Anda di halaman 1dari 76

Instalasi Listrik Tenaga

Nanang Mulyono, S.T., M.T.

Program Studi Teknik Listrik


Jurusan Teknik Elektro
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Sistem Ketenagalistrikan (Permen ESDM No 04 tahun 2009) 

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       1
Contoh Jaringan Listrik Industri

Susunan Sirkit Akhir dengan Beban Motor Listrik

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       2
Motor Listrik

Kontruksi Motor Listrik

Keterangan gambar :
1. Motor Frame 7. Poros (Shaft)
2. The Laminationcore 8. Three-phasewinding
3 Laminatedmagneticcore
3. 9 Box terminal
9.
4. EndShields 10. Terminal
5. Kipas 11. Bearings
6. Tutup kipas 12. Barsandshort-circuitrings

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       3
Nameplate

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       4
Karakteristik torsi motor induksi terhadap kecepatan

Karakteristik torsi motor induksi terhadap kecepatan


Breakaway torque (MA) atau lock rotor torque
merupakan torsi rotor-terkunci pada keadaan diam. Nilai yang diberikan
oleh produsen motor memiliki toleransi dari -15% s/d +25%.

 Rated torque (Mn)


 Merupakan torsi-pengenal selama operasi pada daya-pengenal Pn dan
kecepatan-pengenal nn.
 Pada kondisi motor tanpa berbeban, Nilai torsi sangat rendah dan
mencakup gesekan internal.
 Ketika kondisi berbeban, kecepatannya agak turun dengan jumlah slip
s dan torsinya meningkat.
 Motor standar harus mampu memberikan rated torque pada operasi
terus-menerus tanpa melebihi batas suhunya dalam modus
pengoperasian tertentu (S2, S3 dan S6) rated torque dapat juga
dilampaui sampai tingkat tertentu, jika batas suhu tidak melebihi pada
range operasi-penuh.

 Pull-out torque (MK) atau break down torque atau stalling torque
 merupakan torsi maksimum yang diberikan oleh motor.
 Jika daya dinaikkan di atas beban-pengenal Pn maka besarnya slip
meningkat, besarnya kecepatan menurun, dan motor memberikan torsi
yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat dinaikan hingga nilai maksimum
MK (Pull-out torque) dimana motor menjadi tidak stabil, yakni,
kecepatannya tiba-tiba menurun pada nilai slip ini (berak-down slip)
dan kecepatan motor menjadi nol.
 Berdasarkan pada standar, pull-out torque (Mk) harus lebih besar sama
dengan 1.6 kali torsi-pengenal Mn (Mk ≥ 1.6 Mn) dan motor masih
aman dalam keadaan overload selama 15 detik (minimum) pada nilai
tegangan dan frekwensi-pengenalnya.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       5
Karakteristik torsi motor induksi terhadap kecepatan
 Pull-up torque (Ms) atau pull-through torque atau
pull in torque
 merupakan torsi terkecil selam akselerasi.Pada
hal apapun, Ms harus lebih besar daripada torsi
beban efektif (ML) secara silmultan/bersamaan
sejak motor dalam keadaan tidak dipercepat.
 Nilai minimum untuk Ms ditentukan dalam
standar untuk operasi tegangan-pengenal.

 Load torque (ML)


merupakan torsi-lawan
torsi lawan (counter-torque)
(counter torque) yang
merepresentasikan beban saat akselerasi.

 Acceleration torque (MB) merupakan selisih antara


torsi motor (MM) dikurangi torsi beban (ML).

Pada kerja-kontinyu dengan modus operasi S1 dan beban-pengenal Pn, motor berputar
dengan kecepatan-pengenal nn dan memberikan torsi-pengenal Mn. Dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
dengan
Mn = torsi-pengenal [Nm]
Pn = daya-pengenal [kW]
nn = kecepatan-pengenal [RPM]

Torsi Mn dapat juga dihitung dengan menggunakan data


elektri dari motor

Dimana
Mn = torsi-pengenal
i l [Nm]
[N ]
U = torsi-pengenal [V]
I = daya-pengenal [A]
cos  = factor daya
 = efisiensi
n = kecepatan pengenal [RPM]

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       6
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       7
If the load is driven through belts or gears at a speed different from that of the motor, the
effective value of

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       8
Electric motor Terminal marking

Electric motor Terminal marking
I. Three-phase asynchronous machines
1) Single three‐phase winding, three elements, open connection, six terminals

2) Single three-phase winding, delta connection, three terminals

3) Single three‐phase winding, internal–star connection with neutral conductor, four terminals

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       9
Electric motor Terminal marking
4) Single three-phase winding, two elements per phase, open connection, twelve terminals

5) Single three‐phase winding, four elements per phase, open connection, twenty‐four terminals

Electric motor Terminal marking
6) Single three‐phase winding, two elements per phase with four tapping points per element, open 
connection, thirty‐six terminals

7) Two separate three‐phase windings with two independent functions, two elements per 
phase, open connection, twenty‐four terminals

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       10
Electric motor Terminal marking
•Figure 8 – Two elements, internal connection, three terminals

•Figure 9 – Single three-phase winding, star connection, duplicate terminals for alternate connection, six terminals

•Figure 10 – Single three-phase winding, star connection, parallel terminals for shared current, six terminals

Electric motor Terminal marking
•Figure 11 – Three-phase wound-rotor, star connections with neutral conductors, eight terminals

II. Single‐phase asynchronous machines

a) Main and auxiliary winding, two elements

b) Single‐phase auxiliary winding, integrally connected capacitor, one element

c) Single‐phase main winding, integrally connected thermal protector, one element

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       11
Kontaktor

Electromagnetic contactor(Acc. IEC 60947)

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       12
Penandaan dan identifikasi terminal kontaktor (Acc. IEC 60947)

I. Penandaan dan Identifikasi terminal koil


Terminal dari koil untuk kontaktor elektromagnetik ditandai dengan huruf A1 dan A2

