SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
By
Eel is one of the fisheries commodity that have not been rearing widely in
Indonesia. Constraint that occured in rearing eel is slow growth. A way to
accelerate eel growth is feeding with enrichment by using an amino acids. An
amino acids can be used directly by eel for cell growth and the formation of body
tissue. An amino acid that is used from the stingrays are not utilized by people
because it has no economic value to production activities. This research was
aimed to study the growth rate of eel which is fed with enrichment of an amino
acids derived from stingray extract. The method in this research used completely
randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications. The measure of
eel that used are 26-28 cm, the average weight is 28 grams and an amino acids
dosage that used are 0 ml, 0.5 ml and 1 ml. It use FR 3% which is given at night
to support the characteristic of eel that is nocturnal (active at night). The analyze
result from the parameters that have been observed, there is not a significant effect
(P> 0.05) and the fed with enrichment by using an amino acids with the dosage
used hasn't been able to be utilized as fish feed mixture to increase growth rate.
Oleh
Ikan sidat adalah salah satu komoditas perikanan yang belum banyak
dibudidayakan di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan sidat
yaitu pertumbuhannya lambat. Salah satu upaya untuk mempercepat pertumbuhan
ikan sidat adalah dengan penggunaan asam amino pada pakan. Asam amino dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh ikan sidat dan diperlukan untuk
pertumbuhan sel serta pembentukan jaringan tubuhnya. Asam amino yang
digunakan berasal dari ikan pari yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat karena
tidak memiliki nilai ekonomis untuk kegiatan produksi dan lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari laju pertumbuhan ikan sidat yang diberi pakan
dengan pengayaan asam amino yang berasal dari ekstrak ikan pari. Metode yang
digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Ikan sidat yang digunakan berukuran 26-28 cm
dengan berat rata-rata 28 gram dan dosis asam amino yang digunakan yaitu 0 ml,
0,5 ml dan 1 ml. Pemberian pakan menggunakan FR 3% yang diberikan pada
malam hari untuk menunjang sifat dari ikan sidat yaitu nocturnal (aktif pada
malam hari). Hasil analisis dari parameter yang diamati tidak memberikan
pengaruh nyata (P>0.05) dan Pengayaan pakan menggunakan asam amino dengan
dosis yang digunakan belum mampu dimanfaatkan sebagai campuran pakan ikan
sidat untuk meningkatkan laju pertumbuhannya.
Kata kunci : ikan sidat, pakan, pertumbuhan lambat, ikan pari, asam amino
KAJIAN PERTUMBUHAN IKAN SIDAT Anguilla bicolor (McCelland,
1844) YANG DIBERI PAKAN DENGAN PENAMBAHAN ASAM AMINO
Oleh
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Dasar (SD) Al-Azhar 2 Wayhalim Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun
Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2014.
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada
Himapik pada tahun 2017/2018. Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Gaya Baru V, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten
Lampung Tengah selama 40 hari, yaitu dari bulan Januari-Februari 2017. Penulis
mengikuti Praktik Umum (PU) dengan judul “Pembenihan Ikan Nila Srikandi
(BRPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat pada bulan Juli - Agustus 2017.
melakukan penelitian akhir pada bulan Januari 2018 dengan judul “Kajian
Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor (McCelland, 1844) Yang Diberi Pakan
Sebuah langkah yang telah berhenti, Satu Harapan yang telah tercapai
Ini bukan akhir dari sebuah perjalanan
Melainkan titik awal untuk memulai pertempuran
Rasa syukur yang tidak pernah ada hentinya untuk aku ucapkan pada-Mu
ya Rabb
Serta Sholawat dan salam kepada Baginda
Rasulullah SAW dan Para Sahabatnya
“ S.Pi ”
Imbuhan kecil yang ada di belakang namaku
Semoga menjadi amal sholeh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku
tercinta
Serta
“ Jika anda memiliki sebuah mimpi yang sangat indah, maka ingatlah bahwa
Tuhan memberikanmu kekuatan untuk membuatnya menjadi nyata ”
(Deddy Corbuzier)
“ Memberi tidak harus menunggu kaya, karena dengan memberi dan selalu
membantu sesama rezeki akan selalu mengalir ”
(Hamsul Hasan)
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
Amino”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di
Universitas Lampung.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
5. Dr. Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing kedua yang
terselesaikan.
diberikan.
membutuhkan.
