Oleh
Tresna komalasari
NPM: 2017980084
KOMUNITAS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan rancangan pengkajian keperawatan
komunitas ini. Rancangan pengkajian keperawatan komunitas ini disusun untuk memenuhi
tugas Aplikasi Keperawatan Komunitas Dewasa II.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa rancangan pengkajian ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan rancangan pengkajian
berikutnya.
Akhir kata, semoga rancangan pengkajian ini bermanfaat dan membawa berkah
bagi kita semua dan dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas praktek keperawatan
komunitas.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Definisi Aggregate......................................................................................6
B. Dibetes militus pada usia dewasa...........................................................7
C. Pengkajian Keperawatan Komunitas.....................................................8
A. Desain Pengkajian.......................................................................................17
B. Populasi dan Sampel...................................................................................17
C. Tempat.............................................................................................................18
D. Waktu...............................................................................................................18
E. Alat Pengumpulan Data.............................................................................20
F. Prosedur Pengambilan Data......................................................................22
G. Rencana Analisis Data...............................................................................25
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
2
BAB 1
PENDAHULUAN
8
2.2. Tujuan Penulisan
2.2.1. Tujuan Umum
Menyusun rancangan pengkajian keperawatan komunitas pada aggregat usia
dewasa dengan masalah kesehatan Diabetes militus di Kelurahan Kramat Kota
Jakarta berdasarkan model community as partner dan Orem.
2.2.2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan model community as partner sebagai framework pengkajian
keperawatan komunitas pada aggregate usia dewasa dengan masalah kesehatan
Diabetes militus.
b. Menyusun instrument pengkajian pada aggregate usia dewasa dengan
masalah kesehatan Diabetes militus berdasarkan model community as
partner dan Orem di Kelurahan Kramat.
c. Memperoleh hasil pada aggregate usia dewasa dengan masalah kesehatan
Diabetes militus dengan menggunakan model community as partner dan Orem
di Kelurahan Kramat.
9
BAB 2
MODEL PENGKAJIAN
2. Teori psikososial
a. Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap
tahap pekembangan. Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan
pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan
adalah kebebasan (Padila, 2013:8).
b. Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap bertahan
secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit
otak (Padila, 2013:9).
3. Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :
a. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsuran-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial dewasa usia menurun, sehingga
sering terjadi kehilangan ganda meliputi :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak sosial
3. Berkurangnya komitmen.
b. Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang
dewasa usia merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas tersebut
selama mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas
aktifitas yang dilakukan (Padila, 2013:9).
4. Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
1. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia dewasa yang behubungan
dengan perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko bertambah.
2. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dengan intervensi
menjadi positif (Padila, 2013:9).
mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah systole > 140mmHg
dan diatole . 90 mmHg.Diabetes militus atau tekanan darah tinggi adalah suatu
penyakit salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan gagal
ginjal ( Muwarni, 2011 ;Zhao, 2013). Kaplan memberikan batasan Diabetes militus
dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin ( Soeparman dalam buku Udjianti, 2010).
a. Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan Diabetes militus bila tekanan darah pada
b. Pria berusia 45 tahun, dikatakan Diabetes militus bila tekanan darahnya lebih dari
145/95 mmHg.
c. Wanita, Diabetes militus bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg
2. Klasifikasi Diabetes militus
Sekitar 95% kasus Diabetes militus primer atau esensial merupakan Diabetes
militus yang sampai saat ini masih belum diketahui penyebabnya secara pasti
( Rudianto, 2013).
Pada sekitar 5% kasus Diabetes militus sekunder adalah Diabetes militus yang
Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala Diabetes militus yang sering terjadi
adalah:
2) Kelelahan
3) Keringat berlebihan
4) Tremor otot
5) Mual, muntah
Adapun menurut Sustrani,et al (2004), bahawa tanda dan gejala Diabetes militus
antara lain:
1) Sakit kepala
2) Jantung berdebar-debar
3) Sulit bernafas setelah bekerja keras
4) Mudah lelah
5) Penglihatan kabur
6) Dunia terasa berputar (vertigo)
7) Hidung berdarah
8) Wajah memarah
1) Diit
2) Merokok
3) kegiatan fisik (gaya hidup)
4) Obesitas
5) Stress
2) Stress
Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau ketegaan
3) Merokok
jantung yamg lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani,
2007).
f. Pencegahan Diabetes militus
2) Mencegah kegemukan
yaitu :
d) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45
sebanyak 3-4 kali seminggu.
