Anda di halaman 1dari 19

[Type text] [Type text] [Type text]

BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3


3 METABOLISME ASAM AMINO

METABOLISME ASAM AMINO


Sijani Prahastuti

PENDAHULUAN
Asam amino adalah hasil hidrolisis lengkap dari suatu protein, menghasilkan kurang lebih
20 macam asam amino dengan konfigurasi L-alfa. Semua asam amino yang terdapat dalam
molekul protein berkonfigurasi L, sedangkan gugus aminnya (-NH2) dan gugus karboksilnya
(-COOH) terikat pada atom C-alfa.

KLASIFIKASI ASAM AMINO


1. Berdasarkan struktur rantai samping
Asam amino L-alfa dapat dibagi dalam tujuh golongan berdasarkan struktur rantai
samping sebagai berikut:
1) Rantai samping alifatik
Misalnya: glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin
2) Rantai samping mengandung gugus hidroksi (-OH)
Misalnya: serin, treonin
3) Rantai samping mengandung gugus sulfur
Misalnya: sistein, metionin
4) Rantai samping mengandung gugus (-COOH) atau amida
Misalnya: asam aspartat, asparagin, asam glutamat, glutamin
5) Rantai samping mengandung gugus basa
Misalnya: aginin, lisin, hidroksilisin
6) Rantai sampingnya mengandung cincin aromatik
Misalnya: fenilalanin, tirosin, triptofan
7) Asam imino
Misalnya: prolin, 4-hidroksiprolin
2. Asam amino esensial dan nonesensial
Sekitar  20  macam    asam  amino  adalah  tergolong  asam  amino  “pokok”  dalam  arti  bahwa  
asam amino ini harus ada untuk mensintesis protein. Protein mempunyai berbagai macam
fungsi antara lain untuk membentuk jaringan tubuh, enzim, hormon, bahan detoksifikasi,
komponen darah dan plasma, pembentuk antibodi, dan penyalur impuls saraf.

1
110
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Manusia hanya dapat membentuk ½ dari asam amino pokok (asam amino nonesensial)
dan sisanya mutlak harus diberikan dalam makanan (asam amino esensial). Kebutuhan akan
asam amino esensial tersebut bagi anak-anak relatif lebih besar daripada orang dewasa.
Orang dewasa membutuhkan 9 asam amino esensial dalam jumlah yang berkisar antara 0,5
g/hari (triptofan) sampai dengan kira-kira 2g/hari (leusin, fenilalanin). Bayi dan anak-anak
yang  sedang  tumbuh  membutuhkan  10  asam  amino,  satu  sebagai  tambahan  yaitu  “arginin”.  
Meskipun arginin secara normal dibuat oleh hati sebagai salah satu tahap dalam sintesis urea,
anak-anak tidak dapat membuat arginin cukup cepat untuk menunjang sintesis urea dan
sintesis protein tubuh.
Makanan yang mengandung protein hewani, misalnya daging, susu, keju, telur, ikan dan
lain-lain, merupakan sumber asam amino esensial. Protein nabati sering kekurangan lisin,
metionin, dan triptofan. Kebutuhan protein yang disarankan ialah 1 sampai 1,5 gram per
kilogram berat badan per hari dan 10-15% kebutuhan energi metabolik berasal dari oksidasi
asam amino.

Tabel 1. Daftar asam amino esensial dan nonesensial pada manusia

Asam Amino Nonesensial Asam Amino Esensial


Alanin Arginin**
Aspartat Histidin**
Asperagin Isoleusin
Sistein Leusin
Glutamat Lisin
Glutamin Metionin
Glisin Fenilalanin
Hidroksi prolin* Treonin
Hidroksi lisin* Triptofan
Prolin Valin
Serin
Tirosin
Selenosistein

Hidroksi prolin dan hidroksi lisin tidak dibutuhkan untuk sintesis protein, akan tetapi
dibentuk selama selama post translasi pembentukan kolagen.

1
111
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Selenosistein merupakan asam amino ke-21, berperan pada sisi aktif pada berbagai
enzim manusia yaitu pada mekanisme katalitik yang mengkatalisis reaksi reduksi dan
oksidasi (redoks) enzim: thioreduksin reduktase, glutation peroksidase, dan deiodinase
(mengubah tiroksin menjadi triiodotironin). Penggantian selenosistein dengan sistein,
mengakibatkan penurunan sisi aktif katalitiknya. Kegagalan selenoprotein pada manusia ikut
berperan pada tumorogenesis dan aterosklerosis, sedangkan selenium dihubungkan dengan
defisiensi kardiomiopati (Keshan disease).

