Buku Askep Nifas (Ika Iva Reka Shella PDF
Buku Askep Nifas (Ika Iva Reka Shella PDF
Disusun Oleh :
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 2
Bab I................................................................................................................................................. 3
Pendahuluan .................................................................................................................................... 3
Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
BAB II .............................................................................................................................................. 4
ANATOMI FISIOLOGI ................................................................................................................. 4
A. Genetalia Eksterna............................................................................................................... 4
B. Genetalia Interna .................................................................................................................... 6
BAB III ............................................................................................................................................ 9
Konsep Nifas .................................................................................................................................... 9
A. Pengertian Masa Nifas ............................................................................................................ 9
B. Fisiologi Nifas ........................................................................................................................ 11
Perubahan Sistem Perkemihan ................................................................................................. 15
C. Patologi Nifas ........................................................................................................................ 18
D. Kebutuhan Dasar Masa Nifas............................................................................................... 25
E. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA IBU NIFAS ................................................................ 32
F. Adaptasi Psikologi Masa Nifas .............................................................................................. 36
BAB IV .......................................................................................................................................... 45
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS .................................................................................... 45
A. Asuhan Keperawatan Ibu Nifas Fisiologis ........................................................................... 45
B. ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS PATOLOGIS ................................................... 67
BAB V ............................................................................................................................................ 77
PENUTUP...................................................................................................................................... 77
Kesimpulan ................................................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 78
2
Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang
Di Indonesia, saat ini banyak sekali kematian ibu yang terjadi selama masa nifas.
Oleh sebab itu,kita sebagai tenaga medis dituntut untuk menguasai pengetahuan dan
teknologi agar dapat melakukan deteksi secara dini terhadap komplikasi selama masa nifas.
Selain itu, juga harus mampu menerapkan teori yang dimilikinya ke dalam tindakan klinis
secara tepat dan cepat. Dan juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat .
Asuhan masa nifas bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik
maupun psikologis, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
menangani atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu atau bayinya. Angka kematian ibu
yang tinggi terjadi akibat beberapa factor , antara lain komplikasi yang terjadi pada
kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.
Komplikasi vang paling sering menyebabkan kematian pada ibu yang melahirkan adalah
perdarahan, eklampsia, infeksi, dan partus yang lama (Azwar 2006).
Dari pemaparan di atas penulis ingin menjelaskan tentang asuhan keperawatan ibu
nifas dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI.
3
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
A. Genetalia Eksterna
1. Tundun (Mons Veneris) Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.
Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis. Pertumbuhan rambut
kemaluan ini tergantung dari suku bangsa dan jenis kelamin. Batas atasnya melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
a. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuklonjong Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutup rambut, vang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa panjang 7-8
cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora sangat
berdekatan.
b. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora),
tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembap
dan berwarna kemerahan. Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis.
c. Klitoris A
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-
rata tidak melebihi 2 cm.
d. Vestibulum (Serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar ortholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral.
4
Kelenjar ortholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika teriadi
rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri
Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen.
e. Himen (Selaput Dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis. Lapisan tipis ini vang menutupi
sebagian besar dari liang senggama, tengahnya berlubang sehingga kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku
dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
Saat melakukan koitus pertama sekal dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior.
f. Perineum (Kerampang)
Olinlaum Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebil 4 cm.
Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulu coccygeus.Otot-otot
berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincte ani atau katup anus internal.
Gambar:
5
B. Genetalia Interna
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghasilkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfringter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak di antara
kandung kemih dan rectum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri
membagi puncak (ujung) vagina menjadi: forniks anterior, forniks posterior, forniks
dekstra, dan forniks sisistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Kesamaan vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah sebagai saluran untuk mengeluarkan lender uterus
dan darah menstruasi, alat hubungan seks, dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat,terletak di pelvis minor di antara kandung
kemih dan rectum. Dinding belakang, depan, dan atas tertutup peritoneum, sedangkan
bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih. Vaskularisasi uterus berasal dari
arteri uterine yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna
(arterihipogastrika interna).
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran
anak-anak 2-3cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm, dan >80 gram pada wanita
hamil. Uterus dapat menahan beban 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1. Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf.
Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
6
2. Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah,
dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut
otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjept rapat, dengan demikian perdarahan dapat
terhenti. Makin kea rah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara asteum uteri internum anatomikum,
yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histoligum (di mana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput
lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah
rahim dan meregang saat persalinan.
3. Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan
terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarkan cairan secara terus-menerus,sihingga dapat membasahi vagina.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan tubule-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameter
3-8 mm. berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran
dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastulayang
siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak dikiri dan kanan uterus di
bawah tuba uteria dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-
kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ketika dilahirkan, wanita memiliki
cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya.
7
Ovarium yang disebut juga indung telur memiliki fungsi memproduksi ovum,
hormone estrogen, dan progesterone.
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan
folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormone estrogen. Estrogen
merupakan hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan
tanda seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
pubis, pertumbuhan rambut ketiak,dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi
pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum
melepaskan ovum. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen
untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi
sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari
disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
Gambar:
8
BAB III
Konsep Nifas
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu
dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang
keluar dari rahim setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar
dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi
sedikit yang disebut nifas.
1. Menurut Benner V.R dan Brown L.K (1996) perperium adalah waktu mengenai
perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman
melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga.
2. Menurut Williams puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan
segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali normal.
3. Menurut the Midwife’s Rule (1993)
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 20 dan tidak lebih dari 28 hari
setelah akhir persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang continue ari bidan
kepada ibu dan bayi sedang diperlukan.
4. Menurut Cristina S Ibrahim (1998)
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.
5. Menurut JMPK-KR (2002), masa nifas secara harfiah didefinisikan meliputi minggu-
minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
atau kembali normal.
6. Sedangkan Depkes (2002), menuliskan bahwa puerperium adalah waktu mengenai
perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman
melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga.
7. Vervney, H (2007), juga mengatakan bahwa periode pasca persalinan (post partum)
ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai berakhinya
9
periode intrapartum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi wanita
tersebut kekondisi tidak hamil.
8. Menurut Sarwono (2005), masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-
kira setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum
waktu 3 bulan.
9. Masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lamanya 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
10. Periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan
tidak hamil, yang membutuhkan waktu selama 6 minggu (Farrer, 2001).
11. Saifuddin (2002), mengatakan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir
dan berkahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, yang
berlangsung 6 minggu.
12. Pusdiknakes (2003), mengatakan bahwa masa nifas adalah masa dimulai beberapa
jam sesudah lahimnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
13. Abdul Bari (2000), mengatakan Masa nifas dlimulai setetah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu
14. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal (F Gary Cunningham, Mac Donald, 1995)
1. Peurperium Dini (immediate puerperium): waktu 0-24 jam post partum. Yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. dalam agama
islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari,.
2. Peurperium Intermedial (early puerperium): waktu 1-7 hari post
partum. Kepulihan menyelunuh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote Peurperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post partum. Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan atau tahun
10
B. Fisiologi Nifas
1. Uterus
a. Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). (gambar)
1. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
11
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semuala dan lima kali lebarnya dari
sebelum hamil. Sitoplasma yang berlebihan akan tercerna dengan sendirinya
sehingga hanya tertinggak jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai
bukti kehamilan.
2. Atrofi Jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-
otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium
yang baru.
3. Efek Oksitosin (Kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar
hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus
akan mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu
untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus dapat
berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara
intravena atau intramuskuler, segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI
segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan
bayi pada payudara ibu.
b. Lokhea
Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah
dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme lain berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau
12
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna
dan volume karena adanya proses involusi.
Ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada saat persalinan, kurangnya asupan
cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Agar buang air besar dapat kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi dini. Bila ini tidak berhasil, dalam
waktu 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
14
Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan, ibu akan merasa sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam
pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum.
Kadar hormon esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulis dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan
kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat
fisioterapi.
15
Perubahan Sistem Endokrin
1. Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke-7 pot partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-
3 post partum.
2. Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui,
prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase
konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga di pengaruhi oleh faktor
menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya
kadar esterogen dan progesteron.
4. Kadar Esterogen
Setelah persalinan, terjadi kadar penurunan kadar esterogen yang bermakna
sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi
kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
1. Suhu Badan
Dalam 1 hari (24 jam) psot partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5°-38°C)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genetalis, atau sistem lain).
2. Nadi
Danyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi
sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi
100 kali per menit adalah abnormal dan hal lain menunjukkan adanya kemungkinan
infeksi.
16
3. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali biada ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan. (gambar)
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan
kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine.
Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma masa persalinan. Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml,
sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipat nya. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit).
Selama persalinan , shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan
menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjadi pada3-5 hari
post partum.
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-
faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar
fibrinogen akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan
faktor prmbekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih
dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari
17
post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik sampai 25.000-30.000 tanpa
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa
post partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah yang
beruba-ubah. Semua tungkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita
tersebut. Selama Kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500
ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan
kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih
akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun
dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan
semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetap tinggi
pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan normal.
C. Patologi Nifas
Gejala masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari normalnya terjadi gejala
darah akan keluar dari mulut rahim yang merupakan sisa dari plasenta, kotoran, dan juga
dinding rahim selama bayi berada dalam kandungan. Dampak masa nifas yang biasa terjadi
yaitu:
1. Anemia, terjadi perdarahan hebat pada ibu dan mengakibatkan kekurangan banyak
darah.
2. Depresi Masa Nifas, terjadi selama 1 minggu setelah melahirkan. Ibu akan
mengalami perubahan hormon yang mempengaruhi perilakunya.