Angga, Isma, Inggar, Febry dan Benny yang telah memberiku arti dalam
kehidupan ini, berbagi suka duka, canda tawa, dan kekeluargaan selama
KKN.
11. Keluarga kecil (PC) Pelok Club, Cipta, Revi, Raka, Riki, Raisa, Mamah
Desty, Suttan, Devira, Rendi, Puput, dan Anika, yang selalu siap untuk
12. Teman-teman Nocturnal Squad, Bagus, Rizky, Anas, Edo, Adi (Ae’p),
Dewi, Mira, dan Isnin yang selalu setia menemani perjalanan penelitian
13. Sidat Squad, Dewi Retno Sari dan Mira Ismayanti. Terimakasih atas
kebersamaan kalian selama ini dari awal kita memulainya hingga akhir
14. Revita Syefti Palmi, seseorang yang selalu ada, memberikan support serta
nasehatnya yang tiada henti, dan kebersamaan yang telah kita lalui sampai
15. Rekan-rekan Budidaya Perairan angkatan 2014, Fajri, Bagus, Rizky, Anas,
Wahid, Ainul, Adi Ae’p, Triyanto, Victor El, Malau, Bambang, Aken,
Acen, Andre bocil, Andre dugong, Derry, Edo, Erlangga, Rali, Agung,
Iqbal, Ja’far, Ryan, Arif dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan, motivasi,
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menambah pengetahuan
dan wawasan.
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan penelitian .................................................................................... 3
C. Manfaat penelitian .................................................................................. 3
D. Kerangka pikir ........................................................................................ 3
E. Hipotesis penelitian................................................................................. 4
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................32
B. Saran .......................................................................................................32
LAMPIRAN.................................................................................................................. 37
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3. Alat-alat penelitian.......................................................................................15
5. Kandungan beberapa asam amino esensial (mg) pakan uji dan ekstrak
ikan pari .......................................................................................................25
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
A. Latar Belakang
Ikan sidat Anguilla bicolor adalah salah satu komoditas perikanan yang belum ba-
16 spesies yang tersebar di dunia (Robin, 2012). Hal ini menjadi peluang bagi In-
donesia untuk pengembangan sidat lebih intensif, mulai dari budidaya sampai ke
tahap pemasaran. Ikan sidat termasuk komoditas ekspor perikanan yang memiliki
nilai jual tinggi hingga mencapai USD 50–70/kg. Beberapa negara seperti Jepang,
Hongkong, Jerman, dan Italia banyak mengimpor ikan sidat untuk dikonsumsi
(Affandi, 2005). Sekitar 80.000 ton per tahun sidat diekspor ke Jepang untuk me-
menuhi kebutuhan negara tersebut (Affandi et al., 2013). Hal ini dapat menjadi
kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkan ikan sidat sebagai salah satu
an sidat dalam satu siklus membutuhkan waktu hingga sembilan bulan, dari ukur-
an glass eel dengan bobot 0,09-0,12 gram hingga ukuran konsumsi dengan bobot
buhan sidat dengan menggunakan pakan buatan yang memiliki kandungan protein
tinggi antara 33-63% (Heinsbroek et al., 2007). Selain itu, dilakukan juga penga-
ikan (Gunasekere et al., 2002; Yudiarto et al., 2012; Mukti et al., 2014), namun
hasilnya belum mampu meningkatkan laju pertumbuhan sidat. Oleh karena itu,
perlu dicari alternatif pengaya lain sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
Alternatif pengaya lain yang dapat digunakan adalah asam amino yang berasal da-
ri ekstrak ikan pari bubur. Ikan pari bubur merupakan salah satu spesies ikan yang
tidak dimanfaatkan oleh masyarakat karena tidak memiliki nilai ekonomis yang
tinggi untuk kebutuhan produksi dan lainnya. Hal ini bertolak belakang dengan
kandungan yang terdapat dalam tubuh ikan pari bubur. Menurut Mardiah (2008),
ikan pari bubur memiliki 16 kandungan asam amino, yaitu alanin, arginin, asam
aspartat, cistin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, methoinin,
phenilalanin, prolinserin, theonin, tirosin dan valin. Asam amino diperlukan seca-
ra terus menerus oleh ikan untuk pertumbuhan sel dan pembentukan jaringan tu-
buhnya (Buwono, 2000). Oleh karena itu, pengayaan dengan menggunakan ek-
strak ikan pari bubur yang terbaik diharapkan dapat mempercepat laju pertumbuh-
pengaruh penambahan kandungan asam amino dari ekstrak pari bubur pada pakan
2
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari laju pertumbuhan ikan sidat yang
diberi pakan dengan pengayaan asam amino yang berasal dari ekstrak ikan pari
bubur.
