Anda di halaman 1dari 34

Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

BAB II

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Pengertian Pengendalian Produk Mutu kolom, balok, dan plat.

Yang dimaksud dengan pengendalian produk mutu kolom, balok, plat adalah proses
pelaksanaan inspeksi dari produk mutu beton kolom, balok, dan plat dimulai dari
prapengecoran sampai ke tahap setelah selesai pengecoran. Inspeksi yang dilakukan adalah
meninjau kesesuaian hasil produk yang direncanakan dengan realisasi di lapangan.

Mutu/kualitas adalah kesesuaian terhadap tuntutan persyaratan yang disetujui oleh


pemilik proyek. Salah satu sistem mutu yaitu Quality Control (pengendalian mutu),
merupakan berbagai teknik dan kegiatan untuk memantau, mengevaluasi dan
menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang telah ditetapkan tercapai.

B. Standard Operasional Prosedur (SOP)

SOP Cheklist Pemasangan Bekisting dan Pembesian, SOP Hasil Produk Kolom dan
Shear Wall, SOP pengecekan Hasil Produk Balok dan Plat, SOP Pelaksanaan Pekerjaan
dapat dilihat pada lampiran 2.

C. Metode Pelaksanaan
1. Metode pelaksanaan kolom
a. Pekerjaan Pembesian
Pada pemasangan pembesian hal pertama yang dilakukan adalah
membersihkan area yang akan dikerjakan. Setelah itu, marking posisi kolom sesuai
dengan shop drawing yang telah direncanakan. Kemudian pasang sepatu kolom
dengan besi siku L50.50 pada stek kolom sesuai dengan marking yang sudah di
buat oleh surveyor. Setelah stek kolom dipasang, maka dilakukan penyambungan
overlape yang telah terpasang tulangan utama dengan ketinggian yang telah
direncanakan. Panjang overlape adalah 40D. kemudian lakukan cek pembesian
oleh Quality Control. Pengecekan pembesian meliputi jumlah tulangan, kesesuain

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

mutu tulangan, sambungan tulangan, jarak sengkang dan tali kawat, terpasangnya
selimut atau tahu beton beserta diameter dan jarak tulangan.

b. Pemasangan bekisting

Hal pertama yang dilakukan adalah memasang sepatu kolom sesuai dengan
posisi marking, lalu dipasang base plate pada stek yang sudah ditanam. Maka
langkah selanjutnya adalah pembersihan area yang akan dipasang bekisting kolom.
Kemudian dilakukan pemasangan bekisting yang diangkat dengan menggunakan
tower crane. Dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Pemasangan bekisting menggunakan tower crane

Setelah bekisting di pasang pada kolom, maka dilakukan pengecekan


verticality yaitu pengecekan apakah bekisting tersebut tepat pada posisi marking
yang telah ditentukan surveyor dan mengecek apakah posisi bekisting tersebut
vertikal. Pengecekan dilakukan dengan cara menggunakan meteran dan waterpass.
Waterpass di posisikan tepat pada garis marking. Setelah itu dilakukan pengukuran
dengan meteran, dimana posisi meteran diletakkan pada sisi luar bekisting lalu
ditarik ke posisi waterpass yang telah diposisikan di garis marking. Kemudian
dilakukan pengecekan vertikalnya dengan cara memasang unting-unting pada

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

bekisting kolom. Selanjutnya, dilakukan pengecekan kesamaan ukuran dengan


meteran di sisi atas dan di sisi bawah unting-unting tersebut. Dapat dilihat seperti
pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Pengecekan verticality bekisting kolom dengan waterpass

Pengecekan bekisting yang dilakukan oleh Quality Control meliputi pengecekan


kekuatan perancah dan jarak, pengaku, skoor, dimensi bekisting, kerapatan
sambungan, dan permukaan bekisting halus ataupun rata. Setelah itu, dikeluarkan surat
izin cor yang disetujui oleh MK. Surat izin pengecoran dapat dilihat pada lampiran 3.