Untuk koil dengan tap, terminal tappings ditandai secara berurutan A3, A4, dll.


konsekuensi dari hal tsb, baik terminal masukan dan keluaran memungkinkan bernomor
genap atau ganjil

Untuk koil yang memiliki dua kumparan, terminal dari kumparan pertama ditandai A1, A2 


dan terminal dari kumparan kedua ditandai B1, B2

Penandaan dan identifikasi terminal kontaktor (Acc. IEC 60947)

II. Penandaan dan Identifikasi terminal sirkit utama


Terminal dari sirkit utama ditandai dengan nomor gambar tunggal dan sebuah sistem
p
apanumerik

II. Penandaan dan identifikasi terminal dari sirkit bantu


Terminal dari sirkit ditandai atau diidentifikasi pada diagram dengan dua nomor gambar:
Nomor satuan merupakan nomor fungsional
Angka puluhan merupakan nomor urut

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       13
Penandaan dan identifikasi terminal kontaktor (Acc. IEC 60947)

 Nomor fungsional
Nomor fungsional 1,2 dialokasikan pada sirkit dengan break contact dan nomor fungsional
3,4 pada sirkit dengan make contact.

Terminal sirkit dengan elemen kontak change‐over ditandai dengan nomor fungsional


1,2,4 

Penandaan dan identifikasi terminal kontaktor (Acc. IEC 60947)

 Nomor urut
 terminal milik elemen kontak yang sama harus ditandai dengan nomor urut yang 
sama
semua elemen kontak yang memiliki fungsi yang sama harus memiliki nomor urut
yang berbeda

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       14
Utilization Category
 Kategori utiliti peralatan mendefinisikan maksud aplikasi dan harus dikhususkan
pada standar peralatan yang relevan.

 Kategori utiliti peralatan dikarakteristikan oleh satu atau lebih dari Kondisi
pelayanan sebagai berikut : (tabel 7 & 8)
1. Arus
2. Tegangan
3. Faktor daya
y atau time‐constant
4. Selectivity
5. Kondisi pelayanan lainnya

 Star‐delta starter dan autotransformer starter (2 step) termasuk kategori utiliti AC3


 Rheostatic rotor starter termasuk
rotor starter termasuk kategori utiliti AC
AC‐2
2
 Semua DOL starter termasuk salah‐satu dari kategori utiliti: AC‐3; AC‐4; AC‐7b; AC‐
8a; AC‐8b

Utilization Category

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       15
Utilization Category

Jogging INCHING

Temperature rise limits

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       16
Contactor and Motor Starter

Breaking & Making Capacity

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       17
Contactor and Motor Starter

Contactor and Motor Starter

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       18
Contactor and Motor Starter

Contactor and Motor Starter

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       19
Penandaan
 karakteristik
 Tegangan kerja pengenal
 Kategori utiliti dan arus kerja (atau daya)
 Frekuensi untuk AC dan
AC dan simbol DC untuk
DC untuk DC
 Duty pengenal

Gawai Pengaman

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       20
FUSE
Daftar istilah menurut SPLN
•Fuse = pelebur/pengaman lebur; Sekring
•Fuse base = Rumah pelebur; rumah sekering
•Fuse carrier = pemikul sekering
•Fuse-element = elemen lebur
•Fuse link = batang pelebur
•Fusing factor = factor lebur
•Fusing ratio = rasio lebur
•Fuse-disconector = Pemisah lebur
•Fuse-switch
Fuse switch = Saklar lebur
•Arcing time = waktu busur
•Cut-off current = arus terpotong
•Current limiting fuse = sekering/pelebur pembatas arus
•Clearing time = waktu pembebasan
•Pre-arcing time or melting time = waktu prabusur atau waktu leleh

Fuse tidak secara instan/seketika membuka ketika arus melampau ratingnya. Fusible element
pada fuse, merespon untuk membangkitkan panas dengan arus yang melaluinya. Panas
merupakan fungsi dari I2t; fuse tersebut memiliki respon waktu-arus inverse.

FUSE

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       21
FUSE
Operasi dari fuse
•Melting time  Waktu yang dibutuhkan fusible element untuk menjadi panas pada titik dimana mulai
melebur
•Arcing time  waktu untuk elemen-pemutus untuk memisahkan dan untuk busur api yang dihasilkan
harus sepenuhnya
p y dipadamkan
p
•Total clearing time  Jumlah dari waktu melting ditambah waktu arcing

FUSE

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       22
FUSE

Tf : fusing time (pre‐arc)
Ta : arcing time
Ttb : total breaking time
: total breaking time

Figure 8‐12: short‐circuit current limited by a fuse

FUSE

Figure 3. Standarddized
Figure 2.  Fusing and non‐fusing zones for  fusing zones for a gM fuse
a gG fuse

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       23
FUSE
Table 1: rated currents and conventional currents for fuses

FUSE
Kelas fungsi dari Fuse
Digit pertama
 g adalah fuse-link dengan breaking-capacity skala penuh (proteksi terhadap beban lebih dan
hubung pendek)
 a adalah fuse link dengan breaking
fuse-link capacity skala terpisah (proteksi terhadap hubung pendek)
breaking-capacity
Digit kedua
 G untuk penggunaan pada kabel dan penghantar (fungsi umum)
 L untuk pengunaan pada kabel dan penghantar
 M untuk penggunaan pada switchgear
 T untuk penggnaan pada transformator
 R untuk penggunaan pada Semikonduktor
 B untuk
t k penggunaan pada
d system
t pertambangan
t b

 “gG” menandakan bahwa fuse-link dengan breaking capacity skala penuh untuk aplikasi umum.
Catatan: sering digunakan untuk proteksi sirkit motor, ketika karakteristiknya cocok untuk mampu
bertahan dari arus starting.
 “gM” menandakan bahwa fuse-link dengan breaking-capacity skala penuh untuk proteksi dari
sirkit motor.
 “aM” menandakan bahwa fuse-link dengan breaking capacity skala parsial untuk proteksi
dari sirkit motor.
 "gD” menandakan bahwa time‐delay fuse‐link dengan breaking‐capacity skala
penuh
 “gN” menandakan bahwa non-time-delay fuse-link dengan breaking-capacity skala penuh