C. Manfaat Penelitian
tang penggunaan pakan yang diperkaya dengan asam amino yang berasal dari ek-
strak ikan pari untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor.
D. Kerangka Pikir
Ikan sidat adalah salah satu komoditas ekspor perikanan yang belum banyak dibu-
didayakan di Indonesia. Dari sisi ekonomi, ikan sidat memiliki nilai jual yang
tinggi. Hal ini dapat menjadi peluang bagi masyarakat untuk membudidayakan
ikan tersebut. Proses budidaya ikan sidat terkendala pada pertumbuhan ikan yang
lambat. Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengayaan pakan. Salah
satu bahan pengayaan pakan yang dapat menunjang pertumbuhan ikan sidat
yang rusak atau perbaikan jaringan selalu membutuhkan protein secara optimal
dengan adanya suplai protein (asam amino esensial) dari makanan yang
3
Penambahan asam amino
(ekstrak ikan pari)
Pakan buatan
Tidak
Tidak dapat
Berbeda digunakan
nyata
sebagai pengaya
pakan ikan sidat
Ya
Tidak
Tidak dapat
Pertumbuhan digunakan sebagai
lebih baik pengaya pakan
ikan sidat
Ya
Dapat digunakan sebagai pengaya
pakan ikan sidat
E. Hipotesis Penelitian
Ho : σi = 0 Penambahan asam amino yang berasal dari ekstrak ikan pari tidak
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berikut merupakan klasifikasi ikan sidat menurut Froeze dan Pauly (2017):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Subsclass : Actynopterigii
Order : Anguilliformes
Suborder : Angilloidei
Family : Anguillidae
Genus : Anguilla
Spesies : Anguilla bicolor
Tubuh ikan sidat berbentuk memanjang, tidak memiliki sirip ventral. Ikan sidat
memiliki sirip pektoral, namun pada saat dewasa ada yang hilang. Kepala sidat
berukuran agak kecil sehingga dapat membantu ikan sidat untuk bersembunyi di
5
Larva sidat berbentuk pipih transparan yang dikenal dengan nama leptocephali.