3. Asam amino glukogenik dan ketogenik


Katabolisme rangka karbon asam amino akan masuk dalam siklus asam sitrat melalui
senyawa antara siklus asam sitrat atau melalui asetil-CoA. Asam amino yang didegradasi
menjadi senyawa antara siklus asam sitrat digolongkan sebagai asam amino glukogenik, bila
asetil-CoA digolongkan sebagai asam amino ketogenik, apabila keduanya digolongkan
sebagai asam amino glukogenik dan ketogenik.
Tabel 2. Asam Amino Glukogenik, Ketogenik
Asam Amino Glukogenik
Asam Amino Glukogenik Asam Amino Ketogenik
dan Ketogenik
Alanin Leusin Isoleusin
Arginin Lisin
Aspartat Fenilalanin
Sistin Tirosin
Glutamat Triptofan
Glisin
Histidin
Metionin
Prolin
Hidroksi Prolin
Serin
Treonin
Valin

BIOSINTESIS ASAM AMINO


1. Biosintesis asam amino nonesensial
2. Biosintesis asam amino esensial
Biosintesis yang akan dibicarakan di sini hanya biosintesis asam amino nonesensial.

2
112
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Biosintesis asam amino nonesensial dari:


a. senyawa antara amfibolik adalah asam amino alanin, glutamat, glutamin, aspartat, aspargin,
serin dan glisin
b. asam amino nonesensial lainnya adalah prolin, hidroksi prolin
c. asam amino esensial adalah sistein, tirosin

a. Biosintesis asam amino nonesensial dari senyawa amfibolik


Vertebrata dapat membentuk asam amino nonesensial dari senyawa amfibolik atau dari
diet yang mengandung asam amino. Enzim yang berperan penting pada biosintesis asam
amino nonesensial adalah glutamat dehidrogenase, glutamat sintetase dan
aminotransferase yang memindahkan gugus amin (NH2) pada gugus karboksil senyawa
amfibolik membentuk asam amino.
Senyawa amfibolik yang berperan dalam sintesis asam amino nonesensial adalah:
- α-ketoglutarat untuk sintesis asam amino: glutamat, glutamin, prolin, dan hidroksi prolin
- oksaloasetat untuk sintesis asam amino: aspartat dan asparagin
- piruvat untuk sintesis asam amino alanin
- 3-fosfogliserat untuk sintesis asam amino serin dan glisin

1) Sintesis alanin

Gambar 1. Sintesis alanin dari piruvat

Pembentukan alanin melalui transaminasi yang mana glutamat atau aspartat sebagai
donor gugus amin, sedangkan piruvat sebagai akseptor gugus amin, reaksi ini
memerlukan enzim glutamat transaminase atau Alanin Transaminase (ALT) disebut juga
SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase).

3
113
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

2) Sintesis glutamat

Gambar  2.  Sintesis  glutamat  dari  α-ketoglutarat

Pembentukan glutamat melalui deaminasi oksidatif, memerlukan enzim glutamat


dehidrogenase, selain itu juga memerlukan ion ammonium (NH4 +), NAD(P)H + H+

3) Sintesis glutamin

Gambar 3. Sintesis glutamin dari glutamat

Pembentukan glutamin dari glutamat + NH4 + memerlukan Mg dan ATP , di katalisis


oleh enzim glutamin sintetase

4) Sintesis aspartat
Pembentukan aspartat melalui transaminasi yang mana glutamat sebagai donor
gugus amin, oksaloasetat sebagai akseptor dan memerlukan enzim Aspartat
Transaminase (AST) atau disebut juga Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase
(SGOT).

4
114
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

5) Sintesis asparagin

Gambar 4. Sintesis asparagin dari aspartat

Pembentukan asparagin dari aspartat dengan donor NH4 + dari glutamin dan
memerlukan ATP dan dikatalisis oleh enzim asparagin sintetase.

6) Sintesis serin

Gambar 5. Sintesis serin dari D-3 fosfogliserat

Pembentukan serin dari 3-fosfogliserat memerlukan NADH dan glutamat sebagai


donor gugus amin.

