Fix
Fix
Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan limbah
cair mengingat penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam pembuatan semen, tidak
menyertakan penggunaan air. Hanya sebagian kecil saja air limbah yang dihasilkan dalam
bentuk air limpasan dari proses pendinginan, yang dialirkan kembali ke empat
Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis, yakni
material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal (rusak atau bekas pakai).
Material rusak adalah material dari proses produksi pembuatan semen yang gagal, sehingga
pengelolaannya dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali melalui proses daur ulang.
Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk pelumas bekas, PT Semen
Gresik ( Persero ) Tbk memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang ketat. Sebagian
besar pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan
pabrik, yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas bagus dalam prosedur
dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil sludge untuk dibakar
Semen mempunyai empat komponen bahan kimia utama yaitu kapur (batu kapur), silika
(pasir), alumina (tanah liat) dan besi oksida (biji besi). Sedikit gipsum biasanya
atau pabrik semen tentulah mempunyai limbah dari pengolahan-pengolahan bahan baku
tersebut, di antaranya NOx, Sox, CO, HK, bau dan partikel yang termasuk limbah gas dan
limbah B3. Gas yang dihasilkan ini, ditanggulangi dengan menggunakan gas adsorben, yang
dapat menyerap gas – gas yang berbahaya tersebut, sehingga buangan gas yang dihasilkan
Pemanasan global dan perubahan iklim menjadi ancaman nyata yang berpotensi
kelompok usaha yang terdiri dari tiga perusahaan industri semen, kami dengan kesadaran
perubahan iklim sebagai realisasi dari Protokol Kyoto. Bentuk dukungan yang diberikan
antara lain dengan pengendalian baku mutu emisi atau gas buang, terutama untuk emisi
yang termasuk gas rumah kaca, gas penyebab penipisan lapisan ozon dan gas yang
Selama periode pelaporan kami telah melakukan perhitungan total emisi karbon dalam
bentuk CO2 sekitar 7.043.500 ton (gross absoulut CO2 emission), yang secara berpotensi
menimbulkan efek rumah kaca pemicu pemanasan global dan perubahan iklim. Sebagian
besar CO2 dihasilkan dari proses penggunaan bahan bakar fosil dalam proses produksi
Menyadari besarnya dampak yang diakibatkan emisi gas rumah kaca, maka kami telah
melakukan beberapa inisiatif yang ditujukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Di
antaranya dengan konservasi energi untuk menggantikan pemakaian bahan bakar fosil
termasuk batubara, dengan pemakaian sekam padi yang lebih ramah lingkungan karena
mengeluarkan CO2 lebih sedikit. Selain itu kami juga memastikan setiap kendaraan
menjalani uji emisi yang dilakukan berkala setiap enam bulan, bekerjasama dengan Dinas
Perhubungan setempat.
Kami juga memberikan perhatian terhadap upaya pengurangan penipisan lapisan ozon.
Secara khusus kami belum menghitung potensi jumlah gas pemicu penipisan lapisan ozon
yang dihasilkan dari proses produksi maupun kegiatan pendukung lainnya. Walaupun
demikian, secara terbatas kami telah melakukan pendataan peralatan berbasis penggunaan
gas chloroflourocarbon (CFC), penyebab utama penipisan dan rusaknya lapisan ozon di
atmosfer karena radikal bebasnya mampu menguraikan ikatan O3 di udara. Secara bertahap
berbasis penggunaan CFC dengan teknologi yang ramah lingkungan, sehingga pelepasan
Secara ringkas, aktivitas yang terkait langsung dengan upaya mengurangi efek
terak.
7. Penggantian halon atau BCF sebagai bahan pengisi APAR (alat pemadam api ringan)
8. Penggantian secara bertahap freon AC kantor dan kendaraan dari R11, R12, R22