c. Pengecoran
Setelah pemasangan dan pengecekan bekisting selesai beserta surat izin pengecoran
telah disetujui oleh MK, maka langkah selanjutnya dilakukan adalah pengecoran..
Sebelum dilakukan pengecoran, mutu beton harus sesuai dengan yang diisyaratkan.
Lakukan pengujian slump dan ambil sampel untuk benda uji kuat tekan. Setelah mutu
dan slump sesuai dengan yang diisyaratkan maka dilakukan pengecoran.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Isi terlebih dahulu bucket dengan beton segar dari truck mixer, dapat dilihat pada
gambar 2.3. Gambar truck mixer dapat dilihat pada gambar 2.4. Setelah itu tower
crane mengangkat bucket yang telah di isi beton, kemudian beton dituang ke dalam
kolom secara bertahap-tahap, dapat dilihat pada gambar 2.5. Kemudian dilakukan
pemadatan dengan menggunakan concrete vibrator agar tidak terjadi segregasi.
Pemadatan dapat dilihat gambar 2.6

Gambar 2.3. Bucket diisi beton segar dari truck mixer

Gambar 2.4. Truck Mixer

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.5. Pengecoran kolom menggunakan bucket yang diangkat dengan tower crane.

Gambar 2.6. Beton dipadatkan dengan vibrator

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

d. Setelah pengecoran
Setelah selesai dilakukan pengecoran maka ditunggu selama 1 x 24 jam, lalu
dilakukan pembongkaran bekisting dan di curing dengan antisol sika selama 3 x 24
jam agar beton tidak cepat kehilangan air dan menjaga kelembaban beton, dapat
dilihat pada gambar 2.7. Kemudian, dilakukan cek hasil produk oleh Quality
control untuk mengetahui hasil buruk atau baik. Cheklist pekerjaan dapat dilihat
pada lampiran 4.

Gambar 2.7. Kolom di curing menggunakan antisol sika

2. Metode pelaksanaan balok dan plat


a. Pemasangan bekisting
Setelah pekerjaan kolom selesai, maka dilakukan pemasangan bekisting lantai
dan balok, bekisting balok dan lantai dilakukan bersamaan dikarenakan mutu
betonnya sama. Bekisting balok dan lantai disusun sedemikian rupa sesuai dengan
Standard Operasional Prosedure bekisting. Perancah bekisting balok di pasang
dengan posisi ketinggian sesuai rencana. Setelah itu, dipasang Vertical standard,
Horizontal Ledger sesuai dengan ketinggian balok dan lantai supaya ukuran
kolom di setiap sisi sama. Kemudian dipasang Balok Pikul dan Suri menggunakan
Steel Chanal. Penyusunan bekisting dilakukan dengan bantuan tower crane yang
membantu mengangkat bekisting dari tempat pabrikasi. Setelah bekisting

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

dipasang maka dilakukan pengecekan ketinggian dan kedataran dari balok dan
lantai yang dilakukan oleh surveyor. Ketinggian balok dan lantai di ukur dengan
menggunakan bantuan dari alat sipat datar dan bakukur dan diukur sesuai dengan
shop drawing yang telah direncanakan

b. Pekerjaan Pembesian
Setelah pemasangan bekisting selesai dikerjakan maka selanjutnya dilakukan
pemasangan besi. Besi yang telah selesai dipotong-potong sesuai dengan
kebutuhan dilapangan beserta sengkang yang telah selesai di pabrikasi diangkat
dengan bantuan tower crane ke lokasi pemasangan. Lalu besi tulangan utama
balok dirakit di bekisting balok sesuai dengan shop drawing. Sengkang yang telah
dipabrikasi dipasang pada tulangan utama dengan jarak yang ditentukan sesuai
dengan shop drawing. Beton decking setebal 40 mm dipasang pada bagian bawah
dan samping dari balok. Setelah itu dipasang tulangan plat lantai arah memanjang
dan melintang dan ikat dengan kawat bendrat sesuai dengan shop drawing. Area
pemasangan besi dilakukan pembersihan dari sisa- sisa kawat bendrat. Gambar
pemasangan pembesian pada balok dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Proses pemasangan pembesian pada balok

