Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS

DENGAN PENDEKATAN SDKI, SLKI, DAN SIKI

Disusun Oleh :

1. Ika Tyas Adi S. (1611021)


2. Iva Susanti (1611022)
3. Reka Dwi Intan P. (1611028)
4. Shella Elselina P. (1611030)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR


PENDIDIKAN NERS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 2
Bab I................................................................................................................................................. 3
Pendahuluan .................................................................................................................................... 3
Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
BAB II .............................................................................................................................................. 4
ANATOMI FISIOLOGI ................................................................................................................. 4
A. Genetalia Eksterna............................................................................................................... 4
B. Genetalia Interna .................................................................................................................... 6
BAB III ............................................................................................................................................ 9
Konsep Nifas .................................................................................................................................... 9
A. Pengertian Masa Nifas ............................................................................................................ 9
B. Fisiologi Nifas ........................................................................................................................ 11
Perubahan Sistem Perkemihan ................................................................................................. 15
C. Patologi Nifas ........................................................................................................................ 18
D. Kebutuhan Dasar Masa Nifas............................................................................................... 25
E. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA IBU NIFAS ................................................................ 32
F. Adaptasi Psikologi Masa Nifas .............................................................................................. 36
BAB IV .......................................................................................................................................... 45
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS .................................................................................... 45
A. Asuhan Keperawatan Ibu Nifas Fisiologis ........................................................................... 45
B. ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS PATOLOGIS ................................................... 67
BAB V ............................................................................................................................................ 77
PENUTUP...................................................................................................................................... 77
Kesimpulan ................................................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 78

2
Bab I

Pendahuluan

Latar Belakang

Di Indonesia, saat ini banyak sekali kematian ibu yang terjadi selama masa nifas.
Oleh sebab itu,kita sebagai tenaga medis dituntut untuk menguasai pengetahuan dan
teknologi agar dapat melakukan deteksi secara dini terhadap komplikasi selama masa nifas.
Selain itu, juga harus mampu menerapkan teori yang dimilikinya ke dalam tindakan klinis
secara tepat dan cepat. Dan juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat .

Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2015


menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di Inonesia, 305di antarnya berakhir
dengan kematian sang ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI) tersebut -305/100.000 kelahiran hidup-mendorong pemerintah untuk melakukan
intervensi struktural; salah satunya adalah dengan mencantumkan target penurunan AKI ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20014-2019. Dalam
RPJMN 2014-2019, pemerintah menargetkan penurunan AKI dari 205/100.000 kelahiran
hidup. Akan tetapi, menurut Direktur Promosi Kesehatan Kemenkes Eni Gustina,
menurunkan AKI bukanlah perkara yang mudah (Media Indonesia, 2017).

Asuhan masa nifas bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik
maupun psikologis, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
menangani atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu atau bayinya. Angka kematian ibu
yang tinggi terjadi akibat beberapa factor , antara lain komplikasi yang terjadi pada
kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.
Komplikasi vang paling sering menyebabkan kematian pada ibu yang melahirkan adalah
perdarahan, eklampsia, infeksi, dan partus yang lama (Azwar 2006).

Dari pemaparan di atas penulis ingin menjelaskan tentang asuhan keperawatan ibu
nifas dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI.

3
BAB II

ANATOMI FISIOLOGI

A. Genetalia Eksterna

Genetalia eksterna terdiri dari:

1. Tundun (Mons Veneris) Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.
Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis. Pertumbuhan rambut
kemaluan ini tergantung dari suku bangsa dan jenis kelamin. Batas atasnya melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
a. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuklonjong Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutup rambut, vang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa panjang 7-8
cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora sangat
berdekatan.
b. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora),
tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembap
dan berwarna kemerahan. Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis.
c. Klitoris A
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-
rata tidak melebihi 2 cm.
d. Vestibulum (Serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar ortholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral.

4
Kelenjar ortholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika teriadi
rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri
Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen.
e. Himen (Selaput Dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis. Lapisan tipis ini vang menutupi
sebagian besar dari liang senggama, tengahnya berlubang sehingga kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku
dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
Saat melakukan koitus pertama sekal dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior.
f. Perineum (Kerampang)
Olinlaum Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebil 4 cm.
Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulu coccygeus.Otot-otot
berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincte ani atau katup anus internal.

Gambar:

5
B. Genetalia Interna

Genenatalia interna terdiri dari :

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghasilkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfringter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak di antara
kandung kemih dan rectum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri
membagi puncak (ujung) vagina menjadi: forniks anterior, forniks posterior, forniks
dekstra, dan forniks sisistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Kesamaan vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah sebagai saluran untuk mengeluarkan lender uterus
dan darah menstruasi, alat hubungan seks, dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat,terletak di pelvis minor di antara kandung
kemih dan rectum. Dinding belakang, depan, dan atas tertutup peritoneum, sedangkan
bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih. Vaskularisasi uterus berasal dari
arteri uterine yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna
(arterihipogastrika interna).
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran
anak-anak 2-3cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm, dan >80 gram pada wanita
hamil. Uterus dapat menahan beban 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1. Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf.
Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.

6
2. Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah,
dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut
otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjept rapat, dengan demikian perdarahan dapat
terhenti. Makin kea rah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara asteum uteri internum anatomikum,
yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histoligum (di mana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput
lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah
rahim dan meregang saat persalinan.
3. Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan
terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarkan cairan secara terus-menerus,sihingga dapat membasahi vagina.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan tubule-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameter
3-8 mm. berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran
dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastulayang
siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak dikiri dan kanan uterus di
bawah tuba uteria dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-
kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ketika dilahirkan, wanita memiliki
cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya.

7
Ovarium yang disebut juga indung telur memiliki fungsi memproduksi ovum,
hormone estrogen, dan progesterone.
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan
folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormone estrogen. Estrogen
merupakan hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan
tanda seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
pubis, pertumbuhan rambut ketiak,dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi
pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum
melepaskan ovum. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen
untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi
sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari
disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

Gambar:

8
BAB III

Konsep Nifas
A. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu
dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang
keluar dari rahim setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar
dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi
sedikit yang disebut nifas.

Beberapa konsep tentang pengertian masa nifas antara lain :

1. Menurut Benner V.R dan Brown L.K (1996) perperium adalah waktu mengenai
perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman
melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga.
2. Menurut Williams puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan
segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali normal.
3. Menurut the Midwife’s Rule (1993)
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 20 dan tidak lebih dari 28 hari
setelah akhir persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang continue ari bidan
kepada ibu dan bayi sedang diperlukan.
4. Menurut Cristina S Ibrahim (1998)
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.
5. Menurut JMPK-KR (2002), masa nifas secara harfiah didefinisikan meliputi minggu-
minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
atau kembali normal.
6. Sedangkan Depkes (2002), menuliskan bahwa puerperium adalah waktu mengenai
perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman
melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga.
7. Vervney, H (2007), juga mengatakan bahwa periode pasca persalinan (post partum)
ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai berakhinya

9
periode intrapartum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi wanita
tersebut kekondisi tidak hamil.
8. Menurut Sarwono (2005), masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-
kira setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum
waktu 3 bulan.
9. Masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lamanya 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
10. Periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan
tidak hamil, yang membutuhkan waktu selama 6 minggu (Farrer, 2001).
11. Saifuddin (2002), mengatakan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir
dan berkahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, yang
berlangsung 6 minggu.
12. Pusdiknakes (2003), mengatakan bahwa masa nifas adalah masa dimulai beberapa
jam sesudah lahimnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
13. Abdul Bari (2000), mengatakan Masa nifas dlimulai setetah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu
14. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal (F Gary Cunningham, Mac Donald, 1995)

Tahapan dalam Masa Nifas

1. Peurperium Dini (immediate puerperium): waktu 0-24 jam post partum. Yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. dalam agama
islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari,.
2. Peurperium Intermedial (early puerperium): waktu 1-7 hari post
partum. Kepulihan menyelunuh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote Peurperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post partum. Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan atau tahun

10
B. Fisiologi Nifas

Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus
a. Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). (gambar)

Perubahan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk


meraba di mana TFU-nya (tinggi fundus uteri).
1. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dan dengan berat 1000 gr.
2. Pada kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
3. Pada saat 1 minggu post partum, TFU teraba di pertengahan pusat simpisis
dengan berat 500 gr.
4. Pada saat 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350
gr.
5. Pada saat 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan
berat 50 gr.

Perubahan ini berhubungan dengan perubahan miometrium yang bersifat


proteolisis. (gambar)

Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :

1. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah

11
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semuala dan lima kali lebarnya dari
sebelum hamil. Sitoplasma yang berlebihan akan tercerna dengan sendirinya
sehingga hanya tertinggak jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai
bukti kehamilan.
2. Atrofi Jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-
otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium
yang baru.
3. Efek Oksitosin (Kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar
hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus
akan mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu
untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus dapat
berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara
intravena atau intramuskuler, segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI
segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan
bayi pada payudara ibu.

b. Lokhea
Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah
dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme lain berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau

12
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna
dan volume karena adanya proses involusi.

Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasaekan warna dan waktu keluarnya :


1. Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum.
Cairan berwarna merah berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (tambut bayi), dan mekonium.
2. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, cairan yang keluar
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan dan mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Cairan ini keluar pada hari ke-7 hingga hari ke-
14.
4. Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,
san serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6
minggu post partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang
berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar
cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”.
Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut dengan “lokhea statis”.

c. Perubahan Pada Serviks


Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti
corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang
dapat mengadakan kontaksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin,
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil.
13
Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi ini maka serviks tidak akan
kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan
menutup secara perlahan. Setalah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga
rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggi ke-6 post
partum, serviks akan menutup kembali.
2. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selam
proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama setelah proses tersebut, kedua
organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setalah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugue dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali, sementara labia menajdi lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpiman (sembuh dengan
sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis
yang dapat menjalar hingga terjadi sepsis.
3. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal ke-5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada
sebelum hamil.

Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada saat persalinan, kurangnya asupan
cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.

Agar buang air besar dapat kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi dini. Bila ini tidak berhasil, dalam
waktu 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.

Selama konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari


sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.

14
Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan, ibu akan merasa sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam
pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum.
Kadar hormon esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih akan memperlihatkan odem dan hyperemia, kadang-


kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi
retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas
bertambah sehingga setiap kali kecing masih tertinggal urine residual (normal kurang
lebuh 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat
menyebabkan infeksi.

Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot berkontraksi segerasetlah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di


antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta dilahirkan

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu


persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandunganya turun” setelah melahirkan
karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi
secra sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulis dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan
kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat
fisioterapi.

15
Perubahan Sistem Endokrin

1. Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke-7 pot partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-
3 post partum.
2. Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui,
prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase
konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga di pengaruhi oleh faktor
menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya
kadar esterogen dan progesteron.
4. Kadar Esterogen
Setelah persalinan, terjadi kadar penurunan kadar esterogen yang bermakna
sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi
kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

Perubahan Tanda Vital

1. Suhu Badan
Dalam 1 hari (24 jam) psot partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5°-38°C)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genetalis, atau sistem lain).
2. Nadi
Danyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi
sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi
100 kali per menit adalah abnormal dan hal lain menunjukkan adanya kemungkinan
infeksi.

16
3. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali biada ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan. (gambar)

Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan
kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine.
Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma masa persalinan. Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml,
sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipat nya. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit).

Selama persalinan , shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan
menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjadi pada3-5 hari
post partum.

Perubahan Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-
faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar
fibrinogen akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan
faktor prmbekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih
dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari

17
post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik sampai 25.000-30.000 tanpa
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.

Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa
post partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah yang
beruba-ubah. Semua tungkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita
tersebut. Selama Kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500
ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan
kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

Perubahan komponen darah

Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih
akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun
dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan
semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetap tinggi
pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan normal.

C. Patologi Nifas

Gejala masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari normalnya terjadi gejala
darah akan keluar dari mulut rahim yang merupakan sisa dari plasenta, kotoran, dan juga
dinding rahim selama bayi berada dalam kandungan. Dampak masa nifas yang biasa terjadi
yaitu:

1. Anemia, terjadi perdarahan hebat pada ibu dan mengakibatkan kekurangan banyak
darah.
2. Depresi Masa Nifas, terjadi selama 1 minggu setelah melahirkan. Ibu akan
mengalami perubahan hormon yang mempengaruhi perilakunya.
3. Infeksi Masa Nifas, terjadi karena hubungan seks yang belum diperbolehkan saat
masa nifas, karena akan mengakibatkan demam tinggi dan terdapat cairan berbau
yang keluar dari mulut rahim. Jika hal tersebut terjadi sebaiknya konsultasikan ke
dokter kandungan.

18
Keadaan abnormal (patologi) yang dapat menyertai kala nifas:

1. Pada Rahim
a. Subinvolusi uteri
Proteolitik terjadi sebelum persalinan, yang mengakibatkan otot rahim kembali ke
bentuk semula. Lalu terjadi involusi pada rahim yang pada beberapa tidak berjalan
dengan semestinya hingga terjadi perlambatan proses pengecilan ke bentuk
semula (subinvolusi uteri) yang penyebabnya karena infeksi endometrium,
terdapat sisa atau selaput plasenta dan bekuan darah atau mioma uteri.
b. Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan yang terjadi pada 24 jam pertama dan disebabkan karena adanya sisa
plasenta atau selaput ketuban, infeksi endometrium, sebagian kecil terjadi dalam
bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri. Gejala
klinisnya yaitu terjadi perdarahan yang berkepanjangan dan cukup banyak,
disertai rasa sakit di daerah uterus.
c. Flegmasia alba dolens
Merupakan bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena
femoralis. Jika disertai terjadinya pembentukan trombosit dapat menimbulkan:
1. Pembekakan pada tungkai
2. Berwarna putih
3. Nyeri
4. pembuluh darah tampak membendung
5. suhu badan meningkat
2. Pada Payudara
1. Bendungan ASI
- Terdapat sumbatan di saluran ASI
- ASI tidak kosong
- Mamae bengkak, keras, panas
- Ditangani dengan dipijat atau dipompa untuk mengosongkan ASI dan
memberikan estradiol
2. Mastitis dan abses mamae
- Infeksi mamae yang diakibatkan arena bendungan ASI

19
- Bakteri penyebab infeksi adalah stafilokokus aureus masuk melalui puting
susu yang luka. Dampak dari itu demam, nyeri pada mamae, mamae memadat,
dan kulit mamae berubah warna.