7) Sintesis glisin
Pembentukan glisin dari serin memerlukan enzim serin hidroksimetiltransferase
(glisin hidroksimetiltransferase) dan tetrahidroksifolat (THF) sebagai akseptor gugus
metil dari serin membentuk metilen tetrahidroksifolat metilen tetrahidroksifolat.

b. Biosintesis asam amino nonesensial dari asam amino nonesensial lainnya

5
115
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

1) Sintesis prolin
Pada mamalia dan beberapa bentuk kehidupan lainnya, prolin di bentuk dari asam
amino nonesensial glutamat, memerlukan 1 mol ATP, 2 mol NADPH dan berbagai
enzim.

2) Sintesis hidroksiprolin
Asam amino ini berasal dari prolin yang mengalami reaksi hidroksilasi yaitu
penambahan gugus -OH dan reaksinya dikatalisa oleh enzim prolin hidroksilase. Hidroksi
prolin bukanlah prekursor untuk sintesis protein. Residu senyawa ini dalam kolagen
dibentuk dari unit prolin setelah prolin disusun kedalam molekul protein.
Hidroksi prolin banyak dijumpai pada serat-serat kolagen, dan hanya dapat dijumpai
pada serat jenis ini. Berfungsi untuk menstabilkan konfigurasi triple heliks dari serabut
kolagen, sehingga kolagen tidak rusak bila ada enzim protease yang bekerja untuk
mencerna kolagen.
Pembentukan hidroksi prolin membutuhkan vitamin C (ascorbic acid). Bila terjadi
defisiensi vitamin C menyebabkan kelainan Scurvy, merupakan kelainan genetik akibat
kegagalan pembentukan hidroksi prolin dan hidroksi lisin. Akibatnya kestabilan kolagen
terganggu sehingga menimbulkan gejala perdarahan gusi, pembengkakan sendi,
kegagalan penutupan luka, dan pada akhirnya dapat menimbulkan kematian.

Gambar 6. Sintesis hidroksi prolin dari prolin

c. Biosintesis asam amino nonesensial yang dibentuk dari asam amino esensial
1) Sintesis sistein
Sistein dibentuk dari asam amino esensial metionin dan serin, yang mana metionin
akan diubah menjadi S-adenosil-metionin selanjutnya menjadi homosistein yang
menyediakan gugus sulfur, sedangkan serin menyediakan atom karbon sebagai rangka
karbon.

6
116
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Reaksi pertama adalah sintesis sistationin dari serin dan homosistein oleh enzim
sistationin sintetase. Selanjutnya sistationin dipecah menjadi sistein, alfa-ketobutirat, dan
amonia oleh enzim sistationin sistationase.
Senyawa antara sistationin banyak terdapat dalam jaringan otak mamalia, kelainan
genetik yang menyebabkan kelainan sintesis sistationin sintetase menyebabkan terjadinya
gangguan mental homosistinuria, sedangkan kelainan genetik yang berkaitan dengan
gangguan sintase enzim sistationase dinamai sistationuri.

Gambar 7. Sintesis sistein dari homosistein dan serin

2) Sintesis tirosin
Tirosin dibentuk dari asam amino esensial fenilalanin, dikatalisis oleh enzim
fenilalanin hidroksilase yang memerlukan NADPH dan O 2. Reaksi berjalan irreversible
(satu arah). Reaksi keseluruhan memerlukan penggabungan satu atom oksigen (O 2) ke
dalam posisi para dari molekul fenilalanin, sedangkan atom oksigen lainnya direduksi
membentuk air. Tenaga reduksi disediakan oleh NADPH dari tetrahidroksibiopterin yaitu
suatu pteridin yang mirip dengan yang terdapat di dalam asam folat.

7
117
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Gambar 8. Sintesis tirosin dari fenilalanin

3) Sintesis hidroksilisin
Seperti pada hidroksiprolin, asam amino ini didapatkan pada serat-serat kolagen.
Hidroksilisin disintesis dari lisin yang berasal dari makanan oleh lisin hidroksilase. Sama
halnya dengan hidroksiprolin, proses hidroksilasi baru terjadi sesudah lisin tersusun di
dalam molekul protein atau rantai peptida. Pembentukan lisin memerlukan enzim lisin
oksidase dan copper sebagai kofaktor.
Kelainan genetik pembentukan kolagen dapat berupa osteogenesis imperfekta
dengan gejala tulang mudah patah dan Ehler-Danlos Syndrome merupakan kumpulan
kelainan jaringan pengikat dengan gejala sendi goyang dan gangguan kulit, akibat
kelainan genetik yang mengkode enzim antara lain lisin oksidase.

