Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Anak merupakan seorang penduduk yang berumur kurang dari 18 tahun serta yang
masih ada di dalam kandungandan untuk menjamin terpenuhinya hak-hakanak diperlukan
adanya undang-undang yang mengatur tentang perlindungan anak.Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anakmenyatakanbahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup,
tumbuh, berkembang serta berpertisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabatnya.
Dalam Laporan Tahunan UNICEF Indonesia tahun2015menyebutkan bahwa penduduk
Indonesia terdiri dari 30% anak-anak, mereka semua adalah masadepan bangsa dan layak
mendapatkan perhatiankesehatan agarproses tumbuh kembang tidak terganggu. Tumbuh
kembang merupakansuatuproses yang berkesinambungan yang terjadi sejak adanya konsepsi
dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan adalah proses bertambahnya jumlah,
ukuran, dimensi pada tingkat sel,organ maupun individu sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratursebagai hasil dari proses pematangan(Soetjiningsih. & Ranuh, 2013).Proses
tumbuh kembang sangat penting untuk anak, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Adriana, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan anak anemia lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak
anemia (Zulaekah, Purwanto, & Hidayati, 2014).
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak serta
dapat memberikan dampak yang buruk pada proses tumbuh kembang anak (Novi, Eli &
Bandorsono, 2014).Anemia adalah suatu keadaan dimana konsertrasi hemoglobin (Hb)
rendah atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh
rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit atau
kehilangan darah berlebih (Citrakesumasari, 2012). Anemia aplastik adalah anemia yang
ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah sel darah) darah tepi dan menurunnya
selularitas sumsum tulang (Susilaningrum et al., 2013). Anak dengan anemia aplastik
biasanya memiliki tanda gejala seperti terlihat pucat, kelemahan otot serta penurunan
kekuatan, kelelahandan juga keletihan (Ridha, 2014). Meskipun demikian, anak dapat
melakukan aktivitasnya sampai batas toleransi agar anak tidak merasa jenuh dan menarik diri
dari pergaulannya, dari aktivitas ini anak dapat memperoleh stimulus untuk
perkembangannya (Nursalam, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Putrihantini & Erawati

1
(2013)menyatakan bahwa anemia yang terjadi pada anak usia sekolah dapat menurunkan
kemampuan kognitif anak sehingga dapat menurunkan prestasi belajar anak.

B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian studi kasus ini adalah bagaimanakah Gambaran
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Anemia.

C.Tujuan.
Adalah untuk mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Anemia
D. Manfaat
Sebagai referensi salah satu sumber bagi mahasiswa untuk melakukan penerapan
kasus khususnya mahasiswa jurusan keperawatan yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan anak anemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan julmal sel darah merah, kuantitas
hemoglobin dan volum pada sel darah merah (hematokrit) /100 ml darah (price, 1996).
2. Etiologi.
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk
eritropoisis, seperti : asam folat, vitamin b12 dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat
turun apabila sumsum tulang tertekan(oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak
memadai karena kekurangan eritropoitin. Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat
terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan.
3. Klasifikasi Anemia.
A. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yag disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Etiologi anemia defisiensi besi :
 Asupan besi yang kurang pada jeniis makanan Fe non-heme, muntah berulang pada
bayi, dan pemberian makanan tambahan yang tidak sempurna
 Malabsorbsi pada enteritis dan proses malnutrisi (PEM)
 Kehilangan atau pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran cerna kronis
seperti pada diventrikulum Meckel, poliposis usus, alergi susu sapi, dan infestasi
cacing.
 Kebutuhan besi yang meningkat oleh karena pertumbuhan yang cepat pada bayi
dan anak, infeksi akut berulang, dan infeksi menahun.
 Depo besi yang kurang seperti pada berat badan lahir rendah, kembar
 Kombinasi dari etiologi di atas
 
Faktor Predisposisi
 Status hematologic wanita hamil
 Berat badan lahir rendah.
 Partus , dimana terjadi kelahiran abnormal dan pengikatan tali pusar terlalu dini.
 Pemberian makanan yang tidak adekuat karena ketidaktahuan ibu, perilaku
pemberian makan, keadaan social, jenis makanan.