Depresi Pada Masa Nifas

Keadaan yang berlangsung selama 3-6 bulan ini terjadi karena depresi, dan
diakibatkan oleh rasa sakit yang muncul saat melahirkan.

Infeksi Kala Nifas

Setelah ibu melahirkan selanjutnya akan terjadi peningkatan pembentukan urin untuk
hemodilusi darah, terjadi peningkatan suhu tubuh yang bukan merupakan keadaan
patologis pada hari pertama. Infeksi kala nifas yaitu peradangan pada genetalia saat
masa nifas dengan disertai peningkatan suhu badan selama dua hari berturut-turut.
Faktor predisposisi infeksi kala nifas:
1. Terjadinya persalinan terlantar karena berlangsung lama
2. Tindakan operasi persalinan
3. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
4. Ketuban pecah dini, pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam
5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum seperti: perdarahan antepartum
dan postpartum, anemia saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan, mempunyai
penyakit infeksi.
- Infeksi kala nifas terjadi karena:
1. Terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam
2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosocomial)
3. Hubungan seks sebelum persalinan
4. Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban
pecah lebih dari enam jam, terdapat infeksi local
- Bentuk infeksi bermacam-macam, ada yang bersifat local, sampai terjadi sepsis
hingga kematian puerperium.
Bentuk-bentuk infeksi :
1. Bentuk infeksi lokal
o Infeksi pada luka episiotomi
o Infeksi pada vagina

20
o Infeksi pada serviks yang luka
2. Bentuk infeksi general(menyebar)
o Parametritis
o Peritonitis
o Sepsikemi dan piemia
3. Penyebaran infeksi kala nifas dapat melalui:
o Berkelanjutan perkantinuitatum
o Melalui pembuluh darah
o Melalui pembuluh limfe
o Penyebaran melalui bekas implantasi plasenta

Gambaran Klinis Infeksi Kala Nifas Dapat Dalam Bentuk:

a. Infeksi lokal
o Pembengkakan luka episiotomi
o Terjadi pernanahan
o Perubahan warna lokal
o Pengeluaran lokhea bercampur darah
o Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
o Temperatur badan dapat meningkat
b. Infeksi Umum
o Tampak sakit dan lemah
o Temperature meningkat diatas 39 derajat celsius
o Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat
o Pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak
o Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma
o Terjadi gangguan involusi uterus
o Lokhea: berbau dan bernanah serta kotor

Persalinan normal yang ditolong dengan baik tidak terlalu banyak terjadi infeksi kala
nifas

 Upaya menurunkan infeksi kala nifas


1. Pencegahan pada waktu hamil.
- Meningkatkan keadaan umum penderita
- Mengurangi faktor predisposisi infeksi kala nifas

21
2. Saat persalinan
- Perlukaan dikurangi sebanyak mungkin
- Perlukaan yang teriadi dirawat sebaik- baiknya
- Mencegah terjadi perdarahan postpartum
- Kurang melakukan pemeriksaan dalam
- Hindari persalinan yang berlangsung lama
3. Kala nifas
- Lakukan mobilisasi dini
- Perlukaan dirawat dengan baik
- Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial.
 Pengobatan Infeksi Kala Nifas

Pada persalinan yang terjadi perlukaan akan menimbulkan infeksi. Pada persalinan
yang terinfeksi kala nifas memerlukan profilaksis antibiotika. Untuk mengurangi
penyebaran infeksi kala nifas diperlukan perawatan luka lokal dan jika terjadi lebih parah
dapat dilakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan jiwa penderita.

Perdarahan Nifas Sekunder

Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama
Perdarahan nifas terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan nifas sekunder
adalah perdarahan yang terjadi setelah lebih 24 jam post partum dan biasanya terjadi pada
minggu kedua pada nífas.

1. Faktor-faktor penyebab
- Endometritis
- Sub involusio
- Sisa plasenta
- Mioma uteri
- Kelainan uterus
- Inversio uteri
- Pemberian estrogen untuk menekan laktasi
2. Gejala klinis
- Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui partum pengeluaran lokhea normal
- Terjadi perdarahan yang cukup banyak
- Rasa sakit didaerah uterus

22
- Palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari yang seharusnya
- Pada VT: didapatkan uterus yang membesar, lunak, dan dan dari osteum uteri
keluar darah
3. Patofisiologi late HPP
a. Sub involusio
Sub involusio adalah kelambatan involusio yang disertai pemanjangan periode
pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang banyak. Proses ini
dapat dikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang
tidak teratur atau berlebihan. Uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak
daripada keadan normalnya selama periode tertentu puerperium, sebagian besar
kasus sub involusi teriadi akibat etiologi setempat yang sudah diketahui yaitu
retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.
b. Hematoma nifas
Darah dapat mengalir ke dalam jaringan ikat di bawah kulit yang menutupi
genitalia eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hermatoma

 Faktor-faktor penyebab perdarahan nifas sekunder


a. Endometritis
b. Sisa plasenta
c. Kelainan uterus
d. Inversio uteri
e. Pemberian estrogen untuk menekan laktasi
 Gejala klinis
a. Terjadi perdarahan berkepanjaingan melampaui partum pengeluaran lokhea
normal
b. Terjadi perdarahan yang cukup banyak
c. Rasa sakit didaerah uterus
d. Palpasi: fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari yang seharusnya
e. Pada VT didapatkan uterus yang membesar, lunak dan dari osteum uteri
keluar darah
4. Patofisiologi late HPP
a. Sub involusio
Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertal
pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang
23
banyak. Proses ini dapat dikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan
uterus yang tidak teratur atau berlebihan. Uterus akan teraba lebih besar dan lebih
lunak daripada keadaan normalnya. Selama periode tertentu puerperium, Sebagian
besar kasus sub involusi terjadi akibat etiologi setempat (yang sudah diketahui) yaitu
retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.
b. Hematoma Nifas
Darah dapat mengalir ke dalam jaringan ikat di bawah kulit yang menutupi genitalia
eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hematoma vulva dan vagina
keadaan tersebut biasanya terjadi setelah cidera pada pembuluh darah tanpa adanya
laserasi jaringan supervisial, dan dapat dijumpai baik pada persalinan spontan maupun
dengan operasi. Kadang-kadang baru terjadi kemudian,dan keadaan ini mungkin
disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan
yang lama. Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia
pelvic dan keadaan tersebut hematoma akan terbentuk diatasnya kadang-kadang oleh
perdarahan yang banyak. Proses ini dapat dilkuti oleh leukhore yang berlangsung
lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. Uterus akan teraba
lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. Selama periode tertentu
puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi akibat etiologi setempat (yang
sudah diketahui) yaitu retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.dan lebih lunak
daripada keadaan normalnya. Selama periode tertentu puerperium, sebagian besar
kasus sub involusi teriadi akibat etiologi setempat (yang sudah diketahui) yaitu retensi
fragmen plasenta dan infeksi pelvic.pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia
pelvic dan hematoma akan terbentuk diatasnya.kadang-kadang oleh perdarahan yang
banyak. Proses ini dapat diikuti oleh leukhore.
c. Hematoma vulva
Keluhan utama yaitu nyeri yang mencekam. Hematoma dengan ukuran sedang dapat
diserap spontan.jarimgam yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang
karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yang
banyak proses ini
dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak
teratur atau berlebihan. Uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada
keadaan normalnya keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah
yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi,
pembuluh darah
24
vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan terbentuk diatasnya. Hematoma
vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh
infeksi yang menyeluruh.dengan ukuran yang bervariasi. Arimgam yang melapisi
gumpalan hematoma dapat hilang karena mengalami yang ruptur terletak diatas akibat
penekanan sehingga terjadi nekrosis perdarahan yang banyak, proses ini dapat diikuti
oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau
berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lunak dari normalnya.

D. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

A. Nutrisi dan cairan


Pada persalinan normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan
perempuan boleh minum dan makan seperti biasa. Namun perlu diperhatikan jumlah
kalori dan protein ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil. Kecuali,
apabila si ibu tidak menyusui bayinya. Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui
meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang
meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak
500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berfungsi untuk melakukan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI
itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk tumbuh kembang bayi. Makanan yang
seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan
pelindung.

1. Sumber tenaga (energi)


Sumber tenaga yang diperlukan untuk pembakaran tubuh dan pembentukan jaringan
baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energi adalah karbohidrat dan lemak.
Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie,
dan lain-lain. Lemak bisa diambil dari hewani dan nabati. Lemak hewani yaitu
mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur dan
margarin.

2. Sumber pembangun (protein)


Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pengantan yang rusak atau mati. Sumber
protein dapat diperoleh dap hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur,

25
dan ikan, udang kerang, susu dan keju. Sedangkan protein naba bay terkandung dalam
tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain lain.

3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin)


Mineral,air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dan serangan penyakit dan
mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur bisa diperoleh
dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Beberapa mineral yang penting, antara
lain:
 Zat kapur untuk pembentukan tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju,
kacang-kacangan, dan sayur-sayuran berdaun hijau.
 Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal susu, keju, dan
daging.
 Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning
telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.
 Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya berasal dari
ikan, ikan laut, dan garam beryodium
 Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga unk pertumbuhan
gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-lain.

Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk memenuhi


kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penling antara lain:
 Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur, hati, mentega, sayuran
berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.
 Vitamin B1 agar napsu makan baik yang berasal dari hati, kuning telur, tomat,
jeruk, nanas .
 Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dan kuning telur, susu,
keju, sayuran hijau.
 Viamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saral dan
pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telut, daging hati, beras
merah, jamur dan tomat.
 Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta jkesehatan gigi dan
gusi. Sumbernya antara lain gandum, jagung, hati dan daging

26
 Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan
saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
 Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat
(untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan
terhadap infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumbermya
berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga, pepaya dan sayuran.
 Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi serta
penyerapan kalsium dan fosfor. Sumbernya berasal minyak ikan, ikan, susu,
margarine, dan penyinaran kulit dengan matahari pagi sebelum jam 9.
 Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari hati, brokoli,
bayam dan kuning telur.

B. Ambulasi
Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah
persalinan nomal berquna untuk memperlancat sirkulasi darah dan mengeluarkan ca
vagina (lochea). Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidu terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri
ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan
pulang. Mobilisasi diatas mempunyai varias, bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.

C. Eliminasi
Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk berkemih, tetapi usahakanlah
untuk berkemih secara leratur, karena kandung kemih yang penuh dapat
menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan timbulnya
perdarahan dari rahim. Seperti halnya dengan berkemih, perempuan pascamelahirkan
sering tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang dapat disebabkan
pengosongan usus besar (klisma) sebelum melahirkan atau ketakutan menimbulkan
robekan pada jahitan di kemaluan. Sebenamya kotoran yang dalam beberapa hari
tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat menyulitkan di kemudian hari.
Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil

27
tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih
secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan.
Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan
gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar.
Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan
terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan
mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum.

D. Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar
hari ke-5 setelah melahirkan. Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan
waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Hendaknya kencing dapat
dilakukan sendirisecepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, arena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama
persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya
dilakukan kateterisasi. Anjuran:
1. Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.
2. Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan menyebabkan
terjadinya bendungan air seni. Akibatnya akan timbul gangguan pada kontraksi
rahim sehingga pengeluaran lochea tidak lancar.
3. Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.
4. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendini, dilaknula baik kateterisasi.
5. Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter unta 1 K
mengistirahatkan otot otot kandung kencing.
6. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya,tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.

E. Defekasi
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit takut jahitan
terbuka, atau karena adanya haemorroid. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi
berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum
bisa dilakukan klisma. Anjuran:
1. Mobilisasi dini

28
2. Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum Sebaiknya pada hari
kedua ibu sudah bisa BAB, jika pada hari ketiga belum BAB, ibu bisa
menggunakan pencahar berbentuk suppositoria (pil yang dibuat dari bahan
yang mudah mencair dan mengandung pengeluaran lochea
3. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan. obat-obat untuk
dimasukkan kedalam liang anus). Ini penting untuk menghindari gangguan
pada kontraksi uterus yang dapat menghambat
4. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di
rektum, mungkin terjadi febris
5. Lakukan klisma atau berkan laksan per oral
6. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi

F. Menjaga Kebersihan diri


Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada
luka jahitan maupun kulit.
1. Kebersihan alat genetalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/ memar dan
mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomy.
Anjuran :
a. Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun
dan air, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai
pembalut wanita, setiap kali selesai buang air besar atau kecil, pembalut
diganti minimal 3 kali sehari.
b. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
membersihkan daerah genetalia.
c. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihakan
daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kesil
dan besar.
d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut seridaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.

29
e. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
f. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan
sabun.
2. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yanga mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di
daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan
pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat
lochea. Pakaian yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan juga
terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat
menjadi banyak (disamping urin). Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil.
3. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu biasanya akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormone sehingga rambut menjadi lebih tipis dibandingkan
keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih kembali setelah
beberapa bulan. Perawatan rambut perlu diperhatikan oleh ibu yaitu mencuci
rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut dan
hindari pengguanan pengering rambut.
4. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan
pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasa jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga agar kulit tetap dalam
keadaan kering.
Bila tidak ada infeksi tidak diperlukan penggunaan antiseptik, cukup dengan air
bersih saja. Beberapa alasan yanh sering dikeluhkan adalah takut sakit atau
khawatir jahitan di antara anus dan vagina akan robek, padahal ini jelas tidak
benar.