4) Sintesis selenosistein
Pembentukan selenosistein membutuhkan sistein, selenate (SeO42-), ATP, spesifik
tRNA, dan berbagai enzim. Serin menyediakan atom karbon pada pembentukan
selenosistein. Selenenosistein dibentuk sebagai co-translational selama inkorporasi pada
peptida yang sebelumnya melalui modifikasi tRNA. Selenofosfat yang dibentuk dari ATP
dan selenate sebagai donor selenium. Reaksi dikatalisis oleh enzim selenofosfat sintetase.

8
118
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Gambar 9. Selenosistein (atas), reaksi yang dikatalisis oleh


enzim selenofosfat sintetase (bawah)

PENGENDALIAN TERHADAP BIOSINTESIS ASAM AMINO


Bila kebutuhan akan asam amino sudah mencukupi, maka pembentukan asam amino akan
ditekan. Secara umum pengendalian berlangsung dalam 2 cara yaitu:
1. Pengendalian secara umpan balik (feed back inhibition/allosteric inhibition)
Inhibisi ini terjadi pada reaksi awal dari biosintesis asam amino oleh produk terakhir.
Cara ini merupakan salah satu cara untuk mengendalikan laju sintesis asam amino dan cara
ini membutuhkan waktu yang relatif cepat dibanding cara kedua.

2. Represi atau depresi dari sintesis enzim-enzim yang terlibat dalam sintesis asam
amino.
Cara ini melalui represi dan depresi untuk mengubah kecepatan transkripsi DNA atau
proses translasi RNA sehingga laju pembentukan enzim-enzim yang terlibat dalam
biosintesis asam amino dapat diatur. Pengendalian dengan cara ini membutuhkan waktu
lama, sebab mekanismenya melalui sintesis enzim. Akan tetapi cara ini mempunyai
keuntungan lain yaitu dapat menghemat tenaga dan penggunaan asam amino dengan jalan
mencegah sintesis enzim yang saat itu tidak dibutuhkan.

PERTUKARAN INTERORGAN MEMPERTAHANKAN KADAR ASAM AMINO


Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui
dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil sintesis asam amino dalam sel.
Banyaknya asam amino dalam darah tergantung pada keseimbangan antara pembentukan asam
amino dan penggunaannya. Hati berfungsi sebagai pengatur asam amino dalam darah.
Pada saat puasa, konsentrasi asam amino dalam darah 3,5-5 mg/100 mL darah, setelah
makan sumber protein, konsentrasi asam amino dalam darah meningkat menjadi 5-10 mg/100
mL darah, konsentrasi tersebut turun setelah 4-6 jam. Konsentrasi asam amino dalam jaringan

9
119
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

kira-kira 5 sampai 10 kali lebih besar. Perpindahan asam amino dari dalam darah ke dalam sel-
sel jaringan melalui transport aktif yang membutuhkan energi
Asam amino mempunyai tiga peranan dalam metabolisme, sebagai substrat untuk sintesis
protein, menyediakan nitrogen untuk sintesis senyawa yang mengandung nitrogen lainnya, dan
dikatabolisme sebagai energi. Karena asam amino berperan sebagai sumber utama nitrogen bagi
lintasan anabolik, asam amino secara terus-menerus harus tersedia untuk metabolisme. Akan
tetapi, tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh untuk
digunakan kemudian, dan oleh karena itu harus disuplai dari makanan secara teratur.
Konsentrasi asam amino plasma diantara makan tergantung pada keseimbangan antara
pelepasan simpanan protein endogen dan kebutuhan di berbagai jaringan. Otot mensintesis
protein lebih dari setengah pool asam amino bebas, dan hepar merupakan tempat membentuk
urea untuk mengeluarkan kelebihan nitrogen. Otot dan hepar merupakan organ yang berperan
penting dalam mempertahankan asam amino di dalam sirkulasi.
Gambar 10 memperlihatkan keadaan setelah absorpsi asam amino. Asam amino bebas,
terutama alanin dan glutamin dilepaskan dari otot ke dalam sirkulasi. Alanin membawanitrogen
menuju hepar, sedangkan glutamin ditarik oleh usus dan ginjal, selanjutnya diubah menjadi
alanin. Glutamin juga merupakan sumber amonia untuk diekskresikan oleh ginjal. Ginjal juga
merupakan sumber serin untuk di-uptake oleh jaringan perifer, termasuk hepar dan otot. Asam
amino berantai cabang, terutama valin, dilepaskan oleh otot dan ditangkap oleh otak.
Alanin merupakan kunci asam amino glukogenik. Kecepatan glukoneogenesis dari alanin
sangat tinggi dibandingkan asam amino lainnya. Setelah memakan makanan yang mengandung
tinggi protein, berbagai jaringan akan menarik asam amino. Asam amino berantai cabang
berperan penting dalam metabolisme nitrogen, pada saat lapar menyediakan sumber energi
untuk otak, akan tetapi setelah kenyang ditarik ke otot.