3. Infeksi Masa Nifas, terjadi karena hubungan seks yang belum diperbolehkan saat
masa nifas, karena akan mengakibatkan demam tinggi dan terdapat cairan berbau
yang keluar dari mulut rahim. Jika hal tersebut terjadi sebaiknya konsultasikan ke
dokter kandungan.
18
Keadaan abnormal (patologi) yang dapat menyertai kala nifas:
1. Pada Rahim
a. Subinvolusi uteri
Proteolitik terjadi sebelum persalinan, yang mengakibatkan otot rahim kembali ke
bentuk semula. Lalu terjadi involusi pada rahim yang pada beberapa tidak berjalan
dengan semestinya hingga terjadi perlambatan proses pengecilan ke bentuk
semula (subinvolusi uteri) yang penyebabnya karena infeksi endometrium,
terdapat sisa atau selaput plasenta dan bekuan darah atau mioma uteri.
b. Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan yang terjadi pada 24 jam pertama dan disebabkan karena adanya sisa
plasenta atau selaput ketuban, infeksi endometrium, sebagian kecil terjadi dalam
bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri. Gejala
klinisnya yaitu terjadi perdarahan yang berkepanjangan dan cukup banyak,
disertai rasa sakit di daerah uterus.
c. Flegmasia alba dolens
Merupakan bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena
femoralis. Jika disertai terjadinya pembentukan trombosit dapat menimbulkan:
1. Pembekakan pada tungkai
2. Berwarna putih
3. Nyeri
4. pembuluh darah tampak membendung
5. suhu badan meningkat
2. Pada Payudara
1. Bendungan ASI
- Terdapat sumbatan di saluran ASI
- ASI tidak kosong
- Mamae bengkak, keras, panas
- Ditangani dengan dipijat atau dipompa untuk mengosongkan ASI dan
memberikan estradiol
2. Mastitis dan abses mamae
- Infeksi mamae yang diakibatkan arena bendungan ASI
19
- Bakteri penyebab infeksi adalah stafilokokus aureus masuk melalui puting
susu yang luka. Dampak dari itu demam, nyeri pada mamae, mamae memadat,
dan kulit mamae berubah warna.
Keadaan yang berlangsung selama 3-6 bulan ini terjadi karena depresi, dan
diakibatkan oleh rasa sakit yang muncul saat melahirkan.
Setelah ibu melahirkan selanjutnya akan terjadi peningkatan pembentukan urin untuk
hemodilusi darah, terjadi peningkatan suhu tubuh yang bukan merupakan keadaan
patologis pada hari pertama. Infeksi kala nifas yaitu peradangan pada genetalia saat
masa nifas dengan disertai peningkatan suhu badan selama dua hari berturut-turut.
Faktor predisposisi infeksi kala nifas:
1. Terjadinya persalinan terlantar karena berlangsung lama
2. Tindakan operasi persalinan
3. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
4. Ketuban pecah dini, pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam
5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum seperti: perdarahan antepartum
dan postpartum, anemia saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan, mempunyai
penyakit infeksi.
- Infeksi kala nifas terjadi karena:
1. Terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam
2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosocomial)
3. Hubungan seks sebelum persalinan
4. Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban
pecah lebih dari enam jam, terdapat infeksi local
- Bentuk infeksi bermacam-macam, ada yang bersifat local, sampai terjadi sepsis
hingga kematian puerperium.
Bentuk-bentuk infeksi :
1. Bentuk infeksi lokal
o Infeksi pada luka episiotomi
o Infeksi pada vagina
20
o Infeksi pada serviks yang luka
2. Bentuk infeksi general(menyebar)
o Parametritis
o Peritonitis
o Sepsikemi dan piemia
3. Penyebaran infeksi kala nifas dapat melalui:
o Berkelanjutan perkantinuitatum
o Melalui pembuluh darah
o Melalui pembuluh limfe
o Penyebaran melalui bekas implantasi plasenta
a. Infeksi lokal
o Pembengkakan luka episiotomi
o Terjadi pernanahan
o Perubahan warna lokal
o Pengeluaran lokhea bercampur darah
o Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
o Temperatur badan dapat meningkat
b. Infeksi Umum
o Tampak sakit dan lemah
o Temperature meningkat diatas 39 derajat celsius
o Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat
o Pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak
o Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma
o Terjadi gangguan involusi uterus
o Lokhea: berbau dan bernanah serta kotor
Persalinan normal yang ditolong dengan baik tidak terlalu banyak terjadi infeksi kala
nifas
21
2. Saat persalinan
- Perlukaan dikurangi sebanyak mungkin
- Perlukaan yang teriadi dirawat sebaik- baiknya
- Mencegah terjadi perdarahan postpartum
- Kurang melakukan pemeriksaan dalam
- Hindari persalinan yang berlangsung lama
3. Kala nifas
- Lakukan mobilisasi dini
- Perlukaan dirawat dengan baik
- Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial.
Pengobatan Infeksi Kala Nifas
Pada persalinan yang terjadi perlukaan akan menimbulkan infeksi. Pada persalinan
yang terinfeksi kala nifas memerlukan profilaksis antibiotika. Untuk mengurangi
penyebaran infeksi kala nifas diperlukan perawatan luka lokal dan jika terjadi lebih parah
dapat dilakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama
Perdarahan nifas terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan nifas sekunder
adalah perdarahan yang terjadi setelah lebih 24 jam post partum dan biasanya terjadi pada
minggu kedua pada nífas.
1. Faktor-faktor penyebab
- Endometritis
- Sub involusio
- Sisa plasenta
- Mioma uteri
- Kelainan uterus
- Inversio uteri
- Pemberian estrogen untuk menekan laktasi
2. Gejala klinis
- Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui partum pengeluaran lokhea normal
- Terjadi perdarahan yang cukup banyak
- Rasa sakit didaerah uterus
22
- Palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari yang seharusnya
- Pada VT: didapatkan uterus yang membesar, lunak, dan dan dari osteum uteri
keluar darah
3. Patofisiologi late HPP
a. Sub involusio
Sub involusio adalah kelambatan involusio yang disertai pemanjangan periode
pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang banyak. Proses ini
dapat dikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang
tidak teratur atau berlebihan. Uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak
daripada keadan normalnya selama periode tertentu puerperium, sebagian besar
kasus sub involusi teriadi akibat etiologi setempat yang sudah diketahui yaitu
retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.
b. Hematoma nifas
Darah dapat mengalir ke dalam jaringan ikat di bawah kulit yang menutupi
genitalia eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hermatoma
25
dan ikan, udang kerang, susu dan keju. Sedangkan protein naba bay terkandung dalam
tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain lain.
26
Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan
saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat
(untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan
terhadap infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumbermya
berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga, pepaya dan sayuran.
Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi serta
penyerapan kalsium dan fosfor. Sumbernya berasal minyak ikan, ikan, susu,
margarine, dan penyinaran kulit dengan matahari pagi sebelum jam 9.
Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari hati, brokoli,
bayam dan kuning telur.
B. Ambulasi
Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah
persalinan nomal berquna untuk memperlancat sirkulasi darah dan mengeluarkan ca
vagina (lochea). Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidu terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri
ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan
pulang. Mobilisasi diatas mempunyai varias, bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
C. Eliminasi
Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk berkemih, tetapi usahakanlah
untuk berkemih secara leratur, karena kandung kemih yang penuh dapat
menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan timbulnya
perdarahan dari rahim. Seperti halnya dengan berkemih, perempuan pascamelahirkan
sering tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang dapat disebabkan
pengosongan usus besar (klisma) sebelum melahirkan atau ketakutan menimbulkan
robekan pada jahitan di kemaluan. Sebenamya kotoran yang dalam beberapa hari
tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat menyulitkan di kemudian hari.
Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil
27
tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih
secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan.
Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan
gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar.
Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan
terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan
mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum.
D. Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar
hari ke-5 setelah melahirkan. Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan
waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Hendaknya kencing dapat
dilakukan sendirisecepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, arena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama
persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya
dilakukan kateterisasi. Anjuran:
1. Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.
2. Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan menyebabkan
terjadinya bendungan air seni. Akibatnya akan timbul gangguan pada kontraksi
rahim sehingga pengeluaran lochea tidak lancar.
3. Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.
4. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendini, dilaknula baik kateterisasi.
5. Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter unta 1 K
mengistirahatkan otot otot kandung kencing.
6. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya,tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
E. Defekasi
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit takut jahitan
terbuka, atau karena adanya haemorroid. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi
berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum
bisa dilakukan klisma. Anjuran:
1. Mobilisasi dini
28
2. Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum Sebaiknya pada hari
kedua ibu sudah bisa BAB, jika pada hari ketiga belum BAB, ibu bisa
menggunakan pencahar berbentuk suppositoria (pil yang dibuat dari bahan
yang mudah mencair dan mengandung pengeluaran lochea
3. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan. obat-obat untuk
dimasukkan kedalam liang anus). Ini penting untuk menghindari gangguan
pada kontraksi uterus yang dapat menghambat
4. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di
rektum, mungkin terjadi febris
5. Lakukan klisma atau berkan laksan per oral
6. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi
29
e. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
f. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan
sabun.
2. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yanga mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di
daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan
pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat
lochea. Pakaian yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan juga
terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat
menjadi banyak (disamping urin). Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil.
3. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu biasanya akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormone sehingga rambut menjadi lebih tipis dibandingkan
keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih kembali setelah
beberapa bulan. Perawatan rambut perlu diperhatikan oleh ibu yaitu mencuci
rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut dan
hindari pengguanan pengering rambut.
4. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan
pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasa jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga agar kulit tetap dalam
keadaan kering.