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       24
FUSE

Circuit Breaker

Figure 4: standard operating curve for a Figure 5: standard operating curve for an 


thermal-magnetic circuit-breaker electronic circuit‐breaker

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       25
Circuit Breaker

Table 2. relation between Icu and cos (according to standard IEC 60947-2)

Table 3: relation between Icu , Icm and cos (according to IEC 60947-2)

Circuit Breaker

1. Supplementary Protector or Circuit Breaker 
Type
2. Ampere Rating
3 Ti C
3. Trip Curve
4. Voltage
6. Catalog Number
7. Interrupting Ratings (Icn) as per IEC 898
8. Interrupting Ratings (Icu) as per IEC 947‐2
9. Symbol of IEC Rated Circuit Breakers

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       26
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       27
Circuit Breaker

Circuit Breaker

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       28
Low Voltage Circuit Breaker (IEC 60898)
 Nilai nominal  arus nominal:
6 A, 8 A, 10 A, 13 A, 16 A, 20 A, 25 A, 32 A, 40 A, 50 A, 63 A, 80 A, 100 A and 125 A.

 Nilai
il i standar
d kapasitas
k i arus hubung
h b singkat:
i k
 1 500 A, 3 000 A, 4 500 A, 6 000 A, 10 000 A.
 Untuk nilai arus hubung singkat diatas 10 000 A  s/d 25 000 A disiapkan nilainya adalah
20 000 A.

Overload Relay

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       29
Overload Relay

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       30
Overload Relay

Overload Relay

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       31
Overload Relay

Overload Relay

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       32
Overload Relay
Penandaan dan identifikasi terminal overload relay
•Penandaan terminal sirkit utama overload relay
Penandaan terminal sirkit utama overload relayy sama dengan
g p penandaan
pada sisrkit utama kontaktor, yaitu ditandai dengan anggka dan abjad

•Penandaan sirkibantu overload relay


Penandaan terminal sirkit bantu overload relay sama dengan penandaan sirkit bantu
kontaktor dengan fungsi khusus, yang terdiri dari nomor fungsional dan nomor skuensial.
Nomor fungsi menggunakan angka 5,6 dan 8
Nomor skuensial menggunakan angka 9.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       33
MOTOR STARTER
MOTOR STARTER

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       34
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       35
Pemilihan motor dan metoda pengasutan
tergantung ada torsi beban,
beban karakteristik
pengasutan yang diinginkan (arus pengasutan,
akselerasi) dan karakteristik dari catu daya.
Instansi yang berwenang dapat menetapkan
peraturan yang mengharuskan dilakukannya
pembatasan arus asut sampai nilai tertentu bagi
motor dengan daya pengenal tertentu.
[PUIL2000:5 5 7 4][PUIL2011:510 5 7 4]
[PUIL2000:5.5.7.4][PUIL2011:510.5.7.4]

Locked- rotor Pull-up torque Breakdown Locked- rotor


Polyphase torque (percent rated torque (percent current (percent Slip Typical applications Relative
characteristics (percent rated load torque) rated load rated load efficiency
load torque) torque) current)

Fans, blowers, centrifugal


Design A pumps and compressors,
locked rotor torque a 65–190a motor-generator sets, etc.,
and high locked rotor 70–275 175–300 Not defined 0.5–5% where starting torque Medium or high
current requirements are relatively
low

Fans blowers,
Fans, blowers centrifugal
Design B pumps and compressors,
Normal locked-rotor 70–275a 65–190a 175–300a 600–800 0.5–5% motor-generator sets, etc., Medium or high
torque and normal where starting torque
locked-rotor current requirements are relatively
low

Conveyors, crushers,
Design C stirring machines, agitators,
High locked-rotor 200–285a 140–195a 190–225a 600–800 1–5% reciprocating pumps and Medium
torque and normal compressors, etc., where
locked-rotor current starting under load is
required

High peak loads with or


without flywheels such as
Design D punch presses, shears,
High locked-rotor 275 Not defined 275 600–800 Š5% elevators, extractors, Medium
torque and high slip winches, hoists, oil-well
pumping and wire-drawing
machines

IEC Design H 200–285a 140–195a 190–225a 800–1000 1–5% Conveyors, crushers, Medium
High locked rotor stirring machines, agitators,
torque and high reciprocating pumps and
locked rotor current compressors, etc., where
starting under load is
required
q

IEC Design N 70–190a 60–140a 160–200a 800–1000 0.5–3% Fans, blowers, centrifugal Medium or high
Normal locked-rotor pumps and compressors,
torque and high motor-generator sets, etc.,
locked rotor current where starting torque
requirements are relatively
low

NOTE—These typical characteristics represent common usage of the motors—for further details consult the specific performance standards for the
complete requirements.
Reprinted from NEMA MG10-2001 by permission of the National Electrical Manufacturers Association.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       36
Primary
Autotransformer* resistor or reactor Part winding†
50% 65% 80% Tap 65% Tap 80% Tap 2-step
Tap Tap Wye-delta
Starting current 28% 45% 67% 65% 80% 60%‡ 33 1/3 %
drawn from line
as percentage of
that which would
be drawn upon
full-voltage
starting‡
Starting torque 25% 42% 64% 42% 64% 50% 33 1/3 %
developed as Increases slightly with speed Increases greatly with speed
percentage of that
which would be
developed on full-
voltage starting
Smoothness of Second in order of Smoothness of reduced-voltage Fourth in order Third in
acceleration smoothness types. As motor gains speed, of smoothness order of
current decreases. Voltage drop smoothness
across resistor decreases and
motor terminal voltage increases
Starting current Adjustable within limits of Adjustable within limits of various Fixed
and torque various taps taps
adjustment
* Closed transition
† Approximate values only. Exact values can be obtained from motor manufacturer.
‡ Full-voltage start usually draws between 500% and 600% of full-load current

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       37
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       38
Single‐Pole Stator‐Resistance Starter

Rku  KUSA Resistance []
U  Voltage (VLL) [Volt]
Man  Starting torque [Nm]
Ian  Starting current [A]
Mku  Starting torque with KUSA resistance

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       39
• Motor 3fasa; P=90kW; 380V; In=168A; 
Torsi start Man = 2.5 Mn; 
Arus start Ian = 6.8In
• Diharapkan Torsi start  Mku = 0.7 Mn
• Tentukan Rv?
• Arus yg mengalir pd Rv?

