Laporan PA Sidoarjo
Laporan PA Sidoarjo
DOSEN :
OLEH :
NIM : 196010200111024
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia, karena
disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan tidak hanya
mengandung unsur hubungan manusia dengan manusia tetapi juga menyangkut hubungan
keperdataan, perkawinan juga memuat unsur sakralitas yaitu hubungan manusia dengan
Tuhannya.1 Karena hubungan itulah untuk melakukan sebuah perkawinan harus memenuhi
syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan harus di catat dan dilakukan di hadapan
di Pegawai Pencatat Perkawinan untuk mendapatkan kepastian hukum.
Bahwa sesungguhnya seseorang yang akan melaksanakan sebuah perkawinan
diharuskan memberitahukan dahulu kepada Pegawai Pencatat Perkawinan. Pemberitahuan
tersebut dapat dilakukan secara lisan oleh seorang maupun oleh kedua mempelai. Dengan
adanya pemberitahuan tersebut, K. Wantjik Saleh berpendapat bahwa maksud untuk
melakukan perkawinan itu harus dinyatakan pula tentang nama, umur, agama/kepercayaan,
pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai. Dalam hal salah seorang atau kedua calon
mempelai pernah kawin, harus disebutkan juga nama suami atau istri terdahulu.2
Pada masa sekarang ini, banyak perkawinan yang harus berakhir dengan
perceraian. Perkawinan bukan lagi dianggap sesuatu yang sakral sehingga apabila terjadi
perceraian maka merupakan hal yang biasa dan bukan merupakan hal yang tabu, bahkan
di kalangan tertentu perceraian bisa dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan
popularitas. Oleh karena itu maka perceraian semakin banyak terjadi tidak hanya di kalangan
masyarakat awam, akan tetapi juga banyak terjadi di kalangan masyarakat golongan
intelektual.
Perceraian membawa akibat hukum sebagai konsekuensi yaitu status suami atau istri
dan kedudukan anak, maupun mengenai harta bersama yang diperoleh sepanjang
perkawinan. Menentukan status kepemilikan harta selama perkawinan penting
untuk memperoleh kejelasan bagaimana kedudukan harta itu jika terjadi kematian salah
satu suami atau istri, mana yang merupakan harta peninggalan yang akan diwaris ahli
waris masing- masing. Demikian pula apabila terjadi perceraian harus ada kejelasan mana
yang menjadi hak istri dan mana yang menjadi hak suami.
Berdasarkan uraian diatas kami mahasiswa dari Magister Kenotariatan Universitas
Brawijaya melakukan kuliah lapang di Pengadilan Agama Sidoarjo dengan didampingi oleh
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Brawijaya untuk mengetahui secara langsung
penerapan tugas, fungsi dan wewenang Pengadilan Agama Sidoarjo terkait harta bersama dan
pewarisan.
1
Wasman dan Wardah Nuroniyah, 2011, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Perbandungan Fiqh dan
Hukum Positif, Yogyakarta: CV. Citra Utama, hal. 29
2
K. Wantjik Saleh, 1980, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 19
B. Tujuan Kuliah Lapangan
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan studi lapangan adalah sebagai berikut:
1. 0-3m : daerah bagian timur merupakan daerah tambak dan pantai (29,99%)hampir
keseluruhan airnya berasin.
2. 0-10m : Daerah bagian tengah sekitar jalan protokol (40,81%) berair tawar.
3. 0-25m : Daerah bagian barat (29,20%)
Kabupaten Sidoarjo memiliki luas 63.438,534 ha atau 634,39 km2 (Luas Wilayah
menurut Kecamatan, Tahun 2004), dengan potensi luas wilayah :
a) Visi :
Terwujudnya Pengadilan Agama Sidoarjo yang agung.
b) Misi :
1. Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Sidoarjo
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Agama Sidoarjo
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Pengadilan Agama Sidoarjo.
Pada hari Selasa tanggal 5 November 2019, kelas A angkatan 2019 Program
Pascasarjana Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Malang
mengadakan kuliah lapangan dengan tema “Penerapan Tugas, Fungsi dan Wewenang
Pengadilan Agama Sidoarjo Kelas 1 A Dalam Permasalahan Harta Bersama dan Kewarisan”.
Pada kuliah lapangan ini, mahasiswa Magister Kenotariatan kelas A yang berjumlah 26 orang
didampingi oleh dosen pendamping yaitu Ibu Prof. Dr. Suhariningsih, S.H., S.U.
Dalam kesempatan itu pula dihadiri dan dibuka langsung kegiatan kuliah lapangan ini
secara resmi oleh Ibu Ketua Pengadilan Agama Sidoarjo, Ibu Dra. Hj. Ati Khoiriyah, M.H.
Pada sesi seminar terkait tema yang diangkat dalam kuliah lapangan ini, dipimpin oleh satu
orang moderator yaitu Bapak Heru Santoso, S.H. yang juga selaku Kepala Sub Bagian
Perencanaan, Teknologi Informasi dan Pelaporan serta Pemateri dalan sesi seminar ini yaitu
Bapak Drs. Syaiful Iman, S.H., M.H. yang juga selaku Ketua Majelis Hakim Bidang Waris
dan Harta Bersama. Pemateri dalam kesempatan ini memberikan materi mengenai gambaran
Pengadilan Agama Sidoarjo secara garis besar serta Harta Bersama dan Kewarisan khususnya
materi perkara kewarisan dengan nomor perkara 1081/Pdt.G/2019/PA.Sda mulai dari sidang
pertama hingga proses musyawarah majelis yang proses persidangannya tidak bisa kami ikuti
dikarenakan waktu persidangan dimulai setelah istirahat siang.