Gambar 10. Pertukaran asam amino antar organ post absorpsi pada manusia sehat

10
120
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Alanin disintesis oleh otot melalui transaminasi piruvat (asalnya dari glukosa), masuk ke
sirkulasi, selanjutnya ke dalam hepar. Di dalam hepar, atom karbon alanin diubah menjadi
glukosa dan dilepaskan ke dalam sirkulasi, yang akan diambil oleh otot dan diresintesis kembali
menjadi alanin (siklus glukosa alanin).

KATABOLISME PROTEIN DAN ASAM AMINO


Protein dalam makanan dicerna dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino,
selanjutnya diabsorpsi dan dibawa oleh darah ke hati dan sebagian lagi diedarkan ke dalam
jaringan-jaringan di luar hati.
Hati merupakan organ tempat terjadinya reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam
amino yang disintesis dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein
dalam hati diangkut ke jaringan untuk digunakan. Proses sintesis maupun katabolik juga terjadi
dalam jaringan di luar hati.
Degradasi dan sintesis protein berlangsung seumur hidup. Setiap hari, manusia
membongkar 1-2% total protein, khususnya protein otot. Peningkatan degradasi protein jaringan
terjadi pada jaringan uterin selama kehamilan, kelaparan otot skelet dan pada pembelahan sel
fase metamorfosis. 75% asam amino yang dibebaskan akan digunakan kembali, sedangkan
kelebihan asam amino tidak disimpan, bila tidak segera diubah kembali menjadi protein maka
akan didegradasi.
Bila ada kelebihan asam amino yang digunakan untuk biosintesis protein, sebagian besar
dari atom karbon asam amino diubah menjadi senyawa amfibolik (senyawa antara siklus asam
sitrat), sedangkan nitrogen asam amino diubah menjadi urea dan diekskresikan ke dalam urin.

Gambar 11. Bagan penguraian protein

11
121
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Katabolisme asam amino terdiri atas:


1. Katabolisme nitrogen asam amino
2. Katabolime atom karbon asam amino

1. Katabolisme nitrogen asam amino


Berbagai binatang mengekskresikan kelebihan nitrogen sebagai amonia, asam urat atau
urea. Kebanyakan spesies akuatik, seperti golongan teleos atau ikan bertulang, mengeluarkan
nitrogen amino sebagai amonia, dan karenanya, dinamakan hewan ammanotelik.
Kebanyakan hewan terestrial (daratan) termasuk manusia mengeluarkan nitrogen amino
dalam bentuk urea dan karena itu merupakan ureotelik, sisanya dikeluarkan sebagai
kreatinin, kreatin, asam urat, asam hipurat, dan asam amino. Burung, kadal, serta ular
mengeluarkan nitrogen amino sebagai asam urat dan dinamakan urikotelik.

Pada orang normal, terjadi keseimbangan antara intake dan ekskresi nitrogen.
Keseimbangan nitrogen positif yang mana intake nitrogen lebih besar daripada ekskresi,
didapatkan pada kehamilan atau pertumbuhan. Sedangkan keseimbangan nitrogen negatif
yang mana ekskresi nitrogen lebih besar dibandingkan intake, didapatkan pada kanker,
kwasiorkor, marasmus.
Jaringan mengubah amonia menjadi asam amino nontoksik glutamin, selanjutnya di
dalam hati amonia akan dilepaskan diubah menjadi urea yang tidak tosik. Bila ada gangguan
fungsi hati antara lain sirosis atau hepatitis, pembentukan urea menurun sehingga
menyebabkan peningkatan kadar ammonia yang dapat menimbulkan berbagai gejala klinis.
Amonia dengan kadar yang tinggi merupakan racun bagi tubuh manusia, terutama
terhadap otak. Keracunan amonia terhadap otak belum benar-benar dipahami. Ion amonium
(NH4+) tidak segara tembus melalui membran plasma atau membran mitokondria, akan
tetapi, amonia bebas (NH3) yang merupakan molekul netral bersifat basa, terdapat dalam
bentuk NH3 bebas pada pH 7,4, jumlah yang kecil ini dapat menembus membran dinding sel
dan masuk ke alam sel otak dan mitokondria.
Masuknya   amonia   ke   dalam   mitokondria   otak   diikat   oleh   α-ketoglutarat menjadi
glutamat  oleh  enzim  glutamat  dehidrogenase.  Apabila  semua  α-ketoglutarat sudah digunakan
untuk  mengikat  amonia,  maka    otak  akan  menarik  α-ketoglutarat dari senyawa antara siklus
asam sitrat di dalam mitokondria otak. Hal ini akan menyebabkan penurunan kecepatan
oksidasi glukosa yang merupakan bahan bakar utama otak. Sisa amonia diikat oleh glutamat
diubah menjadi glutamin oleh enzim glutamin sintetase.