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       40
Three‐Pole Stator‐Resistance Starter

Three‐Pole Stator‐Resistance Starter

RV  KUSA Resistance []
U      Voltage (VLL) [Volt]
Man  Starting torque
Starting torque
Ian  Starting current
MRV  Starting torque with KUSA resitance

• Motor 3fasa; P=90kW; 380V; In=168A; 
Torsi start Man = 2.5 Mn; 
Arus start Ian = 6.8In
• Diharapkan Torsi start  MRV = 0.7 Mn
• Tentukan Rv?

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       41
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       42
Pemilihan motor dan metoda pengasutan
tergantung pada torsi beban,
beban karakteristik
pengasutan yang diinginkan (arus pengasutan,
akselerasi) dan karakteristik dari catu daya.
Instansi yang berwenang dapat menetapkan
peraturan yang mengharuskan dilakukannya
pembatasan arus asut sampai nilai tertentu bagi
motor dengan daya pengenal tertentu. [PUIL
5 5 7 4]
5.5.7.4]

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       43
1) Pada keadaan awal merupakan keadaan
belitan stator motor dikonfigurasi
hubungkan bintang.

2) Pada keadaan ini K1M dan K3M energize

3) Keadaan transisi merupakan keadaan


peralihan dari hubungan bintang menjadi
hubungan delta pada konfigurasi belitan
stator motor. Dalam keadaan ini, motor 
dalam keadaan tidak bertegangan selama
beberapa milidetik saja. Komponen
saja. Komponen yang 
yang
bertanggung jawab untuk memerintahkan
changeover (konfigurasi motor berubah
dari hubungan bintang ke delta) adalah
timer on delay (K1T).

4) keadaan setelah transisi (setting waktu


K1T terpenuhi dan kontak‐kontaknya
berubah posisi dari terbuka menjadi
tertutup dan sebaliknya), belitan stator 
motor terkonfigurasi delta (K1M dan K2M 
energize) dan catu daya pada motor 
kembali tersedia.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       44
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       45
1) Pada keadaan awal merupakan keadan belitan
stator motor dikonfigurasi hubungkan
bintang. Pada keadaan ini K1 dan K2 energize

2) Keadaan transisi merupakan keadaan


peralihan
lih dari
d i hubungan
h b bi
bintang menjadi
j di
hubungan delta pada konfigurasi belitan
stator motor. Dalam keadaan ini, motor diberi
catu daya melalui resistansi selama beberapa
milidetik saja. Komponen yang bertanggung
jawab untuk memerintahkan changeover 
(konfigurasi motor berubah dari hubungan
bi t
bintang k delta) adalah
ke d lt ) d l h timer on delay (K7).
ti d l (K7)
Pada keadaan ini K1, K4 energize

3) keadaan setelah transisi merupakan keadaan


belitan stator motor terkonfigurasi delta dan
catu daya pada motor kembali tersedia. Pada
keadaan ini, K1 dan K3 enrgize.

 for max. 12 make‐breake operation/hour

 for max. 30 make‐breake operation/hour

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       46
Y‐ starter dg 2 Arah putar

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       47
Double Kecepatan dg belitan terpisah (1 arah putar)

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       48
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       49
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       50
Double Kecepatan dg belitan terpisah (2 arah putar)

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       51
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       52
1) membuat konfigurasi
autotrafo, yaitu hubungan
bintang (K1M energize)

2) memberikan catudaya kepada


autotrafo
f dari
d i jala‐jala
j l j l (K2M 
(K2M
energize). Pada kondisi ini, 
motor diasut dengan tegangan
tereduksi.

3) pada putaran/waktu tertentu, 


motor dihubungkan langsung
d
dengan j l j l (K3M energize) 
jala‐jala (K3M i )
dan sesaat autotrafo berfungsi
seperti inductor (K1M 
denergize).

4) Memutuskan hubungan
atotrafo dari jala‐jala dan
motor (K2M denergize). 
t (K2M d i )
Kondisi ini motor benar‐benar
disuplai langsung dari jala‐jala.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       53
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       54
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       55
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       56
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       57
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       58
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       59
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       60
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       61
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       62
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       63
Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       64
Motor, sirkit dan kendali
(SNI 0225:2011)
(SNI 0225:2011)

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       65
Sirkit motor [510.5.3.]

Konduktor sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA 


kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Di samping itu, untuk jarak jauh perlu
digunakan konduktor yang cukup ukurannya hingga tidak terjadi drop voltase yang 
berlebihan Konduktor sirkit akhir untuk motor dengan
berlebihan. Konduktor motor dengan berbagai daur kerja dapat
menyimpang dari persyaratan di atas asalkan jenis dan penampang konduktor serta
pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja tersebut.

Konduktor sirkit akhir yang mensuplai dua motor atau lebih, tidak boleh mempunyai


KHA kurang dari jumlah arus beban penuh semua motor itu ditambah 25 % dari arus
beban penuh motor yang terbesar dalam kelompok tersebut. Yang dianggap motor 
terbesar ialah yang mempunyai arus beban penuh tertinggi.

