Anda di halaman 1dari 26

MINI BOOK PERANCANGAN PABRIK

“BAHAN BAKU”
Tugas Mata Kuliah Perancangan Pabrik

Disusun oleh :
1. Lustika Eva Lusiana (17690005)
2. Reza Widyastuti (17690022)
3. Mely Chilmiaty (17690025)

Program Studi Teknologi Pangan


Fakultas Teknik Dan Informatika
UNIVERSITAS PGRI
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami


panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karenaatas rahmat-Nya kami selaku penulis
dapat menyelesaikan tugas mata
kuliahPerancangan Pabrik ini dengan
baik..Tim penyusun sadar bahwa profil
industri ini tidak akan tercipta dengan baik
tanpa bantuan, baik berupa dorongan
semangat, bimbingan, dan petunjuk, dari
berbagai pihak. Kami sadar bahwa
penyusunan mini-book ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami harapkan kritik dan
saran sehingga kami dapat menghasilkan
karya yang lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga Perancangan Pabrik ini
dapat bermanfaat dengan menambah
wawasan kita semua dan dapat mewujudkan
cita-cita kami untuk mendirikan usaha dan
pabrik sendiri. Akhir kata penulis berharap
agar mini-book ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Semarang, 13 Noember 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................. 2
DAFTAR ISIError! Bookmark not defined.
BAB I. PENDAHULUAN ............................ 6
BAB II. BAHAN BAKU .............................. 8
2.1 Definisi Bahan Baku .......................... 8
2.2 Tujuan Proses Pembelan Bahan Baku
................................................................. 10
2.3 Jenis Bahan Baku .............................. 11
2.4 Jenis-Jenis Industri Berdasarkan Bahan
Baku ......................................................... 11
2.5 Faktor yang Mempengaruh Bahan Baku.... 12
2.6 Divisi yang Terkait dengan Pembelian
Bahan Baku ............................................. 14
2.7 Sistem yang Membentuk Prosedur
Pembelian Bahan Baku ........................... 16
2.8 Sistem Pengendalian yang diterapkan
dalam prosedur pembelian bahan baku ... 18
BAB III. BAHAN PENOLONG ................. 21
3.1 Definisi Bahan Penolong ................... 21
3.2 Cara menentukan penggunaan bahan
baku dan bahan penolong ........................ 22
3.3 Kriteria Bahan Baku dan Bahan
Penolong .................................................. 22
3.4 Perbedaan Bahan Baku dan Bahan
Penolong .................................................. 23
BAB IV. PENUTUP ................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

Pabrik adalah setiap tempat dimana


faktor-faktor manusia, mesin dan peralatan,
material, energi, modal, informasi sumber
daya alam dan lain lain dikelola secara
bersama dalam suatu sistem produksi guna
menghasilkan suatu produk secara efektif,
efisien dan aman. Perancangan Pabrik
didefinisikan sebagai pengaturan tentang
aktivitas asset/fasilitas yang digunakan untuk
memperoleh tujuan aktivitas terbaik. System
penanganan bahan merupakan mekanisme
yang diperlukan untuk memberikan interaksi
yang baik antar fasilitas yang diperlukan.
Terdiri dari bahan, personal/tenaga kerja,
informasi, dan sistem alat penanganan bahan
yang diperlukan untuk mendukung produksi.
Bahan mentah yaitu bahan utama
penyusun hasil olah berupa hasil pemungutan
dalam usaha usaha pertanian, peternakan,
perikanan.Dalam merencanakan pabrik
pengolahan, jumlah dan sifat bahan mentah
perlu ditetapkan. Sifat-sifat bahan mentah
berkaitan dengan pemilihan dan perancangan
alat, tahapan proses dan sistem
pemindahannya. Produk yang berkualitas
ditentukan oleh bahan baku dan proses.
Syarat bahan mentah yaitu kadar zat tertentu,
sifat, ukuran, umur dan tingkat
kemurnian.Contoh kadar zat tertentu, misal.
Kadar gula pada tebu. Bila kadarnya di
bawah 7 %, sulit dimurnikan dalam fabrikasi
gula.Pemaksaan bahan mentah berakibat pada
panjangnya waktu proses, bertambahnya alat,
rendemen rendah dan cost tinggi.
BAB II
BAHAN BAKU