12
122
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian reaksi
kimia pembentukan urea pada hewan ureotelik. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk
dari amonia dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi kimia yang berupa siklus, yang
mereka namakan SIKLUS UREA. Pembentukan urea ini terutama berlangsung dalam hati.
Urea adalah senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral, terdapat dalam urin yang
dikeluarkan dari dalam tubuh.
Pengeluaran amonia yang dihasilkan oleh tubuler ginjal berperan dalam pengatutan
keseimbangan asam basa. Produksi amonia dari asam amino intraseluler renal, khususnya
glutamin meningkat pada asidosis metabolik dan menurun pada alkalosis metabolik.

Biosintesis urea
Melalui empat tahap reaksi yaitu transaminasi, deaminasi oksidatif glutamat, transpor
amonia, dan reaksi siklus urea.

Gambar 12. Aliran nitrogen pada katabolisme asam amino

Reaksi siklus urea


a. Sintesis karbamoilfosfat
Molekul karbamoilfosfat dibentuk dari 1 molekul CO 2, 2 molekul ATP dan amonia yang
dihasilkan oleh enzim ,glutamat dehidrogenase dan menghasilkan karbamoilfosfat, fos fat
anorganik (Pi) dan ADP. Berlangsung di dalam matriks mitokondria, dikatalisisoleh
enzim karbamoilfosfat sintetase .
b. Sintesis sitrulin
Gugus karbamoilfosfat dipindahkan ke ornitin, sehingga terbentuk sitrulin + Pi, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim ornitin transkarbamoilase yang terdapat di mitokondria. Sitrulin
yang terbentuk kemudian meninggalkan mitokondria masuk ke dalam sitosol dengan
proses difusi pasif, karena dalam sitosol inilah reaksi pembentukan urea berlangsung.

13
123
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

c. Sintesis argininosuksinat
Pada reaksi ini terjadi pengikatan sitrulin pada gugus amino dari aspartat, membutuhkan 1
molekul ATP, dikatalisis oleh enzim argininosuksinat sintetase yang menghasilkan
argininosuksinat, AMP + Ppi.
d. Reaksi pemecahan argininosuksinat menjadi arginin
Pada reaksi ini dikatalisis oleh enzim argininosuksinase yang terdapat dalam jaringan hati
dan ginjal manusia. Fumarat yang terbentuk pada reaksi ini akan diubah menjadi
oksaloasetat oleh enzim fumarat dan malat dehidrogenase. Setelah oksaloasetat
mengalami transaminasi, terbentuk kembali aspartat yang dibutuhkan bagi siklus urea ini.
e. Pemecahan arginin menjadi ornitin dan urea
Reaksi ini merupakan kunci utama dalam sintesis urea. Dari pemecahan arginin ini akan
dihasilkan ornitin dan urea yang dikatalisis oleh enzim arginase. Reaksi ini terjadi di hati,
oleh karena hati merupakan satu-satunya jaringan yang memiliki enzim ini. Sebenarnya
semua reaksi pada siklus urea ditujukan pada pembentukan arginin ini dan kemudian dari
hasil pemecahan senyawa ini dihasilkan UREA. Ornitin yang dihasilkan selanjutnya
masuk ke dalam mitokondria.Oleh karena di dalam ginjal dan otak, enzim arginase ini
jumlahnya sedikit, maka siklus urea yang terjadi pada ginjal dan otak hanya
menghasilkan arginin.