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

c. Pengecoran
Setelah pemasangan bekisting dan penulangan besi selesai dilaksanakan maka
langkah selanjutnya adalah pengecoran. Sebelum dilakukan pengecoran,
dioleskan bonding agent/calbond pada permukaan beton lama yang akan bertemu
dengan beton balok dan plat yang akan dicor, sebelumnya area yang akan
dipasang calbond dibersihkan. Setelah itu dilakukan pengecoran dengan bantuan
dari alat concrete pump. Gambar concrete pump dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Concrete pump

Concrete pump di pasang atau di instalasi menuju lokasi yang akan di cor.
Sebelumnya dilakukan pengetesan slump sesuai dengan yang diisyaratkan. Dan
dilakukan pengambilan sampel benda uji. Beton dituangkan dan dilakukan
pemadatan beton menggunakan alat vibrator concrete. Dan untuk balok yang
berhubungan dengan pelat elevasi top cor sama dengan elevasi top cor pelat.
Setelah selesai dan beton mengering maka dilakukan curing untuk mengurangi
hidrasi beton berlebih yang akan mempengaruhui mutu beton. Gambar proses
pengecoran pelat lantai dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10. Proses pengecoran pelat lantai

Metode Pelaksanaan Kolom, balok dan Plat dapat dilihat pada lampiran 5.
Praktek Kerja Lapangan
II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

D. Pengendalian Mutu Bahan


1. Pengujian Slump Beton
Mutu beton menyatakan kekuatan tekan luas bidang permukaan. Mutu beton yang
sering digunakan yaitu mutu beton fc’ (force concrete) dan mutu beton K
(karateristik). Mutu beton fc’ adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam MPa)
yang didapat berdasarkan hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan
tinggi 30 cm dalam umur 28 hari. Mutu beton K adalah kuat tekan beton dalam
Kg/cm² dengan benda uji kubus yang bersisi 15 cm pada umur 28 hari.

Diproyek The Reiz Condo Medan menggunakan benda uji silinder untuk
menentukan kuat tekan pada beton, sehingga menggunakan mutu beton fc’. Mutu
beton fc’ 42 MPa menyatakan kekuatan tekan minimum 42 MPa pada umur beton 28
hari dengan menggunakan benda uji silinder berdiameter 15 cm,tinggi 30 cm
(mengacu pada standar SNI-03-2847-2002). Beton dengan mutu K500 menyatakan
kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 500 Kg/cm² pada umur beton 28 hari
dengan menggunakan benda uji kubus ukuran 15cm x 15cm x 15cm.

Pengujian slump beton adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan


kekentalan beton segar (fresh concrete) yang dilakukan sebelum pengecoran. Uji
slump beton menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan atau cukup
air. Campuran beton yang terlalu cair (kelebihan air) akan menyebabkan mutu beton
rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kental
(kekuramgan air) akan menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.
Pengujian slump dapat dilakukan di laboratorium maupun dilapangan. Proyek The
Reiz Condo Medan melakukan pengujian slump di lapangan ketika ready mix sampai,
dan diuji setiap kedatangan ready mix. Pegujian slump beton berdasarkan peraturan
SNI 1972-2008 pada lampiran 6. Pengukuran slump berdasarkan peraturan ini,
dilakukan dengan alat sebagai berikut :
a. Kerucut Abrams merupakan kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah
terbuka dengan diameter atas 102 mm dan diameter bawah 203 mm. Tinggi 305
mm dan tebal plat min 1,5 mm.
b. Batang besi penusuk dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm. Memiliki salah
satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah bola dengan diameter 16 mm.
c. Alas datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

d. Mistar
e. Sendok batu
f. Sendok semen
g. Palu karet

Langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tim Quality Control (QC) terlebih dahulu memeriksa surat ijin yang datang
bersama dengan mobil ready mix dan memeriksa ready mix sesuai dengan mutu
beton yang di pesan.
2. Ambil sampel adukan beton segar dari ready mix sebagai benda uji dengan
menggunakan angkong. Seperti gambar 2.11