Terdapat banyak jenis obat antiDiabetes militus saat ini. Untuk pemilihan
b) Penghambat simpatetik
resepin.
c) Betabloker
daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada penderita yang mengidap
gangguan pernapasan eperti asma bronchial. Pada orang tua terdapat gejala
d) Antagonis kalsium
militus tanpa efek samping, karena menggunakan bahan makanan yang lebih
2005).
Diabetes militus tidak boleh lebih dari 4 gram / hari bagi Diabetes
2013).
garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah
Syarat diit rendah garam adalah cukup energy. Protein, mineral dan
b) Memperbanyakan serat
makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan
yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal. Kalium
menjaga dari resiko lain< 800 miligram kalsium per hati (setara dengan 3
gelas susu) sudah lebih dari cukup. Sumber lain yang kaya kalsium
g) Mengetahui sayuran dan bumbu dapur yang ber manfaat untuk tekanan
darah.Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan
tekanan darah adalah:
(1) Tomat
(2) Wortel
(3) Seledri, sedikitnya 4 batang per hari dalam sup/ masakan lain
(4) Bawang putih, sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga digunakan
bawang merah dan bawang bombai
(5) Kunyit
(6) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah lainnya.
h) Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita Diabetes militus:
Table . Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
18
peliharaan, anggota masyarakat, struktur yang dibuat masyarakat, keindahan
alam, air, iklim, peta wilayah, dan luas daerah. Data dapat diperoleh melalui
sensus, wind shield survei, dan arsip, serta dokumen di kelurahan
Sub sistem lingkungan fisik adalah terkait kondisi tempat tinggal anak usia
sekolah dasar, kondisi sarana yang ada di sekitar lingkungan anak usia sekolah
dasar yang berhubungan dengan risiko gizi kurang termasuk dalam ketersediaan
sumber-sumber gizi untuk anak usia sekolah. Demikian juga lingkungan sekolah
dimana anak sekolah berada apakah ada sumber-sumber gizi seperti kantin
sekolah yang menyediakan makanan sehat dan bergizi
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Datanya dapat meliputi kejadian akut atau kronis di masyarakat, adanya
posyandu, Pelayanan makanan tambahan, klinik atau rumah sakit, pelayanan
kesehatan pribadi petugas kesehatan, pelayanan kesehatan masyarakat, fasilitas
pelayanan social, dan ketersediaan sumber intra dan ekstra komunitas yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Data dapat diperoleh dari wawancara,
windshield survei, badan perencanaan daerah, laporan tahunan fasilitas
kesehatan dan sosial, dan dinas kesehatan. Data-data yang diperoleh dapat
dikelompokkan berdasarkan pelayanan kesehatan dan sosial yang ada.
Pelayanan kesehatan seperti fasilitas ekstra dan intra komunitas seperti rumah
sakit dan klinik, perawatan kesehatan di rumah, fasilitas perawatan dewasa,
pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan emergensi. Data untuk setiap
fasilitas dikumpulkan terkait dengan berbagai pelayanan (tarif, waktu, rencana
pelayanan baru, pelayanan yang dihentikan), sumber (tenaga, tempat, biaya, dan
sistem pencatatan), karakteristik pengguna (distribusi geografik, profil
demografik, dan transportasi), statistik (jumlah pengguna yang dilayani tiap hari,
minggu, dan bulan), kesesuaian, keterjangkauan, dan penerimaan fasilitas
menurut pengguna maupun pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan sosial
seperti fasilitas ekstra dan intra komunitas misalnya adanya kelompok konseling
dan dukungan, pakaian, makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan khusus. Data
untuk setiap fasilitas dikumpulkan seperti pada pelayanan kesehatan.
