuah bilangan
sebesar nilai P, maka kurva TR juga berbentuk huruf S. Kurva TR dikurangi kurva TC
menghasilkan kurva laba (π) seperti tampak pada Diagram berikut ini.

Kurva TR, TC dan Laba


(Pendekatan Marjinal)
TR–TC = π maks

Pada Kurva Diagram diatas kita melihat bahwa tingkat output yang memberikan
laba adalah interval Q₁ - Q₅. Jika output di bawah jumlah Q₁, perusahaan mengalami
kerugian karena TR < TC. Begitu juga jika jumlah output melebihi Q₅. Interval Q₁ - Q₅dalam
pembahasan teori produksi disebut sebagai daerah produksi ekonomis (tahap II).
Perusahaan akan mencapai laba maksimum di salah satu titik antara Q₁ - Q₅. Diagram
diatas terlihat bahwa laba maksimum tercapai jika tingkat produksinya adalah Q₃. Secara
grafis hal itu terlihat dari kurva π (laba) yang mencapai nilai maksimum pada saat output
sebesar Q₃.
Pada pembuktian secara matematis telah diketahui bahwa nilai π (laba) akan
maksimum bila MR = MC. Dalam grafis kondisi itu terbukti dengan membandingkan dua

12
garis singgung b₁dan b₂. Garis singgung b₁ adalah turunan pertama fungsi TR atau sama
dengan MR. Garis singgung b₂ adalah turunan pertama fungsi TC atau sama dengan MC.
Kita melihat garis singgung b₁ sejajar garis singgung b₂ yang artinya MR = MC.

c.      Penjelasan secara verbal


Apakah benar perusahaan akan mencapai laba maksimum bila memproduksi di Q₃?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita mengonsentrasikan diri pada pergerakan kurva π
(laba) sepanjang interval Q₁ - Q₅. Pergerakan tersebut kita bagi menjadi tiga sub-interval:
Q₁ - Q₃, Q₃, dan Q₃ - Q₅.

1.      Penambahan Output Sepanjang Sub-Interval Q₁ - Q₃


Ketika output ditambah dari Q₁ ke Q₂ kurva  π bergerak naik yang artinya laba
bertambah besar. Bila diperhatikan kurva TR dan TC, terlihat bahwa sudut kecuraman
garis singgung a₁ (MR) lebih besar dari sudut kecuraman garis singgung a₂ (MC). Jika
output ditambah satu unit maka tambahan pendapatan (MR) yang dihasilkan lebih besar
dari tambahan biaya (MC) yang di keluarkan.
2.      Pada Saat Jumlah Output Q₃
Pada saat output Q₃ garis singgung b₁ (MR) sejajar garis singgung b₂ (MC). Jika
output ditambah satu unit, maka tambahan pendapatan (MR) yang di peroleh sama persis
dengan tambahan biaya (MC) yang dikeluarkan.
3.      Interval Q₃ - Q₅
Jika output ditambah dari Q₃  ke Q₄, terlihat sudut kemiringan garis singgung c₁
(MR) sudah lebih kecil dari sudut kemiringan garis singgung c₂ (MC). Artinya jika output
ditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang di peroleh lebih kecil dibanding
tambahan biaya (MC). Maka dalam kondisi seperti itu perusahaan akan merugi bila terus
menambah output.Terlihat dari gerak menurun kurva π.
Dengan demikian, tingkat output yang membuat perusahaan mencapai laba
maksimum adalah Q₃.
Penjelasan di atas dapat diringkas dengan menyatakan:
1) Pada interval Q₁-Q₃ MR > MC. Karenanya penambahan output akan meningkatkan laba.
2) Pada interval Q3-Q₃ MR < MC. Karenanya penambahan output akan menurunkan laba.

13
3) Pada saat output adalah Q₃, MR = MC. Perusahaan mencapai laba maksimum.

14
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Perusahaan yang memaksimalkan keuntungan disemua industri harus menentukan


tiga pilihan seperti : berapa banyak output yang akan ditawarkan, bagaimana
memproduksi output itu dan berapa banyak tipe input yang akan diminta. Kita
mengasumsikan bahwa perusahaan menjalankan bisnis untuk mencetak laba. Laba sama
dengan penerimaan total dikurangi biaya total. Biaya total atau biaya ekonomis meliputi
biaya yang benar-benar dikeluarkan faktor produksi.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan
atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau
kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.

Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika
harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR = P.Q. Biaya
total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v) dikali biaya
variable per unit, sehingga:

π = P.Q – (FC + v.Q)

Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi


penjualan maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin besar laba
yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung
berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya
output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.

3.2 Saran
15
Dengan disusunnya makalah ini, dari penulis berharap agar para pembaca
khususnya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang memaksimumkan laba
sehingga menambah wawasan bagi pembacanya. Perusahaan yang memaksimalkan laba
akan memilih kombinasi input yang meminimalkan biaya dan memaksimalkan laba.
Pengusaha harus mampu mengatur manajemen keuangan agar mengetahui kendala-
kendala biaya produksi lainnya. Memaksimalkan laba dengan strategi yang tepat akan
memudahkan perusahaan untuk dapat bersaing dalam era globalisasi sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

16
PrathamaRahardja dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

http://banyugroup.blogspot.com/2018/12/makalah-memaksimalkan-laba.html

http://ilmuekonomi123.blogspot.com/2016/03/memaksimalkan-laba-pendekatan-marginal.html

http://mariyanisafitri1.blogspot.com/

17

Anda mungkin juga menyukai