Gambar 2.11. Beton segar untuk sampel pengujian slump

3. Basahi kerucut abram beserta alasnya dengan air agar permukaanya licin dan tidak
lengket. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat selama pengisian oleh
operator yang berdiri di atas injakan.
4. Masukkan 1/3 dari kerucut abram beton segar dan tusuk-tusuk dengan batang besi
atau tongkat pemadat sebantak 25 kali tusukan supaya kerucut abram terisi di
semua sisi. Seperti pada gambar 2.12.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.12. Memadatkan beton dengan tusukan 25 kali yang telah dimasukkan ke
dalam kerucut abram

5. Masukkan kembali 1/3 beton segar sehingga telah mencapai 2/3 dari kerucut
abram dan tusuk sebanyak 24 kali tusukan. Seperti pada gambar 2.13.

Gambar 2.13. Memadatkan beton yang telah terisi 2/3 dari kerucut abram
dengan tusukan 25 kali.

6. Kemudian pengisian yang terakhir, diisi dengan melebihkan beton segar dan
tusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Seperti pada gambar 2.14.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.14.Pengisian terakhir dan penusukan beton sebanyak 25 kali

7. Setelah kerucut abram terisi penuh dan telah dipadatkan maka bidang di atasnya
diratakan dengan tongkat pemadat.
8. Setelah permukaan atas rata, maka angkat kerucut abram perlahan-lahan tegak
lurus ke atas, dapat dilihat pada gambar 2.15

Gambar 2.15. Mengangkat kerucut abram tegak lurus ke atas

9. Letakkan kerucut abram di sebelah benda uji, lalu batang besi penusuk diletakkan
di atas kerucut abram dan ukur menggunakan mistar atau meteran. Lihat pada
gambar 2.16.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.16. Pengukuran slump beton

Slump yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk pekerjaan balok, kolom,
plat dan shear wall adalah 12 ± 2 cm

2. Perawatan sampel beton (proses curing)


Proses curing (perawatan) pada beton merupkan hal penting pada perkembangan
kekuatan dan daya tahan pada beton. Proses curing dilakukan setelah proses pencetakan
selesai dengan kata lain beton telah mengeras. Perawatan beton dilakukan untuk
memberikan kelembaban yang cukup, sehingga beton tidak mengalami keretakan karena
kehilangan air. Perawatan beton dilakukan minimal 7 hari. Di proyek The Reiz Condo
Medan dilakukan peroses perawatan beton hanya umur 28 hari, sementara umur 7 hari dan
14 hari dilakukan proses perawatan beton oleh pihak pemasuk (suplayer) yaitu PT Dexton.
Lamanya perawatan beton tergantung pada jenis semen, proporsi dari campuran dan
kondisi cuaca. Perawatan sampel beton dapat diligat pada gambar 2.17

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.17. Perawatan beton dilokasi proyek

Perawatan beton dilakukan dengan merendam sampel beton yang telah dibuka dari
cetakan didalam bak yang terlindung dari sinar matahari langsung. Jika air bak sudah kotor
maka air bak harus diganti. Dan bak juga harus dicuci agar tidak berlumut. Tim Quality
Control (QC) harus mengecek keadaan perawatan beton dan menanyakan keadaan maupun
masalah yang ada dalam proses curing melalui orang yang mengawasi perawatan smpel
beton.