30
Lain kalau alasannya takut sakit. Setelah persalinan normal, saat vagina
dibersihkan akan terasa nyeri karena ada bekas jahitan di daerah perineu (antara
anus dan alat kelamin). Namun, bukan berarti ibu boleh alpa membersihkannya,
walau terasa nyeri cebok setelah buang air kecil atau besar tetap perlu dilakukan
dengan seksama.

Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar adalah:


1. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air
yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke
belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik
itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan
infeksi pada luka jahitan.
2. Vagina boleh dicuci menggunkan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang
daerah tersebut dengan seksama.
3. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan
vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptic
selam 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
4. Yang terkadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak
diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah pembalut
tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti,
maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
5. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau
minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tidak nyaman.
6. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik
yang diresepkan oleh dokter.
G. Istirahat
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca pesalinan, ibu harus
tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri
atau ke kanan untuk mencegah thrombosis.
Anjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebuhan, usahakan untuk rileks dan
istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Meminta bantuaan suami dan

31
keluarga jika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu
dan bayi istirahat untuk manghilangkan rasa tegang dan lelah.
H. Rencana KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak
memakai kontrasepsi yang mengandung hormone, harus menggunakan obat yang
tidak memnganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak
dianjurkan.
I. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat
bendungan ASI
1. Ajarkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama putting susu.
2. Ajarkan tehnik-tehnik perawatan apabila terjadi gangguan pada payudara, seperti
putting susu lecet dan pembengkakan payudara.
3. Menggunakan BH yang menyokong payudara
a. Menyusui
1. Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
2. Berikan ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa
memakai jadwal.
b. Lingkungan hidup
1. Bersosialisasi dengan lingkungan hidup disekitar ibu.
2. Ciptakan suasana yang tenang dan harmonis dengan keluarga.
3. Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan keluarga yang
menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan kurang bahagia.
4. Berintegrasi dan saling mendukung dengan pasangan dalam merawat dan
mengasuh bayi.

E. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA IBU NIFAS

1. Sistem Pernafasan
Kembalinya posisi dada setelah melahirkan bayi akibat penurunan tekanan pada
diagfragma. Sistem pernafasan kembali ke keadaan sebelum hamil pada akhir
periode nifas. Pengkajian dan tindakan keperawatan: Kaji tingkat pernafasan :

32
setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menit pada jam kedua, setiap 4 jam
selama 22 jam berikutnya dan setiap shift setelah 24 jam pertama.
2. Sistem Kardiovaskuler
Melahirkan melalui vagina kehilangan darah rata-rata 400 sampai 500 ml. Ini
memiliki efek yang minimal karena pada waktu hamil terjadi hypervolemia. Ada
peningkatan curah jantung selama beberapa jam pertama setelah melahirkan
karena darah yang masuk melalui uteroplasenta kembali ke sistem maternal.
Curah jantung akan kembali ke keadaan sebelum dalam waktu 48 jam. Sel darah
putih akan meningkat menjadi 25000/ml dalam beberapa jam setelah melahirkan
dan kembali normal dalam 7 hari. Ibu yang melahirkan beresiko trombosis terkait
dengan peningkatan sirkulasi faktor pembekuan selama kehamilan. Faktor
pembekuan lambat laun menurun setelah plasenta lahir dan kembali ke rentang
normal 2 minggu nifas.
3. Perubahan pada Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi meliputi rahim, leher rahim, vagina dan perineum mengalami
perubahan selama 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini beresiko
perdarahan dan infeksi, pengkajian dan intervensi keperawatan bertujuan untuk
mengurangi resiko ini.

a. Uterus
Setelah melahirkan terjadi proses involusi, dimana rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil karena adanya kontraksi uterus dan atrifi otot rahim. Pada ibu
multipara dan menyusui mungkin akan mengalami “afterpain” selama
beberapa hari postpartum.
Afterpain nyeri yang berkaitan dengan adanya kontraksi uterus dan
peningkatan oksitosin untuk pengeluaran ASI, kontraksi uterus selama
postpartum untuk mengurangi resiko perdarahan.

b. Endometrium
Endometrium selaput lendir yang melapisi rahim, mengalami regenerasi
setelah plasenta lahir, melalui proses nekrosis lapisan superfisial dari desidua
basalis menjadi jaringan endometrium. Lochia yang keluar dari rahim
mengalami perubahan dari waktu ke waktu mencerminkan tahap

33
penyembuhan. Kontraksi uterus menyempitkan pembuluh sekitar lokasi
plasenta dan membantu mengurangi jumlah kehilangan darah.
c. Vagina dan Perineum
Vagina dan perineum mengalami perubahan terkait dengan proses melahirkan,
mulai dari luka ringan akibat peregangan sampai episiotomy. Ibu akan
mengalami rasa sakit ringan sampai berat tergantung pada tingkat dan jenis
trauma vagina dan atau perineu. Komplikasi utama adalah infeksi pada luka
atau luka episiotomy. Proses penyembuhan dan pemulihan selama periode
postpartum.

d. Payudara

Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan dalam perisapan untuk


menyusui. Sekitar hari ke 3 postpartum semua ibu menyusui maupun tidak
menyusui mengalami pembengkakan payudara, payudara menjadi lebih
besar,tegas, hangat, lembut, dan merasakan nyeri. Kolostrun cairan
kekuningan mendahului produksi ASI, mengandung lebih tinggi protein
dan rendah karbohidrat serta mengandung imunoglobulin G dan A yang
memberikan perlindungan bagi bayi baru lahir selama beberapa minggu
awal kehidupan..

4. Sistem Kekebalan
Ibu nifas umumnya mengalami suhu tubuh selama 24 jam pertama setekah
melahirkan. Hal ini berkaitan dengan ibu banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan bayi kemudian mengalami kelelahan, dehidrasi dan perubahan
hormonal. Apanila suhu lebih dari 38°C setelah 24 jam pertama melahirkan,
kemungkinan ada indikasi infeksi postpartum dan memerlukan pengkajian lebih
lanjut.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
Kaji sushu tubuh, setiap 15 menit pada jam pertama, 30 menit selama satu jam
kedua, 4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap setelah 24 jam pertama. Bila suhu
38°C atau lebih tinggi setelah 24 jam, anjurkan minum banyak.

34
5. Sistem Pencernaan
Adanya penurunan tonus otot gastrointestinal dan motilitas usus setelah melahirkan
dan fungsinya akan normal kembali dua minggu setelah melahirkan. Konstipasi,
ibu postpartum berisiko sembelit karena :
1) Penurunan motilitas GI
2) Penurunan aktivitas fisik
3) Banyak mengeluarkan cairan pada waktu melahirkan
4) Nyeri pada perineum dan trauma
5) Wasir akan berkurang namun nyeri

Setelah melahirkan ibu akan merasa lapr berikan diet biasa/makanan ringan,
kecuali ibu mengalami penyakit tertentu seperti diabetes. Penurunan berat badan
terjadi selama 2 sampai 3 minggu nifas.

6. Sistem Perkemihan
Distensi kandung kemih karena ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih, umumnya tarjadi beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hal ini terkait
dengan penurunan sensasi atau edema sekitar uretra. Diuresis disebabkan oleh
kadar estrogen dan oksitosin menurun, ter jadi dalam waktu 12 jam setelah
melahirkan dan membantu mengeluarkan kelebihan cairan.
7. Sistem Endokrin
Setlah plasenta lahir terjadi perubahan pada sistem endokrin. Estrogen, progesteron
dan prolaktin menurun. Estrogen mulai meningkat setelah minggu pertama setelah
melahirkan. Ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin terus menurun pada 3 minggu
pertama postpartum, menstruasi dimulai 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan.
Menstruasi pertama biasanya anovulasi dan ovulasi biasanya terjadi siklus
keempat. Sedangkan untuk ibu yang menyusui kadar prolaktin meningkat untuk
produksi ASI. Laktasi jumlah menyusui. Ovulasi akan kembali dalam waktu yang
lebih lama dibandingkan ibu yang tidak menyusui.
Diaforesisi terjadi pada minggu pertama postpartum karena kadar estrogen
menurun. Berkeringat banyak pada malam hari, untuk membuang cairan dalam
tubuh karena peningkatan cairan yang terakumulasi selama kehamilan.

35
8. Sistem Otot dan Saraf
Setalah melahirkan otot-otot perut mengalami kekenduran dan perut tampak
lembut dan lembek. Beberapa wanita mengalami diastasis recti abdominalis.
(gambar)
Diastasis Recti. Terdapat pemisahan pada oto rectus Ibu nifas mengalami nyeri
otot karena banyak menggunakan tenaga ketika melahirkan. Sensasi saraf pada
tubuh bagian bawah akan berkurang pada ibu yang melahirkan dengan anastesi
epidural selama persalinan. Ambulasi dilakukan ketika sensasi sudah kembali
maksimal.

F. Adaptasi Psikologi Masa Nifas

Adanya peran baru sebagai ibu dapat menimbulkan stress. Beberapa faktor yang berperan
dalam penyesuaian ibu antara lain :

1. Dukungan keluarga dan teman.


2. Pengalaman waktu melahirkan, harapan dan aspirasi.
3. Pengalaman merawat dan membesarkan anak sebelumnya.
4. Pengaruh kebudayaan.

Wanita membutuhkan kasih sayang., pengakuan dari manusia lain serta butuh dikenal,
butuh dihargai, butuh diperhatikan dan butuh mendapat dukungan dari orang lain, keluarga
dan teman terutama setelah melahirkan dimana pada periode ini cukup sering seorang ibu
menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi ringan setelah
melahirkan tersebut merupakan akibat dari beberapa faktor penyebab yang paling sering
adalah:

1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas, takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan karena adanya perubahan peran.
2. Rasa sakit yang timbul pada masa nifas awal.
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.
4. Kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit.
5. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya (body image).
6. Riwayat perkawinan yang abnormal.
7. Riwayat kelahiran mati atau cacat.

36
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati periode ini, kita sebagai
perawat harus bertindak bijaksana, dapat menunjukkan rasa empati, menghargai dan
menghormati setiap ibu bagaimana adanya, misalnya memperhatikan dengan memberi
ucapan selamat atas kelahiran bayinya yang dapat memberikan perasaan senang pada ibu.

Dalam memberikan dukungan dan suport dapat melibatkan suami, keluarga, dan teman
di dalam melaksanakan asuhan sehingga melahirkan hubungan antar manusia yang baik,antar
petugas dengan klien, dan antar klien sendiri. Dengan adanya a good human realitionship
diharapkan akan memenuhi kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan anak.

Penyesuaian Psikologi Pada Post Partum

Rubin dalam Varney (2007), membagi 3 tahap :


1. Taking in (1-2 hari post partum)

Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya, tubuhnya
sendiri. Mengulang-ulang menceritakan pengalaman proses bersalin yang dialami.

Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala
kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses
pemulihan.

2. Taking hold (2-4 hari post partum)


Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir tidak mampu
bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Wanita post partum ini berpusat pada
kemampuannya dalam mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai
kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui, memberi minum,
mengganti popok.
Wanita pada masa ini sangat sensitive akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung
dan cendenrung menganggap pemberitahuan bidan atau perawat sebagai teguran, maka
hati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi suport.
3. Letting go
Pada masa ini umumnya ibu sudah pulang dari rumah sakit. Ibu mengambil tanggung
jawab untuk merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan keergantungan bayi,
begitu juga adanya grefing karena dirasakan sebagai mengurangi interaksi sosial tertentu.
Depresi post partum sering terjadi pada masa ini.

37
Post Partum Blues (Kemurungan Masa Nifas)

Kemurungan pada masa nifas umumnya terjadi pada ibu baru. Hal ini disebabkan oleh
perubahan dalam tubuh seorang wanita selama kehamilannya serta perubahan-perubahan
irama atau cara hidupnya sesudah bayinya terlahir. Yang beresiko mengalami kemurungan
pasca bersalin adalah wanita muda, kesulitan menyusui bayinya. Post partum blues adalah
bentuk depresi yang paling ringan, baisanya timbul antara hari ke 2 sampai 2 minggu. Post
partum blues dialami hingga 50-80% ibu yang baru melahirkan. Hal ini disebabkan
perubahan hormonal pada pertengahan masa post partum.
Faktor-faktor yang memungkinkan menyebabkan post partum blues meliputi :
1. Pengalaman melahirkan, biasanya pada ibu dengan melahirkan kurang menyenangkan
dapat menyebabkan ibu sedih.
2. Perasaan sangat down setelah melahirkan, biasanya terjadi peningkatan emosi yang
disertai tangisan.
3. Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat membantu ibu merasa tidak mampu merawat
bayi dengan baik.
4. Kesulitan dalam mengalami kewajiban setelah melahirkan, ibu memberi makanan pada
bayi, aktifitas perawatan bayi.
5. Konflik dengan staf.
Gejala-gejala post partum blues yaitu:
1. Menangis
2. Perubahan perasaan
3. Cemas
4. Kesepian
5. Penurunan nafsu sex
6. Khawatir mengenai sang bayi
7. Kurang percaya diri mengenai kemampuan menjadi seorang ibu

Depresi Post Partum

Banyak ibu merasa “let down” sebelum melahirkan, sehingga dengan pengalaman partus
kalau kurang berkenan dan keraguan akan kemampuan untuk merawat bayinya akan
memperberat depresi ini. Khusus depresi ringan sampai dengan sedang mulai hari ke 2-3 post
partum dan teratasi dalam 1-2 minggu. Ibu dapat merasa sedih tanpa tahu sebab pasti. Depresi

38
yang relatif ringan jarang berkembang menjadi psikosis partum atau kondisi yang patalogis.
Depresi post partum adalah bentuk depresi yang lebih serius. Bedanya pada post partum dan
baby blues adalah pada frekuensi, intensitas, dan lamanya gejala.