3
 Infeksi menahun dan infeksi akut berlangsung.
 Infestasi parasit, seperti ankilostoma, trichuris trichiura, dan amuba
 
Manifestasi Klinis
Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, mudah lelah, pucat, sakit kepala, atau
iritabel. Pucat terlihat pada mokusa bibir, faring, telapak tangan, dasar kuku, dan konjungtiva.
Papil lidah atrofi, jantung agak membesar. Tidak ada pembesaran limpa dan hati, serta tidak
terdapat iastesis hemoragik.
Pemeriksaan Penunjang
Kadar hemoglobin kurang dari 10g/dl, mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target,
serum iron (SI) rendah, dan Iron Binding Capasity (IBC) meningkat.
Hasil pemeriksaan sumsum tulang sistem eritropoitek hiperaktif dengan sel normoblas
poikromatofil yang predominan.
Diagnosis
Ditegakkan atas dasar ditemukannya penyebab defisiensi besi dari anamnesis dan
secara klinis didapatkan pucat tanpa organomegali, gambaran erirosit mikrositik hipokrom, Si
rendah, dan IBC meningkat, tidak terdapat besi dalam sumsum tulang, dan bereaksi baik
terhadap pengobatan dengan preparat besi.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan kausal.
2. Makanan yang adekuat
3. Pemberian preparat besi (sulfas perosus) 3 x 10 mg/ kg BB perhari
4. Tranfusi darah diberikan bila Hb kurang 5 gr/dl dan disertai dengan keadaan buruk

B. Anemia Aplastik
Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoitik dalam darah tepi
seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit akibat terhentinya pembentukan sel hemopoitik
dalam sumsum tulang.
Etiologi.
 Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain
seperti mikrosepali, strabismus, anomaly jari, kelainan ginjal, dsb.
 Faktor didapat : bahan kimia (benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb, ), obat,
radiasi, faktor individu, infeksi, keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin dan

4
idiopatik.
Manifestasi Klinis : Pucat, lemah, perdarahan, demam, tanpa organomegali.
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran darah tepi menunjukkan transitopenia dan limpositosis relative. Dari
pemeriksaan sumsum tulang didapatkan yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan
penyokong dan jaringan lemak, aplasia sistem eritopoitik, granulopoitik, dan trombopoitik.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan sumsum tulang.
Diagnosis Banding
Purpura trombositopenia idiopatik (PTI). Autoimun trombositopenia purpura (ATP),
leukemia akut aleukemik, leukemia akut stadium praleukemik.
Penatalaksanaan
 Medikamentosa : kombinasi prednisone (2-5mg/kg berat badan perhari peroral)
dan testosterone (1-2 mg/kg BB perhari parenteral) memberikan angka mortalitas
40 – 50 % sedangakan angka ini dengan pemberian kombinasi prednisone denagn
oksimetolon (1 – 2 mg/kg BB perhari peroral) adalah 30 – 40 %.
 Tranfusi darah hanya diberikan bila diperlukan karena tranfusi darah yang
terlampau sering dapat menekan sumsum tulang atau menyebabkan timbulnya
reaksi hemolitik.
 Pengobatan infeksi sekunder : sebaiknya anak diisolasi dalam ruang suci hama,
pilih antibiotic yang tidak mendepresi sumsum tulang.
 Makanan : disesuaikan dengan keadaan anak, umumnya diberikan makanan lunak
 Istirahat : untuk mencegah pendarahan, terutama perdarahan otak
 Menghindari bahan kimia yang diduga sebagai penyebab.
Prognosis
Prognosis yang lebih baik ditunjukkan oleh kadar HbF yang lebih dari 200mg%,
jumlah granulosit lebih dari 2000/mm3, dan pencegahan infeksi sekunder yang baik.
Gambaran sumsum tulang yang hiposeluler memberikan prognosis yang lebih baik
dibandingkan yang aseluler.