Pada awal pemamparan materi, pemateri menyampaikan semua proses peradilan di
Pengadilan Agama Sidoarjo sudah sesuai dan sejalan dengan peraturan perundang-undangan
yang mengaturnya. Di Pengadilan Agama Sidoarjo telah menyelesaikan kurang lebih
sebanyak 5000-6000 perkara setiap tahunnya, salah satunya mengenai kewarisan dan harta
bersama. Pemateri menjelaskan lebih awal mengenai Pengadilan Agama di bawah naungan
Mahkamah Agung dengan dipimpin oleh ketua pengadilan. Selanjutnya akan disampaikan
tugas pokok dan kewenangan dari Pengadilan Agama Sidoarjo yaitu sama sebagaimana tugas
pokok dan kewenangan pengadilan-pengadilan agama lainnya.
c) Jawaban Tergugat
Setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat diberi kesempatan
mengajukan jawabannya, baik ketika sidang hari itu juga atau sidang berikutnya.
Jawaban tergugat dapat dilakukan secara tertulis atau lisan ( Pasal 158 ayat (1) R.Bg).
Pada tahap jawaban ini, tergugat dapat pula mengajukan eksepsi (tangkisan) atau
rekonpensi (gugatan balik). Dan pihak tergugat tidak perlu membayar panjar biaya
perkara.
d) Replik Penggugat
Setelah Tergugat menyampaikan jawabannya, kemudian si penggugat diberi
kesempatan untuk menanggapinya sesuai dengan pendapat penggugat. Pada tahap ini
mungkin penggugat tetap mempertahankan gugatannya atau bisa pula merubah sikap
dengan membenarkan jawaban/bantahan tergugat.
e) Duplik Tergugat
Setelah penggugat menyampaikan repliknya, kemudian tergugat diberi
kesempatan untuk menanggapinya/menyampaikan dupliknya. Dalam tahap ini dapat
diulang-ulangi sampai ada titik temu antara penggugat dengan tergugat. Apabila acara
jawab menjawab dianggap cukup oleh hakim, dan masih ada hal-hal yang tidak
disepakati oleh kedua belah pihak, maka hal ini dilanjutkan dengan acara pembuktian.
f) Pembuktian
Pada tahap ini, penggugat dan tergugat diberi kesempatan yang sama untuk
mengajukan bukti-bukti, baik berupa bukti surat maupun saksi-saksi secara bergantian
yang diatur oleh hakim.
g) Kesimpulan Para Pihak
Pada tahap ini, baik penggugat maupun tergugat diberi kesempatan yang sama
untuk mengajukan pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan
selama sidang berlangsung menurut pandangan masing-masing. Kesimpulan yang
disampaikan ini dapat berupa lisan dan dapat pula secara tertulis.
h) Musyawarah Majelis Hakim
Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasi ( Pasal 19 ayat (3) UU
No. 4 Tahun 2004. Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim , semua hakim
menyampaikan pertimbangannya atau pendapatnya baik secara lisan maupun tertulis.
Jika terdapat perbedaan pendapat, maka diambil suara terbanyak, dan pendapat yang
berbeda tersebut dapat dimuat dalam putusan (dissenting opinion).
i) Putusan Hakim
Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang, pada
tahap ini dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan tersebut,
penggugat dan tergugat berhak mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang
waktu 14 hari setelah putusan diucapkan. Apabila penggugat/ tergugat tidak hadir saat
dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan Agama akan menyampaikan isi/amar
putusan itu kepada pihak yang tidak hadir, dan putusan baru berkekuatan hukum tetap
setelah 14 hari amar putusan diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.
A. Kesimpulan
Bahwa pada intinya tugas-tugas pokok Pengadilan Agama Sidoarjo adalah Berupa
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara salah satunya yang sesuai dengan
pembahasan di laporan ini adalah pembagian harta warisan serta pembagian harta bersama.,
berdasarkan pada Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang
menjelaskan tugas, fungsi dan wewenang Pengadilan Agama. Dimana dalam hal pembagian
harta bersama dan harta pewarisan ini yang diutamakan adalah kejujuran dan itikad baik dari
para pihak yang berperkara itu sendiri. Sebab Hakim hanya bisa memeriksa saja, tidak tahu
menahu soal kebenaran yang diterangkan oleh para pihak itu memang benar nyatanya atau
tidak. Dan juga masalah lainnya seperti masih banyak sekali advokat atau kuasa hukum yang
belum mengetahui pengajuan gugatan, hingga berkali-kali melakukan perbaikan, hal ini tentu
saja masih belum memenuhi asas peradilan yang sederhana dan cepat.
B. Saran
Dalam rangka memenuhi asas peradilan yang sederhana, cepat, dan berbiaya murah,
Pengadilan Agama Sidoarjo harus lebih memberi pengetahuan kepada masyarakat dan juga
para kuasa hukum di seluruh daerah-daerah yang termasuk di wilayah Pengadilan Agama
Sidoarjo dengan mengadakan sosialisasi atau penyuluhan hukum secara langsung kepada
masyarakat agar mengetahui tugas, fungsi dan wewenang serta tata cara mengajukan gugatan
dari Pengadilan Agama Sidoarjo yang selama ini masih banyak yang belum diketahui
masyarakat dan juga para kuasa hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Wasman dan Wardah Nuroniyah. 2011. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia
Perbandungan Fiqh dan Hukum Positif.Yogyakarta: CV. Citra Utama.
K. Wantjik Saleh.1980. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006