Tanda-Tandanya :

1. Tidak mampu berkonsentrasi dan rasa ada dalam kabut.


2. Hilang tujuan sebelumnya dan rasa kekosongan.
3. Rasa sendiri, tidak ada yang memahami dia.
4. Rasa tidak aman, dia sendiri perlu perhatian.
5. Terobsesi dirinya menjadi ibu yang jelek.
6. Kurang rasa positif, rasa dirinya seperti robot.
7. Rasa takut, hilang kontrol yang biasanya tidak demikian.
8. Hilang kontrol pada emosi sendiri.
9. Cemas, rasa dirinya hampir gila, tidak waras.
10. Rasa bersalah, takut dirinya melukai/mencelakakan bayinya.
11. Ingin mati untuk mengakhiri ini semua.
Faktor-faktor yang menyebabkan depresi post partum, yaitu :
1. Perubahan hormonal
2. Lingkungan melahirkan
3. Kurangnya dukungan keluarga dirumah
4. Sejarah depresi di masa lalu
5. Usia ibu saat melahirkan
6. Jumlah anak
7. Hubungan seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan

Post Partum Psikosis

Post partum depresi tidak sama dengan post partum psikosis. Beberapa ciri khas dari
post partum psikosis :
1. Sangat bingung, keadaan emosi turun naik
2. Gelisah, bergejolak
3. Halusinasi baik visual maupun audio sehingga dia mendengar bisikan atau melihat
seseorang yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang sangat diyakini dan mungkin
membahayakan kesehatannya dan mungkin bayinya atau orang lain

39
4. Takut melukai dirinya maupun bayinya., pada kasus psikosis post partum perlu
pertolongan psikiater dengan segera

Greafing (Kesedihan Dan Dukacita)

Kesedihan “GRIEF” adalah reaksi normal ketika mengalami kehilangan sesuatu atau
seseorang yang dicintai (Davies, 1998). Potter perry, 1991 mengatakan bahwa greafing
adalah pengalaman seseorang yang mengalami kehilangan suatu benda, orang yang dekat,
bagian atau fungsi tubuhnya atau emosinya yang sebelumnya ada, kemudian hilang.

Situasi aktual dan potensial yang terjadi pada sesuatu yang dinilai berubah, sehingga
orang dapat mengalami kehilangan,body image, pekerjaan, sakit dan hospitalisasi. Kesedihan
adalah reaksi yang normal bila seseorang kehilangan barang atau orang yang dicintainya
(Devies, 1988). Orang tua bayi yang kehilangan atau kedukaan akan kecewa/frustasi karena
harapannya tidak terpenuhi. Orang tua bayi yang sakit, premature atau cacat mungkin
mengalami kesedihan dan kehilangan bentuk yang berbeda. Dukungan dari keluarga, teman
atau tenaga kesehatan sangat menolong dalam memberi dukungan moril bagi orang yang
mengalami kehilangan karena kematian. Suatu kesedihan yang diatasi dengan baik dapat
membangun yang mendalam akan kehidupan.

Tahap kehilangan menurut Kibber Ross (1978), setiap orang berbeda reaksinya terhadap
kesedihan menurut penelitian Ross dan Murray Parkes (1986), reaksi kebanyakan orang
terhadap kehilangan :

1. Tahap I
Shock atau menyangkal atau kaku merupakan reaksi yang lazim dimana pada tahap ini
bisa berteriak, tidak percaya atau mengatakan tidak mungkin, diam, terbelalak, bengong,
stress.
2. Tahap II
Pining (merana), marah, menawar, depresi, kekosongan salah satu dari semua ini bisa
dialami sebagai bagian dari emosi yang dialami mengatasi dan menerima situasi. Pining :
rasa sakit muncul, rasa rindu, dan kesepian, contohnya sakit daerah payudara atau tangan
rindu menggendong. Marah reaksi yang lazim muncul, dan memberikan kesempatan
mengekspresikan kemarahannya. Rasa bersalah : emosi yang biasa ditemui pada orang
berduka. Contoh : ibu melahirkan premature akan mengatakan “coba kalau saya tidak

40
merokok atau tidak minum jamu/cepat ke dokter” tidak mau merokoklagi kalau bayi saya
selamat.
Depresi atau kekosongan : dilihat dari fisik dan psikis. Contohnya wanita yang
bayinya lahir mati masih tetap merasakan atau menderita persalinan (induksi, luka
jahitan atau manual plasenta).
3. Tahap III
Penerimaan dan penyesuaian tahap ini sudah dicapai, dapat dikatakan kesedihan sudah
selesai (3 tahun).
Tahapan Kesedihan
Menurut Davidson (1984), membagi atas :
a. Shock dan Numbrese (mati rasa)
Pasangan merasa terpukul, tidak percaya, panik, stress dan marah. Pengalaman ini
dapat diintervensi dengan emosi. Fase ini terjadi selama 2 minggu pertama setelah
kesedihan itu datang. Pasangan merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi dan
akhirnya mereka akan berbuat sesuatu yang lebih baik.
b. Keingintahuan dan kerinduan (mencari – cari)
Fase ini terjadi setelah 2 minggu sampai dengan 4 bulan setelah kejadian. Hal ini
dapat diidentifikasi dengan kurangnya istirahat, marah, merasa bersalah. Pasangan
merasa menggendong bayinya, terbangun karena tangisan dan sering
memimpikannya. Mereka sering membahayakan kejadian yang membuat mereka
sedih dan bagaimana itu terjadi.
c. Disorganisasi
Fase ini berlangsung sekitar 5 samapai 9 bulan setelah kehilangan secara perlahan
akan terlupakan. Perasaan ayang mungkin terjadi adalah depresi, kesulitan
berkonsentrasi terhadap pekerjaan atau menghadapi masalah dengan dan gangguan
fisik serta emosinya. Beberapa pasangan merasa tidak akan bisa untuk melupakan
kejadian yang menyedihkan itu dan secara fisik mereka akan merasa sakit.
d. Reorganisasi
Situasi dimana pasangan akan merasa lebih baik dan dapat beraktifitas seperti
sediakala dan mereka kembali nmendapatkan kekuatan untuk menghadapi kesedihan
yang dialaminya dengan hal baru yang lebih menyenangkan, yaitu mulai menikmati
hiburan, sehingga mendapatkan ketenangan tanpa diikuti rasa bersalah seperti
sebelumnya. Reorganisasi berlangsung sampai dengan tahun pertama dari awal
kesedihan dan pasangan dapat menjalani kehidupannya kembali secara normal.
41
Menurut Kubler Ross (1970), membagi atas:

a. Denial (Menolak)
Pasangan menolak terhadap situasi kehilangan yang terjadi. Implikasi asuhan yang
harus diberikan adalah dengan memberikan support secara verbal.
b. Anger (marah)
Reaksi marah akan timbul baik dari dalam diri sendiri atau lingkungannya. Asuhan
yang diberikan dengan membantu untuk mengerti bahwa marah adalah suatu respon
normal terhadap perasaan kehilangan, hindari menarik diri dan membalas dengan
marah dan izinkan klien mengontrol sebaik mungkin emosinya sesuai dengan
keadaannya.
c. Bergaining (tawar menawar)
Tahap dimana pasangan ingin menunda kehilangan yang terjadi dan berharap
seandainya kehilangan ini tidak terjadi. Asuhan yang diberikan yaitu dengan
mendengarkan dengan penuh perhatian dengan apa yang pasangan sampaikan dan
mendorong pasangan untuk berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan
perasaan takut yang mereka rasakan.
d. Depresion (depresi)
Kehilangan merupakan hal nyata yang membuat pasangan menjadi berkabung
ditandai dengan tidak banyak bicara. Mungkin sering menangis, diam, menolak untuk
makan. Pada tahap ini biarkan pasangan mengekspresikan kesedihannya dan dalam
hal ini perlu dilakukan komunikasi non verbal dengan cara duduk yang tenang
disampingnya tanpa mengharapkan adanya suatu percakapan, bahkan sentuhan.
Berikan pengertian kepada keluarga bahwa sangat penting pasangan berada dalam
kesendirian untuk sementara waktu.
e. Acceptance (menerima)
Pasangan mulai menerima kenyataan yang terjadi dan mulai menentukan rencana –
rencana. Dalam tahap ini, dukung pasangan untuk berpartisipasi aktif dalam program
pemulihannya.

Tanda dan Gejala Berduka

a. Efek Fisik
a) Kelelahan
b) Kehilangan selera

42
c) Masalah tidur
d) Lemah
e) Berat badan menurun
f) Sakit kepala
g) Pandangan kabur
h) Susah bernafas
i) Palpitasi
j) Kenaikan berat badan
k) Gelisah
b. Efek Emosi
a) Mengingkari
b) Bersalah
c) Marah
d) Kebencian
e) Depresi
f) Kesedihan
g) Perasaan gagal
h) Sulit untuk konsentrasi
i) Gagal dalam menerima kenyataan
j) Iritabilita
k) Perhatian terhadap orang yang telah meninggal.
c. Efek Sosial
a) Menarik diri dari lingkungan
b) Isosiasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman

Lima komponen konsep yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan antara lain:

1. Mengenal (Knowing)
Menyatakan bahwa tenanga kesehatan mempunyai waktu untuk melakukan pendekatan
dengan klien yang mengalami proses kehilangan atau kesedihan. Bagaiman tenaga
kesehatan memahami berbagai perasaan dan persepsi anggota keluarga yang kehilangan .
2. Membantu (doing for)
Bagaiman tenaga kesehatan membantu klien mengurangi beban seperti melakukan
sentuhan, melihat dan memeluk.
3. Memungkinkan (enabling)

43
Tenaga kesehatan melakukan penawaran yang memungkinkan setiap anggota keluarga
untuk memilih hal-hal yang dapat membuat mereka lebih nyaman, seperti mengambil foto
bayinya, melihat jenis kelamin serta membantu persiapan penguburan.
4. Mempertahankan kepercayaan (maintaining believe)
Bagaiman tenaga kesehatan dapat meluangkan waktu untuk meningkatkan kembali rasa
percaya diri dari klien dan mulai kembali memandang kedepan.

44
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS

A. Asuhan Keperawatan Ibu Nifas Fisiologis

A. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas


1. Sistem Pernafasan
Kembalinya posisi dada setelah melahirkan bayi akibat penurunan tekanan pada
diagfragma. Sistem pernafasan kembali ke keadaan sebelum hamil pada akhir
periode nifas. Pengkajian dan tindakan keperawatan: Kaji tingkat pernafasan :
setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menit pada jam kedua, setiap 4 jam
selama 22 jam berikutnya dan setiap shift setelah 24 jam pertama.
2. Sistem Kardiovaskuler
Melahirkan melalui vagina kehilangan darah rata-rata 400 sampai 500 ml. Ini
memiliki efek yang minimal karena pada waktu hamil terjadi hypervolemia. Ada
peningkatan curah jantung selama beberapa jam pertama setelah melahirkan
karena darah yang masuk melalui uteroplasenta kembali ke sistem maternal.
Curah jantung akan kembali ke keadaan sebelum dalam waktu 48 jam. Sel darah
putih akan meningkat menjadi 25000/ml dalam beberapa jam setelah melahirkan
dan kembali normal dalam 7 hari. Ibu yang melahirkan beresiko trombosis terkait
dengan peningkatan sirkulasi faktor pembekuan selama kehamilan. Faktor
pembekuan lambat laun menurun setelah plasenta lahir dan kembali ke rentang
normal 2 minggu nifas.
Pengkajian :
Apakah ada peningkatan resiko hipotensi ortostatik, penurunan tekanan darah
secara tiba-tiba ketiak ibu berdiri, karena menurun resistensi pembuluh darah di
panggul. Kebanyakan ibu yang habis melahirkan akan mengalami episode merasa
dingin dan gemetar pada jam-jam pertama setelah melahirkan, selain itu kaji
kehilangan darah yang berlebihan, peningkatan denyut nadi, trombosis vena,
Homan sign pada kaki untuk nyeri betis dan sensasi kehangatan, suhu, bila suhu
tinggi dan menggigil kemungkinan infeksi, berikan pendidikan kesehatan
mengukur suhu jika menggigil.

45
Tindakan keperawatan :
Bila kondisi seperti di atas terjadi, lakukan tindakan keperawatan seperti evaluasi
denyut nadi dan tekanan darah: setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menit
pada jam kedua, setiap 4 jam selama 22 ajm berikutnya dan setiap shift setelah 24
jam.
3. Perubahan pada Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi meliputi rahim, leher rahim, vagina dan perineum mengalami
perubahan selama 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini beresiko
perdarahan dan infeksi, pengkajian dan intervensi keperawatan bertujuan untuk
mengurangi resiko ini.

a. Uterus
Setelah melahirkan terjadi proses involusi, dimana rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil karena adanya kontraksi uterus dan atrifi otot rahim. Pada ibu
multipara dan menyusui mungkin akan mengalami “afterpain” selama
beberapa hari postpartum.
Afterpain nyeri yang berkaitan dengan adanya kontraksi uterus dan
peningkatan oksitosin untuk pengeluaran ASI, kontraksi uterus selama
postpartum untuk mengurangi resiko perdarahan.

Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :


1. Kaji lokasi, posisi dan kontraksi uterus, setelah kala 3 persalinan, kaji
uterus setiap 15 menit untuk satu jam pertama, 30 menit selama satu jam
kedua, 4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap shift setelah 24 jam
pertama, lebih sering jika ditemukan ada tanda-tanda di luar batas normal.
Sebelum pengkajian menginformasikan bahwa ibu dapat meraba
uterusnya, jelaskan prosedur, menjaga privasi dan posisi terlentang kaji
tinggi fundus uteri.
2. Untuk menekan segmen bawah rahim satu tangan diletakkan di atas
fundus, tangan lainnya diletakkan di atas simfisis pubis, menyangga uterus
ketika dimasase.
(gambar)
3. Tentukan posisi rahim, sebelumnya ibu dianjurkan BAK.