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan subsistem yang berkaitan dengan risiko gizi kurang
pada anak usia sekolah dasar. Komunikasi yang digunakan masyarakat untuk
melakukan program pencegahan risiko gizi kurang pada anak usia sekolah
19
seperti media informasi cetak maupun elektronik. Data dapat diperoleh dari
wawancara, survei, kantor penerbitan dan siaran daerah, buku telepon dan
sensus.
d. Perekonomian
Perekonomian atau tingkat pendapatan keluarga dengan anak usia sekolah yang
bekerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan serta tempat kerja. Sedangkan
subsistem rekreasi pada pencegahan risiko gizi tidak terlalu relevan, namun
demikian dapat dilihat juga apakah fasilitas rekreasi terkait penyediaan nutrisi
atau pangan bagi anak usia sekolah
Ekonomi, meliputi keadaan komunitas (berkembang atau miskin), adanya pusat
industri, pertokoan, lapangan kerja, pusat perbelanjaan, badan pemeriksa
makanan, dan angka pengangguran. Data dapat diperoleh dari catatan sensus,
departemen perdagangan, departemen tenaga kerja, dan kantor serikat buruh
setempat.
e. Keamanan dan transportasi
Data keamanan dapat diperoleh dari kantor perencanaan daerah, berupa
penggunaan air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat, sanitasi lingkungan
yang berkaitan dengan gizi makanan, sedangkan transportasi mencakup sarana
dan prasarana masyarakat melakukan perjalanan, jenis kendaraan pribadi dan
umum, jalur khusus pejalan kaki, bersepeda dan pengendara motor, jalur
penyandang cacat, yang digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan gizi. Data transportasi dapat diperoleh dari sensus, dinas jalan raya,
dan dinas transportasi serta kepolisian daerah
f. Politik dan Pemerintahan
Meliputi kegiatan politik di masyarakat (seperti poster, rapat atau pertemuan
politik), partai apa yang berpengaruh di masyarakat, pembentukan pemerintahan
daerah (melalui pemilihan atau calon tunggal), keterlibatan warga dalam
pembuatan keputusan di pemerintah daerah setempat. Subsistem politik dan
pemerintahan dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut pencegahan risiko
gizi kurang pada anak sekolah, seperti kebijakan pemberian makanan tambahan
anak sekolah. Kebijakan dalam pemantauan status gizi anak, serja beberapa
kebijakan lainnya. Sedangkan untuk subsistem kesehatan dan pelayanan social
meliputi kejadian risiko gizi kurang yang dialami anak sekolah, penanganan
yang pernah diperoleh pada saat mengalami gizi kurang, pelayanan kesehatan
20
atau social yang dapat dimanfaatkan dalam pencegahan dan penanganan risiko
gizi kurang serta adanya keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan yang
adaData dapat diperoleh dari sensus, windshield survei, dan data pemerintah
daerah setempat.
g. Pendidikan
Mencakup ketersediaan sekolah, kondisi sekolah, perpustakaan, badan yang
mengurusi pendidikan di daerah tersebut terkait dengan fungsinya. Subsistem
pendidikan terkait pencegahan risiko gizi kurang adalah pengetahuan, sikap dan
pengalaman siswa, guru, keluarga, system sekolah dan masyarakat tentang
pencegahan risiko gizi kurang, cara penanganan dan peawatannya. Demikian
juga dengan informasi-informasi dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
terkait dengan pencegahan dan penanganan risiko gizi kurang. subsistem
pendidikan ini terintegrasi terkait gizi kurang anak sekolah. Subsistem keamanan
dan transportasi terkait pencegahan risiko gizi kurang pada anak usia sekolah
dasar meliputi akses untuk menuju pelayanan kesehatan serta keamanan
konsumsi pangan yang tersedia di lingkungan anak sekolah berada.
h. Rekreasi, meliputi pusat bermain anak, dengan mendata adanya makanan yang
tersedia ditempat rereasi tersebut. Data dapat diperoleh dari sensus, wawancara,
dan windshield survei.
4. Persepsi
a) Warga masyarakat, meliputi bagaimana perasaan warga terhadap masalah gizi
anak usia sekolah, apakah warga dianggap sebagai kekuatan masyarakat,
kesadaran warga terhadap masalah masyarakat. Data dapat diperoleh dari
wawancara dengan warga pada berbagai kelompok lansia, remaja, buruh,
pemuka agama dan masyarakat, dan pemerintahan.
b) Persepsi perawat, meliputi kesehatan masyarakat setempat, kekuatan yang ada di
masyarakat, masalah aktual dan potensial yang dapat diidentifikasi. Data dapat
diperoleh dengan observasi dan wawancara dengan warga masyarakat.
2.8 Teori Model Paradigma Keperawatan Dorothea Orem
Dorothea Elizabeth Orem adalah soerang teoritis keperawatan
terkemuka di amerika, Dorothea Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore,
Maryland. Pengalaman pendidikan Ia mengikuti pendidikan Diploma pada
tahun (1903), kemudaian medewasakan pendidikan di providene school of
Nursing di Washington DC dan mendapatkan gelar B.S. NE, kemudian Ia
medewasakan pendidikan di Catholik University of Amerika di Washington
DC dan mendapatkan gelar M.S.NE. Orem berfokus terutama pada
pengajaran, penelitian dan administrasi. Dia menjabat sebagai direktur
Rumahsakit Providence Sekolah Perawat di Detroit Michigan.
Model keperawatan yang terkenal adalah Model Self Care. Model self
care memberi pengertian bahwa pelayanan keperawatan dipandang dari suatu
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteaan
dengan keadaan sehat dan sakit. Model self care memiliki keyakinan dan nilai
yang ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan
tindakandan kemampuan yang yang dimilikinya. Self care dipahami sebagai
perilaku sukarela, dipandu oleh prinsip-prinsip yang memberikan arah untuk
bertindak, Self care merupakan suatu kegiatan belajar melalui hubungan
interpersonal dan komunikasi, Seseorang dewasa dipandang sebagai sesorang
yang mempunyai hak dan tanggung jawab merawat diri mereka sendiri untuk
mempertahankan kesehatan (Orem, 2001)
Terdapat delapan hal dalam Universal self care requisite berdasarkan
kebutuhan selama siklus hidup manusia disesuiakan dengan gender, usia,
negara, perkembangan, dan lingkungan sosial menurut Orem, 2001 adalah :
1. Pemeliharaan asupan udara yang cukup
2. Pemeliharaan asupan air
3. Pemeliharaan asupan makanan yang cukup (bentuk nutrisi; termasuk
protein dan asam amino, lemak, karbohidrat mineral dan vitamin)
4. Pemeliharaan proses eliminasi dan eksresi
5. Perawatan keseimbangan aktivitas dan tidur
6. Pemeliharaan keseimbangan antara interaksi sosial dengan kesendirian
7. Pencegahan terhadap bahaya bagi kehidupan manusia, fungsional
manusia (bagaimana manusia berfungsi secara optimal) dan
kesejahteraan manusia
8. Promosi fungsional manusia dalam membangun kelompok sosial
sesuai dengan potensi dan keterbatasan yang ada.
Riwayat kesehatan pada lansia dengan Diabetes militus antara lain pemeriksaan fisik pengkajian pemeriksaaan fisik meliputi
sistem kardiovaskluer, nutrisi dan life style.
2. Interaksi sosial
Masalah psikologis yang ada meliputi stresor internal maupun stressor eksternal
4. Demografi
Demografi merupakan hal dalam pengkajian self care pada lansia, dari beberapa riset yang ada status demografi lansia
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan Diabetes militus
5. Persepsi
Persepsi dalam hal ini meliputi bagaimana penilaian keluarga dan masyarakat dalam merawat lansia dengan Diabetes militus .
KISI KISI PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT LANSIA DENGAN DIABETES
MILITUS PADA MODEL KONSEPTUAL “SELF CARE” D.E. OREM
No Topik Sub Topik Sub- sub topik Item Pengkajian Metode Sumber data
A O W DS
1 Riwayat Kesehatan Pemeriksaan Sistem - Tekanan darah Lansia
Fisik kardiovaskuler terkontrol √
- Bunyi nafas vesikuler
- Respirasi normal
- Bunyi jantung reguler
Nutrisi - BB Ideal Lansia
- IMT Normal √
- Diit yang dianjurkan:
a. Rendah Kolesterol
b. Rendah Garam
c. Hindari makanan/
minuman yang
berpengawet
d. Cukup Karbohidrat,
Protein dan mineral
e. Hindari penyedap
rasa (vetsin)
Pemeliharaan Life Style - Berhenti merokok √ Lansia
kesehatan - Hindari alkohol
- Excerise cukup
KETERANGAN METODE :
A : ANGKET
O : OBSERVASI
W : WAWANCARA
DS : DATA SEKUNDER
BAB 3
INSTRUMEN PENGKAJIAN
Sub variable inti komunitas dan sub variable 8 subsistem dalam model
community as partner ini akan dijabarkan kedalam sub-sub variable agar memudahkan
dalam mengukur setiap elemen yang ada di komunitas. Sub-sub variable tersebut
berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam suatu angket/kuesioner. Angket
yang telah disusun tersebut diharapkan akan dapat mengukur setiap sub-sub variable
dalam inti komunitas dan 8 sub system dari model community as partner yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan komunitas pada populasi usia dewasa dengan
masalah kesehatan Diabetes militus.
Instrumen pengkajian yang telah disusun dalam suatu angket ini akan dilakukan
suatu uji keabsahan instrumen. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
angket yang disebarkan dapat dipahami oleh responden atau tidak. Uji validitas
dimaksudkan untuk mengetahui apakah aitem mempunyai kemampuan mengukur apa
22
yang akan diukur oleh peneliti. Uji reliabilitas dimaksudkan apakah item-item tersebut
konsisten untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2002).
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut benar-benar
mengukur apa yang perlu diukur yaitu dengan melihat korelasi antara skor tiap butir
dengan skor total (Sugiyono, 2002). Dari hasil uji coba kemudian dilakukan validitas
dan reliabilitas dengan teknik komputasi SPSS for windows formulasi alpha. Jika nilai
r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka aitem pertanyaan dalam instrumen tersebut
valid (tepat) untuk mengukur variable penelitian. Jika nilai hitung α dari cronbach lebih
besar dari 0.60 maka item pertanyaan dalam instrumen tersebut reliabel untuk
mengukur variabel penelitian. Jika aitem-aitem pertanyaan sudah valid dan reliabel
maka aitem-aitem tersebut bisa mengukur faktornya.
BAB 4
RENCANA PENGKAJIAN
4.1. Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit yang akan diteliti (Sabri & hastono, 2006)
Pada penelitian ini populasi adalah usia dewasa di Kelurahan Kramat, Kecamatan
Senen Jakarta Pusat. Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau
karakteristiknya dapat menduga karakteristik populasi (Sabri & Hastono, 2006). Pada
penelitian ini kritera inklusi sampel adalah keluarga yang didalamnya terdapat usia
Diabetes militus dengan yang tinggal di Kelurahan Kramat, Kecamatan Pasar Senen
Jakarta Pusat.
4.3. Responden
4.4. Metode
24
Sumber data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan
menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh
pengkaji. Data dikumpulkan secara langsung dari berbagai pihak yang terkait
dengan permasalahan kesehatan Diabetes militus pada usia dewasa.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung melalui
Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan Departemen Kesehatan
yang terkait dengan permasalahan kesehatan Diabetes militus pada usia dewasa
4.6. Waktu
Sarana pendukung dalam kegiatan pengkajian pada populasi usia dewasa dengan
masalah kesehatan Diabetes militus di Kelurahan Kramat Kecamatan Senen
Jakarta Pusat.ini adalah:
Rencana analisis data pengkajian terdiri dari beberapa tahap yaitu; editing,
coding, processing, dan cleaning. Analisis data deskriptif dilakukan secara univariat,
25
meliputi persentase usia dewasa berdasarkan jenis kelamin, jenis pendidikan, agama,
usia, dan jumlah usia dewasa yang mengalami masalah kesehatan Diabetes militus.
.
27