Bila pemanasan konduktor berkurang karena motor bekerja dengan daur kerja 
tertentu, seperti pembebanan singkat, intermiten, atau karena tidak semua motor 
bekerja bersamaan, dapat
bersamaan, dapat digunakan konduktor utama yang lebih
yang lebih kecil daripada
yang ditentukan dalam 510.5.3.2, asalkan konduktor tersebut mempunyai KHA cukup
untuk beban maksimum yang ditentukan oleh ukuran dan jumlah motor yang 
disuplai, sesuai dengan sifat beban dan daur kerjanya.

Proteksi beban lebih [510.5.4]


 Proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor, dan perlengkapan
kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai 
akibat motor tak dapat diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi, bila
bertahan cukup lama, akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada
motor tersebut.
Penggunaan
Dalam lingkungan dengan gas, uap, atau debu yang mudah terbakar atau mudah meledak, 
setiap motor magun, harus diproteksi terhadap beban lebih.

Setiap motor trifase atau motor berdaya pengenal satu daya kuda atau lebih, yang magun 
dan dijalankan tanpa pengawasan, harus diproteksi terhadap beban lebih.
 Gawai proteksi beban lebih motor terdiri atas GPAL dan GPHP. 
 Arus pengenal GPAL motor sekurang‐kurangnya 110% ‐ 115% arus pengenal motor. 
 Arus pengenal GPHP harus dikoordinasikan dengan KHA kabel. 
 KHA kabel (Iz) sesuai 510.5.3.1 adalah 125 % arus pengenal beban penuh motor (IB). 
Menurut persamaan pada Ayat 433.1 maka arus pengenal GPHP harus ≤ Iz,biasanya
nilainya di antara IB dan Iz

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       66
Proteksi beban lebih [510.5.4]
Penempatan unsur sensor
 Jika sekering digunakan sebagai proteksi beban lebih, sekering itu harus dipasang pada
setiap konduktor fase.

 Jika digunakan gawai proteksi yang bukan


yang bukan sekering, tabel
sekering tabel berikut menentukan penempatan 
penempatan
dan jumlah minimum unsur pengindera seperti kumparan trip, relai, dan pemutus termal.
 Gawai proteksi beban lebih yang bukan sekering, pemutus termal atau proteksi termal, harus
memutuskan sejumlah konduktor fase yang tak dibumikan secara cukup serta menghentikan
arus ke motor.

 Pemutus
P termal, relai arus
l l i l bih
lebih, atau gawaii proteksi
k i beban
b b lebih
l bih lainnya, yang tidak
l i id k mampu
memutuskan arus hubung pendek, harus diproteksi secukupnya dengan GPHP.

Proteksi beban lebih [510.5.4]


 Proteksi arus lebih untuk motor yang digunakan pada sirkit cabang serba guna harus diselenggarakan
sebagai berikut:
 Satu motor atau lebih tanpa proteksi beban lebih dapat dihubungkan pada sirkit cabang serba guna, 
hanya apabila syarat yang ditentukan untuk setiap dua motor atau lebih dalam 510.5.6 dipenuhi.

 Motor dengan nilai pengenal lebih dari yang ditentukan dalam 510.5.6 dapat dihubungkan pada sirkit 


cabang serba guna, hanya apabila tiap motor diproteksi beban lebih.

 Jika motor dihubungkan pada sirkit akhir serba guna dengan kontak tusuk, dan setiap proteksi beban
lebih ditiadakan menurut butir 1) di atas, nilai pengenal kontak tusuk tidak boleh lebih dari 16 A pada
125 V atau 10 A pada 250 V. Jika proteksi beban leb ih tersendiri, butir b) di atas mensyaratkan
proteksi tersebut harus merupakan bagian dari motor atau peranti bermotor yang dilengkapi tusuk
kontak. 

CATATAN Nilai pengenal kotak kontak harus sesuai dengan konduktor yang menyuplainya sehingga nilai
terse but dapat dianggap menentukan nilai pengenal sirkit tempat motor dihubungkan.

 GPBL, yang melindungi sirkit akhir tempat motor atau peranti bermotor dihubungkan, harus


mempunyai waktu tunda yang memungkinkan motor diasut dan mencapai putaran penuh.

 GPBL yang dapat mengulang asut secara otomatis setelah jatuh karena arus lebih, tidak boleh dipasang, 


kecuali bila hal itu diperbolehkan untuk motor yang diproteksi. Motor yang setelah berhenti dapat diulang
asut secara otomatis, tidak boleh dipasang bila ulang asut otomatis itu dapat mengakibatkan kecelakaan.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       67
Proteksi hubung pendek sirkit motor [510.5.5 ]
 Setiap motor harus diproteksi tersendiri terhadap arus lebih yang diakibatkan oleh hubung pendek, 
kecuali untuk motor berikut:
 Motor yang terhubung pada sirkit akhir, yang diproteksi oleh proteksi arus hubung pendek yang 
mempunyai nilai pengenal atau setelan tidak lebih dari 16 A.

G
Gabungan
b motor yang merupakan k bagian
b i daripada
d i d mesin i atau perlengkapan, asal
l k l setiap
i motor 
diproteksi oleh satu atau lebih relai arus lebih, yang mempunyai nilai pengenal atau setelah yang 
memenuhi 510.5.4.3 dan yang dapat menggerakkan sebuah sakelar untuk menghentikan semua motor 
sekaligus.
 Nilai pengenal atau setelan gawai proteksi
Nilai pengenal atau setelan gawai proteksi arus hubung pendek harus dipilih sehingga motor dapat diasut, 
sedangkan konduktor sirkit akhir, gawai kendali, dan motor, tetap diproteksi terhadap arus hubung pendek.

Untuk sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal, nilai pengenal atau setelan proteksi arus hubung pendek
tidak boleh melebihi nilai yang bersangkutan dalam Tabel 510.5‐2.

 Jumlah dan penempatan unsur pengindera gawai proteksi hubung pendek harus sesuai dengan persyaratan
mengenai gawai proteksi beban lebih dalam 510.5.4.4

 Gawai p
proteksi hubungg p
pendek harus dengan
g serentak memutuskan konduktor tak dibumikan yyang cukup
g p
jumlahnya untuk menghentikan arus ke motor.