Gambar 13. Siklus urea

Kerusakan genetik pada siklus urea menyebabkan kelebihan amonia di dalam darah

14
124
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

Kerusakan genetik yang diturunkan pada enzim yang diperlukan di dalam siklus urea
menyebabkan hambatan dalam pembentuk urea dari amonia. Gejala klinik kelainan siklus
urea antara lain muntah-muntah, intermittent ataksia, iritabilitas, letargi, dan retardasi
mental. Pasien dengan kelainan ezim tersebut tidak dapat diberi diet tinggi protein, karena
asam amino yang termakan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan minimum harian
terdeaminasi di dalam hati menyebabkan peningkatan amonia bebas di dalam darah. Amonia
amat beracun, dapat menyebabkan gangguan mental dan menghambat perkembangan
mental,  dan  dalam  jumlah  yang  tinggi  menyebabkan  “koma  dan  kematian”.  
Penderita dengan gangguan pada siklus urea sering diobati dengan mengganti asam
amino (yang bersifat esensial untuk pertumbuhan) yang terdapat dalam dietnya dengan
analog asam ketonya. Karena bagian esensial dari asam amino yang tidak dapat diganti
adalah rangka karbonnya, dan bukan gugus aminonya, analog asam alfa keto dari asam
amino esensial ini dapat menerima gugus amino dari kelebihan asam amino nonesensial oleh
aktivitas transaminase. Dengan cara ini, asam amino nonesensial dijaga supaya tidak
memberikan gugus aminonya kepada darah dalam bentuk amonia.
Pengobatan kelainan siklus urea adalah memperbaiki dan meminimalkan kerusakan
otak dengan diet rendah protein, dan makan dalam porsi kecil untuk menghindari
peningkatan kadar amonia mendadak. Terapi dengan menyediakan kekurangan protein,
arginin, dan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Ornithine transporter
Sindrom Hiperonithinemia, Hiperamonemia dan Homositrulinuria (HHH) terjadi akibat
mutasi gen ORTN1 yang mengkode transporter membran ornitin mitokondria. Kegagalan
impor ornitin dari sitosol ke dalam matriks mitokondria menimbulkan gangguan siklus urea
berupa hiperamonemia dan hiperornitinemia sehingga menyebabkan penimbunan ornitin
sitosol.

2. Katabolisme Rangka Karbon Asam Amino


Setelah pembuangan gugus aminnya, rangka karbon semua asam amino mengalami
degradasi menjadi zat antara yang adalah ditemukan pada metabolisme energi: asetil Ko,
piruvat, dan zat antara siklus asam sitrat.
Senyawa antara dalam siklus asam sitrat dapat digunakan sebagai substrat untuk
glukoneogenesis. Asam amino yang didegradasi menjadi asetil KoA menyediakan substrat
untuk ketogenesis. Perbedaan ini yang menimbulkan klasifikasi asam amino glukogenik atau
ketogenik. Terdapat 20 asam amino baku di dalam protein, semuanya memiliki kerangka

2
125
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

karbon yang berbeda-beda. Sehubungan dengan itu, terdapat 20 lintas katabolik yang
berbeda untuk penguraiannya. Pada kenyataannya, lintas katabolik ke 20 asam amino ini
menyatu, membentuk hanya lima produk, semuanya memasuki siklus asam sitrat untuk
menyempurnakan oksidasi senyawa ini menjadi CO2 dan H2O.

Gambar 14. Katabolisme rangka karbon asam amino ke dalam siklus asam sitrat

2
126
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

CACAT GENETIK METABOLISME ASAM AMINO


Gangguan metabolisme asam amino ditandai oleh kadar asam amino atau produk
metaboliknya yang abnormal dalam darah atau urin. Gangguan pada metabolisme asam amino
sering menyebabkan retardasi mental dan gangguan perkembangan. Sifat gangguan
metabolisme telah ditemukan pada beberapa kasus kelainan metabolisme asam amino bawaan
(inborn error of amino acid metabolism), antara lain pada asam amino fenilalanin, sistein, dan
asam amino berantai cabang.
a. Gangguan metabolisme fenilalanin dan tirosin
Pembentukan tirosin dari fenilalanin memerlukan enzim fenilalanin hidroksilase
(gambar 8). Bila terjadi mutasi genetik pada enzim ini menyebabkan kelainan yang disebut
sebagai FENILKETONURIA/PKU. Pada orang normal sebagian kecil fenilalanin diubah
menjadi fenilpiruvat, fenilasetat, dan fenillaktat. Pada PKU, kadar fenilalanin meningkat di
dalam darah dan dieksresikan di dalam urin. Beberapa bentuk PKU lainnya disebabkan
gangguan pembentukan tetrahidrobiopterin.
Manifestasi   utama   penyakit   ini   adalah     “retardasi   mental”.   Fenilketonuria merupakan
masalah kesehatan serius. Penyakit ini sering dijumpai, karena 1 dari setiap 10.000 bayi
dilahirkan dengan cacat ini. Bilamana keadaan ini diketahui cukup dini pada kanak-kanak
(bayi), retardasi mental dapat dicegah oleh pemberian diet rendah fenilalanin. Hampir
semua protein mengandung sejumlah tertentu fenilalanin dan fenilalanin juga diperlukan
dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan, oleh karena itu komposisi diet harus dikontrol
dengan baik. Protein alamiah, seperti kasein susu, harus dihidrolisis dan kandungan
fenilalaninnya dikeluarkan.
Salah satu enzim yang berperan pada katabolisme fenilalanin dan tirosin adalah
homogensitat oksigenase. Pada beberapa orang enzim tersebut mengalami kerusakan
sebagai akibat dari mutasi genetik. Orang-orang dengan kelainan ini tidak dapat
menguraikan homogentisat, akibatnya homogentisat terakumulasi di dalam cairan tubuh dan
dikeluarkan ke dalam urin. Jika dibiarkan terkena udara, urin penderita tersebut akan
menjadi hitam. Bilamana urin menjadi basa, karena dekomposisi sebagian kandungan urea
membentuk amonia, homogentisat akan teroksidasi secara spontan oleh O 2 atmosfir, menjadi
pigmen hitam sesuai dengan pigmen yang terdapat pada penduduk berkulit hitam. Kelainan
genetik ini disebut ALKAPTONURIA.