5
5. Asuhan Keperawatan Anemia

A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
 Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
 Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
 Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
 Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
 Ataksia, tubuh tidak tegak
 Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang
menunjukkan keletihan

2. Sirkulasi

 Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI


 Palpitasi (takikardia kompensasi)
 Hipotensi postural
 Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T
 Bunyi jantung murmur sistolik
 Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku.
 Sclera putih seperti mutiara
 Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi
kompensasi)
 Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
 Rambut kering, mudah putus, menipis

3. Eliminasi

 Riwayat pielonefritis, gagal ginjal


 Flatulen, sindrom malabsorpsi
 Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
 Diare atau konstipasi

6
 Penurunan haluaran urine
 Distensi abdomen

4. Makanan / cairan

 Penurunan masukan diet


 Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
 Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
 Adanya penurunan berat badan
 Membrane mukusa kering,pucat
 Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
 Stomatitis
 Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

5. Neurosensori

 Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi


 Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
 Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
 Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
 Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
 Hemoragis retina
 Epistaksis
 Gangguan koordinasi, ataksia

6. Nyeri/kenyamanan :Nyeri abdomen samar, sakit kepala


7. Pernapasan ; Napas pendek pada istirahat dan aktivitas, Takipnea, ortopnea dan
dispnea

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan
perfusi yang adekuat

7
Kriteria Hasil :
 Tanda-tanda vital stabil
 Membran mukosa berwarna merah muda
 Pengisian kapiler
 Haluaran urine adekuat
Intervensi :
Intervensi Rasional
Ukur tanda-tanda vital, observasi
memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi
pengisian kapiler, warna
jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.
kulit/membrane mukosa, dasar kuku
dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena
Auskultasi bunyi napas regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah
jantung.
iskemia seluler mempengaruhi jaringan
Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi
miokardial/potensial resiko infark.
Evaluasi respon verbal melambat, mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena
agitasi, gangguan memori, bingung hipoksia
Evaluasi keluhan dingin, pertahankan
vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi
suhu lingkungan dan tubuh supaya
perifer
tetap hangat.
Observasi hasil pemeriksaan mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
laboratorium darah lengkap pengobatan/respons terhadap terapi.
meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen,
Berikan transfusi darah lengkap/packed
memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko
sesuai indikasi
perdarahan
Berikan oksigen sesuai indikasi memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan
Siapkan intervensi pembedahan sesuai transplantasi sumsum tulang dilakukan pada
indikasi. kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

8
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu
mempertahankan berat badan yang stabil.
Kriteria Hasil :
 Asupan nutrisi adekuat
 Berat badan normal
 Nilai laboratorium dalam batas normal Albumin : 4 – 5,8 g/Dl
 Hb : 11 – 16 g/dL
 Ht : 31 – 43 %
 Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
 Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Intervensi :
Intervensi Rasional
Observasi dan catat masukan makanan mengawasi masukan kalori atau kualitas
anak kekurangan konsumsi makanan
Berikan makanan sedikit dan frekuensi makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
sering meningkatkan asupan nutrisi
gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia)
Observasi mual / muntah, flatus.
pada organ
meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral.
Bantu anak melakukan oral higiene, Menurunkan pertumbuhan bakteri,
gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
penyikatan yang lembut perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh /
luak / perdarahan.
Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, mengetahui efektivitas program pengobatan,
Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan
Berikan diet halus rendah serat, hindari
bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan
makanan pedas atau terlalu asam sesuai
yang dapat ditoleransi anak.
indikasi
Berikan suplemen nutrisi mis : ensure,
meningkatkan masukan protein dan kalori.
Isocal

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas.
9
Kriteria Hasil :
 Tanda – tanda vital dalam batas normal
 Anak bermain dan istirahat dengan tenang
 Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
 Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan
Intervensi :
Intervensi Rasional
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung
Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat
ke jaringan.
Observasi adanya tanda – tanda keletihan
: takikardia, palpitasi, dispnea, pusing,
membantu menetukan intervensi yang tepat
kunang – kunang, lemas, postur loyo,
gerakan lambat dan tegang
Bantu anak dalam aktivitas diluar batas
mencegah kelelahan
toleransi anak.
Berikan aktivitas bermain pengalihan meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan
sesuai toleransi anak menarik diri
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi.

Kriteria Hasil :
 Tanda – tanda vital dalam batas normal
 Leukosit dalam batas normal
 Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak
Intervensi :
Intervensi Rasional
Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam demam mengindikasikan terjadinya infeksi.
Tempatkan anak di ruang isolasi bila mengurangi resiko penularan mikroorganisme
memungkinkan dan beri tahu keluarga kepada anak.

10
supaya menggunakan masker saat
berkunjung
Pertahankan teknik aseptik pada setiap
mencegah infeksi nosokomial
prosedur perawatan.
lekositosis mengidentifikasikan terjadinya
infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan
Observasi hasil pemeriksaan leukosit.
penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk
terjadi infeksi

11

Anda mungkin juga menyukai