 Jika tempat hubungan suatu cabang ke saluran utama tak dapat dicapai, proteksi arus lebih sirkit motor boleh
dipasang di tempat yang dapat dicapai, asal konduktor antara sambungan dan proteksi mempunyai KHA 
sekurang ‐kurangnya 1/3 KHA saluran utama, tetapi panjangnya tidak boleh lebih dari 10 m, dan dilindungi 
terhadap kerusakan mekanis.

Proteksi hubung pendek sirkit cabang [510.5.6]

 Suatu sirkit cabang yang menyuplai beberapa motor dan terdiri atas konduktor dengan
ukuran berdasarkan 510.5.3.2 harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih yang tidak
melebihi nilai pengenal atau setelan gawai proteksi sirkit akhir motor yang tertinggi
berdasarkan 510.5.5.2.3, ditambah
, dengan
g jjumlah arus beban p penuh semua motor lain yang 
y g
disuplai oleh sirkit tersebut.
CATATAN:
a) Lihat contoh pada akhir 510.5.6 ini. 
b) Jika dua motor atau lebih dari suatu kelompok harus diasut serentak, mungkin perlu
dipasang konduktor saluran utama yang lebih besar, dan jika demikian halnya maka perlu
dipasang proteksi arus lebih dengan nilai pengenal atau setelan yang sesuai.

 Untuk instalasi besar yang dipasangi sirkit yang besar sebagai persediaan bagi perluasan atau
perubahan di masa datang, proteksi arus lebih dapat didasarkan pada KHA konduktor sirkit
tersebut.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       68
Proteksi hubung pendek sirkit cabang [510.5.6]

Kendali [510.5.7]
Yang dimaksud dengan kendali ialah sarana yang mengatur tenaga listrik, yang dialirkan ke
motor dengan cara yang sudah ditentukan. Di dalamnya termasuk juga sarana yang biasa
digunakan untuk mengasut dan menghentikan motor.

Setiap motor harus
motor harus dilengkapi dengan kendali tersendiri, kecuali
tersendiri, kecuali dalam hal berikut:
a) Semua motor dengan daya pengenal tidak lebih dari 0,5 kW, yang disuplai oleh sirkit
cabang yang diproteksi oleh gawai proteksi hubung pendek dengan nilai pengenal atau
setelan tidak lebih dari 25 A, asal saja ada sakelar dalam ruang yang sama, yang dapat
memutuskan suplai ke motor tersebut.
b) Semua motor dengan daya pengenal tidak lebih dari 0,5 kW, yang dihubungkan ke catu
daya dengan tusuk kontak.
c) Semua motor yang merupakan bagian dari satu perkakas atau mesin, asal saja tersedia
suatu sakelar bersama bagi semua motor tersebut.
Desain kendali
Tiap kendali harus mampu mengasut dan menghentikan motor yang dikendalikannya. 
Untuk motor a.b. kendali harus mampu memutuskan arus motor yang macet.
Suatu pengasut jenis ototransformator harus menyediakan satu kedudukan buka, satu 
kedudukan jalan dan sekurang ‐kurangnya satu kedudukan asut. Pengasut jenis 
ototransformator harus didesain sedemikian sehingga tidak dapat berhenti pada kedudukan
yang membuat proteksi arus lebih tak bekerja.
Reostat untuk mengasut motor harus didesain sedemikian sehingga lengankontak tidak
dapat diam berhenti pada segmen antara.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       69
Kendali [510.5.7]
 Instansi yang berwenang dapat menetapkan peraturan yang mengharuskan dilakukannya
pembatasan arus asut sampai nilai tertentu bagi motor dengan daya pengenal tertentu.

 Bilamana motor dan mesin yang digerakkannya tidak tampak dari tempat kendali, instalasi 
harus memenuhi salah satu syarat berikut:
harus memenuhi salah satu syarat berikut:
a) Sarana pemutus kendali dapat dikunci dalam keadaan terbuka.
b) Sakelar yang digerakkan dengan tangan, yang memutuskan hubungan motor dengan
suplai dayanya, dipasang di tempat yang tampak dari tempat motor.

 Kemungkinan yang dapat mengakibatkan bahaya pengasutan kembali secara otomatik
setelah motor berhenti
motor berhenti ka rena
ka rena penurunan voltase atau pemutusan suplai, harus
suplai harus dicegah
dengan cara yang tepat.
Sirkit kendali
 Sirkit kendali harus diatur sedemikian sehingga akan terputus dari semua sumber suplai, 
jika sarana pemutus dalam keadaan terb uka. Sarana pemutus boleh terdiri atas dua gawai, 
satu diantaranya memutuskan hubungan motor dan kendali dari sumber suplai daya untuk
motor dan yang lain memutuskan
motor, dan yang lain memutuskan hubungan sirkit kendali dari suplai dayanya. Bilamana
dayanya Bilamana
digunakan dua gawai terpisah, kedua nya harus ditempatkan berdampingan.

 Bilamana digunakan transformator atau gawai lain untuk memperoleh voltase yang lebih


rendah bagi sirkit kendali dan ditempatkan pada kendali, transformator atau gawai lain 
tersebut harus dihubungkan ke sisi beban sarana sirkit kendali.

Sarana pemutus [510.5.8]


 Subpasal motor harus dilengkapi syarat bagi sarana pemutus, yakni gawai yang memutuskan 
hubungan motor dan kendali dari sirkit sumber dayanya. 