b. Gangguan metabolisme sistein


Defisiensi enzim sistationin sintase, suatu enzim yang membentuk sebagian lintasan
sintesis sistein (gambar7), mengakibatkan gangguan yang dikenal sebagai

1
127
KAPITA SELEKTA
[Type text] [Type text] [Type text]
BLOK BIOETHICS & BASIC SCIENCES 3
3 METABOLISME ASAM AMINO

HOMOSISTINURIA. Sesuai dengan namanya, gangguan ini ditandai oleh kadar


homosistein yang tinggi dalam urin. Dua bentuk gangguan telah ditemukan, salah satu di
antaranya dapat diobati dengan vitamin B6 dosis tinggi. Bentuk gangguan ini disebabkan
karena penurunan aktivitas sistationin sintase terhadap koenzimnya, piridoksal fosfat.
Bentuk lainnya diobati dengan diet rendah metionin dan menyediakan sistein dalam diet.
Gejala klinik berupa trombosis, osteoporosis, dislokasi lensa mata, dan retardasi mental.

c. Gangguan metabolisme asam amino berantai cabang


Ketonuria rantai bercabang juga dikenal sebagai “penyakit   urin   sirop”   (Maple syrup
urine disease), adalah akibat gangguan asam alfa keto dekarboksilase, suatu enzim yang
berperan pada katabolisme leusin, valin, dan isoleusin. Gejala penyakit tersebut adalah
muntah-muntah, letargia, dan kerusakan otak hebat. Beberapa bayi dapat hidup sampai usia
satu tahun. Sekali lagi hubungan antara gangguan metabolisme yang ditemukan dan gejala-
gejala penyakit tidak diketahui.

DAFTAR PUSTAKA
1. Coomes MW. Amino acid and heme metabolism. In. Devlin TM. Textbook of Biochemistry with Clinical Correlations. 7th. ed.
John Wiley & Sons, Inc. 2011; p. 751-90.
2. Cox MM, Nelson DL. Amino acid oxidation and the production of urea. In. Lehninger. Princilples of Biochemistry. 5th. ed.
Replica Press Pvt, Ltd. 2010; p. 673-6.
3. Rodwell VW. Biosynthesis of the nutritionally nonesensial amino acids. In: Murray RK, Granner DK, Bender DA, Botham
KM,  Kenelly  PJ,  Rodwell  VW,  Weil  PA.  Harper’s  Illustrated  Biochemistry.  28 th ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2006;
p. 234-38.
4. Rodwell VW. Catabolism of proteins & of amino acid nitrogen; catabolism of the carbon skeletons of amino acids. In: Murray
RK,  Granner  DK,  Bender  DA,  Botham  KM,  Kenelly  PJ,  Rodwell  VW,  Weil  PA.  Harper’s  Illustrated  Biochemistry.  28 th ed.
The McGraw-Hill Companies, Inc. 2006; p. 239-61.
5. Rawitch AB. Biosynthesis and degradation of amino acids. In: Baynes J.W, Dominicczak MH. Medical Biochemestry. 2 nd ed,
Philadelphia, Elsevier Mosby. 2005; p. 245-59.

2
128
KAPITA SELEKTA

Anda mungkin juga menyukai