46
4. Ukur jarak antara fundus dan umbilikus dengan menggunakan jari (setiap
luasnya jari tangan sama dengan 1 cm).
5. Simpulkan keadaan tinggi fundus uteri, segera setalah plasenta lahir
fundus berada setinggi pusat dan 24 jam setelah plasenta lahir fundus
berada 1 cm di bawah umbilikus.
(gambar)
b. Endometrium
Endometrium selaput lendir yang melapisi rahim, mengalami regenerasi
setelah plasenta lahir, melalui proses nekrosis lapisan superfisial dari desidua
basalis menjadi jaringan endometrium. Lochia yang keluar dari rahim
mengalami perubahan dari waktu ke waktu mencerminkan tahap
penyembuhan. Kontraksi uterus menyempitkan pembuluh sekitar lokasi
plasenta dan membantu mengurangi jumlah kehilangan darah.
Pengkajian
Kaji lochia setiap kali memeriksa tinggi fundus uteri.
1. Lihat pembalut yang digunakan dan tentukan jumlah lochia yang keluar.
(gambar)
2. Banyaknya lochia pada pembalut ditentukan setelah 1 jam, dinilai apakah :
sangat sedikit, sedikit, sedang atau banyak. Lochia mengandung bekuan
terjadi karena lochia telah bersatu di segmen bawah rahim.
3. Gumpalan kecil harus dicatat dalam status klien dan gumpalan besar dapat
mengganggu kontraksi uterus, dan harus dilakukan observasi (10 gram
gumpalan sama dengan 10 ml kehilangan darah).
Tabel 4.1 Tahap dan Karakteristik Lochia
Tahap Waktu Temuan yang Penyimpangan dari
diharapkan normal
Lochia Hari 1-3  Darah dengan  Darah dengan
rubra gumpalan kecil. gumpalan
 Sedang dengan besar
jumlah sedikit.  Dalam waktu
 Peningkatan 15 menit
jumlah lochia pembalut
ketika berdiri penuh (tanda

47
dan menyusui. perdarahan)
 Bau amis  Bau busuk
(tanda infeksi)
 Fragmen
plasenta
Lochia Hari 4-10  Merah muda  Kelanjutan
serosa atau warna dari tahap
coklat. rubra setalah
 Jumlah sedikit. hari 4.
 Bau amis.  Dalam waktu
15 menit
pembalut
penuh (tanda
perdarahan).
 Bau busuk
(tanda
infeksi).
Lochia Hari 10  Kuning ke  Darah merah
alba putih. terang (tanda
 Jumlah sedikit. postpartum
 Bau amis. perdarahan).
 Bau busuk
(tanda
infeksi).
Tindakan Keperawatan
Jika pasien perdarahan segera konsul ke tim medis yang menangani dan
berikan pendidikan kesehatan : Ajarkan memeriksa tinggi fundus uteri,
normalnya proses involusi, cara memijat rahim, informasikan mengenai
“Afterpain” (kram uterus karena kontraksi dan relaksasi penurunan ukuran).
Afterpain terjadi pada hari pertama dan 36 jam terakhir, lebih sering terjadi
pada multipara. Kondisi ini mungkin meningkat bila menyusui dalam hari-hari
pertama setelah melahirkan.

48
Bila kandung kemih penuh dapat meningkatkan afterpain, agar klien merasa
nyaman: kososngkan kandung kemih, selimuti daerah perut, analgesia dan
tehnik relaksasi. Berikan informasi tahapan lochia, aliran lochia dapat
meningkat ketika bangun tidur pagi hari atau bangun dari duduk untuk jangka
waktu yang lama. Lochia yang banyak tanda adanya perdarahan nifas, kaji
kontraksi uterus jika kontraksinya lembek, pijat uterus, jika pembalut sudah
diganti, lihat lagi jumlah nya dalam 15 menit. Anjurkan memberitahu perawat
atau dokter, jika mengalami: adanya peningkatan mendadak dalam jumlah
lochia, perdarahan merah terang setelah lochia rubra, bau busuk, berikan
informasi untuk mengurangi resiko anjurkan pasien untuk sering mengganti
pembalut, karena lochia merupakan media unruk pertumbuhan bakteri.
c. Vagina dan Perineum
Vagina dan perineum mengalami perubahan terkait dengan proses melahirkan,
mulai dari luka ringan akibat peregangan sampai episiotomy. Ibu akan
mengalami rasa sakit ringan sampai berat tergantung pada tingkat dan jenis
trauma vagina dan atau perineu. Komplikasi utama adalah infeksi pada luka
atau luka episiotomy. Proses penyembuhan dan pemulihan selama periode
postpartum.

Pengkajian dan Tindakan keperawatan


1. Kaji perineum REEDA (redness, edema, ecchymosis, discharge,
appoximation), dengan cara :
a. Jelaskan prosedur,
b. Jaga privasi,
c. Buka pakaian dalam,
d. Kaji perineum,
e. Luka episiotomi dan laserasi,
f. Nyeri (ringan sampai sedang).
2. Kaji kenyamanan, untuk memberikan rasa nyaman kompres es 24 jam
pertama untuk mengurangi edema.
3. Menganjurkan posisi miring untuk mengurangi tekanan pada perineum.
Anjurkan untuk mengencangkan otot gluteal saat di duduk dan
mengendurkan otot saat berdiri. Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah
sekitar. Anjurkan untuk sitz bath 24 jam setelah melahirkan, dua kali
49
sehari selama 20 menit untuk meningkatkan sirkulasi, penyembuhan dan
kenyamanan.
4. Untuk resiko infeksi :
d. Anjurkan membersihkan daerah vagina dengan menggunakan air hangat.
e. Anjurkan bersihkan daerah perineum setelah eliminasi.
f. Anjurkan sering mengganti pembalut.
g. Anjurkan mencuci tangan setelah mengganti pembalut.
h. Kompres es pada perineum.
i. Payudara

Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan dalam perisapan untuk


menyusui. Sekitar hari ke 3 postpartum semua ibu menyusui maupun tidak
menyusui mengalami pembengkakan payudara, payudara menjadi lebih
besar,tegas, hangat, lembut, dan merasakan nyeri. Kolostrun cairan
kekuningan mendahului produksi ASI, mengandung lebih tinggi protein
dan rendah karbohidrat serta mengandung imunoglobulin G dan A yang
memberikan perlindungan bagi bayi baru lahir selama beberapa minggu
awal kehidupan.

Pengkajian dan tindakan keperawatan :

1. Kaji pembengkakan payudara, apakah ada tanda-tanda pembengkakan?


Hasil pengkajian diharapkan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan
payudara lunak dan tidak keras. Pada hari ke 2 postpartum peyudara
sedikit tagas dan tidak keras, kemudian hari ke 3 postpartum payudara
kenyal, lembut dan hangat.
2. Evaluasi puting untuk tanda-tanda iritasi dan evaluasi kerusakan
jaringan puting (puting retak, memerah).
3. Kaji mastitis : apakah ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh ?
4. Payudara dalam keadaan hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan
kenyamanan. Gunakan bra yang menyokong payudara. Untuk ibu yang
tidak menyusui : anjurkan memakai bra yang menyokong dalam 24
jam sampai payudara menjadi lunak.
5. Kompres dengan es.
6. Tidak merangsang payudara karena merangsang produksi ASI.

50
7. Hindari panas pada daerah payudara karena akan merangsang produksi
ASI.
8. Kolaborasi pemberian analgesik untuk nyeri dan payudara akan
mengendur dalam 48 jam.

4. Sistem Kekebalan

Ibu nifas umumnya mengalami suhu tubuh selama 24 jam pertama setekah
melahirkan. Hal ini berkaitan dengan ibu banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan bayi kemudian mengalami kelelahan, dehidrasi dan perubahan
hormonal. Apanila suhu lebih dari 38°C setelah 24 jam pertama melahirkan,
kemungkinan ada indikasi infeksi postpartum dan memerlukan pengkajian lebih
lanjut.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
Kaji sushu tubuh, setiap 15 menit pada jam pertama, 30 menit selama satu jam
kedua, 4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap setelah 24 jam pertama. Bila suhu
38°C atau lebih tinggi setelah 24 jam, anjurkan minum banyak.

5. Sistem Pencernaan

Adanya penurunan tonus otot gastrointestinal dan motilitas usus setelah melahirkan
dan fungsinya akan normal kembali dua minggu setelah melahirkan. Konstipasi,
ibu postpartum berisiko sembelit karena :
6) Penurunan motilitas GI
7) Penurunan aktivitas fisik
8) Banyak mengeluarkan cairan pada waktu melahirkan
9) Nyeri pada perineum dan trauma
10) Wasir akan berkurang namun nyeri

Setelah melahirkan ibu akan merasa lapr berikan diet biasa/makanan ringan,
kecuali ibu mengalami penyakit tertentu seperti diabetes. Penurunan berat badan
terjadi selama 2 sampai 3 minggu nifas.

Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :

1. Menilai bisisng usus pada setiap shift, bila bisisng usus tidak terdengar
harus diberi tindakan.

51
2. Kaji konstipasi, tanyakan keadaan kondisi usus, berikan pendidikan
kesehatan tentang nutrisi dan cairan. Ibu yang menyusui membutuhkan
asupan 500 kalori per hari dan membutuhkan cairan sekitar 2 liter per hari.
Melakukan kegiatan dan latihan senam, untuk mengurangi konstipasi,
meningkatkan sirkulasi dan kenyamanan. Istilah dan kenyamanan sangat
penting untuk mempercepat penyembuhan dan meningkatkan produksi
ASI. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi ibu.
Gunakan cara mengatasi konstipasi ketika waktu hamil, apabila
menggunakan obat-obat untuk memudahkan BAB harus sesuai aturan.
3. Kaji hemoroid dengan cara pasien tidur miring kemudian memisahkan
pantat untuk melihat anus, bila hemoroid nyeri : Anjurkan meningkatkan
asupan cairan dan serat, menghindari duduk terlalu lama, sitz bath, untuk
membantu dalam meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri.
4. Kaji nafsu makan, jumlah makanan yang dimakan. Tanyakan apakah lapar,
adakah mual atau muntah.
5. Berikan pendidikan kesehatan :
a. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, serat untuk mengurangi
konstipasi.
b. Makanan bergizi untuk ibu menyusui.
c. Ambulasi untuk meningkatkan motilitas GI dan mengurangi gas dalam
usus.
d. Anjurkan asupan cairan 8 gelas per hari.
6. Sistem Perkemihan
Distensi kandung kemih karena ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih, umumnya tarjadi beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hal ini terkait
dengan penurunan sensasi atau edema sekitar uretra. Diuresis disebabkan oleh
kadar estrogen dan oksitosin menurun, ter jadi dalam waktu 12 jam setelah
melahirkan dan membantu mengeluarkan kelebihan cairan.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
1. Kaji gangguan kandung kemih dengan mengukur pengeluaran urin selama 24
jam pertama setelah melahirkan. Jika berkemih kurang dari 150 ml, perawat
perlu meraba kandung kemih, jika masih 12 jam belum tuntas gunakan kateter.

52
2. Kemudian kaji tanda-tanda kemungkinan sistitis. Ibu nifas harus sudah BAK
setelah 6 sampai 8 setelah melahirkan, setiap berkemih minimal 150 ml,
berkemih secara dini mengurangi sistitis.
3. Anjurkan minum 8 gelas.

7. Sistem Endokrin
Setlah plasenta lahir terjadi perubahan pada sistem endokrin. Estrogen, progesteron
dan prolaktin menurun. Estrogen mulai meningkat setelah minggu pertama setelah
melahirkan. Ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin terus menurun pada 3 minggu
pertama postpartum, menstruasi dimulai 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan.
Menstruasi pertama biasanya anovulasi dan ovulasi biasanya terjadi siklus
keempat. Sedangkan untuk ibu yang menyusui kadar prolaktin meningkat untuk
produksi ASI. Laktasi jumlah menyusui. Ovulasi akan kembali dalam waktu yang
lebih lama dibandingkan ibu yang tidak menyusui.
Diaforesisi terjadi pada minggu pertama postpartum karena kadar estrogen
menurun. Berkeringat banyak pada malam hari, untuk membuang cairan dalam
tubuh karena peningkatan cairan yang terakumulasi selama kehamilan.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
1. Kaji diaforesis, tanda infeksi dengan mengukur suhu tubuh. Berikan pendidikan
kesehatan, informasikan penyebab diaforesisi.
2. Gunakan pakaian tidur yang dapat menyerap keringat.
3. Anjurkan untuk mengukur suhu tubuh, informasikan kembalinya menstruasi
dan ovulasi.
4. Anjurkan menggunakan alat kontrasepsi ketika akan melakukan hubungan
seksusal.
8. Sistem Otot dan Saraf
Setalah melahirkan otot-otot perut mengalami kekenduran dan perut tampak
lembut dan lembek. Beberapa wanita mengalami diastasis recti abdominalis.

B. Diastasis Recti
Ibu nifas mengalami nyeri otot karena banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan. Sensasi saraf pada tubuh bagian bawah akan berkurang pada ibu yang

53
melahirkan dengan anastesi epidural selama persalinan. Ambulasi dilakukan ketika
sensasi sudah kembali maksimal.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan :
1. Kaji diastasis recti abdominis, perawat dapat merasakan pemisahan otot dan akan
berkurang seiring waktu,
2. Kaji nyeri otot. Untuk mengurangi rasa nyaman karena nyeri otot:
a. Kompres dengan kantung es pada daerah yang nyeri selama 20 menit.
b. Hangatkan daerah yang nyeri.
c. Mandi air hangat.
d. Analgesik
e. Kaji penurunan sensasi saraf, sensasi penuh pada ekstermitas bawah bagi ibu
yang melahirkan normal, apa yang diharapkan ibu yang melahirkan dengan
anastesi epidural dapat kembali beberapa jam setelah melahirkan.
f. Bantu ambulasi ketika sensasi telah kemabli normal.
Setelah Anda melakukan pengkajian dapat menentukan diagnosis keperawatan sesuai
dengan data yang diperoleh, di bawah ini ada beberapa Diagnosis Keperawatan yang
dapat membantu dalam merumuskan, sebagai berikut :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan atonia uteri.
3. Resiko gangguan eliminasi urine berhubungan penurunan sensasi.
4. Resiko konstipasi berhubungan dengan efek hormonal pada otot polos.
5. Resiko defisit pengetahuan tentang promosi kesehatan perubahan fisik pada
postpartum berhubungan dengan kurangnya informasi.