dian berubah menjadi glass eel. Perubahan ini memerlukan waktu 100 hingga 140
hari (Tanaka et al., 2001). Setelah itu menjadi elver, yellow eel, dan silver eel. Pa-
da fase elver, sidat bermigrasi ke perairan tawar. Sidat mengalami perubahan war-
na kulit dari abu-abu menjadi kecoklatan. Pada fase ini, sidat memiliki ukuran
panjang hingga mencapai empat inci. Setelah itu memasuki fase yellow eel yang
merupakan fase sidat dewasa dan mengalami perkembangan seksual. Pada fase
ini, sidat melakukan aktivitas dan makan pada saat malam hari. Pada fase yellow
eel ini sidat biasa tinggal di bawah bebatuan dan mulai mengalami kematangan
seksualnya. Setelah fase yellow eel, sidat akan me-masuki fase silver eel yang ber
ukuran 8-10 inchi. Pada fase ini sidat jenis Anguilla rostrata mengalami perubah-
Sidat merupakan spesies katadromus yang menetas di laut dan bermigrasi pada
saat sebelum menjadi juvenil ke air tawar untuk berkembang menjadi dewasa
(Tesch, 1977; Tesch 2003; Aoyama 2009; Seo et al., 2013). Ketika sidat sudah
Sidat yang kembali ke laut mengalami perubahan morfologis pada tubuhnya dan
lain ukuran matanya menjadi dua kali lipat dan lebih sensitif terhadap warna biru
sehingga ketajaman mata meningkat pada perairan dalam, serta terjadi peningkat-
6
an penyimpanan gas dalam tubuh dan mengurangi pengeluran gas dari dalam tu-
Daerah penyebaran ikan sidat di Indonesia terdapat di perairan Pantai Selatan Pu-
lau Jawa, Pantai Barat Pulau Sumatera, Kepulauan Maluku, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur, hingga Pantai Utara Papua. Sidat di Indonesia
Secara umum, kebutuhan protein pada ikan akan menurun dengan semakin tinggi-
nya ukuran dan umur ikan tersebut (NRC, 2011). Pada fase juvenil, protein opti-
mum ikan sidat Anguila japanica adalah 44 % (Bai, 2012), sedangkan untuk kan-
dungan protein ikan sidat Anguila mormorata pada ukuran 2,29 gram adalah 50%
7
dan pada saat ukurannya 21,97 gram protein yang digunakan adalah 45% (Cheng
et al., 2013).
protein dari tepung ikan. Namun komposisi tersebut harus sesuai dengan kebutuh-
an dan kemampuan kecernaan sidat. Selain itu, setiap spesies sidat memiliki ke-
berbeda berdasarkan pakan yang diberikan. Pada Anguilla australis australis pe-
nambahan komposisi pakan yang terdiri dari maize gluten meal (MGM), lupin
meal (LM) dan blood meal (BM) dengan perbandingan 0,97, 0,96 dan 0,96 yang
dibandingkan dengan tambahan komposisi bahan lain. Selain itu, maize gluten
meal (MGM) juga signifikan dapat meningkatkan kecernaan total dan energi pada
an protein tinggi hingga mencapai 63% (Tibbets et al., 2000; Heinsbroek et al.,
2007). Namun dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda-
beda. Penggunaan pakan dengan protein 47% dapat mengoptimumkan bobot tu-
buh dan konversi pakan benih sidat Anguilla rostrata sebesar 1,17±0,05 gram
pakan/gram bobot tubuh (Tibbets et al., 2000). Penggunaan protein yang terlalu
tinggi tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan ikan sidat. Pakan buatan de-
8
dari pakan yang mengandung protein 40,3% (Heinsbroek et al., 2007). Oleh kare-
na itu, diperlukan komposisi protein yang tepat agar penggunaannya lebih efesien.
D. Asam Amino
Asam amino merupakan substansi dasar penyusun protein dan dapat diproduksi
sendiri oleh tubuh untuk keperluan metabolisme dan ditemukan pada semua ma-
kanan yang mengandung protein (Winarno, 2004). Asam amino tersebut diguna-
kan juga untuk membentuk protein jaringan. Protein merupakan salah satu kom-
ponen zat gizi yang menghasilkan energi apabila dicerna oleh ikan dan dibutuh-
kan dalam jumlah yang relatif besar (Affrianto, 2005). Keseimbangan protein dan
jaringan tubuh baru. Pakan dengan kadar protein yang tinggi belum tentu dapat
tersebut disebabkan energi pakan terlebih dahulu digunakan untuk kegiatan meta-
bolisme tubuh (respirasi, transpor ion, pengaturan suhu tubuh dan aktivitas
dari nutrisi non protein (Lemak dan Karbohidrat). Apabila kandungan dari nutrisi
non protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan
energi yang menyebabkan fungsi protein sebagai pembentuk jaringan tubuh akan
berkurang. Oleh karena itu, terpenuhinya nutrisi non protein sangat berperan se-
bagai penghasil energi (protein sparing effect) sehingga fungsi protein dapat
9
Asam amino dibagi menjadi dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan asam
amino nonesensial (Tacon, 1987). Asam amino esensial adalah asam amino yang
tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan harus disuplai dari makanan sumber protein,
seperti lisin, leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionin, treonin, argi-
nin, dan histidin. Asam amino nonesensial adalah asam amino yang dapat diben-
tuk oleh tubuh sepanjang bahan dasarnya memenuhi bagi pertumbuhannya, seperti
alanin, aspargin, asam aspartat, asam glutamat, sistein, glisin, ornitin, prolin, se-
rin, tirosin (Poedjiadi, 1994). Di alam terdapat 50 jenis asam amino, namun ikan
hanya membutuhkan 10 asam amino esensial yang sangat penting peranannya da-
lam pertumbuhan, yaitu arginin, histidin, leusin, isoleusin, triptofan, lisin, metio-
nin, fenilalanin, treonin, dan valin (Afrianto, 2005). Dibawah ini merupakan
kebutuhan asam amino yang dibutuhkan oleh ikan sidat (Tabel 1).