Bila tidak ada infeksi tidak diperlukan penggunaan antiseptik, cukup dengan air
bersih saja. Beberapa alasan yanh sering dikeluhkan adalah takut sakit atau
khawatir jahitan di antara anus dan vagina akan robek, padahal ini jelas tidak
benar.
30
Lain kalau alasannya takut sakit. Setelah persalinan normal, saat vagina
dibersihkan akan terasa nyeri karena ada bekas jahitan di daerah perineu (antara
anus dan alat kelamin). Namun, bukan berarti ibu boleh alpa membersihkannya,
walau terasa nyeri cebok setelah buang air kecil atau besar tetap perlu dilakukan
dengan seksama.
31
keluarga jika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu
dan bayi istirahat untuk manghilangkan rasa tegang dan lelah.
H. Rencana KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak
memakai kontrasepsi yang mengandung hormone, harus menggunakan obat yang
tidak memnganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak
dianjurkan.
I. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat
bendungan ASI
1. Ajarkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama putting susu.
2. Ajarkan tehnik-tehnik perawatan apabila terjadi gangguan pada payudara, seperti
putting susu lecet dan pembengkakan payudara.
3. Menggunakan BH yang menyokong payudara
a. Menyusui
1. Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
2. Berikan ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa
memakai jadwal.
b. Lingkungan hidup
1. Bersosialisasi dengan lingkungan hidup disekitar ibu.
2. Ciptakan suasana yang tenang dan harmonis dengan keluarga.
3. Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan keluarga yang
menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan kurang bahagia.
4. Berintegrasi dan saling mendukung dengan pasangan dalam merawat dan
mengasuh bayi.
1. Sistem Pernafasan
Kembalinya posisi dada setelah melahirkan bayi akibat penurunan tekanan pada
diagfragma. Sistem pernafasan kembali ke keadaan sebelum hamil pada akhir
periode nifas. Pengkajian dan tindakan keperawatan: Kaji tingkat pernafasan :
32
setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menit pada jam kedua, setiap 4 jam
selama 22 jam berikutnya dan setiap shift setelah 24 jam pertama.
2. Sistem Kardiovaskuler
Melahirkan melalui vagina kehilangan darah rata-rata 400 sampai 500 ml. Ini
memiliki efek yang minimal karena pada waktu hamil terjadi hypervolemia. Ada
peningkatan curah jantung selama beberapa jam pertama setelah melahirkan
karena darah yang masuk melalui uteroplasenta kembali ke sistem maternal.
Curah jantung akan kembali ke keadaan sebelum dalam waktu 48 jam. Sel darah
putih akan meningkat menjadi 25000/ml dalam beberapa jam setelah melahirkan
dan kembali normal dalam 7 hari. Ibu yang melahirkan beresiko trombosis terkait
dengan peningkatan sirkulasi faktor pembekuan selama kehamilan. Faktor
pembekuan lambat laun menurun setelah plasenta lahir dan kembali ke rentang
normal 2 minggu nifas.
3. Perubahan pada Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi meliputi rahim, leher rahim, vagina dan perineum mengalami
perubahan selama 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini beresiko
perdarahan dan infeksi, pengkajian dan intervensi keperawatan bertujuan untuk
mengurangi resiko ini.
a. Uterus
Setelah melahirkan terjadi proses involusi, dimana rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil karena adanya kontraksi uterus dan atrifi otot rahim. Pada ibu
multipara dan menyusui mungkin akan mengalami “afterpain” selama
beberapa hari postpartum.
Afterpain nyeri yang berkaitan dengan adanya kontraksi uterus dan
peningkatan oksitosin untuk pengeluaran ASI, kontraksi uterus selama
postpartum untuk mengurangi resiko perdarahan.
b. Endometrium
Endometrium selaput lendir yang melapisi rahim, mengalami regenerasi
setelah plasenta lahir, melalui proses nekrosis lapisan superfisial dari desidua
basalis menjadi jaringan endometrium. Lochia yang keluar dari rahim
mengalami perubahan dari waktu ke waktu mencerminkan tahap
33
penyembuhan. Kontraksi uterus menyempitkan pembuluh sekitar lokasi
plasenta dan membantu mengurangi jumlah kehilangan darah.
c. Vagina dan Perineum
Vagina dan perineum mengalami perubahan terkait dengan proses melahirkan,
mulai dari luka ringan akibat peregangan sampai episiotomy. Ibu akan
mengalami rasa sakit ringan sampai berat tergantung pada tingkat dan jenis
trauma vagina dan atau perineu. Komplikasi utama adalah infeksi pada luka
atau luka episiotomy. Proses penyembuhan dan pemulihan selama periode
postpartum.
d. Payudara
4. Sistem Kekebalan
Ibu nifas umumnya mengalami suhu tubuh selama 24 jam pertama setekah
melahirkan. Hal ini berkaitan dengan ibu banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan bayi kemudian mengalami kelelahan, dehidrasi dan perubahan
hormonal. Apanila suhu lebih dari 38°C setelah 24 jam pertama melahirkan,
kemungkinan ada indikasi infeksi postpartum dan memerlukan pengkajian lebih
lanjut.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
Kaji sushu tubuh, setiap 15 menit pada jam pertama, 30 menit selama satu jam
kedua, 4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap setelah 24 jam pertama. Bila suhu
38°C atau lebih tinggi setelah 24 jam, anjurkan minum banyak.
34
5. Sistem Pencernaan
Adanya penurunan tonus otot gastrointestinal dan motilitas usus setelah melahirkan
dan fungsinya akan normal kembali dua minggu setelah melahirkan. Konstipasi,
ibu postpartum berisiko sembelit karena :
1) Penurunan motilitas GI
2) Penurunan aktivitas fisik
3) Banyak mengeluarkan cairan pada waktu melahirkan
4) Nyeri pada perineum dan trauma
5) Wasir akan berkurang namun nyeri
Setelah melahirkan ibu akan merasa lapr berikan diet biasa/makanan ringan,
kecuali ibu mengalami penyakit tertentu seperti diabetes. Penurunan berat badan
terjadi selama 2 sampai 3 minggu nifas.
6. Sistem Perkemihan
Distensi kandung kemih karena ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih, umumnya tarjadi beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hal ini terkait
dengan penurunan sensasi atau edema sekitar uretra. Diuresis disebabkan oleh
kadar estrogen dan oksitosin menurun, ter jadi dalam waktu 12 jam setelah
melahirkan dan membantu mengeluarkan kelebihan cairan.
7. Sistem Endokrin
Setlah plasenta lahir terjadi perubahan pada sistem endokrin. Estrogen, progesteron
dan prolaktin menurun. Estrogen mulai meningkat setelah minggu pertama setelah
melahirkan. Ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin terus menurun pada 3 minggu
pertama postpartum, menstruasi dimulai 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan.
Menstruasi pertama biasanya anovulasi dan ovulasi biasanya terjadi siklus
keempat. Sedangkan untuk ibu yang menyusui kadar prolaktin meningkat untuk
produksi ASI. Laktasi jumlah menyusui. Ovulasi akan kembali dalam waktu yang
lebih lama dibandingkan ibu yang tidak menyusui.
Diaforesisi terjadi pada minggu pertama postpartum karena kadar estrogen
menurun. Berkeringat banyak pada malam hari, untuk membuang cairan dalam
tubuh karena peningkatan cairan yang terakumulasi selama kehamilan.
35
8. Sistem Otot dan Saraf
Setalah melahirkan otot-otot perut mengalami kekenduran dan perut tampak
lembut dan lembek. Beberapa wanita mengalami diastasis recti abdominalis.
(gambar)
Diastasis Recti. Terdapat pemisahan pada oto rectus Ibu nifas mengalami nyeri
otot karena banyak menggunakan tenaga ketika melahirkan. Sensasi saraf pada
tubuh bagian bawah akan berkurang pada ibu yang melahirkan dengan anastesi
epidural selama persalinan. Ambulasi dilakukan ketika sensasi sudah kembali
maksimal.
Adanya peran baru sebagai ibu dapat menimbulkan stress. Beberapa faktor yang berperan
dalam penyesuaian ibu antara lain :
Wanita membutuhkan kasih sayang., pengakuan dari manusia lain serta butuh dikenal,
butuh dihargai, butuh diperhatikan dan butuh mendapat dukungan dari orang lain, keluarga
dan teman terutama setelah melahirkan dimana pada periode ini cukup sering seorang ibu
menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi ringan setelah
melahirkan tersebut merupakan akibat dari beberapa faktor penyebab yang paling sering
adalah:
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas, takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan karena adanya perubahan peran.
2. Rasa sakit yang timbul pada masa nifas awal.
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.
4. Kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit.
5. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya (body image).
6. Riwayat perkawinan yang abnormal.
7. Riwayat kelahiran mati atau cacat.
36
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati periode ini, kita sebagai
perawat harus bertindak bijaksana, dapat menunjukkan rasa empati, menghargai dan
menghormati setiap ibu bagaimana adanya, misalnya memperhatikan dengan memberi
ucapan selamat atas kelahiran bayinya yang dapat memberikan perasaan senang pada ibu.
Dalam memberikan dukungan dan suport dapat melibatkan suami, keluarga, dan teman
di dalam melaksanakan asuhan sehingga melahirkan hubungan antar manusia yang baik,antar
petugas dengan klien, dan antar klien sendiri. Dengan adanya a good human realitionship
diharapkan akan memenuhi kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan anak.
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya, tubuhnya
sendiri. Mengulang-ulang menceritakan pengalaman proses bersalin yang dialami.
Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala
kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses
pemulihan.