2.1 Definisi Bahan Baku


Merupakan barang-barang
yang diperoleh untuk digunakan dalam proses
produksi. Beberapa bahan baku diperoleh
secara langsung dari sumber-sumber alam.
Namun demikian, lebih sering lagi bahwa
bahan baku diperoleh dari perusahaan lain
dan ini merupakan produksi akhir dari para
pensuplai. Sebagai contoh, kertas cetak
merupakan produk akhir dari pabrik kertas,
akan tetapi merupakan bahan baku bagi
perusahaan percetakan.
Meskipun istilah bahan baku dapat
digunakan secara luas untuk menutup seluruh
bahan baku yang dipergunakan dalam
produksi. Sebutan acapkali dibatasi untuk
barang-barang yang secara fisik dimasukkan
dalam produk yang diproduksi. IstilahBahan
Pembantu Pabrik (factory
supplies) atau Bahan Pembantu
Produksi(Manufacturing Supplies), kemudian
dipergunakan untuk menyebut bahan
tambahan, yaitu bahan baku yang diperlukan
dalam proses produksi tetapi tidak secara
langsung dimasukkan dalam produk. Minyak
dan bahan bakar untuk peralatan pabrik,
bahan pembantu pembersih, dan pos-pos
serupa digolongkan dalam bentuk kelompok
ini karena pos-pos ini tidak dimasukkan
dalam suatu produk tetapi hanya membantu
dalam produksi secara keseluruhan. Bahan
baku yang secara langsung digunakan dalam
produksi barang-barang tertentu disebut
bahan langsung; bahan pembantu pabrik
disebut bahan tidak langsung.
2.2 Tujuan Proses Pembelan Bahan Baku
Pembelian barang baku merupakan
hal yang sangat vital bagi sebuah industri
manufaktur. Dalam proses tersebut
membutuhkan suatu prosedur yang sesuai
dengan standar dan kebutuhan. Jika tidak
sesuai dengan standar yang ditentukan, bisa
jadi suatu industri manukfaktur tidak akan
mendapat hasil yang maksimal dan akan
mengalami kebangkrutan.

 Mencegah pemborosan. Pembelian


barang baku disesuaikan dengan
kebutuhan yang telah disetujui.
 Mencegah permaian harga. Setiap
suplier didata dan diadakan tender
agar sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan.
 Mencegah pembelian fiktif.
 Mengefektifkan proses pembelian dan
transaksi.
2.3 Jenis Bahan Baku
Jenis bahan baku dibagi menjadi dua yang
meliputi:
1. Bahan baku langsung (direct
material): bahan baku yang merupakan
bagian dari barang jadi yang dihasilkan.
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan baku langsung ini terkait erat dan
sebanding dengan barang jadi yang
dihasilkan.
2. Bahan baku tidak langsung (indirect
material): bahan baku yang memiliki
peran dalam proses produksi tapi tidak
langsug terlihat pada barang jadi yang
dibuat.

2.4 Jenis-Jenis Industri Berdasarkan Bahan Baku


Berdasarkan bahan baku yang digunakan,
industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Ekstraktif
Bahan bakunya diperoleh langsung dari
alam. Misalnya industri hasil pertanian,
perikanan, kehutanan, peternakan, dan
pertambangan.
2. Industri Non-Ekstraktif
Industri yang mengolah lebih lanjut hasil-
hasil industri lain. Misalnya industri kayu
lapis, pemintalan, dan kain.
3. Industri Fasilitatif
Kegiatan industri yang menjual jasa
layanan untuk keperluan orang lain.
Misalnya perbankan, perdagangan,
angkutan, ekspedisi, dan asuransi.

2.5 Faktor yang Mempengaruh Bahan Baku


Terdapat enam faktor yang mempengaruhi:
1. Perkiraan Pemakaian
Merupakan perkiraan tentang jumlah
bahan pokok yang akan digunakan oleh
perusahaan untuk proses produksi pada
periode yang akan datang.
2. Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang merupakan dasar
penyusunan perhitungan dari perusahaan.
Serta harus disediakan untuk investasi
dalam bahan utama tersebut.
3. Biaya-biaya Persediaan
Biaya-biaya persediaan, merupakan biaya-
biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk pengadaan bahan pokok ini.
4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Kebijaksanaan pembelanjaan yang
merupakan faktor penentu dalam
menentukan berapa besar persediaan
bahan baku yang akan mendapatkan dana
dari perusahaan.
5. Pemakaian Sesungguhnya
Pemakaian sesungguhnya juga merupakan
faktor penentu bahan baku. Faktor ini
merupakan pemakaian bahan pokok yang
sesungguhnya dari periode lalu dan
merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan.
6. Waktu Tunggu
Waktu tunggu, merupakan tenggang
waktu yang tepat maka perusahaan dapat
membeli bahan baku pada saat yang tepat
pula, sehingga resiko penumpukan
ataupun kekurangan persediaan dapat
ditekan seminimal mungkin.