 Setiap motor harus dilengkapi dengan sarana pemutus tersendiri, kecuali motor dengan daya


pengenal tidak lebih dari 1,5 kW. Untuk
1 5 kW Untuk voltase rumah (domestik) sarana
(domestik) sarana pemutus dapat
digunakan untuk melayani sekelompok motor dalam hal berikut:
a) Bilamana sekelompok motor menggerakkan beberapa b agian dari satu mesin atau
perlengkapan, seperti perkakas listrik, dan alat pengangkat.
b) Bilamana sekelompok motor diproteksi oleh satu perangkat proteksi arus lebih
sebagaimana dibolehkan dalam 510.5.5.1.
c) Bilamana sekelompok motor berada dalam satu ruang dan tampak dari tempat sarana 
Bilamana sekelompok motor berada dalam satu ruang dan tampak dari tempat sarana
pemutus.
Syarat bagi sarana pemutus
 Sarana pemutus harus dapat memutuskan hubungan antara motor serta kendali dan
semua konduktor suplai yang tak dibumikan, dan harus didesain sedemikian sehingga tidak
ada kutub yang dapat dioperasikan tersendiri.
 Sarana pemutus harus dapat menunjukkan dengan jelas apakah sarana tersebut pada
kedudukan terbuka atau tertutup.
 Sarana pemutus harus mempunyai kemampuan arus sekurang ‐kurangnya 115% dari arus
beban penuh motor.
 Sarana pemutus yang melayani beberapa motor atau melayani motor dan beban lainnya, 
harus mempunyai kemampuan arus sekurang ‐kurangnya 115% dari jumlah arus beban 
pada keadaan beban penuh.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       70
Sarana pemutus [510.5.8]
Penempatan sarana pemutus

 Sarana pemutus harus ditempatkan sedemikian sehingga tampak dari tempat kendali. 

 Jika sarana pemutus yang letaknya jauh dari motor, maka harus dipasang sarana pemutus 
lain berdekatan dengan motor, atau sebagai gantinya, sarana pemutus yang letaknya jauh
harus dapat dikunci pada kedudukan terbuka.

 Jika motor menerima daya listrik lebih dari satu sumber, maka harus dipasang sarana
pemutus tersendiri untuk setiap sumber daya.

Pencegahan terhadap sentuh langsung [510.5.9]


 Bagian aktif yang terbuka pada motor dan kendali yang bekerja pada voltase ke bumi di
atas 50 V harus dihindarkan dari sentuh tak sengaja dengan selungkup atau dengan salah
satu cara penempatan sebagai berikut:

a) dipasang dalam ruang atau pengurung yang hanya


yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang 
yang
berwenang.

b) dipasang di atas balkon, serambi, atau panggung yang ditinggikan dan diatur hingga


tercegahlah sentuhan oleh orang yang tak berwenang.

c) ditempatkan 2,5 meter atau
2 5 meter atau lebih di atas lantai.
lantai

d) dilindungi palang bagi motor yang bekerja pada sistem voltase 1000 V atau kurang. Untuk


lengkapnya lihat 3.4.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       71
Pembumian [510.5.10]

 BKT motor stasioner harus dibumikan jika terdapat salah satu keadaan berikut:


a) Motor disuplai dengan konduktor terbungkus logam;

b)) Motor ditempatkan
p di tempat
p basah dan tidak terpencil
p atau dilindungi;
g;
c) Motor ditempatkan dalam lingkungan berbahaya;

d) Motor bekerja pada voltase ke bumi di atas 50 V.

 BKT motor stasioner, yang bekerja pada voltase di atas 50V ke bumi, harus
dibumikan atau dilindungi dengan cara insulasi ganda yang disahkan, atau dengan cara lain 
yang setaraf.

Resistor dan reaktor [510.11 ]


(SNI 0225:2011)
(SNI 0225:2011)

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       72
Resistor dan reaktor [510.11 ]
I. Resistor dan reaktor tidak boleh ditempatkan di tempat yang mudah terkena kerusakan
mekanis. Bila ditempatkan dekat barang yang mudah terbakar, resistor dan reaktor harus dari
jenis direndam dalam minyak atau tertutup dalam kotak atau lemari logam.

II. Kecuali jika dipasang pada panel penghubung


panel penghubung yang terbuat
yang terbuat dari bahan yang tidak
yang tidak dapat
terbakar, dan kecuali kalau dipasang seperti dinyatakan dalam 510.11.1.3, resistor dan reaktor
harus dipisahkan dari bahan yang da pat terbakar dengan jarak tidak kurang dari 30 cm. 

III.Bila ditempatkan dalam jarak 30 cm dari bahan yang dapat terbakar, resistor dan reaktor


harus dipasang sesuai persyaratan sebagai berikut:
a) Resistor atau reaktor harus dipasang pada panel atau landasan yang dibuat dari bahan
yang tidak terbakar dan tidak dapat menyerap air, seperti beton, marmer, dan sebagainya.

b) Landasan harus mempunyai luas melebihi pinggiran perlengkapan, dan harus mempunyai


tebal sebanding dengan ukuran dan berat perlengkapan tetapi tidak boleh kurang dari 1 
cm.
c) Landasan harus dipasang secara kuat di tempatnya dengan dudukan yang bebas dari alat
pengukuh perlengkapan pada landasan.

Resistor dan reaktor [510.11 ]

IV. Pencegahan sentuhan diatur sebagai berikut:


a) Elemen resistor harus dicegah secara b aik terhadap sentuhan yang tidak sengaja, baik
dengan mengatur maupun dengan memberinya alat pelindung khusus.

b) Jika untuk maksud ini digunakan selubung pelindung, pelindung ini harus dibuat dari
bahan tahan api mempunyai kekuatan mekanis memadai.

IV. 510.11.1.5 Persyaratan mengenai reostat adalah sebagai berikut:


a) Poros pelayanan reostat tidak boleh bervoltase

b) Reostat harus disusun sedemikian sehingga pada pelayanan yang baik dan tepat tidak 
dapat timbul busur api yang menyala terus.

c) Dalam ruang berdeb u dan dalam ruang dengan bahaya yang lebih besar atau bahaya
ledakan, reostat harus dipasang dalam lemari logam, yang kedap debu dan tahan
ledakan.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       73
Resistor dan reaktor [510.11 ]

V. Persyaratan mengenai kontak adalah sebagai berikut:


a) Kontak yang tetap atau dapat bergerak harus direncanakan sedemikian sehingga bunga
api dapat diperkecil sampai minimum.

b) Kontak reostat harus dilindungi terhadap sentuhan dengan selungkup yang kuat, dapat


dibuka, dibuat dari bahan yang baik dan tidak dapat terbakar.

c) Kecuali jika membahayakan, persyaratan dalam butir b) tidak berlaku dalam ruang kerja
listrik terkunci, ruang percobaan bahan listrik, dan laboratorium elektroteknik.