Dalam menentukan hasil/tujuan yang diharapkan dalam asuhan keperawatan sangatlah


penting dengan mengacu kepada masalah yang akan dihilangkan/dikurangi, di bawah
ini tujuan dari diagnosis di atas, sebagai berikut :

1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.


2. Fundus uteri dan lokia berjalan normal.
3. Eliminasi urine 6 sampai 8 jam postpartum.
4. Konstipasi tidak terjadi.
5. Ibu postpartum dapat memahami dam beradaptasi dengan perubahan fisiknya.

54
C. Perubahan Psikologis Ibu Nifas
Pendahuluan
Para mahasiswa yang berbahagia, perubahan fisiologis pada nifas dapat sangat
berkaitan dengan perubahan psikologis ibu. Dalam tahap penyesuaian terhadap peran
baru mereka sebagai orang tua harus dapat membagi waktu terhadap anggota
keluarga. Materi ini berfokus pada psikologis, emosional, dan perkembangan
perubahan yang terjadi selama masa transisi menjadi orang tua.

1. Transisi Menjadi Orang Tua


Transisi menjadi orang tua adalah proses pembangunan yang dinamis, yang
diawali dengan pengetahuan tentang kehamilan dan selama periode nifas sebagai
pasangan baru akan menjadi peran ibu dan ayah. Apakah ini adalah anak pertama
atau kesepuluh, transisi ini adalah peristiwa yang harus dihadapi. Berjiwa besar
dalam hidup yang menarik dan menegangkan, serta menghasilkan tantangan untuk
membangun anggota keluarga, hubungan dengan pasangan, dan keluarga. Setiap
individu berkaitan dengan pertumbuhan, realisasi, dan persiapan menjadi orang
tua dengan cara yang berbeda, dan keyakinan budaya berpengaruh bagaimana
individu mengambil peran orang tua.
Transisi menjadi orang tua harus dibangun dengan kebersamaan atau terhambat
oleh banyak faktor, beberapa di antaranya adalah :
a. Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman sebelumnya dengan merawat
bayi dan anak-anak dapat menciptakan transisi yang harmonis untuk orang
tua.
b. Kekuatan hubungan anatara mitra. Sebuah hubungan yang kuat antara
pasangan dapat menumbuhkan proses transisi menjadi orang tua.
c. Pertimbanganan keuangan. Masalah keuangan dapat menghambat transisi
menjadi orang tau.
d. Tingkat pendidikan. Penurunan kemampuan untuk membaca dan memahami
informasi mengenai perawatan bayi dapat menghambat pasangan untuk
mendapatkan pengetahuan dalam perawatan bayi.
e. Sistem pendukung. Kurangnya dukungan positif dalam perawatan ibu dan bayi
dapat menghambat transisi menjadi orang tua.
f. Keinginan untuk menjadi orang tua. Kurangnya keinginan untuk menjadi
orang tua dapat menghambat transisi menjadi orang tua.
55
g. Usia orang tua. Orang tua remaja mungkin memiliki lebih sulit transisi
menjadi orang tua.

Transisi menjadi orang tua melibatkan prean ibu atau ayah, melihat anak sebagai
seorang induvidu dengannya atau kepribadiannya sendiri dan menggabungkan
anak baru didalam periode atal postpartum. Pada tahu 1960. Reva Rubin
melakukan studi penelitian kualitatif berfokus pada adaptasi ibu pada minggu
pertama postpartum. Risetnya adalah dasar dari pemahaman kita tentang
pengalaman psikologi ibu selama periode postpartum. Dua konsep
diidentifikasikan melalui penelitiannya adalah “fase menjadi ibu dan sentuhan
ibu”. Rubin (1984) menyempurnakan dan dimodifikasi yang lebih dikaitkan
dengan cara ibu dalam penyesuaian dan berperilaku serta mengidentifikasikan
cara membangun keluarga dan agar dapat “menjadi seorang ibu”.

Ramona Mercer, seorang mahasiswa dan rekan Rubin, ditambahkan dalam


memperluas pengentahuan keperawatan melalui berbagai studi penelitian yang
berfokus pada peran ibu. Berdasarkan pada studi ini Mercer (1995)
mengembangkan teori “peran ibu dalam Pencapaiannya”, yang menggambarkan
dan menejlaskan proses kemajuan saat mereka menjadi seorang ibu. Berdasarkan
penelitian sebelumnya dan penelitian orang lain, Mercer (2004) mendukung
menggantikan istilah “pencapaian peran ibu “ dengan “menjadi seorang ibu”.
Istilah “menjadi seorang ibu”mencerminkan bahwa proses ini tifak stagnan, tetapi
terus berkembang sebagai ibu dan anaknya yang berubah dan berkembang. Teori-
teori yang dihasilkan oleh Rubin dan Mercer dalam penelitian adalah membangun
pedoma keperawatan untuk perawatan postpartum ibu dan keluarga.

2. Peran orang tua


Individu memiliki banyak peran sepanjang hidup mereka. Sebagai seorag anak,
peran sebagai putra atau putri, adik atau kakak, cucu, dan mahasiswa. Peran
tambahan yang diperoleh sebagai individu dewasa. Peran berubah seiring wakru
sebagai individu dewasa dan peran baru ditambahkan. Peran ibu atau ayah
berkembang dan perubahan dari waktu ke waktu sebagai anak tumbuh di dalam
keluarga. Setiap peran baru memiliki harapan dan tanggung jawab bahwa
induvidu harus belajar agar berhasil dalam peran.

56
Pasangan yang diberi judul ibu dan ayah dengan kelahiran anak mereka, harus
belajar menggapai harapan dan tanggung jawab didalam peran ini.
1. Contoh harapan peran orang tua adalah bahwa orang lain akan mengakui
orang tersebut sebagai orang tua atau bahwa anak akan mematuhu orang tua.
2. Contoh tanggung jawab adalah bahwa orang tua akan mecintai dan melindungi
anak mereka.

Pengetahuan tentang harapan dan tanggung jawab diperoleh melalui pembelajran


disengaja (instruksi formal) dan insidental belajar (mengamati orang lain dalam
peran). Kebanyakan individu memiliki sedikit disengaja/pembelajaran
instruksional mengenai peranan ibu atau ayah. Mayoritas pembelajaran harapan
dan tanggung jawab untuk peran ini terjadi melalui pembelajran insidental.
Contoh pembelajaran insidental dari peran orang tua adalah :

1. Mengamati orang lain yang menjadi ibu dan ayah


2. Mengingat bagaimana mereka mengasuk anak, dan
3. Menonton film atau program televisi yang memiliki ubu dan atau ayah sebagai
karakter.

Proses belajar dan mengembangkan peran orang tua harus mulai sejak kehamilan.
Mitra yang belajar bersma selama kehamilan memiliki hasil yang lebih baik ketika
mereka mengambil peran orang tua. Menyediakan pasangan dengan informasi
tertulis mengenai berbagai gaya peran orang tua memungkinkan pasangan calon
untuk belajar tentang perilaku oarang tua. Pasangan calom kemudian dapat
mendiskusikan pengasuhan dan saling setuju pada harapan dan tanggung jawab
peran baru mereka.

Pengkajian

1. Orang tua mengidentifikasi perubahan peran dan bersedia untuk membuatgaya


hidup perubahan untuk mengakomondasi perubahan.
2. Orang tua mengidentifikasikan dengan peran orang tua.
3. Orang tua membahas apa peran berarti bagi mereka.
4. Pasangan menggabungkan orang ketiga, bayi baru lahir, ke hubungan mereka.
5. Mendukung pasangan saling membagi tugas dalam perawatan.

Tindakan keperawatan

57
1. Mendorong, melalui mendengarkan aktif, orang tua untuk berbicara tentang
pengalaman kelahiran mereka dan perasaan tentang menjaid orang tua.
2. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat, seperti orang tua
bisa tidur.
3. Memberikan perawatan yang sesuai kebutuhan.
4. Menyediakan lingkungan yang aman bagi orang tua untuk berbicara tentang
keperihatinan dan ketakutan tentang transisi abru, dan membantu mereka
menemukan cara untuk berkerja sama dalam menyelesaikan ketakutan.
5. Memberikan pendidikan orang tua pada perawatan bayi yang baru lahir
dengan menggunakan berbagai strategi pendidikan seperti handout, video, dan
demonstrasi prosedur (bersendawa, lampin, menghibur da merangsang bayi).
6. Membrikan informasi tentang pentingnya perhatian orang tua. (gambar)

“Menjadi seorang ibu” adalah istilah yang relatif baru yang digunakan untuk
menggambarkan dan menjelaskan proses bahwa perempuan mengalami masa
transisi untuk menjadi ibu dan pembentukan identitas sebagai ibu (Mercer, 2004).

Mercer (2004) menggambarkan empat tahap melalui mana kemajuan perempuan


dalam “Menjadi seorang ibu”, yaitu :

1. Komitmen dalam mempersiapkan bayi selama kehamilan.


2. Kenalan dengan dan meningkatkan ketertarikan pada bayi, belajar cara
merawat bayi, dan restorasi fisik selam dalam minggu-minggu awal setelah
kelahiran.
3. Bergerak menuju normal baru selama 4 bulan pertama.
4. Pencapaian identitas ibu sekitar 4 bulan (Mercer, 2006).

Proses menjadi seorang ibu dimulai selama kehamilan, tapi biasa terjadi sebelum
kehamilan. Beberapa wanita mulai mempersiapkan untuk peran ini sebagai anak-
anak ketika mereka berfantasi tentang menjadi ibu dan bermain peran menjadi ibu
dengan dolls. Others, sebelum kehamilan, aktif meningkatlan kesehatan mereka
dalam persiapan untuk kehamilan (Mercer,2006).

Proses “menjadi seorang ibu” dipengaruhi oleh : Bagaimana pengalaman ibunya


merawat, pengalam hidupnya, karakteristik uniknya, pengalaman kehamilan,
pengalaman melahirkan, dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman-teman,

58
keinginan wanita untuk mengasumsikan peran ibu dan karakteristik bayi seperti
penampilan dan temperamen (Mercer, 1995, 2006).

Tindakan Keperawatan

1. Review catatan prenatal dan faktor resiko seperti komplikasi selama


kehamilan dan persalinan dan kelahiran.
2. Menilai tahapan “menjadi seorang ibu”: temuan penelitian yang diharapkan,
perasaan positif terhadap kehamilan, perilaku kesehatan positif, memelihara
perilaku terhadap bayi, perasaan melindungi terhadap bayi, memingkatkan
kepercayaan diri dalam mengetahui dan merawat bayi.
3. Pembentukan rutinitas keluarga baru (Mercer,2006), menyediakan rooming-in
atau perawatan bersama untuk memfasilitasi ikatan batin. Sediakan waktu
pribadi untuk orang tua agar dapat berinteraksi dengan bayi baru lahir dan
memberikan tindakan kenyamanan bagi wanita untuk mempromosikan istirhat
dan penyembuhan, mendengarkan kepentingan ibu tersebut dalam rangka
untuk proses penggabungan bayi baru lahir ke dalam hidupnya, memberikan
pengajaran tentang perawatan bayi baru lahir dan pujilah ibu untuk merawat
dirinya dan bayinya (Mercer,2006).

Dukungan keperawatn dalam proses menjadi seorang ibu. Mercer (2006)


merangkum empat tahap dalam proses menjadi seorang ibu dan memberikan dua
rekomendasi utama untuk mendukung perempuan selam proses menjadi ibu :

1. Mendengarkan dan memahami bagaimana wanita dipengaruhi oleh proses


menjadi seorang ibu.
2. Memberikan umpan balik kepada ibu tentang bayinya keterampilan perawatan
dan cara wanita berinteraksi dengan bayi.
Tabel 4.2 Fase Maternal
FASE TAKING IN FASE TAKING FASE LETTING GO
HOLD
Fase Taking In, masa Fase Taking Hold, Fase Letting Go, masa dari
perilaku tergantung, masa peralihan dari mandiri ke peran baru.
terjadi selama 24- dependen ke Karakteristik ibu selama
48jam pertama setelah independen perilaku, fase ini adalah:

59
lahir dan perilaku ibu bertahan hingga 1. Berduka dan
sebagai berikut : berminggu-minggu melepaskan
1. Ibu berfokus dan perilaku ibu perilaku lama
pada sebagai berikut: beralih keperilaku
pribadinya, 1. Fokus bergerak baru yang
kenyamanan dari diri ke mendukung.
fisik dan bayi. Memasukkan bayi
perubahan. 2. Ibu mulai baru lahir ke dalam
2. Ibu bercerita menjadi kehidupan dirinya
kembali tentang mandiri. dimana bayi
pengalaman 3. Ibu memiliki menjadi tak
melahirkan. kemampuan terpisah darinya.
3. Ibu meningkat Menerima bayi
menyesuaikan untuk membuat baru lahir dengan
dengan keputusan. sungguh-sungguh
perubahan 4. Ibu tertarik 2. Berfantasi apa
psikologis. pada bayi baru akan/bisa
4. Ibu tergantung lahir dan dapat mempunyai peran
pada orang lain memenuhi baru.
untuknya dan kebutuhan. 3. Kemerdekaan
bayinya dalam 5. Ibu mulai kembali; mungkin
memenuhi mengambil pergi kembali ke
kebutuhan. peran sebagai tempat kerja atau
5. Ibu memiliki ibu. sekolah.
kemampuan 6. Ibu mulai 4. Mungkin memiliki
yang menurun belajar. perasaan duka, rasa
untuk membuat Ini adalah waktu yang bersalah, atau
keputusan. sangat baik untuk kegelisahan.
6. Ibu memberikan 5. Kembali harmonis
berkonsentrasi pendidikan kesehatan dalam hubungan
pada pribadi tentang postpartum. dengan pasangan
untuk 1. Ibu mulai (Rubin, 1963,
penyembuhan menyukai 1967).