3. Pengujian kuat tekan beton

Beton merupakan salah satu bahan pembentuk elemen konstruksi yang sangat banyak
digunakan karena mudah dikerjakan, memiliki kuat tekan yang besar dan tahan terhadap
cuaca. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan beton seperti terlihat pada gambar 2.18.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.18. Pengujian kuat tekan beton dengan mesin tekan

Alat-alat yang digunakan untuk pengujian kuat tekan beton silinder dengan ukuran
benda uji 15cm x 30cm yaitu :

a. Penetrasi
b. Timbangan
c. Alat uji tekan

Langkah-langkah uji kuat tekan beton :

1. Siapkan benda uji silinder

Gambar 2.19. Benda uji silinder

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

2. Timbang benda uji dan catat berat benda uji

Gambar 2.20. Benda uji yang ditimbang

3. Letakkan benda uji pada alat uji tekan, pastikan penetrasi telah di setting

Gambar.2.21 Benda uji yang diletakkan pada alat uji tekan

4. Lalu tekan tombol dan saksikan benda uji


5. Setelah benda uji retak dengan sendirinya jarum penetrasi yang berwarna merah
menunjuk angka dan dengan sendirinya jarum berwarna hitam akan turun.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.22. Penunjukan angka kuat tekan dengan jarum berwarna merah

6. Penunjukkan jarum dapat dicatat pada form yang telah disediakan oleh pihak
kontraktor dan pihak laboratorium

E. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu atau penjadwalan merupakan suatu cara yang diperlukan proyek
untuk mengatur waktu penyelesaian proyek tersebut agar kegiatan proyek dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien. Tujuan adanya pengendalian waktu yaitu agar proyek tersebut
selesai tepat pada waktunya ataupun tidak terlambat dari schedule yang ditentukan. Untuk
pengendalian waktu dapat digunakan Time Schedule. Dengan adanya time schedule maka
waktu pekerjaan proyek lebih terkontrol. Time schedule terdiri dari Kurva-S dan Barchat.
Di proyek The Reiz Condo melakukan updating waktu secara mingguan, dengan
menggambar/memperbaharui tim schedule. Hal tersebut dilakukan agar waktu tetap
terkendali dan tidak terjadi keterlambatan proyek. Proyek The Reiz Condo melakukan
pekerjaan pendahuluan pada bulan September tahun 2015. Pekerjaan tersebut dimulai pada
minggu pertama tepatnya pada tanggal 8 September 2015. Pekerjaan tersebut direncanakan
sampai pada bulan April 2018. Proyek tersebut dibagi menjadi 8 item pekerjaan. Pekerjaan
terakhir yang dikerjakan proyek tersebut yaitu total additional, item akan selesai pada
Maret 2018

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Jika terjadinya keterlambatan proyek, ada beberapa solusi yang digunakan yaitu :
1. Crassprogram yaitu program khusus jangka pendek untuk mengejar ketinggalan.
Catatan : Apabila ketertinggalan belum parah.(penambahan waktu  jam kerja,
penambahan tenaga kerja)
2. Re-scheduling yaitu penjadwalan ulang, digunakan apabila keterlambatan sudah
banyak, butuh persetujuan owner dan pengawas.
3. Re-engineering yaitu mengubah alat kerjanya (pacul menjadi excavator)
mengubah bahannya (bekisting kayu plat menjadi bondek), mengubah metodenya.

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan


(K3LMP)

1. Peraturan Keselamatan Kerja di proyek The Reiz Condo Medan dapat dilihat
pada gambar 2.23.

Gambar 2.23. Peraturan sebelum masuk ke lokasi peroyek

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Adapun peraturan-perturan yang harus dipatuhi untuk memasuki area proyek


sebagai berikut :
a. Setiap pekerja yang berada di area proyek harus memakai tanda pengenal
dan tamu harus wajib lapor kepada petugas satpam.
b. Seluruh pekerja dan tamu wajib memakai alat pelindung diri antara lain :
helem, sepatu dan rompi keamanan.
c. Tenaga kerja yang baru masuk ataupun mahasiswa yang pkl di proyek The
Reiz Condo wajib mengikuti pengarahan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
d. Peraturan dan larangan yang berlaku wajib ditaati oleh semua yang berada
di area proyek.
Sebelum memasuki area proyek wajib membaca peraturan yang diberikan K3LM
yang terlihat seperti gambar 2.24.

Gambar 2.24. Peraturan dan rambu-rambu yang wajib dibaca

2. Peraturan pelaksana Kerja


a. Safety Morning
Safety morning adalah pengarahan secara singkat tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan berdoa bersama yang dipimpin oleh pelaksana K3LMP.
Safety morning dilaksanakan pada hari Sabtu setiap dua minggu sekali dan
diikuti oleh seluruh pekerja di proyek The Reiz Condo, dapat dilihat pada

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

gambar 2.25. Selain itu dilakukan juga senam sehat yang dapat dilihat pada
gambar 2.26. Hal tersebut dilakukan supaya pekerja lebih semangat dan siap
untuk kembali bekerja

Gambar 2.25. Kegiatan safety morning

Gambar 2.26. Kegiatan senam sehat

Pengarahan yang diberikan oleh pelaksana K3LMP meliputi :


1) Penggunaan alat pelindung diri
2) Kondisi area kerja dan potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukan
serta tindakan pencegahannya
3) Prilaku yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain
4) Menjaga kebersihan lingkungan kerja
5) Apabila pekerja tidak memakai alat pelindung diri saat bekerja, maka
pekerja itu tidak diberi untuk bekerja, karena dapat membahayakan
nyawa sendiri.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

3. Peralatan Keselamatan Kerja


a. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri merupakan alat-alat atau perlengkapan yang wajib
digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan pekerja saat melakukan
pekerjaan yang meiliki potensi bahaya atau resiko kecelakaan kerja. Di area
proyek merupakan kawasan yang wajib APD. Alat-alat pelindung yang digunkan
harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif
mellindungi pekerja sebagai penggunanya. Alat pelindung diri yang wajib
digunakan pekerja adalah helm, sepatu pengaman (safety shoes/boot) dan rompi
pengaman dapat dilihat peringatannya pada gambar 2.27. APD yang lain yaitu :
sarung tangan (hand gloves), kacamata pengaman (safety glass), dll.

Gambar 2.27. Peringatan kawan wajib APD

b. Alat Petunjuk Kerja


1) Rambu Peringatan Muster Area
Peringatan Muster Area merupakan rambu peringatan tempat
berkumpulnya pekerja saat kondisi darurat. Rambu peringatan ini bertujuan
untuk memberi peringatan kepada para pekerja bahwa tempat tersebut
merupakan tempat titik kumpul apabila teridentifikasi terjadinya bahaya pada
area proyek. Titik kumpul darurat harus cukup menampung pekerja yang ada
disekitar area. Kondisi darurat meliputi kebakaran, bencana alam, ancaman
bom, dll. Gambar peringatan muster area dapat dilihat pada gambar 2.28.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.28. Rambu peringatan muster area


2) Rambu Jalan
Rambu jalan di proyek sangatlah penting untuk menunjukkan kepada
setiap orang yang disekitar proyek supaya lebih berhati-hati berkendara
ataupun berjalan kaki di area proyek. Hal tersebut agar terhindar dari
kecelakaan yang diakibatkan dari proyek. Rambu jalan dapat dilihat pada
gambar 2.29.

Gambar 2.29. Peringatan agar berhati-hati keluar masuk kendaraan proyek

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

3) Rambu Peringatan K3
Rambu peringatan K3 adalah tanda peringatan yang dipasang di proyek
yang bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan
kerja karyawan/pekerja dan pengunjung/tamu yang sedang berada di area
proyek. Rambu-rambu tersebut memperingatkan untuk lebih berhati-hati
selama berada di area proyek agar terhindar dari kecelakaan. Rambu-rambu
K3 dapat dilihat pada gambar 2.30.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.30. Rambu-rambu K3

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

4) 5R dan Pemeliharaan Tempat Kerja

5R adalah Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin yaitu cara seseorang
mengatur atau memperlakukan tempat kerjanya dengan benar. Penerapan 5R
sangat dibutuhkan di proyek dan harus dipatuhi supaya kondisi kerja akan
lebih produktif dan efektif. Manfaat 5R yaitu : meningkatkan kenyamanan
dan produktivitas, mengurangi bahaya di area proyek dan menambah
penghematan. Gambar penerapan 5R dapat dilihat pada gambar 2.31.