V. Reaktor harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar dan harus dipasang pada 
landasan yang tidak dapat terbakar pula.

VI. Bila kotak atau wadah resistor atau reaktor hendak dipasang pada permukaan yang rata, 
hanya dudukannya saja yang boleh menempel pada permukaan; antara permukaan dan
p ruangg udara p
kotak harus terdapat paling sedikit
g 6 mm.

VII. Konduktor yang diinsulasi dan dipakai untuk menghubungkan elemen resistor dengan
gawai kendali harus tahan terhadap suhu kerja tidak kurang dari 90 oC. Pengecualian : Boleh
juga digunakan insulasi konduktor jenis lain gawai asut motor.

Peranti pemanas
(SNI 0225:2011)
(SNI 0225:2011)

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       74
Peranti pemanas
Peranti pemanas harus didesain, dipasang, dihubungkan, dan/atau dilindungi sedemikian
sehingga :
 Pengoperasian dan pemeliharaannya tidak menyebabkan bahaya terluka oleh gejala api, dan 
kerusakan mata oleh penyinaran cahaya;

 Tidak mungkin terjadi sentuhan yang tidak sengaja dengan bagian yang bervoltase dalam
keadaan kerja normal;

 Bagian luar pada keadaan kerja normal, tidak mempunyai suhu yang dapat membahayakan
atau merusak barang di dekatnya.

Bahan peranti pemanas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


Harus tahan lembab, tahan panas, dan cukup tahan kerusakan mekanis.

Harus tetap memiliki daya insulasi, juga pada suhu yang tinggi.

Bagian yang dipasangi
yang dipasangi elemen pemanas yang bervoltase, atau
yang bervoltase atau yang mudah
yang mudah terkena busur
api atau logam yang berpijar, harus terbuat dari bahan yang tidak terbakar.

Peranti pemanas

Pembumian[510.12.3 ]
 BKT peranti pemanas yang dipakai dalam ruang lembab atau sangat panas, selama
terhubung pada sumber listrik harus diproteksi terhadap sentuh tak langs ung sesuai
dengan
g ppersyaratan
y 3.3. [510.12.3.1]
[ ]

 Persyaratan dalam 510.12.3.1 di atas berlaku pula untuk semua peranti pemanas portabel
dengan daya lebih dari 2 kW.[ 510.12.3.2 ]

Pemberian tanda [510.12.4 ]


 Pada peranti pemanas harus terdapat keterangan tentang voltase a tau batas voltase
p p p g g atau
batas voltase yang diperbolehkan untuk penggunaan peranti itu, dan juga arus pengenal
serta dayanya. [510.12.4.1 ]

 Pada elemen pemanas, jika mungkin, harus terdapat keterangan tentang voltase yang 


diperbolehkan untuk elemen itu dan r esistansinya pada 30 oC, yang dicantumkan
sedemikian sehingga meskipun telah lama digunakan tetap dapat dibaca dengan jelas. 
[510.12.4.2 ]

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       75
Peranti pemanas
Lengkapan [510.12.5 ]
 Untuk semua peranti seterika dan pemanas listrik portabel dengan daya lebih dari 50 W, 
yang menghasilkan suhu lebih dari 120 oC pada permukaan yang dapat bersentuhan
dengan kabel penghubungnya, kabel penghubung ini dari jenis tahan panas.

 Peranti seterika dan pemanas portabel, yang akan digunakan pada barang yang mudah


terbakar harus dilengkapi dengan alat penyangga yang sesuai. Alas penyangga tersebut
dapat merupakan bagian dari alat itu sendiri, atau merupakan suatu bagian yang terpisah.
Konstruksi [510.12.6 ]
Peranti pemanas yang dicelupkan, harus dibuat dan dipasang sedemikian sehingga bagian
yang mengalirkan arus listrik tetap terinsulasi dengan baik dari cairan di mana alat
yang mengalirkan
tersebut dicelupkan.
Gawai pembatas [510.12.7 ]
Peranti pemanas air, yang dipasang tetap harus dilengkapi dengan gawai pembatas suhu 
dan katup pelepas tekanan. Peranti pemanas demikian harus diberi tanda peringatan yang 
mencatumkan keharusan tersebut.

Peranti pemanggang roti, tungku pembuat kue portabel harus dilengkapi gawai pembatas 
suhu untuk memutuskan arus.
CONTOH Ceret pemasak air, penanak nasi, pemanas sayuran dan pelat masak.
Peranti pemanas badan harus dibuat dengan insulasi ekstra atau diberi proteksi tambahan. 
Gawai pemanasnya harus diberi pembatas suhu untuk memutuskan arus.

Peranti pemanas
Pemanas zat cair [510.12.8 ]
Peranti untuk memanas kan zat cair harus disusun sedemikian sehingga zat cair itu tidak
dapat masuk ke dalam ruang yang disediakan untuk menempatkan elemen pemanasnya, 
meskipun telah lama digunakan.

Keadaan ruang [510.12.9]


 Dalam ruang yang mengandung bahan yang d apat terbakar, campuran debu dan udara
yang mudah meledak, bahan yang mudah menyala, atau bahan peledak, elemen pemanas
harus tertutup kedap debu.

 Dalam ruang yang mengandung gas atau uap yang mudah menyala atau meledak, elemen


pemanas harus tertutup kedap gas.

Instalasi Listrik Tenaga                                                 
Nanang Mulyono                                                                                     
Politeknik Negeri Bandung       76

Anda mungkin juga menyukai