60
fisik. (Rubin, peran “ibu”.
1963, 1967) 2. Ibu mungkin
memiliki
perasaan
banyak yang
dikerjakan dan
kewalahan.
3. Ibu
membutuhkan
jaminan lisan
bertemu
dengan bayi
yang baru lahir.
4. Ibu mungkin
menunjukkan
tanda-tanda dan
gejala baby
blues serta
kelelahan.
5. Ibu mulai
melihat dunia
luar (Rubin,
1963, 1967)

Pengkajian :
1. Review catatan prenatal dan faktor resiko.
2. Kaji fase ibu.
3. Mengkaji perilaku selama 24 sampai 48 jam.
4. Mengkaji-terus perilaku 24-48 jam dalam beberapa minggu pertma setelah
lahir.

Tindakan Keperawatan :

1. Perawatan dalam setiap fase Taking In dilaksanakan oleh perawat, karena ibu
lebih tergantung dan memiliki kesulitan membuat keputusan.

61
2. Perawatan selama Fase Taking Hold lebih dilaksanakan oleh ibu karena sudah
lebih mandiri dan memiliki peningkatan kemampuan untuk membuat
keputusan, memberikan tindakan kenyamanan seperti istirahat dan
mengurangi nyeri, membutuhkan pendidikan kesehatan tentang merawat diri
dan bayinya. Selama fase taking-hold, memuji ibu untuk dapat belajr karena ia
ingin belajar tetapi dapat menjadi frustasi dengan tidak mampu menguasai
tugas baru dengan cepat.

3. Bonding dan Attachment Behaviors

Bonding dan Attachment dipengaruhi oleh waktu, kedekatan orang tua dan bayi,
apakah kehamilan direncanakan/diinginkan dan kemampuan orang tua untuk
memproses melalui tugas-tugas perkembangan yang diperlukan orang tua.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi ikatan dan perilaku attachment adalah:
Dasar pengetahuan dari pasangan, pengalaman masa lalu dengan anak-anak,
kematangan dan tingkat pendidikan dari pasangan, dukungan diperpanjang,
harapan ibu/ayah dari kehamilan ini, harapan ibu/ayah dari bayi dan harapan
budaya.
Faktor Resiko Bonding dan/atau Attachment Tertunda:
1. Penyakit ibu selama kehamilan dan/atau periode postpartum dapat mengganggu
kemampuan untuk berinteraksi ibu dengan bayi.
2. Penyakit neonatal seperti prematuritasyang mengharuskan pemisahan bayi dan
orang tua.
3. Proses persalinan yang berkepanjangan atau rumit dan kelahiran yang
mengarah ke kelelahan untuk kedua wanita dan pasangannya.
4. Kelelahan selama periode postpartum berhubungan dengan kurangnya istirahat
dan tidur.
5. Ketidaknyamanan fisik yang dialami oleh ibu setelah melahirkan.
6. Ibu dalam usia perkembangan seperti remaja.
7. Stress yang baik berhubungan dengan kehamilan atau persalinan (misalnya,
keprihatinan dengan keuangan, sistem dukungan sosial yang buruk, atau perlu
kembali bekerja segera setelah melahirkan).

62
Tindakan Keperawatan :

1. Meninjau catatan prenatal dan faktor resiko


2. Kaji faktor resiko yang akan menunda ikatan dan ketertarikan.
3. Pantau orang tua yang beresiko memulai intervensi awal untuk
mempromosikan ikatan dan ketertarikan.
4. Menilai untuk ikatan dan ketertarikan dengan pengalaman interaksi orang tua-
bayi.
5. Temuan penilaian yang diharapkan untuk orang tua adalah :
a. Memegang erat bayi.
b. Memberik bayi dengan nama atau jenis kelamin yang tepat, merespon
kebutuhan bayi.
c. Bebricara positif tentang bayi.
d. Muncul tertarik unutk belajar tentang bayi.
e. Mengajukan pertanyaan yang tepat tentang perawatan bayi.
f. Trampil nyaman memegang dan merawat bayi.

4. Postpartum Blues
Postpartum Blues, juga dikenal sebagai baby blues, terjadi selama minggi pertama
postpartum, berlangsung selama beberapa hari, dan mempengaruhi mayoritas ibu.
Selama periode ini, ibu merasa sedih dan mudah menangis tapi dia mampu
merawat dirinya sendiri dan bayinya. Penyebab postpartum blues adalah:
perubahan kadar hormon, kelelahan, stress mempunyai peran baru sebagai ibu.
Tandan dan gejala postpartum blues adalah: kemarahan, kecemasa, perubahan
suasana hati, kesedihan, menangis, kesulitan tidur, dan kesulitan makan.
Tindakan Keperawatan :
1. Memberikan informasi kepada pasangan tentang postpartum blues.
2. Jelaskan bahwa ini terjadi di sebgaian besar postpartum.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam mengurangi stress.
4. Jelaskan pada pasangan pentingnya menahan emosional dan dukungan fisik
selama periode waktu ini.
5. Jelaskan bahwa ibu atau keluarga harus mencari bantuan dari layanan
kesehatan jika gejala bertahan lebih 4 minggu atau jika ibu membutuhjan
perhatian dari keluarganya, karena ia mungkin mengalami depresi postpartum.

63
Tabel 4.3 Alur Klinik untuk Transisi Menjadi Orang Tua
Fokus Postpartum Postpartum Postpartum Hasil yang
perawatan masuk RS 4-24 jam 24-48 jam diinginkan
Status Fase Taking-In Menuju Fase Fase Taking Ibu dapat
emosional Taking-Hold –Hold melakukan
Ibu mampu perawatan
merawat sendiri.
dirinya dan
menunjukka Ibu
n menujukkan
kemandirian peningkatan
dalam kepercayaan
perawatan diri dalam
bayi. merawat bayi.

Tindakan Membrikan Mendorong Amati ikatan Adanya


keperawata perawtan dan wanita dan dan perilaku ketertarikan
n kenyamanan keluarganya ibu. dan perilaku
kepada ibu. untuk yang positif.
berpartisipasi Mencatat
Memberikan dalam tanda-tanda Orang tua
penguatan merawat diri perilaku menunjukkan
positif terhadap dan maladaptif. pengertian
perilaku yang perawatan pada perilaku
tepat. bayi. Menyediaka bayi.
n informasi
Diskusi Mendorong tertulis/ Orang tua
kemampuan sesering visual menunjukkan
bayi. mungkin tentang pengertian
kontak perilaku bayi dalam
Membrikan ibu dengan bayi. dan menangani
kontak dengan karakteristik. bayi.
bayi secara Amati

64
konsisten untuk perilaku ibu Ajarkan Menyediakan
membangun dan metode sumber
keterikatan. ketertarikan untuk informasi jika
dengan menghibur pasien
bayinya. bayi. membutuhka
n
Mulailah
berikan
pendidikan
kesehatan
setelah
melahirkan.

Dinamika Orang tua Orang tua Orang tua Orang tua


Keluarga menunjukkan menunjukka terus- menunjukkan
mulai ada ikatan n ikatan dan menerus perilaku
perilaku dan perilaku menunjukka adaptasi yang
memperkenalka positif. n perilaku positif.
n bayi kepada ikatan dan
keluarga. Keluarga ketertarikan.
menunjukka
n dukungan Keluarga
positif menunjukka
terhadap n perilaku
bayi baru positif
lahir. terhadap
bayi baru
lahir dan
orang tua.

65
Fase ibu, seperti yang didefinisikan oleh Rubin (1963, 1967), adalah tiga fase
proses yang terjadi selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan :

1. Fase taking in, masa perilaku tergantung, terjadi selama 24-48 jam pertama
setelah lahir dan perilaku ibu.
2. Fase taking hold, masa peralihan dari dependen ke independen perilaku,
bertahan hingga berminggu-minggu dan perilaku ibu.
3. Fase letinggi ho, masa dari mandiri ke peran baru.

Setelah Anda membaca materi di atas, dalam membrikan asuhan keperawatan


diawali dengan pengkajian dan dilanjutkan merumuskan diagnosis keperawatan,
ada beberapa contoh di bawah ini yang dapat membantu Anda, sebagai berikut :

1. Defisit pengetahuan yang berkaitan dengan peran orang tua karena peratama
kali menjadi orang tua.
2. Resiko untuk situsional gangguan harga diri karena baru mempunyai peran
sebagai orang tua.
3. Resiko untuk proses perubahan keluarga terkait dengan adanya anggota
keluarga baru.
4. Resiko perubahan interaksi antara orangtua-bayi yang berhubungan dengan
kecemasan menjadi orangtua baru.

Tujuan yang dibuat berdasarkan masalah yang akan dikurangi atau dihilangkan,
beberapa contoh dibawah ini hasil yang diharapkan dari tujuan diatas sebagai
berikut :

1. Orang tua akan memahami tentang peran orang tua harapan dan tanggung
jawab.
2. Orang tua akan beradaptasi mempunyai peran baru.
3. Orang tua akan menunjukkan komentar positif saat berinteraksi dengan anggota
keluarga.
4. Orang tua akan menggendong bayi dekat dengan tubuh, memenuhi kebutuhan
bayi baru lahir, dan berinteraksi dengan bayi baru lahir.

66
B. ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS PATOLOGIS

1. Perdarahan
Perdarahan postpartum/post partum haemorrhage (PPH) digolongkan menjadi
perdarahan primer dan sekunder. PPH primer terjadi dalam 24 jam postpartum dan
PPH sekunder 24 jam setelah postpartum. PPH primer didefinisikan sebagai
kehilangan darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama. Penyebab PPH primer
atonia uteru, laserasi dan hematoma. Penyebab PPH sekunder adalah hematoma,
subinvolusi dan sisa plasenta.
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan
1. Untuk mengurangi resiko, kita dapat melihat dokumen riwayat prenatal dan
intranatal (anemia, persalinan lama, episiotomi).
2. Kaji tanda-tanda awal komplikasi, dan berikan intervensi secepatnya.
3. Menjaga kebersihan tangan baik pasien, petugas, maupun pengunjung.
4. Mempromosikan kesehatan tentang diet yang tepat, cairan dan aktivitas.
5. Memberikan dukungan emosional dari orang tua dan keluarga.

2. Atonia Uteri
Atonia uteri kontraksi uterus menurun penyebab utama perdarahan postpartum
primer. Kontraksi uterus mengerutkan pembuluh darah pada plasenta dan
sehingga membantu dalam mengurangi jumlah perdarahan yang keluar.
Pengkajian :
1. Fundus uteri lembek.
2. Pembalut penuh darah dalam waktu 25 menit.
3. Perdarahan lambat dan stabil tiba-tiba besar, ada gumpalan darah.
4. Conjungtiva pucat dan kulit dingin.
5. Kecemasan dan kebingungan.
6. Takikardi dan hipotensi.

Manajemen Medis

1. Pengobatan obat-obatan merangsang kontraksi uterus.


2. Infus untuk mengurangi resiko syok hopivolemi.
3. Penggantian darah/tranfusi darah untuk mengurangi resiko syok hemoragik.
4. Operasi histerktomi dapat diindikasikan, ketika semua pengobatan gagal.

67
Tindakan Keperawatan

1. Melihat dokumen riwayat prenatal dan intranatal resiko atonia uteri


2. Kaji rahim, pastikan kandung kemih kosong, bila sulit pasang kateter.
3. Kaji jumlah dan karakteristik lochia, boila ada gumpalan darah mengganggu
kontraksi. (gambar)

3. Laserasi
Laserasi merupakan penyebab kedua terbanyak PPH primer, dapat terjadi saat
persalinan. Bagian yang sering mengalami laserasi adalah leher rahim, vagina,
labia dan perineum. Laserasi dapat disebabkan persalinan dengan tindakan yang
menggunakan forcep atau vakum ekstrasi.
Pengkajian ditemukan :
1. Rahim berada diatas garis tengah.
2. Perdarahan dengan gumpalan.
3. Takikardi.
4. Hipotensi.

Manajemen Medis

1. Pemeriksaan serviks, vagina, perineum, dan labia.


2. Menjahit laserasi.
3. Pengobatan untuk mengurangi nyeri.

Tindakan Keperawatan

1. Lihat catatan menyebabkan laserasi.


2. Obsevasi tanda-tanda vital.
3. Observasi jumlah perdarahan.
4. Laporkan kepada dokter aoabila perdarahan meningkat.
5. Menyiapkan obat-obat untuk mengatasi nyeri sesuai aturan.
6. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dan keluarganya.

4. Hematoma
Hematoma terjadi ketika darah berkumpul di dalam jaringan ikat pada vagina atau
daerah perineum, karena ada pembuluh darah yang pecah dan terus mengeluarkan

68
darah. Sulit untuk menentukan jumlah kehilangan darah, karena darah
dipertahankan dalam jaringan. Pelh karena itu PPH tidak dapat terdiagnosis sampai
ibu nifas mengalami syok hipovolemik. Faktor penyebab hematoma adalah
persalinan dengan episiotomi, forcep dan persalinan lama. (gambar)
Pengkajian ditemukan :
1. Nyeri hebar didaerah vagina dan perineum.
2. Takikardi dan hipotensi.
3. Hematoma terletak di dalam vagina tidak terlihat dari luar.
4. Hematoma didaerah perineum tampak pembengkaka, perubahan warna dan
lembut.
5. Hematoma dengan akumulasi darah 200 hingga 500 ml cukup besar.