Gambar 2.31. Penerapan 5R


Adapun penjelasan dari 5R yaitu :
Ringkas : Tidak ada barang yang tidak diperlukan di tempat kerja
Rapi : Semua barang mempunyai tempat yang pasti
Resik : Tidak terdapat kotoran apa saja di tempat kerja
Rawat : Kondisi yang sudah baik terjaga tetap dari waktu ke waktu
Rajin : Semua orang berprilaku sesuai norma kerja positif yang
dikembangkan ditempat kerja

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Pemeliharaan tempat kerja sangat dibutuhkan di area proyek. Hal tersebut


akan menjaga kesehatan pekerja. Seluruh pekerja harus memelihara tempat kerja
dengan menjaga kebersihan dan kerapian di area proyek. Setelah selesai pekerjaan,
semua alat kerja dan sisa material harus dirapikan agar tidak membahayakan diri
sendiri maupun orang lain. Selain itu seluruh pekerja ataupun tamu harus
membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan, supaya area kerja
bebas dari sampah anorganik maupun organik. Dapat dilihat pada gambar 2.32.

Gambar 2.32. Tempat sampah anorganik dan organik

G. Peralatan Pendukung yang Digunakan

Dalam suatu proyek konstruksi pemilihan dan penggunaan alat sangatlah penting
untuk kelangsungan pekerjaan yang sedang dikerjakan. Alat – alat yang digunakan tersebut
harus mampu mengoptimalkan pekerjaan yang sedang dikerjakan baik dari segi waktu
maupun hasil akhir dari produk yang ingin dihasilkan. Alat tersebut juga harus sesuai
dengan standard dan kebutuhan yang ada di lapangan.

Dalam Pemilihan alat yang digunakan juga perlu diperhatikan faktor biaya,
semakin banyak dan semakin lama alat tersebut digunakan pasti akan mempengaruhi biaya
dari proyek tersebut. Alat – alat yang digunakan juga harus mendapatkan perawatan secara

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

berkala sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan selanjutnya tanpa harus mengalami
kerusakan. Untuk pekerjaan struktur atas pada proyek The Reiz Condo Medan digunakan
alat yang digerakkan secara manual maupun mekanis.

Alat – alat tersebut antara lain :

1. Palu
Palu atau martil adalah alat yang digunakan untuk memberikan tumbukan kepada
benda. Palu umumnya digunakan untuk memaku, memperbaiki suatu benda, dan
menghancurkan suatu objek atau benda.

Gambar 2.33. Palu

2. Meteran
Meteran atau sering disebut Roll Meter adalah alat ukur panjang yang dapat
digulung, dengan panjang 5 – 50 meter.

Gambar 2.34. Meteran

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

3. Tang Kakatua
Dikenal sebagai “ tang kakatua “ karena bentuknya mirip paruh burung kakatua.
Fungsinya sebagai pemotong kawat dan kabel. Terbuat dari baja dan bergagang
lapis karet untuk menjaga agar tidak licin ketika digunakan. Kelemahannya, jika
tang digunakan untuk memotong bahan yang tebal dan keras maka tang menjadi
tumpul. Tang kakatua ini biasanya digunakan untuk mengikat tulangan
menggunakan kawat pada saat pekerjaan pembesian.

Gambar 2.35. Tang Kakatua

4. Roskam
Roskam adalah alat untuk meratakan acian / mortar di permukaan beton atau pada
dinding pasangan bata. Roskam juga berfungsi untuk merekatkan ubin pada
berbagai macam jenis dan ukuran ubin. Roskam juga digunakan untuk mencegah
adanya udara yang terjebak dalam pekerjaan pemasangan keramik. Keuntungan
memakai roskam adalah membuat pekerjaan menjadi merata sehingga pemakaian
lebih hemat dan terkontrol.