2.6 Divisi yang Terkait dengan Pembelian Bahan


Baku
1. Divisi Gudang
Divisi gudang bertanggung jawab untuk
mengajukan pembelian bahan baku sesuai
dengan persedian yang ada digudang
kepada divisi pembelian. Selain itu divisi
gudang memiliki fungsi untuk mengatur
bahan baku yang ada digudang.
2. Divisi Pembelian
Divisi pembelian bertanggung jawab
dalam menentukan pemasok/suplier,
harga, jenis atau tipe bahan baku yang
sudah disesuaikan menurut standar
perusahaan.
3. Divisi Penerimaan
Divisi penerimaan bertanggung jawab atas
penerimaan bahan baku yang masuk dan
menjadi tempat pengecekan suatu bahan
baku layak atau tidak digunakan didalam
perusahaan.
4. Divisi Akuntansi
Divisi akuntansi bertanggung jawab
terhadap pencatatan hutang dan pencatatan
persediaan.
5. Divisi Keuangan
Divisi Keuangan bertanggung jawab atas
pembayaran atau pelunasan hutang bahan
baku.
2.7 Sistem yang Membentuk Prosedur Pembelian
Bahan Baku
1. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan
Baku
Dalam prosedur permintaan pembelian
bahan baku, divisi gudang mengajukan
permintaan pembelian kepada divisi
pembelian dalam bentuk formulir surat
permintaan bahan baku kepada divisi
pembelian.
2. Prosedur Pemilihan Pemasok/Suplier
dan Penentuan Harga Dalam hal ini
divisi Pembelian mengirimkan surat
penawaran kepada pemasok untuk
mendapatkan informasi harga, kualitas
barang serta syarat yang harus
dipenuhi. Proses ini bisa digunakan
kebeberapa pemasok agar dapat
mengetahui harga yang murah dengan
kualitas terbaik.
3. Prosedur Pemesanan Pembelian Dalam
proses ini, divisi pembelian
mengirimkan surat pesanan mengenai
barang dan kuantitas barang yang akan
dipesan kepada pemasok yang telah
dipilih dan telah menjalin kerjasama.
4. Prosedur Penerimaan Barang Dalam
prosedur ini, divisi penerimaan barang
melakukan pemeriksaan mengenai
jenis, kuantitas dan mutu barang yang
datang.
5. Prosedur Pencatatan Hutang Dalam
prosedur ini, divisi akuntansi
memeriksa dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan pembelian dan
menyelenggarakan pencatatan hutang
atau mengarsipkan sumber sebagai
pencatatan hutang.
6. Prosedur Pembayaran Dalam prosedur
pembayaran, divisi keuangan bertugas
untuk melakukan pembayaran pesanan
atau membayar utang pembelian.

2.8 Sistem Pengendalian yang diterapkan dalam


prosedur pembelian bahan baku
Sistem Pengendalian yang diterapkan
dalam prosedur pembelian bahan baku adalah
sebgai berikut:
1. Adanya pemisahan kewenangan dan
fungsi dari setiap divisi agar pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan ranah
divisinya seperti : Divisi Gudang,
Divisi Pembelian, Divisi Penerimaan,
Divisi Akuntansi, Divisi Keuangan.
2. Adanya sistem otorisasi dan prosedur
pencatatan data data yang berkaitan
dengan pembelian bahan baku.
Adapun sistem otorisasi yang diterapkan
adalah sebagai berikut:
 Surat permintaan pembelian bahan
baku di tandatangani oleh pejabat
tertinggi didivisi gudang.
 Setiap pemilihan pemasok harus
disetujui manager didivisi pembelian
dan direktur utama.
 Setiap pembelian bahan baku harus
disetujui manager pembelian dan
manager keuangan.
 Laporan penerimaan barang harus
ditanda tangani oleh divisi
penerimaan dan divisi gudang.
 Setiap pencatatan yang dilakukan
oleh bagian akuntansi harus
berdasarkan dokumen yang telah
diotorisasi oleh manager akuntansi.
 Sebelum melakukan pembayaran ,
harus ada otorisasi oleh direktur
utama, manager keuangan dan
manager akuntansi.
3. Otorisasi tambahan untuk pengendalian
 Setiap dokumen harus mempunyai
kode dan nomer urut agar mudah
dalam pencatatan dan pengarispan.
 Dilakukan pengarsipan dokumen yang
masuk atau keluar disetiap divisi.
Tujuan dilakuakn pengarsipan agar
memudahkan dalam penemuan
kembali.
 Setiap dokumen yang akan diberikan
harus ada tanda otorisasi oleh pihak
yang bertanggung jawab.
 Penyimpanan arsip dilakukan
perdivisi dengan masa pakai
minimal 5 tahun.
BAB III
BAHAN PENOLONG