37
Post Partum Blues (Kemurungan Masa Nifas)
Kemurungan pada masa nifas umumnya terjadi pada ibu baru. Hal ini disebabkan oleh
perubahan dalam tubuh seorang wanita selama kehamilannya serta perubahan-perubahan
irama atau cara hidupnya sesudah bayinya terlahir. Yang beresiko mengalami kemurungan
pasca bersalin adalah wanita muda, kesulitan menyusui bayinya. Post partum blues adalah
bentuk depresi yang paling ringan, baisanya timbul antara hari ke 2 sampai 2 minggu. Post
partum blues dialami hingga 50-80% ibu yang baru melahirkan. Hal ini disebabkan
perubahan hormonal pada pertengahan masa post partum.
Faktor-faktor yang memungkinkan menyebabkan post partum blues meliputi :
1. Pengalaman melahirkan, biasanya pada ibu dengan melahirkan kurang menyenangkan
dapat menyebabkan ibu sedih.
2. Perasaan sangat down setelah melahirkan, biasanya terjadi peningkatan emosi yang
disertai tangisan.
3. Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat membantu ibu merasa tidak mampu merawat
bayi dengan baik.
4. Kesulitan dalam mengalami kewajiban setelah melahirkan, ibu memberi makanan pada
bayi, aktifitas perawatan bayi.
5. Konflik dengan staf.
Gejala-gejala post partum blues yaitu:
1. Menangis
2. Perubahan perasaan
3. Cemas
4. Kesepian
5. Penurunan nafsu sex
6. Khawatir mengenai sang bayi
7. Kurang percaya diri mengenai kemampuan menjadi seorang ibu
Banyak ibu merasa “let down” sebelum melahirkan, sehingga dengan pengalaman partus
kalau kurang berkenan dan keraguan akan kemampuan untuk merawat bayinya akan
memperberat depresi ini. Khusus depresi ringan sampai dengan sedang mulai hari ke 2-3 post
partum dan teratasi dalam 1-2 minggu. Ibu dapat merasa sedih tanpa tahu sebab pasti. Depresi
38
yang relatif ringan jarang berkembang menjadi psikosis partum atau kondisi yang patalogis.
Depresi post partum adalah bentuk depresi yang lebih serius. Bedanya pada post partum dan
baby blues adalah pada frekuensi, intensitas, dan lamanya gejala.
Tanda-Tandanya :
Post partum depresi tidak sama dengan post partum psikosis. Beberapa ciri khas dari
post partum psikosis :
1. Sangat bingung, keadaan emosi turun naik
2. Gelisah, bergejolak
3. Halusinasi baik visual maupun audio sehingga dia mendengar bisikan atau melihat
seseorang yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang sangat diyakini dan mungkin
membahayakan kesehatannya dan mungkin bayinya atau orang lain
39
4. Takut melukai dirinya maupun bayinya., pada kasus psikosis post partum perlu
pertolongan psikiater dengan segera
Kesedihan “GRIEF” adalah reaksi normal ketika mengalami kehilangan sesuatu atau
seseorang yang dicintai (Davies, 1998). Potter perry, 1991 mengatakan bahwa greafing
adalah pengalaman seseorang yang mengalami kehilangan suatu benda, orang yang dekat,
bagian atau fungsi tubuhnya atau emosinya yang sebelumnya ada, kemudian hilang.
Situasi aktual dan potensial yang terjadi pada sesuatu yang dinilai berubah, sehingga
orang dapat mengalami kehilangan,body image, pekerjaan, sakit dan hospitalisasi. Kesedihan
adalah reaksi yang normal bila seseorang kehilangan barang atau orang yang dicintainya
(Devies, 1988). Orang tua bayi yang kehilangan atau kedukaan akan kecewa/frustasi karena
harapannya tidak terpenuhi. Orang tua bayi yang sakit, premature atau cacat mungkin
mengalami kesedihan dan kehilangan bentuk yang berbeda. Dukungan dari keluarga, teman
atau tenaga kesehatan sangat menolong dalam memberi dukungan moril bagi orang yang
mengalami kehilangan karena kematian. Suatu kesedihan yang diatasi dengan baik dapat
membangun yang mendalam akan kehidupan.
Tahap kehilangan menurut Kibber Ross (1978), setiap orang berbeda reaksinya terhadap
kesedihan menurut penelitian Ross dan Murray Parkes (1986), reaksi kebanyakan orang
terhadap kehilangan :
1. Tahap I
Shock atau menyangkal atau kaku merupakan reaksi yang lazim dimana pada tahap ini
bisa berteriak, tidak percaya atau mengatakan tidak mungkin, diam, terbelalak, bengong,
stress.
2. Tahap II
Pining (merana), marah, menawar, depresi, kekosongan salah satu dari semua ini bisa
dialami sebagai bagian dari emosi yang dialami mengatasi dan menerima situasi. Pining :
rasa sakit muncul, rasa rindu, dan kesepian, contohnya sakit daerah payudara atau tangan
rindu menggendong. Marah reaksi yang lazim muncul, dan memberikan kesempatan
mengekspresikan kemarahannya. Rasa bersalah : emosi yang biasa ditemui pada orang
berduka. Contoh : ibu melahirkan premature akan mengatakan “coba kalau saya tidak
40
merokok atau tidak minum jamu/cepat ke dokter” tidak mau merokoklagi kalau bayi saya
selamat.
Depresi atau kekosongan : dilihat dari fisik dan psikis. Contohnya wanita yang
bayinya lahir mati masih tetap merasakan atau menderita persalinan (induksi, luka
jahitan atau manual plasenta).
3. Tahap III
Penerimaan dan penyesuaian tahap ini sudah dicapai, dapat dikatakan kesedihan sudah
selesai (3 tahun).
Tahapan Kesedihan
Menurut Davidson (1984), membagi atas :
a. Shock dan Numbrese (mati rasa)
Pasangan merasa terpukul, tidak percaya, panik, stress dan marah. Pengalaman ini
dapat diintervensi dengan emosi. Fase ini terjadi selama 2 minggu pertama setelah
kesedihan itu datang. Pasangan merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi dan
akhirnya mereka akan berbuat sesuatu yang lebih baik.
b. Keingintahuan dan kerinduan (mencari – cari)
Fase ini terjadi setelah 2 minggu sampai dengan 4 bulan setelah kejadian. Hal ini
dapat diidentifikasi dengan kurangnya istirahat, marah, merasa bersalah. Pasangan
merasa menggendong bayinya, terbangun karena tangisan dan sering
memimpikannya. Mereka sering membahayakan kejadian yang membuat mereka
sedih dan bagaimana itu terjadi.
c. Disorganisasi
Fase ini berlangsung sekitar 5 samapai 9 bulan setelah kehilangan secara perlahan
akan terlupakan. Perasaan ayang mungkin terjadi adalah depresi, kesulitan
berkonsentrasi terhadap pekerjaan atau menghadapi masalah dengan dan gangguan
fisik serta emosinya. Beberapa pasangan merasa tidak akan bisa untuk melupakan
kejadian yang menyedihkan itu dan secara fisik mereka akan merasa sakit.
d. Reorganisasi
Situasi dimana pasangan akan merasa lebih baik dan dapat beraktifitas seperti
sediakala dan mereka kembali nmendapatkan kekuatan untuk menghadapi kesedihan
yang dialaminya dengan hal baru yang lebih menyenangkan, yaitu mulai menikmati
hiburan, sehingga mendapatkan ketenangan tanpa diikuti rasa bersalah seperti
sebelumnya. Reorganisasi berlangsung sampai dengan tahun pertama dari awal
kesedihan dan pasangan dapat menjalani kehidupannya kembali secara normal.
41
Menurut Kubler Ross (1970), membagi atas:
a. Denial (Menolak)
Pasangan menolak terhadap situasi kehilangan yang terjadi. Implikasi asuhan yang
harus diberikan adalah dengan memberikan support secara verbal.
b. Anger (marah)
Reaksi marah akan timbul baik dari dalam diri sendiri atau lingkungannya. Asuhan
yang diberikan dengan membantu untuk mengerti bahwa marah adalah suatu respon
normal terhadap perasaan kehilangan, hindari menarik diri dan membalas dengan
marah dan izinkan klien mengontrol sebaik mungkin emosinya sesuai dengan
keadaannya.
c. Bergaining (tawar menawar)
Tahap dimana pasangan ingin menunda kehilangan yang terjadi dan berharap
seandainya kehilangan ini tidak terjadi. Asuhan yang diberikan yaitu dengan
mendengarkan dengan penuh perhatian dengan apa yang pasangan sampaikan dan
mendorong pasangan untuk berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan
perasaan takut yang mereka rasakan.
d. Depresion (depresi)
Kehilangan merupakan hal nyata yang membuat pasangan menjadi berkabung
ditandai dengan tidak banyak bicara. Mungkin sering menangis, diam, menolak untuk
makan. Pada tahap ini biarkan pasangan mengekspresikan kesedihannya dan dalam
hal ini perlu dilakukan komunikasi non verbal dengan cara duduk yang tenang
disampingnya tanpa mengharapkan adanya suatu percakapan, bahkan sentuhan.
Berikan pengertian kepada keluarga bahwa sangat penting pasangan berada dalam
kesendirian untuk sementara waktu.
e. Acceptance (menerima)
Pasangan mulai menerima kenyataan yang terjadi dan mulai menentukan rencana –
rencana. Dalam tahap ini, dukung pasangan untuk berpartisipasi aktif dalam program
pemulihannya.
a. Efek Fisik
a) Kelelahan
b) Kehilangan selera
42
c) Masalah tidur
d) Lemah
e) Berat badan menurun
f) Sakit kepala
g) Pandangan kabur
h) Susah bernafas
i) Palpitasi
j) Kenaikan berat badan
k) Gelisah
b. Efek Emosi
a) Mengingkari
b) Bersalah
c) Marah
d) Kebencian
e) Depresi
f) Kesedihan
g) Perasaan gagal
h) Sulit untuk konsentrasi
i) Gagal dalam menerima kenyataan
j) Iritabilita
k) Perhatian terhadap orang yang telah meninggal.
c. Efek Sosial
a) Menarik diri dari lingkungan
b) Isosiasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman
Lima komponen konsep yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan antara lain:
1. Mengenal (Knowing)
Menyatakan bahwa tenanga kesehatan mempunyai waktu untuk melakukan pendekatan
dengan klien yang mengalami proses kehilangan atau kesedihan. Bagaiman tenaga
kesehatan memahami berbagai perasaan dan persepsi anggota keluarga yang kehilangan .
2. Membantu (doing for)
Bagaiman tenaga kesehatan membantu klien mengurangi beban seperti melakukan
sentuhan, melihat dan memeluk.
3. Memungkinkan (enabling)
43
Tenaga kesehatan melakukan penawaran yang memungkinkan setiap anggota keluarga
untuk memilih hal-hal yang dapat membuat mereka lebih nyaman, seperti mengambil foto
bayinya, melihat jenis kelamin serta membantu persiapan penguburan.
4. Mempertahankan kepercayaan (maintaining believe)
Bagaiman tenaga kesehatan dapat meluangkan waktu untuk meningkatkan kembali rasa
percaya diri dari klien dan mulai kembali memandang kedepan.
44
BAB IV
45
Tindakan keperawatan :
Bila kondisi seperti di atas terjadi, lakukan tindakan keperawatan seperti evaluasi
denyut nadi dan tekanan darah: setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menit
pada jam kedua, setiap 4 jam selama 22 ajm berikutnya dan setiap shift setelah 24
jam.
3. Perubahan pada Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi meliputi rahim, leher rahim, vagina dan perineum mengalami
perubahan selama 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini beresiko
perdarahan dan infeksi, pengkajian dan intervensi keperawatan bertujuan untuk
mengurangi resiko ini.
a. Uterus
Setelah melahirkan terjadi proses involusi, dimana rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil karena adanya kontraksi uterus dan atrifi otot rahim. Pada ibu
multipara dan menyusui mungkin akan mengalami “afterpain” selama
beberapa hari postpartum.
Afterpain nyeri yang berkaitan dengan adanya kontraksi uterus dan
peningkatan oksitosin untuk pengeluaran ASI, kontraksi uterus selama
postpartum untuk mengurangi resiko perdarahan.
46
4. Ukur jarak antara fundus dan umbilikus dengan menggunakan jari (setiap
luasnya jari tangan sama dengan 1 cm).
5. Simpulkan keadaan tinggi fundus uteri, segera setalah plasenta lahir
fundus berada setinggi pusat dan 24 jam setelah plasenta lahir fundus
berada 1 cm di bawah umbilikus.
(gambar)
b. Endometrium
Endometrium selaput lendir yang melapisi rahim, mengalami regenerasi
setelah plasenta lahir, melalui proses nekrosis lapisan superfisial dari desidua
basalis menjadi jaringan endometrium. Lochia yang keluar dari rahim
mengalami perubahan dari waktu ke waktu mencerminkan tahap
penyembuhan. Kontraksi uterus menyempitkan pembuluh sekitar lokasi
plasenta dan membantu mengurangi jumlah kehilangan darah.
Pengkajian
Kaji lochia setiap kali memeriksa tinggi fundus uteri.
1. Lihat pembalut yang digunakan dan tentukan jumlah lochia yang keluar.
(gambar)
2. Banyaknya lochia pada pembalut ditentukan setelah 1 jam, dinilai apakah :
sangat sedikit, sedikit, sedang atau banyak. Lochia mengandung bekuan
terjadi karena lochia telah bersatu di segmen bawah rahim.
3. Gumpalan kecil harus dicatat dalam status klien dan gumpalan besar dapat
mengganggu kontraksi uterus, dan harus dilakukan observasi (10 gram
gumpalan sama dengan 10 ml kehilangan darah).
Tabel 4.1 Tahap dan Karakteristik Lochia
Tahap Waktu Temuan yang Penyimpangan dari
diharapkan normal
Lochia Hari 1-3 Darah dengan Darah dengan
rubra gumpalan kecil. gumpalan
Sedang dengan besar
jumlah sedikit. Dalam waktu
Peningkatan 15 menit
jumlah lochia pembalut
ketika berdiri penuh (tanda
47
dan menyusui. perdarahan)
Bau amis Bau busuk
(tanda infeksi)
Fragmen
plasenta
Lochia Hari 4-10 Merah muda Kelanjutan
serosa atau warna dari tahap
coklat. rubra setalah
Jumlah sedikit. hari 4.
Bau amis. Dalam waktu
15 menit
pembalut
penuh (tanda
perdarahan).
Bau busuk
(tanda
infeksi).
Lochia Hari 10 Kuning ke Darah merah
alba putih. terang (tanda
Jumlah sedikit. postpartum
Bau amis. perdarahan).
Bau busuk
(tanda
infeksi).
Tindakan Keperawatan
Jika pasien perdarahan segera konsul ke tim medis yang menangani dan
berikan pendidikan kesehatan : Ajarkan memeriksa tinggi fundus uteri,
normalnya proses involusi, cara memijat rahim, informasikan mengenai
“Afterpain” (kram uterus karena kontraksi dan relaksasi penurunan ukuran).
Afterpain terjadi pada hari pertama dan 36 jam terakhir, lebih sering terjadi
pada multipara. Kondisi ini mungkin meningkat bila menyusui dalam hari-hari
pertama setelah melahirkan.
48
Bila kandung kemih penuh dapat meningkatkan afterpain, agar klien merasa
nyaman: kososngkan kandung kemih, selimuti daerah perut, analgesia dan
tehnik relaksasi. Berikan informasi tahapan lochia, aliran lochia dapat
meningkat ketika bangun tidur pagi hari atau bangun dari duduk untuk jangka
waktu yang lama. Lochia yang banyak tanda adanya perdarahan nifas, kaji
kontraksi uterus jika kontraksinya lembek, pijat uterus, jika pembalut sudah
diganti, lihat lagi jumlah nya dalam 15 menit. Anjurkan memberitahu perawat
atau dokter, jika mengalami: adanya peningkatan mendadak dalam jumlah
lochia, perdarahan merah terang setelah lochia rubra, bau busuk, berikan
informasi untuk mengurangi resiko anjurkan pasien untuk sering mengganti
pembalut, karena lochia merupakan media unruk pertumbuhan bakteri.
c. Vagina dan Perineum
Vagina dan perineum mengalami perubahan terkait dengan proses melahirkan,
mulai dari luka ringan akibat peregangan sampai episiotomy. Ibu akan
mengalami rasa sakit ringan sampai berat tergantung pada tingkat dan jenis
trauma vagina dan atau perineu. Komplikasi utama adalah infeksi pada luka
atau luka episiotomy. Proses penyembuhan dan pemulihan selama periode
postpartum.
50
7. Hindari panas pada daerah payudara karena akan merangsang produksi
ASI.
8. Kolaborasi pemberian analgesik untuk nyeri dan payudara akan
mengendur dalam 48 jam.
4. Sistem Kekebalan
Ibu nifas umumnya mengalami suhu tubuh selama 24 jam pertama setekah
melahirkan. Hal ini berkaitan dengan ibu banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan bayi kemudian mengalami kelelahan, dehidrasi dan perubahan
hormonal. Apanila suhu lebih dari 38°C setelah 24 jam pertama melahirkan,
kemungkinan ada indikasi infeksi postpartum dan memerlukan pengkajian lebih
lanjut.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
Kaji sushu tubuh, setiap 15 menit pada jam pertama, 30 menit selama satu jam
kedua, 4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap setelah 24 jam pertama. Bila suhu
38°C atau lebih tinggi setelah 24 jam, anjurkan minum banyak.
5. Sistem Pencernaan
Adanya penurunan tonus otot gastrointestinal dan motilitas usus setelah melahirkan
dan fungsinya akan normal kembali dua minggu setelah melahirkan. Konstipasi,
ibu postpartum berisiko sembelit karena :
6) Penurunan motilitas GI
7) Penurunan aktivitas fisik
8) Banyak mengeluarkan cairan pada waktu melahirkan
9) Nyeri pada perineum dan trauma
10) Wasir akan berkurang namun nyeri
Setelah melahirkan ibu akan merasa lapr berikan diet biasa/makanan ringan,
kecuali ibu mengalami penyakit tertentu seperti diabetes. Penurunan berat badan
terjadi selama 2 sampai 3 minggu nifas.
1. Menilai bisisng usus pada setiap shift, bila bisisng usus tidak terdengar
harus diberi tindakan.
51
2. Kaji konstipasi, tanyakan keadaan kondisi usus, berikan pendidikan
kesehatan tentang nutrisi dan cairan. Ibu yang menyusui membutuhkan
asupan 500 kalori per hari dan membutuhkan cairan sekitar 2 liter per hari.
Melakukan kegiatan dan latihan senam, untuk mengurangi konstipasi,
meningkatkan sirkulasi dan kenyamanan. Istilah dan kenyamanan sangat
penting untuk mempercepat penyembuhan dan meningkatkan produksi
ASI. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi ibu.
Gunakan cara mengatasi konstipasi ketika waktu hamil, apabila
menggunakan obat-obat untuk memudahkan BAB harus sesuai aturan.
3. Kaji hemoroid dengan cara pasien tidur miring kemudian memisahkan
pantat untuk melihat anus, bila hemoroid nyeri : Anjurkan meningkatkan
asupan cairan dan serat, menghindari duduk terlalu lama, sitz bath, untuk
membantu dalam meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri.
4. Kaji nafsu makan, jumlah makanan yang dimakan. Tanyakan apakah lapar,
adakah mual atau muntah.
5. Berikan pendidikan kesehatan :
a. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, serat untuk mengurangi
konstipasi.
b. Makanan bergizi untuk ibu menyusui.
c. Ambulasi untuk meningkatkan motilitas GI dan mengurangi gas dalam
usus.
d. Anjurkan asupan cairan 8 gelas per hari.
6. Sistem Perkemihan
Distensi kandung kemih karena ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih, umumnya tarjadi beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hal ini terkait
dengan penurunan sensasi atau edema sekitar uretra. Diuresis disebabkan oleh
kadar estrogen dan oksitosin menurun, ter jadi dalam waktu 12 jam setelah
melahirkan dan membantu mengeluarkan kelebihan cairan.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
1. Kaji gangguan kandung kemih dengan mengukur pengeluaran urin selama 24
jam pertama setelah melahirkan. Jika berkemih kurang dari 150 ml, perawat
perlu meraba kandung kemih, jika masih 12 jam belum tuntas gunakan kateter.
52
2. Kemudian kaji tanda-tanda kemungkinan sistitis. Ibu nifas harus sudah BAK
setelah 6 sampai 8 setelah melahirkan, setiap berkemih minimal 150 ml,
berkemih secara dini mengurangi sistitis.
3. Anjurkan minum 8 gelas.
7. Sistem Endokrin
Setlah plasenta lahir terjadi perubahan pada sistem endokrin. Estrogen, progesteron
dan prolaktin menurun. Estrogen mulai meningkat setelah minggu pertama setelah
melahirkan. Ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin terus menurun pada 3 minggu
pertama postpartum, menstruasi dimulai 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan.
Menstruasi pertama biasanya anovulasi dan ovulasi biasanya terjadi siklus
keempat. Sedangkan untuk ibu yang menyusui kadar prolaktin meningkat untuk
produksi ASI. Laktasi jumlah menyusui. Ovulasi akan kembali dalam waktu yang
lebih lama dibandingkan ibu yang tidak menyusui.
Diaforesisi terjadi pada minggu pertama postpartum karena kadar estrogen
menurun. Berkeringat banyak pada malam hari, untuk membuang cairan dalam
tubuh karena peningkatan cairan yang terakumulasi selama kehamilan.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
1. Kaji diaforesis, tanda infeksi dengan mengukur suhu tubuh. Berikan pendidikan
kesehatan, informasikan penyebab diaforesisi.
2. Gunakan pakaian tidur yang dapat menyerap keringat.
3. Anjurkan untuk mengukur suhu tubuh, informasikan kembalinya menstruasi
dan ovulasi.
4. Anjurkan menggunakan alat kontrasepsi ketika akan melakukan hubungan
seksusal.
8. Sistem Otot dan Saraf
Setalah melahirkan otot-otot perut mengalami kekenduran dan perut tampak
lembut dan lembek. Beberapa wanita mengalami diastasis recti abdominalis.
B. Diastasis Recti
Ibu nifas mengalami nyeri otot karena banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan. Sensasi saraf pada tubuh bagian bawah akan berkurang pada ibu yang
53
melahirkan dengan anastesi epidural selama persalinan. Ambulasi dilakukan ketika
sensasi sudah kembali maksimal.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
1. Kaji diastasis recti abdominis, perawat dapat merasakan pemisahan otot dan akan
berkurang seiring waktu,
2. Kaji nyeri otot. Untuk mengurangi rasa nyaman karena nyeri otot:
a. Kompres dengan kantung es pada daerah yang nyeri selama 20 menit.
b. Hangatkan daerah yang nyeri.
c. Mandi air hangat.
d. Analgesik
e. Kaji penurunan sensasi saraf, sensasi penuh pada ekstermitas bawah bagi ibu
yang melahirkan normal, apa yang diharapkan ibu yang melahirkan dengan
anastesi epidural dapat kembali beberapa jam setelah melahirkan.
f. Bantu ambulasi ketika sensasi telah kemabli normal.
Setelah Anda melakukan pengkajian dapat menentukan diagnosis keperawatan sesuai
dengan data yang diperoleh, di bawah ini ada beberapa Diagnosis Keperawatan yang
dapat membantu dalam merumuskan, sebagai berikut :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan atonia uteri.
3. Resiko gangguan eliminasi urine berhubungan penurunan sensasi.
4. Resiko konstipasi berhubungan dengan efek hormonal pada otot polos.
5. Resiko defisit pengetahuan tentang promosi kesehatan perubahan fisik pada
postpartum berhubungan dengan kurangnya informasi.
54
C. Perubahan Psikologis Ibu Nifas
Pendahuluan
Para mahasiswa yang berbahagia, perubahan fisiologis pada nifas dapat sangat
berkaitan dengan perubahan psikologis ibu. Dalam tahap penyesuaian terhadap peran
baru mereka sebagai orang tua harus dapat membagi waktu terhadap anggota
keluarga. Materi ini berfokus pada psikologis, emosional, dan perkembangan
perubahan yang terjadi selama masa transisi menjadi orang tua.
Transisi menjadi orang tua melibatkan prean ibu atau ayah, melihat anak sebagai
seorang induvidu dengannya atau kepribadiannya sendiri dan menggabungkan
anak baru didalam periode atal postpartum. Pada tahu 1960. Reva Rubin
melakukan studi penelitian kualitatif berfokus pada adaptasi ibu pada minggu
pertama postpartum. Risetnya adalah dasar dari pemahaman kita tentang
pengalaman psikologi ibu selama periode postpartum. Dua konsep
diidentifikasikan melalui penelitiannya adalah “fase menjadi ibu dan sentuhan
ibu”. Rubin (1984) menyempurnakan dan dimodifikasi yang lebih dikaitkan
dengan cara ibu dalam penyesuaian dan berperilaku serta mengidentifikasikan
cara membangun keluarga dan agar dapat “menjadi seorang ibu”.
56
Pasangan yang diberi judul ibu dan ayah dengan kelahiran anak mereka, harus
belajar menggapai harapan dan tanggung jawab didalam peran ini.
1. Contoh harapan peran orang tua adalah bahwa orang lain akan mengakui
orang tersebut sebagai orang tua atau bahwa anak akan mematuhu orang tua.
2. Contoh tanggung jawab adalah bahwa orang tua akan mecintai dan melindungi
anak mereka.
Proses belajar dan mengembangkan peran orang tua harus mulai sejak kehamilan.
Mitra yang belajar bersma selama kehamilan memiliki hasil yang lebih baik ketika
mereka mengambil peran orang tua. Menyediakan pasangan dengan informasi
tertulis mengenai berbagai gaya peran orang tua memungkinkan pasangan calon
untuk belajar tentang perilaku oarang tua. Pasangan calom kemudian dapat
mendiskusikan pengasuhan dan saling setuju pada harapan dan tanggung jawab
peran baru mereka.
Pengkajian
Tindakan keperawatan
57
1. Mendorong, melalui mendengarkan aktif, orang tua untuk berbicara tentang
pengalaman kelahiran mereka dan perasaan tentang menjaid orang tua.
2. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat, seperti orang tua
bisa tidur.
3. Memberikan perawatan yang sesuai kebutuhan.
4. Menyediakan lingkungan yang aman bagi orang tua untuk berbicara tentang
keperihatinan dan ketakutan tentang transisi abru, dan membantu mereka
menemukan cara untuk berkerja sama dalam menyelesaikan ketakutan.
5. Memberikan pendidikan orang tua pada perawatan bayi yang baru lahir
dengan menggunakan berbagai strategi pendidikan seperti handout, video, dan
demonstrasi prosedur (bersendawa, lampin, menghibur da merangsang bayi).
6. Membrikan informasi tentang pentingnya perhatian orang tua. (gambar)
“Menjadi seorang ibu” adalah istilah yang relatif baru yang digunakan untuk
menggambarkan dan menjelaskan proses bahwa perempuan mengalami masa
transisi untuk menjadi ibu dan pembentukan identitas sebagai ibu (Mercer, 2004).
Proses menjadi seorang ibu dimulai selama kehamilan, tapi biasa terjadi sebelum
kehamilan. Beberapa wanita mulai mempersiapkan untuk peran ini sebagai anak-
anak ketika mereka berfantasi tentang menjadi ibu dan bermain peran menjadi ibu
dengan dolls. Others, sebelum kehamilan, aktif meningkatlan kesehatan mereka
dalam persiapan untuk kehamilan (Mercer,2006).
58
keinginan wanita untuk mengasumsikan peran ibu dan karakteristik bayi seperti
penampilan dan temperamen (Mercer, 1995, 2006).
Tindakan Keperawatan
59
lahir dan perilaku ibu bertahan hingga 1. Berduka dan
sebagai berikut : berminggu-minggu melepaskan
1. Ibu berfokus dan perilaku ibu perilaku lama
pada sebagai berikut: beralih keperilaku
pribadinya, 1. Fokus bergerak baru yang
kenyamanan dari diri ke mendukung.
fisik dan bayi. Memasukkan bayi
perubahan. 2. Ibu mulai baru lahir ke dalam
2. Ibu bercerita menjadi kehidupan dirinya
kembali tentang mandiri. dimana bayi
pengalaman 3. Ibu memiliki menjadi tak
melahirkan. kemampuan terpisah darinya.