Arginin 4,5
Histidin 2,1
Isoleusin 4,0
Leusin 5,3
Lisin 5,3
Metionin 5,0
Fenilalanin 5,8
Threonin 4,0
Triptofan 1,1
Valin 0,4
Sumber: Ogino (1985) dalam Watanabe (1988)
Beberapa kandungan asam amino tersebut memiliki peran atau manfaatnya tersen-
diri bagi dalam tubuh. Lisin merupakan asam amino pembatas dalam protein na-
bati. Dalam tubuh ikan, lisin dibutuhkan 4–6 % dari protein ransum pakan. Metio-
nin merupakan asam amino esensial yang digunakan sebagai stimulan pada organ
10
olfaktori dan dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan (Rahayu, 2014). Sistin adalah
asam amino nonesensial yang dimana keduanya saling berikatan. Keduanya meru-
pakan asam amino yang memiliki gugus sulfur. Sistin memiliki kemampuan me-
Sistin dapat menggantikan peran methionin sebesar 60 % pada chanel catfish dan
Asam glutamat termasuk ke dalam asam amino nonesensial yang merupakan un-
sur pokok dari protein yang memiliki peran paling penting sebagai stimulus pada
sistem penciuman (organ olfaktori) dan perasa (organ gustotori) ikan laut atau ta-
war (Rahayu, 2014). Kandungan asam amino ini terdapat pada bermacam-macam
sayuran, buah, daging, ikan, dan air susu ibu (Jyothi et al., 2005). Pemberian asam
glutamat dapat meningkatkan rasa pada daging (Kawai et al., 2002). Hal ini ter-
jadi sebab asam glutamat dalam bentuk bebasnya tidak terikat pada asam amino
lain di dalam protein sehingga mempunyai efek penguat rasa (Yamaguchi dan
Ninomiya, 2000). Fungsi asam glutamat yang kedua adalah sebagai zat antara da-
lam reaksi interkonversi asam amino. Asam glutamat membantu proses sintesis
asam amino nonesensial yang akan bergabung dengan asam amino esensial yang
masuk lewat pakan untuk membentuk protein tubuh sehingga meningkatkan per-
Fenilalanin merupakan asam amino esensial yang memiliki struktur kimiawi yang
sama dengan struktur asam amino nonesensial, yaitu tirosin, sehingga keduanya
dapat saling menggantikan. Hal ini telah dibuktikan pada chanel catfish bahwa
11
Fenilalanin dan tirosin diklasifikasikan sebagai asam amino aromatik yang dibu-
tuhkan dalam jumlah yang cukup untuk mendorong sintesis protein dan fungsi-
fungsi fisiologis lain pada ikan (Buwono, 2000). Fenilalanin merupakan stimulus
bagi organ gustotori sebab merupakan asam amino aromatik yang dibutuhkan un-
Tirosin, prolin dan serin merupakan asam amino nonesensial yang memiliki peran
untuk merangsang organ gustotori pada ikan dan merupakan stimulan kimia yang
asam amino ini berbeda untuk setiap jenis ikan (Rahayu, 2014). Tirosin teridenti-
fikasi sebagai perangsang nafsu makan pada ikan catfish, jack mackerel (Tra-
churus japonica), redsea bream (Pagrus major), dan rainbow trout (Oncho-
rynchus mykiss) serta dibutuh-kan untuk pertumbuhan ikan lele, salmon, dan ikan
Berdasarkan sifat kimianya, arginin merupakan asam amino esensial yang memili-
ki andil penting untuk pertumbuhan ikan dan udang, Arginin juga merupakan sti-
mulan yang merangsang organ olfaktori ikan. Sehingga, diduga ikan target tertarik
untuk memangsa makanan (umpan) karena kandungan asam amino Agrinin di da-
lamnya dibutuhkan oleh ikan target tersebut untuk tumbuh (Rahayu, 2014).