3.1 Definisi Bahan Penolong


Merupakan barang yang dimanfaatkan
dalam proses produksi, namun bukan
merupakan bagian dari bahan baku utama
untuk produk yang dihasilkan. Beberapa ahli
berpendapat bahwa bahan pembantu
merupakan item yang dapat meningkatkan
efisiensi atau keamanan produksi tetapi
bukan menjadi bagian dari bagian utama
produk jadi. Misalnya pelaku usaha yang
mengelola toko roti dimana dia harus
memperhatikan biaya bahan baku langsung
dan tidak langsung. Terigu, telur, gula, dan
bahan lainnya merupakan bahan baku
langsung, yang tanpa keberadaan mereka
produk tidak dapat dihasilkan. Bahan
penolong dapat berupa tisu, kardus, atau
etalase. Jika si pemilik usaha ini ingin
meningkatkan profit, ia dapat melakukan
pengurangan pada biaya tidak langsung tanpa
mengorbankan mutu bahan.

3.2 Cara menentukan penggunaan bahan baku


dan bahan penolong
Untuk menentukan apakah yang
dibutuhkan adalah bahan baku atau bahan
penolong, maka harus terlebih dahulu dilihat
dari fungsi masing-masing bahan dalam
proses produksi.
3.3 Kriteria Bahan Baku dan Bahan Penolong
 Kriteria dari bahan baku meliputi
segi:
Fungsi: jika bahan tidak tersedia, maka
produk tidak dapat dihasilkan atau tidak
dapat berfungsi
Penggunaan : memiliki porsi yang lebih
dominan daripada bahan yang lain
 Kriteria bahan penolong meliputi
segi:
Fungsi: tanpa adanya bahan ini, produk masih
bisa dihasilkan, meskipun hasil jadi tidak
sesuai dengan harapan atau fungsinya.
Penggunaan: memiliki porsi yang kecil dari
keseluruhan bahan yang dipakai.
3.4 Perbedaan Bahan Baku dan Bahan Penolong
1) Penggunaan bahan baku dan bahan
penolong acapkali digunakan oleh
perusahaan yang bergerak di bidang
industri atau manufaktur. Bahan baku
dan bahan penolong merupakan
sumberdaya terbesar dalam
perusahaan tersebut. Transaksi akan
dicatat dalam post bahan baku (Raw
Material) dan bahan penolong
(component)
2) Namun menentukan apakah suatu
pengeluaran dikategorikan ke dalam
bahan baku atau bahan penolong
seringkali menimbulkan kerancuan
atau kesulitan tersendiri. Untuk
industri yang bergerak di bidang
perakitan, menentukan mana pos
bahan baku atau bahan penolong
dapat dilakukan dengan mudah.
Karena kedua jenis pos tersebut
mudah dibedakan. Hal tersebut juga
seringkali dialami oleh manufaktur
yang memproduksi barang dengan
bahan baku tunggal seperti pabrik
semen, pabrik tepung dsb.
3) Perusahaan yang memproduksi
produk dengan berbagai varian item
dan menggunakan bahan baku dan
bahan penolong yang banyak tentunya
memiliki kompleksitas yang berbeda.
BAB IV
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan


mengenai materi yang menjadi pokokbahasan
dalam mini book ini tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan tema mini book ini, Terima Kasih
pada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini juga sumber-
sumber yang telah membantu kami dalam
melengkapi materi mini-book ini. Kami
banyak berharap para pembaca yang budiman
sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya
mini-book ini dan dan penulisan mini di
kesempatan-kesempatan berikutnya, Semoga
mini-book ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai