Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Agama Kristen Ringkasan Kuliah Umum “Agama dan Hak Asasi Manusia”

Bonaventura Aji Senin 24/02/2020


130317264/C1 Perpustakaan lt. 5

Pada pertemuan kali ini Universitas Surabaya (UBAYA) khususnya Pendidikan Agama
mengadakan kuliah umum yaitu dialog antar agama yang bertema “Agama dan Hak Asasi Manusia”.
Kuliah umum saat itu dibungkus dengan rapi sehingga sejuk dan menarik untuk para mahasiswa yang
datang. Menarik dari mana? Bisa dilihat dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh mahasiswa.
Jawaban yang disampaikan oleh pembicara juga sejuk di dengar sehingga diskusi sore itu bisa dijadikan
salah satu kuliah umum favorit saya.

Materi pada hari itu diawali dengan topik mantan WNI ISIS yang meminta untuk dipulangkan
dari Suriah ke Indonesia. Kalau berbicara tentang agama sendiri, semua pembicara dalam kuliah umum
menyatakan bahwa kasih adalah nomor satu, mereka harus dipulangkan. Mengambil dari perumpamaan
Yesus pada Lukas 15:11-32, yang bercerita tentang seorang ayah yang memiliki dua orang putra. Suatu
saat anak bungsu meminta harta bagiannya, lalu Ayahnya membagikan hartanya kepada kedua anaknya
yaitu si sulung dan si bungsu. Si bungsu ingin meminta harta warisan Ayahnya karena ia ingin bersenang-
senang dan hidup bebas. Beberapa hari kemudian, Si bungsu mengumpulkan semua hartanya dan pergi ke
luar negeri yang jauh. Disana ia hidup bejat dan berfoya-foya.

Anak itu pergi ke negeri lain, padahal dia bisa tinggal dengan aman di rumah bersama ayahnya
yang menyayangi dia dan memenuhi kebutuhannya. Dia menggunakan uangnya untuk melampiaskan
hawa nafsu duniawi, dan ketika hartanya mulai habis, hidupnya juga mulai hancur. Kelaparan parah
terjadi di negeri itu, dia pun mulai jatuh miskin. Ia bahkan sampai memakan makanan babi disana, saking
miskin dan laparnya. Lalu saat itu juga Si bungsu mulai sadar dan bepikir, Semua pekerja ayahku punya
berlimpah makanan, sedangkan aku di sini sudah mau mati kelaparan! Aku akan berangkat dan pergi ke
ayahku dan berkata kepadanya “Ayah, aku sudah berdosa kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak
layak lagi disebut anak Ayah. Jadikan aku pekerja Ayah saja.” Lalu dia pun pulang ke rumah ayahnya.

Bukannya marah, kecewa, ataupun bersikap dingin, reaksi Ayah adalah bahagia. Saat ia melihat
anaknya pulang, hatinya tergerak oleh welas asih. Ayah berlari menjemput putranya, memeluknya dan
menciumnya dengan lembut. Sang ayah mungkin telah mendengar tentang kebejatan anaknya di negeri
seberang, tetapi ia masih menyambut anaknya. Dari raut wajah anaknya yang penuh penyesalan, ayah
yang bijaksana itu tahu bahwa anaknya sudah bertobat. Anak itu lalu mengakui kesalahannya.
Tetapi jika kita melihat dari perspektif Hukum, topik ini akan menjadi hal yang sangat
berlawanan dengan agama. Menurut Bab 4 UU no. 12 tahun 2006 yang mengatur tentang kehilangan
kewarganegaraan, Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

a) memperoleh sendiri kewarganegaraan lain atas kemauannya


b) tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu
c) masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
d) secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu
di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
e) secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing
atau bagian dari negara asing tersebut;
f) tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan
untuk suatu negara asing;

Eks WNI ISIS ini sudah melanggar setidaknya sudah melanggar 1 hal di atas, meskipun ISIS
bukanlah negara tetapi mereka sudah secara sadar masuk secara illegal ke tanah Suriah dan sudah
menyatakan diri bukan orang Indonesia lagi. Hal ini membuat keputusan Indonesia untuk tidak
memulangkan mereka atas dasar kewarganegaraan menjadi logis.

Hal yang sangat menarik adalah adanya kesamaan sifat antara tokoh si bungsu dan eks WNI ISIS.
Si bungsu meminta harta bagiannya dari Ayah, sama seperti Eks WNI ISIS meminta haknya yaitu
kebebasan. Setelah itu, si bungsu pergi ke luar negeri yang jaraknya jauh, sama seperti Eks WNI ISIS
yang pergi ke luar negeri yaitu Suriah. Suatu saat negeri itu dilanda kelaparan, sama seperti ISIS hancur
karena kalah berperang. Hal ini berujung pada si bungsu ingin pulang ke negeri asalnya sama seperti eks
WNI ISIS.

Sebagai mahkluk yang diciptakan menurut gambar dan citra Allah (Kejadian 1:26) , harusnya
manusia mengikuti ajaran Allah yaitu kasih. Menurut saya, ketika seseorang sudah “bonyok” di sentil
Tuhan, sudah selayaknya ada orang yang membantu. Seharusnya Indonesia menunjukan rasa kasih yang
besar kepada Eks WNI tersebut, sama seperti reaksi Ayah kepada anaknya yang hilang. Memang tidak
mudah pada awalnya untuk menerima kehadiran mereka, tetapi Tuhan berfirman “Aku memberikan
perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu
demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34).
Meskipun hukum sudah berkata, kasih selalu menjadi yang utama. Jangan karena mereka sudah
berbuat jahat kepada kita, kejahatan juga yang kita kembalikan pada mereka. (Matius 18:22) “Aku
berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”.

Kuliah Umum juga menyinggung tentang video keberagaman pada awal kuliah. Manusia adalah
mahkluk sosial, mau tidak mau ia membutuhkan orang lain. Kita sebagai manusia boleh mempercayai
suatu keyakinan, tetapi bukan berarti orang lain mempercayai agama lain mereka tidak benar. Hendaknya
kita saling menghargai dan menghormati kepercayaan yang dianut orang lain, bukannya malah menghujat
dan memaki. Kita harus mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri (Matius 22:39)

Anda mungkin juga menyukai