Berdasarkan sifat kimianya, histidin, valin, dan threonin merupakan asam amino
esensial. Histidin dan valin memiliki peran untuk merangsang nafsu makan ikan
pada beberapa jenis ikan, sedangkan threonin memiliki peran untuk pertumbuhan
12
Leusin tergolong ke dalam asam amino esensial yang merupakan stimulan bagi
organ olfaktori pada beberapa jenis ikan, salah satunya adalah ikan kerapu. Asam
aspartat merupakan komponen paling penting dalam pembentukan cita rasa yang
merangsang organ gustatori dan organ olfaktori dan tergolong ke dalam asam
Glisin mampu merangsang penciuman ikan dan komponen utama perangsang naf-
su makan beberapa jenis ikan meskipun komposisi campuran asam amino ini ber-
beda untuk setiap jenis ikan. Alanin merupakan asam amino nonesensial yang ter-
identifikasi sebagai stimulan pada organ olfaktori berbagai jenis ikan dan sebagai
(Rahayu, 2014).
Lisin tergolong ke dalam asam amino esensial yang teridentifikasi sebagai perang-
sang nafsu makan, stimulan indera penciuman dan dibutuhkan untuk pertumbuhan
pada berbagai jenis ikan. Kandungan lisin yang memadai akan meningkatkan ke-
Pakan dengan kualitas protein yang tinggi adalah pakan yang mengandung asam
amino dalam perbandingan optimal, sesuai dengan kebutuhan sintesis pada ikan.
Berkurangnya satu atau lebih asam amino dalam pakan akan mempengaruhi per-
tumbuhan dan nafsu makan ikan tersebut. Berbagai asam amino yang diperoleh
dari pakan berprotein akan disimpan di dalam jaringan tubuh ikan (Afrianto,
2005).
13
III. METODE PENELITIAN
Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan analisis uji kandungan
14
Tabel 3. Alat-alat dalam penelitian
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Alat dan Bahan
1.1. Wadah pemeliharaan
terlebih dahulu dan dikeringkan. Setelah itu akuarium disusun berdasarkan penga-
cakan untuk masing-masing perlakuan. Akuarium diisi air sebanyak 30 liter dan
dilengkapi aerasi untuk menjaga agar oksigen dalam wadah pemeliharaan tetap
optimum. Bagian atas akuarium diberi waring dan ditutup styrofoam agar ikan
15
1.2. Ikan sidat
Ikan sidat yang digunakan berukuran 26-28 cm dengan berat rata – rata 28 gram,
raan. Setelah itu dilakukan adaptasi di dalam akuarium selama 20 hari, pakan
yang diberikan selama masa adaptasi berupa pakan komersil (PF-1000) yang
mengandung protein 34 %.
1.3. Pakan
Proses pengayaan pakan dengan penambahan asam amino yang berasal dari eks-
trak ikan pari dilakukan dengan metode spray yang disemprotkan langsung pada
pakan yang telah ditimbang berdasarkan FR 3% dari bobot ikan sidat pada setiap
amino yang berasal dari ekstrak ikan pari dan menambahkan larutan fisiologis 5
ml pada setiap perlakuan sebagai bahan pelarutnya. Pakan yang telah disemprot-
2. Pelaksanaan Penelitian
Ikan sidat dipelihara selama 60 hari dan diberi pakan komersil yang telah dilaku-
kan pengayaan dengan menggunakan asam amino dari ekstrak ikan pari. Pemberi-
an pakan dilakukan menggunakan feeding rate (FR) 3 % pada malam hari yang
dimulai pada pukul 18.00 - 24.00 WIB. Untuk menjaga agar kualitas air media
pemeliharaan tetap baik, maka dilakukan penyiponan setiap pagi. Kegiatan sam-
pling pertumbuhan ikan sidat dilakukan selama 20 hari dalam masa pemeliharaan.