Gambar 2.36. Roskam

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

5. Bar Cutter
Bar Cutter yaitu alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan sesuai ukuran
yang diinginkan. Pada proyek The Reiz Condo Medan digunakan Bar Cutter yang
menggunakan tenaga listrik ( mekanis ). Dengan menggunakan Bar Cutter listrik
dapat memudahkan pekerja untuk memotong baja tulangan yang berdiameter besar
sekalipun. Bar cutter listrik juga dapat menghemat waktu dan tenaga. Pada
penggunaannya. Bar Cutter listrik dapat memotong tulangan dengan diameter kecil
dalam jumlah yang cukup banyak sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.

Gambar 2.37. Bar Cutter

6. Bar Bender
Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan
dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan.
Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan antara poros
tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut
bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada
poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudia pedal ditekan
sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan
yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan dengan
mudah dan rapi.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.38. Bar Bender

7. Bucket Pengecoran ( Concrete Bucket )


Bucket Pengecoran adalah tempat pengangkutan beton dari truck mixer concrete
sampai ke lokasi pengecoran. Jika pengetesan atau pengecekan slump sudah
dilakukan dan memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, maka beton yang
masih ada di dalam truck mixer concrete ini dapat dipindahkan atau dimasukkan
langsung ke dalam bucket pengecoran ( concrete bucket ) dan langsung diangkut
menggunakan Tower Crane ke lokasi pengecoran.
Proses pengerjaannya sendiri dilakukan oleh satu orang operator concrete bucket
yang tugas utamanya adalah membuka dan menutup bucket sehingga bahan untuk
membuat cor beton tidak tumpah ketika dibawa ke lokasi pengecoran.

Gambar 2.39. Bucket Pengecoran


Praktek Kerja Lapangan
II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

8. Pipa Tremie
Pipa Tremie adalah pipa yang dipasang pada ujung bawah concrete bucket yang
berfungsi untuk mengatur tinggi jatuh beton pada saat pengecoran sehingga beton
yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan menumbuk lokasi
pengecoran.

Pipa Tremie

Gambar 2.40. Pipa Tremie

9. Compressor
Compressor adalah alat yang berfungsi untuk membersihkan area kerja yang akan
dilakukan pengecoran agar area yang akan dicor tidak terdapat sampah yang dapat
mengurangi mutu beton.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.41 Compressor


10. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras yang bertujuan untuk
menghilangkan rongga – rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan beton
yang padat dan bermutu tinggi. Cara kerjanya adalah dengan memasukkan selang
penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting secara
berpindah – pindah ke lebih dari satu titik sehingga beton cair dapat memadat dan
meminimalkan terjadinya rongga pada beton yang dapat mengurangi kekuatan.

Gambar 2.42 Concrete Vibrator

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

11. Pesawat Waterpass ( sipat datar )


Pesawat Waterpass adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur beda tinggi
antara satu titik dengan titik lainnya. Perbedaan tinggi antara titik – titik akan dapat
ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukkan pada rambu yang
vertikal.

Gambar 2.43 Pesawat Waterpass

12. Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah
benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun
horizontal. Untuk mengecek kedataran maka dapat diperhatikan gelembung cairan
pada alat pengukur yang ada bagian tengah alat waterpass. Sedangkan untuk
mengecek ketegakkan maka dapat dilihat gelembung pada bagian ujung waterpass.
Untuk memastikan apakah bidang benar rata maka gelembung harus benar – benar
berada ditengah alat yang ada.

Praktek Kerja Lapangan


II|18
Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung

Gambar 2.44. Waterpass


13. Tower Crane

Tower Crane adalah salah satu jenis alat berat yang sering digunakan untuk
membangun gedung bertingkat. Fungsi Tower crane adalah untuk mengangkut
material atau bahan konstruksi bangunan seperti besi tulangan atupun bekisting dari
bawah menuju lokasi pekerjaan. Tower crane membuat pekerjaan menjadi lebih
hemat waktu dan tenaga.

Gambar 2.45. Tower crane

Praktek Kerja Lapangan


II|18

Anda mungkin juga menyukai