3. Ibu meningkat Menerima bayi
menyesuaikan untuk membuat baru lahir dengan
dengan keputusan. sungguh-sungguh
perubahan 4. Ibu tertarik 2. Berfantasi apa
psikologis. pada bayi baru akan/bisa
4. Ibu tergantung lahir dan dapat mempunyai peran
pada orang lain memenuhi baru.
untuknya dan kebutuhan. 3. Kemerdekaan
bayinya dalam 5. Ibu mulai kembali; mungkin
memenuhi mengambil pergi kembali ke
kebutuhan. peran sebagai tempat kerja atau
5. Ibu memiliki ibu. sekolah.
kemampuan 6. Ibu mulai 4. Mungkin memiliki
yang menurun belajar. perasaan duka, rasa
untuk membuat Ini adalah waktu yang bersalah, atau
keputusan. sangat baik untuk kegelisahan.
6. Ibu memberikan 5. Kembali harmonis
berkonsentrasi pendidikan kesehatan dalam hubungan
pada pribadi tentang postpartum. dengan pasangan
untuk 1. Ibu mulai (Rubin, 1963,
penyembuhan menyukai 1967).
60
fisik. (Rubin, peran “ibu”.
1963, 1967) 2. Ibu mungkin
memiliki
perasaan
banyak yang
dikerjakan dan
kewalahan.
3. Ibu
membutuhkan
jaminan lisan
bertemu
dengan bayi
yang baru lahir.
4. Ibu mungkin
menunjukkan
tanda-tanda dan
gejala baby
blues serta
kelelahan.
5. Ibu mulai
melihat dunia
luar (Rubin,
1963, 1967)
Pengkajian :
1. Review catatan prenatal dan faktor resiko.
2. Kaji fase ibu.
3. Mengkaji perilaku selama 24 sampai 48 jam.
4. Mengkaji-terus perilaku 24-48 jam dalam beberapa minggu pertma setelah
lahir.
Tindakan Keperawatan :
1. Perawatan dalam setiap fase Taking In dilaksanakan oleh perawat, karena ibu
lebih tergantung dan memiliki kesulitan membuat keputusan.
61
2. Perawatan selama Fase Taking Hold lebih dilaksanakan oleh ibu karena sudah
lebih mandiri dan memiliki peningkatan kemampuan untuk membuat
keputusan, memberikan tindakan kenyamanan seperti istirahat dan
mengurangi nyeri, membutuhkan pendidikan kesehatan tentang merawat diri
dan bayinya. Selama fase taking-hold, memuji ibu untuk dapat belajr karena ia
ingin belajar tetapi dapat menjadi frustasi dengan tidak mampu menguasai
tugas baru dengan cepat.
Bonding dan Attachment dipengaruhi oleh waktu, kedekatan orang tua dan bayi,
apakah kehamilan direncanakan/diinginkan dan kemampuan orang tua untuk
memproses melalui tugas-tugas perkembangan yang diperlukan orang tua.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi ikatan dan perilaku attachment adalah:
Dasar pengetahuan dari pasangan, pengalaman masa lalu dengan anak-anak,
kematangan dan tingkat pendidikan dari pasangan, dukungan diperpanjang,
harapan ibu/ayah dari kehamilan ini, harapan ibu/ayah dari bayi dan harapan
budaya.
Faktor Resiko Bonding dan/atau Attachment Tertunda:
1. Penyakit ibu selama kehamilan dan/atau periode postpartum dapat mengganggu
kemampuan untuk berinteraksi ibu dengan bayi.
2. Penyakit neonatal seperti prematuritasyang mengharuskan pemisahan bayi dan
orang tua.
3. Proses persalinan yang berkepanjangan atau rumit dan kelahiran yang
mengarah ke kelelahan untuk kedua wanita dan pasangannya.
4. Kelelahan selama periode postpartum berhubungan dengan kurangnya istirahat
dan tidur.
5. Ketidaknyamanan fisik yang dialami oleh ibu setelah melahirkan.
6. Ibu dalam usia perkembangan seperti remaja.
7. Stress yang baik berhubungan dengan kehamilan atau persalinan (misalnya,
keprihatinan dengan keuangan, sistem dukungan sosial yang buruk, atau perlu
kembali bekerja segera setelah melahirkan).
62
Tindakan Keperawatan :
4. Postpartum Blues
Postpartum Blues, juga dikenal sebagai baby blues, terjadi selama minggi pertama
postpartum, berlangsung selama beberapa hari, dan mempengaruhi mayoritas ibu.
Selama periode ini, ibu merasa sedih dan mudah menangis tapi dia mampu
merawat dirinya sendiri dan bayinya. Penyebab postpartum blues adalah:
perubahan kadar hormon, kelelahan, stress mempunyai peran baru sebagai ibu.
Tandan dan gejala postpartum blues adalah: kemarahan, kecemasa, perubahan
suasana hati, kesedihan, menangis, kesulitan tidur, dan kesulitan makan.
Tindakan Keperawatan :
1. Memberikan informasi kepada pasangan tentang postpartum blues.
2. Jelaskan bahwa ini terjadi di sebgaian besar postpartum.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam mengurangi stress.
4. Jelaskan pada pasangan pentingnya menahan emosional dan dukungan fisik
selama periode waktu ini.
5. Jelaskan bahwa ibu atau keluarga harus mencari bantuan dari layanan
kesehatan jika gejala bertahan lebih 4 minggu atau jika ibu membutuhjan
perhatian dari keluarganya, karena ia mungkin mengalami depresi postpartum.
63
Tabel 4.3 Alur Klinik untuk Transisi Menjadi Orang Tua
Fokus Postpartum Postpartum Postpartum Hasil yang
perawatan masuk RS 4-24 jam 24-48 jam diinginkan
Status Fase Taking-In Menuju Fase Fase Taking Ibu dapat
emosional Taking-Hold –Hold melakukan
Ibu mampu perawatan
merawat sendiri.
dirinya dan
menunjukka Ibu
n menujukkan
kemandirian peningkatan
dalam kepercayaan
perawatan diri dalam
bayi. merawat bayi.
64
konsisten untuk perilaku ibu Ajarkan Menyediakan
membangun dan metode sumber
keterikatan. ketertarikan untuk informasi jika
dengan menghibur pasien
bayinya. bayi. membutuhka
n
Mulailah
berikan
pendidikan
kesehatan
setelah
melahirkan.
65
Fase ibu, seperti yang didefinisikan oleh Rubin (1963, 1967), adalah tiga fase
proses yang terjadi selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan :
1. Fase taking in, masa perilaku tergantung, terjadi selama 24-48 jam pertama
setelah lahir dan perilaku ibu.
2. Fase taking hold, masa peralihan dari dependen ke independen perilaku,
bertahan hingga berminggu-minggu dan perilaku ibu.
3. Fase letinggi ho, masa dari mandiri ke peran baru.
1. Defisit pengetahuan yang berkaitan dengan peran orang tua karena peratama
kali menjadi orang tua.
2. Resiko untuk situsional gangguan harga diri karena baru mempunyai peran
sebagai orang tua.
3. Resiko untuk proses perubahan keluarga terkait dengan adanya anggota
keluarga baru.
4. Resiko perubahan interaksi antara orangtua-bayi yang berhubungan dengan
kecemasan menjadi orangtua baru.
Tujuan yang dibuat berdasarkan masalah yang akan dikurangi atau dihilangkan,
beberapa contoh dibawah ini hasil yang diharapkan dari tujuan diatas sebagai
berikut :
1. Orang tua akan memahami tentang peran orang tua harapan dan tanggung
jawab.
2. Orang tua akan beradaptasi mempunyai peran baru.
3. Orang tua akan menunjukkan komentar positif saat berinteraksi dengan anggota
keluarga.
4. Orang tua akan menggendong bayi dekat dengan tubuh, memenuhi kebutuhan
bayi baru lahir, dan berinteraksi dengan bayi baru lahir.
66
B. ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS PATOLOGIS
1. Perdarahan
Perdarahan postpartum/post partum haemorrhage (PPH) digolongkan menjadi
perdarahan primer dan sekunder. PPH primer terjadi dalam 24 jam postpartum dan
PPH sekunder 24 jam setelah postpartum. PPH primer didefinisikan sebagai
kehilangan darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama. Penyebab PPH primer
atonia uteru, laserasi dan hematoma. Penyebab PPH sekunder adalah hematoma,
subinvolusi dan sisa plasenta.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan
1. Untuk mengurangi resiko, kita dapat melihat dokumen riwayat prenatal dan
intranatal (anemia, persalinan lama, episiotomi).
2. Kaji tanda-tanda awal komplikasi, dan berikan intervensi secepatnya.
3. Menjaga kebersihan tangan baik pasien, petugas, maupun pengunjung.
4. Mempromosikan kesehatan tentang diet yang tepat, cairan dan aktivitas.
5. Memberikan dukungan emosional dari orang tua dan keluarga.
2. Atonia Uteri
Atonia uteri kontraksi uterus menurun penyebab utama perdarahan postpartum
primer. Kontraksi uterus mengerutkan pembuluh darah pada plasenta dan
sehingga membantu dalam mengurangi jumlah perdarahan yang keluar.
Pengkajian :
1. Fundus uteri lembek.
2. Pembalut penuh darah dalam waktu 25 menit.
3. Perdarahan lambat dan stabil tiba-tiba besar, ada gumpalan darah.
4. Conjungtiva pucat dan kulit dingin.
5. Kecemasan dan kebingungan.
6. Takikardi dan hipotensi.
Manajemen Medis
67
Tindakan Keperawatan
3. Laserasi
Laserasi merupakan penyebab kedua terbanyak PPH primer, dapat terjadi saat
persalinan. Bagian yang sering mengalami laserasi adalah leher rahim, vagina,
labia dan perineum. Laserasi dapat disebabkan persalinan dengan tindakan yang
menggunakan forcep atau vakum ekstrasi.