16
D. Parameter yang Diamati
1. Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan atau yang dikenal dengan istilah laju pertumbuhan spesifik me-
rupakan pertambahan panjang dan bobot tubuh ikan berdasarkan masa waktu pe-
( )
Laju Pertumbuhan Spesifik = × 100%
Keterangan:
Wt : Bobot ikan akhir pemeliharaan (gram)
Wo : Bobot ikan awal pemeliharaan (gram)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
Jumlah konsumsi pakan diukur dengan mengurangi jumlah pakan yang disediakan
3. Efisiensi Pakan
Efiesiensi pakan merupakan bobot basah ikan per jumlah pakan yang diberikan.
terhadap pertambahan bobot ikan. Efisiensi pakan dapat mengubah tingkat dan
ukuran pakan ikan. Adapun rumus efieisnsi pakan menurut Zonneveld (1991)
( )
EP = × 100 %
Keterangan:
EP : Efisiensi pakan (%)
Wt : Bobot akhir pemeliharaan (gram)
Wm : Bobot Ikan mati (gram)
Wo : Bobot awal pemeliharaan (gram)
F : Jumlah pakan yang dihabiskan (gram)
17
4. Retensi Protein
jumlah protein yang diberikan. Retensi protein dilakukan pada saat awal pemeli-
haraan dan akhir pemeliharaan dengan melakukan uji proksimat pada tubuh sidat.
( )
RP = × 100 %
Keterangan:
RP : Retensi Protein (%)
F : Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (gram)
I : Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (gram)
P : Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (gram)
Tingkat kelangsungan hidup perupakan persentasi jumlah ikan yang hidup diawal
penelitian dengan jumlah ikan yang hidup di akhir penelitian. Adapun rumus yang
SR = 100%
Keterangan :
SR : Kelulushidupan (%)
Nt : Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)
6. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup
ikan. Suhu, pH dan oksigen terlarut (DO) merupakan parameter utama yang mem-
pengaruhi kondisi perairan. Pengukuran kualitas air ini dilakukan pada awal dan
18
7. Uji Proksimat Pakan dan Tubuh Ikan Sidat
Pelaksanaan uji proksimat pakan dan tubuh ikan sidat menggunakan prosedur me-
nurut Takeuchi (1988). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar protein,
lemak, karbohidrat, air, abu dan serat kasar yang terdapat pada pakan dan tubuh
sidat. Uji kadar protein menggunakan metode semimurni Kjedahl, sedangkan le-
E. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
Yij = µ + σi + ∑ij
Keterangan :
i = Perlakuan A,B,C
j = Ulangan 1,2,3
Yij = Nilai pengamatan dari pemberian pakan dengan persentase minyak
ekstrak ikan pari yang berbeda ke–i terhadap pertumbuhan ikan sidat
pada ulangan ke-j
µ = Nilai tengah pengamatan
σi = Pengaruh pemberian pakan dengan persentase minyak ekstrak ikan pari
yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan sidat
∑ij = Pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan dengan persentase
minyak jagung dan minyak ikan yang berbeda ke–i terhadap
pertumbuhan ikan sidat pada ulangan ke-j
19
F. Analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Data yang diperoleh dari
kat lunak Microsoft Excel 2010 dan SPSS ver.22. Data uji proksimat pakan serta
kualitas air akan dianalisis secara deskriptif. Analisis data penelitian, seperti laju
pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, retensi protein, dan jumlah konsumsi pakan
dilakukan dengan menggunakan sidik ragam pada tingkat kepercayaan 95%. Jika
data yang diperoleh menunjukkan hasil yang berbeda nyata maka akan dilanjutkan
20
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Penambahan asam amino dari ekstrak ikan pari dengan dosis 0,5 ml dan 1 ml pada
pakan belum mampu meningkatkan laju pertumbuhan ikan sidat secara signifikan.