Manajemen Medis

1. Hamatoma kecil diobservasi dan tanpa dilakukan pembedahan.


2. Hematoma besar dilakukan pembedahan dan darah dikeluarkan.
3. Pengobatan untuk mengurangi rasa sakit.

Tindakan Keperawatan

1. Observasi resiko hematoma.


2. Kompres es pada perineum dalam 24 jam pertama untuk mengurangi resiko
hematoma.
3. Menilai derajat nyeri dengan skala nyeri (1-10).
4. Observasi tanda-tanda vital.
5. Mempersiapkan obat-obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Laporkan kepada dokter bila ada kejanggalan.

5. Subinvolusio
Subinvolusio uterus adalah istilah yang digunakan ketika rahim tidak terjadi
penurunan ukuran. Ini terjadi pada periode postpartum lanjut, sebelum dilakuakn
diagnosis subinovolusi, keadaan uterus dan lochia dalam keadaan involusi normal.
Faktor resiko : fibroid, endomatritis, dan sisa jariangan plasenta.
Pengakjain ditemukan :
1. Rahim lembut dan lebih besar dari normal setelah melahirkan.
2. Lochia kembali ke tahap rubra.

69
3. Adanya nyeri.

Manajemen Medis

1. Intervensi medis tergantung penyebab subinvolusio.


2. Kuretase untuk mengeluarkan sisa plasenta.
3. Pengobatan untuk mencegah perdarahan dan infeksi.

Tindakan Keperawatan

1. Lihat dokumentasi prenatal dan faktor resiko.


2. Observasi pada ibu yang kecenderungan dapat terjadi subinvolusio.
3. Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan apabila perdarahan.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang involusi uterus dan peningkatan
jumlah lochia.
5. Memberikan pendidikan kesehatan cara-cara untuk mengurangi resiko infeksi
seperti : mengganti pembalut sesring mungkin, mencuci tangan, gizi dan
asupan cairan memadai serta istirahat yang cukup.

6. Sisa Jaringan Plasenta

Sisa jaringan plasenta adalah penyebab paling umum terjadinya perdarahan


sekunder. Hal ini dapat terjadi ketika sebagian kecil sisa plasenta seperti sekunder.
Hal ini dapat terjadi ketika sebgaian kecil sisa plasenta seperti kotiledon yang tetap
melekat pada rahim selama persalinan kala tiga, sisa plasenta bila tidak dikeluarkan
akan mengganggu involusi uterus dan dapat menyebabkan endomatritis. Hal ini
dapat disebabkan oleh pengambilan plasenta secara manual.
Pengakajian ditemukan :
1. Perdarahan hebat tiba-tiba terjadi setalh minggu pertama postpartum.
2. Subinvolusi uterus, kulit pucat, takikardi, dam hipotensi.
3. Peningkatan suhu tubuh dan nyeri rahim jika sudah terjadi endometritis.

Manajemen Medis

1. Kuretasebuntuk mengeluarkan sisa plasenta.


2. Pemberian obat untuk mencegah infeksi.

70
Tindakan Keperawatan :

1. Lihat catatan faktor resiko.


2. Observasi bila ibu kecenderungan beresiko.
3. Lihat hasil laboratorium (yang mengindikasi dari kehilangan darah).
4. Pendidikan kesehatan untuk mobilisasi agar sisa plasenta dapat keluar.
5. Anjurkan ibu melaporkan bila ada peningkatan lochia, perdarahan merang
terang, suhu tunggu atau kontraksi rahim lembek.

Tindakan Keperawatan setelah PPH

1. Kaji fundus dan lochoa setiap jam selama empat jam pertama setelah
perdarahan.
2. Ajarkan bagaimana mengevaluasi fundus dan bagaimana melakukan pijatan
pada fundus serta tanda-tanda PPH.
3. Anjurkan minum banyak atau melalui IV untuk mengurangi resiko
hipovolemia.
4. Anjurkan untuk tidak menahan BAK, agar kandung kemih kosong untuk
mengurangi resiko perdarahan.
5. Membantu ambulasi karena ada peningkatan hipotensi ortostatik yang
berhubungan dengan kehilangan darah.
6. Jelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi resiko kelelahan berhubungan
dengan kehilangan darah.
7. Memberikan kesempatan pada klien untuk bercerita pengalaman PPH, untuk
mengurangi stress.
8. Memberikan informasi makanan yang mengandung zat besi untuk mengurangi
resiko anemia.

7. Pembekuan Darah
Trombosis adalah pembekuan darah dalam pembuluh darah. Selama kehamilan dan
6 minggu pertama setelh melahirkan, ibu beresiko mengalami pembekuan darah.
Hal ini berhubungan dengan adanyaperubahan fisiologis yang terjadi selama
kehamilan. Selama kehamilan, terjadi peningkatan fsktor pembekuan I, II, VII, IX,
X dan XII beserta peningkatan fibrinogen. Komponen-komponen pembekuan
darah tetap tinggi selama periode postpartum. Trombosis selama kehamilan dan

71
atau setelah melahirkan, biasanya terjadi dalam vena dikaki dan disebut sebagai
trombosis veinous dalam. Perlu diperhatikan bahwa bekuan akan terlepas menjadi
emboli dan masuk ke organ penting seperti paru-paru.
Faktor resiko :
1. Perubahan fisiologis normal dalam koagulasi yang berhubungan dengan
kehamilan.
2. Melahirkan melalui operasi seksio caesarea memiliki resiko lima kali lebih
besar dari kelahiran vagina.
3. Endometritis yang dapat menyebarkan ke sistem vaskuler menyebabkan
trombofleblitis.
4. Mobilitas menurun yang meningkatkan resiko venous statis.
5. Obesitas mengakibatkan tekanan ekstra pada pembuluh panggul sehingga
venous statis.
6. Peningkatan paritas.

Pengkajian ditemukan :

1. Tanda Homans positif.


2. Kelembutan dan panas di daerah yang terkena.
3. Kaki sakit bila berjalan.
4. Pembengkakan pada kaki yang terkena.

Manajeman Medis

1. Doopler uktrasonografi untuk mendiagnosis.


2. Kompresi stoking untuk mengurangi statis vena dan trombosis veinous dalam.
3. Terapi IV heparin mencegah pembekuan.
4. Terapi antibiotik jika trombosis terkait dengan infeksi.
5. Istirahat dengan kaki yang terkena ditinggikan.

Tindakan Keperawatan

1. Fokus terhadap penurunan resiko pembentukan trombosis dan resiko emboli.


2. Lihat dokumentasi prenatal dam faktor resiko.
3. Monitor ibu-ibu yang mempunyai resiko trombosis.
4. Anjurkan menggunakan stoking untuk kompresi.

72
5. Membantu ambulasi, ambulasi dini meningkatkan sirkulasi dan mengurangi
resiko vena statis.
6. Menyiapkan obat-obat analgesik utuk rasa sakit dan antikoagulan.
7. Evaluasi tanda-tanda kemungkinan trombosis dan catat.

A. Infeksi
Diperkirakan bahwa 1% sampai 8% ibu akan mengalami infeksi postpartum
(Kennedy, 2007). Hari ini juga memperkirakan bahwa 0,6 kematian ibu per 100.000
kelahirsn hidup, dikaitkan dengan infeksi postpartum. Daerah yang paling sering
terkena infeksi selama periode postpartum adalah rahim, kandung kemih, payudara,
dan daerah infeksi.
Kebanyakan infeksi yang terjadi selama postpartum mudah diobati apabila terdeteksi
secara dini. Infeksi yang tidak teridentifikasi dan tidak diobati pada tahap dini dapat
menyebabkan komplikasi serius seperti pembentukan abses, selulitis, trombofleblitis,
dan septik syok.
Tindakan Keperawatan :
1. Mengurangi resiko terkena infeksi.
2. Mengidentifikasi tanda-tanda awal infeksi.
3. Hasil kajian bila ada tanda-tanda infeksi dilaporkan.

1. Endometritis
Endometritis adalah infeksi postpartum yang paling umum, ini adalh infeksi dari
endometrium yang biasanya dimulai pada plasenta dan menyebar ke seluruh
endometrium (AWHONN, 2006). Sekitar 2% ibu yang melahirkan melalui vagina
dan 15% yang melahirkan dengan operasi secsio caesar mengalami endometritis.

Faktor resiko :
Ibu-ibu yang mengalami pecah membran pada waktu yang lama, persalinan lama,
melahirkan melalui operasi secsio caesar, anemia, malnutrisi, perdarahan
postpartum dan diabetes.

Pengkajian ditemukan:
1. Peningkatan suhu dari 39,5°C atau lebih tinggi dengan atau tanpa menggigil.
2. Takikardi.
73
3. Nyeri di daerah uterus.
4. Subinvolusi.
5. Malaise.
6. Nyeri perut bagian bawah.
7. Lochia berbau busuk.

Manajemen Medis

1. Leukositosis >20.000/mm3.
2. Kultur endometrium.
3. Kultur darah.
4. Urunalisis.
5. Terapi antibiotik.

Tindakan Keperawatan :

Lihat catatan prenatal dan faktor resiko, monitoring klien yang mempunyai resiko
endimetritis, mempersiapkan untuk pemeriksaan laboratorium, anjurkan minum
banyak (minimal 3000 ml/hari), anjurkan membersihkan perineum dari depan ke
belakang. Ganti pembalut setiap habis BAK atau BAB, cuci tangan untuk
mengurangi penyebaran bakteri, ambulasi dini, menganjurkan untuk diet ltinggi
protein dan vitamin C, berikan tindakan manajemen nyeri, memberikan dukungan
emosional kepada ibu dan keluarganya, menyiapkan obat antibiotik sesuai
pesanan dan laporkan bila ada penyimpangan.

2. Mastitis
Mastitis adalah peradangan atau infeksi pada payudara ibu yang menyusui. Ini
biasanya terajadi pada salah satu payudara dan dalam 2 minggu pertama
postpartum setelah ASI keluar. Infeksi akan membaik dalam waktu 24 sampai 48
jam dengan terapu antibiotik, bila terlambat dalam pengobatan dapat terjadi
pembentukan abses.

Faktor resiko : pengalaman mastitis pada bayi sebelumnya, puting sakit dan atau
retak dan penggunakan krim anti jamur pada puting.

74
Pengakajian ditemukan :
1. Massa terasa padat dan lembek.
2. Kemerahan di daerah sekitar massa.
3. Nyeri akut pada payudara yang terkena.
4. Peningkatan suhu.
5. Takikardi.
6. Malaise.
7. Keluar nanah.

Manajemen Medis

Penggunaan antibiotik yang aman untuk menyusui.

Tindakan Keperawatan :

1. Periksa payudara dan palpasi untuk mengetahu tanda-tanda mastitis.


2. Ajarkan metoda untuk mencegah iritasi dan kerusakan pada puting, seperti
menyusui yang benar, bersihkan daerah sekitar payudara dan keringkan
setelah meyusui.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi untuk mengurangi
penyebaran bakteri.
4. Gunakan bra yang menyokong untuk kenyamanan.
5. Mempersiapkan anakgesik sesuai pesanan.
6. Ajarkan tanda-tanda mastitis, agar teridentifikasi lebih awal.
7. Anjurkan pentingnya diet ibu menyusui yang sehat dan asupan cairan yang
memadai untuk mengurangi resiko infeksi.
8. Kompres hangat ke daerah yang terkena untuk kenyamanan dan meningkatkan
sirkulasi.
9. Mempersipakan antibiotik sesuai pesanan.
10. Catat temuan kemungkinan mastitis dan informasikan kepada dokter.
11. Anjurkan untuk terus menyusui atau pijat keluarkan ASI dari payudara yang
terkena.

3. Infeksi Luka
Infeksi luka terjadi pada daerah episiotomy, insisi SC dan laserasi.

75
Faktor resiko :
Obesitas, diabetes, partus lama, malnutrisi, ketuban pecah dini, sudah ada infeksi
sebelumnya, imunidefisiensi, terapu kortikosteroid, dan tehnik penjaitan yang
kurang baik.
Pengkajian ditemukan :
1. Eritema.
2. Kemerahan.
3. Panas.
4. Pembengkakan.
5. Kelembutan.
6. Keluar nanah.
7. Demam ringan.
8. Nyeri meningkat pada luka.

Manajemen Medis :

Ambil spesimen dari luka atau lebel, Untuk infeksi luka ringan sampai sedang
tidak mengeluarkan pus/nanah, Terapi anti biotik oral, Kompres hangat, Infeksi
luka denga pus dan Luka dibuka dam keringkan.

Tindakan Keperawatan :

1. Lihat catatan prenatal dan faktor resiko.


2. Observasi kondisi luka.
3. Cuci tangan sebelum dan sesusah kontak dengan luka.
4. Pendidikan kesehatan tentang diet yang tepat dan asupan cairan untuk
mengurangi resiko infeksi dan membantu mempercepat proses penyembuhan.
5. Sitzbath untuk luka perineum.
6. Mempersiapkan spesimen laboratorium sesuai pesanan.
7. Mempersiapkan antibiotik.

76
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung
sekitar 40 hari. Selama masa pemulihan ibu akan mengalami banyak perubahan fisik
dan psikologis yang sebagian besar bersifat fisiologis namun tetap perlu dilakukan
pendampingan melalui Asuhan Keperawatan karena tidak menutup kemungkinan
akan terjadi keadaan patologis seperti contohnya involusi uteri, perdarahan, inversion
uteri dan lain-lain.
Sehingga pada ibu nifas perlu memperhatikan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Karena ibu yang menyusui perlu lebih banyak kalori untuk bayinya yang berguna
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Makanan yang seimbang mengandung
unsur-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur, dan pelindung.

77
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti.2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustataka Rihama

Pratami, Evi.2016. Evidence-Based Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC

Sukarni, Icesmi & Sudarti.2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko
Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati, Ari.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.

78

Anda mungkin juga menyukai