Pengkajian ditemukan :
1. Rahim berada diatas garis tengah.
2. Perdarahan dengan gumpalan.
3. Takikardi.
4. Hipotensi.
Manajemen Medis
Tindakan Keperawatan
4. Hematoma
Hematoma terjadi ketika darah berkumpul di dalam jaringan ikat pada vagina atau
daerah perineum, karena ada pembuluh darah yang pecah dan terus mengeluarkan
68
darah. Sulit untuk menentukan jumlah kehilangan darah, karena darah
dipertahankan dalam jaringan. Pelh karena itu PPH tidak dapat terdiagnosis sampai
ibu nifas mengalami syok hipovolemik. Faktor penyebab hematoma adalah
persalinan dengan episiotomi, forcep dan persalinan lama. (gambar)
Pengkajian ditemukan :
1. Nyeri hebar didaerah vagina dan perineum.
2. Takikardi dan hipotensi.
3. Hematoma terletak di dalam vagina tidak terlihat dari luar.
4. Hematoma didaerah perineum tampak pembengkaka, perubahan warna dan
lembut.
5. Hematoma dengan akumulasi darah 200 hingga 500 ml cukup besar.
Manajemen Medis
Tindakan Keperawatan
5. Subinvolusio
Subinvolusio uterus adalah istilah yang digunakan ketika rahim tidak terjadi
penurunan ukuran. Ini terjadi pada periode postpartum lanjut, sebelum dilakuakn
diagnosis subinovolusi, keadaan uterus dan lochia dalam keadaan involusi normal.
Faktor resiko : fibroid, endomatritis, dan sisa jariangan plasenta.
Pengakjain ditemukan :
1. Rahim lembut dan lebih besar dari normal setelah melahirkan.
2. Lochia kembali ke tahap rubra.
69
3. Adanya nyeri.
Manajemen Medis
Tindakan Keperawatan
Manajemen Medis
70
Tindakan Keperawatan :
1. Kaji fundus dan lochoa setiap jam selama empat jam pertama setelah
perdarahan.
2. Ajarkan bagaimana mengevaluasi fundus dan bagaimana melakukan pijatan
pada fundus serta tanda-tanda PPH.
3. Anjurkan minum banyak atau melalui IV untuk mengurangi resiko
hipovolemia.
4. Anjurkan untuk tidak menahan BAK, agar kandung kemih kosong untuk
mengurangi resiko perdarahan.
5. Membantu ambulasi karena ada peningkatan hipotensi ortostatik yang
berhubungan dengan kehilangan darah.
6. Jelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi resiko kelelahan berhubungan
dengan kehilangan darah.
7. Memberikan kesempatan pada klien untuk bercerita pengalaman PPH, untuk
mengurangi stress.
8. Memberikan informasi makanan yang mengandung zat besi untuk mengurangi
resiko anemia.
7. Pembekuan Darah
Trombosis adalah pembekuan darah dalam pembuluh darah. Selama kehamilan dan
6 minggu pertama setelh melahirkan, ibu beresiko mengalami pembekuan darah.
Hal ini berhubungan dengan adanyaperubahan fisiologis yang terjadi selama
kehamilan. Selama kehamilan, terjadi peningkatan fsktor pembekuan I, II, VII, IX,
X dan XII beserta peningkatan fibrinogen. Komponen-komponen pembekuan
darah tetap tinggi selama periode postpartum. Trombosis selama kehamilan dan
71
atau setelah melahirkan, biasanya terjadi dalam vena dikaki dan disebut sebagai
trombosis veinous dalam. Perlu diperhatikan bahwa bekuan akan terlepas menjadi
emboli dan masuk ke organ penting seperti paru-paru.
Faktor resiko :
1. Perubahan fisiologis normal dalam koagulasi yang berhubungan dengan
kehamilan.
2. Melahirkan melalui operasi seksio caesarea memiliki resiko lima kali lebih
besar dari kelahiran vagina.
3. Endometritis yang dapat menyebarkan ke sistem vaskuler menyebabkan
trombofleblitis.
4. Mobilitas menurun yang meningkatkan resiko venous statis.
5. Obesitas mengakibatkan tekanan ekstra pada pembuluh panggul sehingga
venous statis.
6. Peningkatan paritas.
Pengkajian ditemukan :
Manajeman Medis
Tindakan Keperawatan
72
5. Membantu ambulasi, ambulasi dini meningkatkan sirkulasi dan mengurangi
resiko vena statis.
6. Menyiapkan obat-obat analgesik utuk rasa sakit dan antikoagulan.
7. Evaluasi tanda-tanda kemungkinan trombosis dan catat.
A. Infeksi
Diperkirakan bahwa 1% sampai 8% ibu akan mengalami infeksi postpartum
(Kennedy, 2007). Hari ini juga memperkirakan bahwa 0,6 kematian ibu per 100.000
kelahirsn hidup, dikaitkan dengan infeksi postpartum. Daerah yang paling sering
terkena infeksi selama periode postpartum adalah rahim, kandung kemih, payudara,
dan daerah infeksi.
Kebanyakan infeksi yang terjadi selama postpartum mudah diobati apabila terdeteksi
secara dini. Infeksi yang tidak teridentifikasi dan tidak diobati pada tahap dini dapat
menyebabkan komplikasi serius seperti pembentukan abses, selulitis, trombofleblitis,
dan septik syok.
Tindakan Keperawatan :
1. Mengurangi resiko terkena infeksi.
2. Mengidentifikasi tanda-tanda awal infeksi.
3. Hasil kajian bila ada tanda-tanda infeksi dilaporkan.
1. Endometritis
Endometritis adalah infeksi postpartum yang paling umum, ini adalh infeksi dari
endometrium yang biasanya dimulai pada plasenta dan menyebar ke seluruh
endometrium (AWHONN, 2006). Sekitar 2% ibu yang melahirkan melalui vagina
dan 15% yang melahirkan dengan operasi secsio caesar mengalami endometritis.
Faktor resiko :
Ibu-ibu yang mengalami pecah membran pada waktu yang lama, persalinan lama,
melahirkan melalui operasi secsio caesar, anemia, malnutrisi, perdarahan
postpartum dan diabetes.
Pengkajian ditemukan:
1. Peningkatan suhu dari 39,5°C atau lebih tinggi dengan atau tanpa menggigil.
2. Takikardi.
73
3. Nyeri di daerah uterus.
4. Subinvolusi.
5. Malaise.
6. Nyeri perut bagian bawah.
7. Lochia berbau busuk.
Manajemen Medis
1. Leukositosis >20.000/mm3.
2. Kultur endometrium.
3. Kultur darah.
4. Urunalisis.
5. Terapi antibiotik.
Tindakan Keperawatan :
Lihat catatan prenatal dan faktor resiko, monitoring klien yang mempunyai resiko
endimetritis, mempersiapkan untuk pemeriksaan laboratorium, anjurkan minum
banyak (minimal 3000 ml/hari), anjurkan membersihkan perineum dari depan ke
belakang. Ganti pembalut setiap habis BAK atau BAB, cuci tangan untuk
mengurangi penyebaran bakteri, ambulasi dini, menganjurkan untuk diet ltinggi
protein dan vitamin C, berikan tindakan manajemen nyeri, memberikan dukungan
emosional kepada ibu dan keluarganya, menyiapkan obat antibiotik sesuai
pesanan dan laporkan bila ada penyimpangan.
2. Mastitis
Mastitis adalah peradangan atau infeksi pada payudara ibu yang menyusui. Ini
biasanya terajadi pada salah satu payudara dan dalam 2 minggu pertama
postpartum setelah ASI keluar. Infeksi akan membaik dalam waktu 24 sampai 48
jam dengan terapu antibiotik, bila terlambat dalam pengobatan dapat terjadi
pembentukan abses.
Faktor resiko : pengalaman mastitis pada bayi sebelumnya, puting sakit dan atau
retak dan penggunakan krim anti jamur pada puting.
74
Pengakajian ditemukan :
1. Massa terasa padat dan lembek.
2. Kemerahan di daerah sekitar massa.
3. Nyeri akut pada payudara yang terkena.
4. Peningkatan suhu.
5. Takikardi.
6. Malaise.
7. Keluar nanah.
Manajemen Medis
Tindakan Keperawatan :
3. Infeksi Luka
Infeksi luka terjadi pada daerah episiotomy, insisi SC dan laserasi.
75
Faktor resiko :
Obesitas, diabetes, partus lama, malnutrisi, ketuban pecah dini, sudah ada infeksi
sebelumnya, imunidefisiensi, terapu kortikosteroid, dan tehnik penjaitan yang
kurang baik.
Pengkajian ditemukan :
1. Eritema.
2. Kemerahan.
3. Panas.
4. Pembengkakan.
5. Kelembutan.
6. Keluar nanah.
7. Demam ringan.
8. Nyeri meningkat pada luka.
Manajemen Medis :
Ambil spesimen dari luka atau lebel, Untuk infeksi luka ringan sampai sedang
tidak mengeluarkan pus/nanah, Terapi anti biotik oral, Kompres hangat, Infeksi
luka denga pus dan Luka dibuka dam keringkan.
Tindakan Keperawatan :
76
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung
sekitar 40 hari. Selama masa pemulihan ibu akan mengalami banyak perubahan fisik
dan psikologis yang sebagian besar bersifat fisiologis namun tetap perlu dilakukan
pendampingan melalui Asuhan Keperawatan karena tidak menutup kemungkinan
akan terjadi keadaan patologis seperti contohnya involusi uteri, perdarahan, inversion
uteri dan lain-lain.
Sehingga pada ibu nifas perlu memperhatikan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Karena ibu yang menyusui perlu lebih banyak kalori untuk bayinya yang berguna
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Makanan yang seimbang mengandung
unsur-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur, dan pelindung.
77
DAFTAR PUSTAKA
Sukarni, Icesmi & Sudarti.2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko
Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika
Sulistyawati, Ari.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.
78