B. Saran
Penggunaan ekstrak ikan pari untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan sidat
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Tawwab, M., Ahmad, M., Khattab, Y.A.E., & Shalaby, A.D.E. (2010).
Effect of dietary protein level, initial body weight, and their interaction on
the growth, feed utilization, and physiological alterations of nile tilapia,
Oreochromis niloticus. Aquaculture, 298, 267-274.
Affandi, R., Budiardi, T., Wahju, R, I., Taurusman, A,A. 2013. Pemeliharaan ikan
sidat dengan sistem air resirkulasi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,
18(1): 55-60.
Afrianto, E, dan Evi, L. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. 148 hlm.
Bai, S,C. 2012. Japanese Eel Aquaculture In Korea. Nutritional Research Key to
Further Sustainable Growth: Global Aquaculture Alliance.
Cheng, W, Lai C.S, Lin, Y.H. 2013. Quantifying the dietary protein and lipid
requirements of marble eel Anguilla marmorata with different body
weight. Journal of The Fisheries Society of Taiwan, 40: 135–142.
33
Engin, K, dan Carte, C.G. 2002. Ingredient apparent digestibility coefficients for
the Australian short-finned eel (Anguilla australis australis, Richardson).
Animal Science, 7(5): 401-413.
Fish and Wildlife Service. 2011. American eel Anguilla rostrata. www.fws.gov.
[Diakses: 16 November 2017].
Fish and Wildlife Service. 2015. American eel Anguilla rostrata. www.fws.gov.
[Diakses: 16 November 2017].
Gunasekere, R.M, Leelarasamee, K, Silva, S.S.D. 2002. Lipid and fatty acid
digestibility of three oil types in the Australian shortfin eel, Anguilla
australis. Aquaculture Journal, 20(3): 335-347.
Jyothi, A.N, Sheriff, J.T, dan Sajeev. 2009. MS physical and functional properties
of arrowroot starch extrudates. Journal Food Science,74 (2): 97-104.
Nawir, F, Utomo, N.B.P, Budiardi, T. 2015. Pertumbuhan ikan sidat yang diberi
kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 14(2): 128-134.
NRC [National Research Council]. 2011. Nutrient requirement of fish and shrimp.
Washington DC: National Academic Press. 392 hlm.
Perwito, B., S. Hastuti, T., Yuniarti. 2015. Pengaruh lama waktu perendaman
recombinant growth hormone (rgh) terhadap pertumbuhan dan
kelulushidupan larva ikan nila salin (Oreochromis niloticus). Journal of
Aquaculture Management and Technology, 4(4): 117-126.
34
Riana, H. 2016. Evaluasi nilai nutrisi tepung daun lamtoro gung (Leucaena
leucocephala) yang difermentasi dengan cairan rumen kambing terhadap
performa ikan gurami (Osphronemus gourami). [Skripsi]. Program Studi
Budidaya Perairan. Universitas Lampung.
Tacon, A. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp. A
Training Manual (2) Nutrient Source and Composition. Brasilia: FAO.
117 hlm.
Tesch, F.W. 1977. The Eel biology and management of Anguillid eels. Edite by P
H Greenwood D Sc. Chapman and Hall. New York: A Halsted Press Book
John Wiley & Sons.
Tesch, F.W. 2003. The Eel. Third Edition. Edited by J.A Thorpe. British:
Blackwell Science. 408 hlm.
Tibbets, S. M., Lall, S.P., Anderson, D.M. 2000. Dietary protein requirement of
juvenil American eel Anguilla rostraca fed practical diets. Aquaculture
Journal, 18(6): 145-155.
Yamaguchi, S., dan Ninomiya, K., 2000, Umami and Food Palatability, J. Nutr.
USA: NCBI Publish. 130 hlm.
35
Yudiarto, S, Arief, M, Agustono. 2012. Pengaruh penambahan atraktan yang
berbeda dalam pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan energi
benih ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 4(2):135-140.
Zonneveld, N., Huisman, E.A, Boon, J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. 317 hlm.
36