Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Penanganan Limbah hasil produksi

Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan limbah

cair mengingat penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam pembuatan semen, tidak

menyertakan penggunaan air. Hanya sebagian kecil saja air limbah yang dihasilkan dalam

bentuk air limpasan dari proses pendinginan, yang dialirkan kembali ke empat

penampungan melalui mekanisme sirkulasi tertutup untuk kemudian digunakan kembali.

Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis, yakni

material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal (rusak atau bekas pakai).

Material rusak adalah material dari proses produksi pembuatan semen yang gagal, sehingga

pengelolaannya dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali melalui proses daur ulang.

Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk pelumas bekas, PT Semen

Gresik ( Persero ) Tbk memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang ketat. Sebagian

besar pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan

pabrik, yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas bagus dalam prosedur

perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan kembali

dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil sludge untuk dibakar

dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.

Semen mempunyai empat komponen bahan kimia utama yaitu kapur (batu kapur), silika

(pasir), alumina (tanah liat) dan besi oksida (biji besi). Sedikit gipsum biasanya

ditambahkan pada saat penghalusan untuk memperlambat pengerasan.Suatu Industri semen

atau pabrik semen tentulah mempunyai limbah dari pengolahan-pengolahan bahan baku
tersebut, di antaranya NOx, Sox, CO, HK, bau dan partikel yang termasuk limbah gas dan

limbah B3. Gas yang dihasilkan ini, ditanggulangi dengan menggunakan gas adsorben, yang

dapat menyerap gas – gas yang berbahaya tersebut, sehingga buangan gas yang dihasilkan

tidak mencemari lingkungan. Sedangkan limbah berupa padatan, ditanggulangi dengan

menggunakan alat elektrostatik presipitator.

3.2.1 Pengendalian Emisi

Pemanasan global dan perubahan iklim menjadi ancaman nyata yang berpotensi

mengganggu keberlanjutan kegiatan operasi maupun usaha kami. Karenanya sebagai

kelompok usaha yang terdiri dari tiga perusahaan industri semen, kami dengan kesadaran

penuh mendukung program pemerintah dalam partisipasi mencegah berlangsungnya

perubahan iklim sebagai realisasi dari Protokol Kyoto. Bentuk dukungan yang diberikan

antara lain dengan pengendalian baku mutu emisi atau gas buang, terutama untuk emisi

yang termasuk gas rumah kaca, gas penyebab penipisan lapisan ozon dan gas yang

mengancam kesehatan manusia.

Selama periode pelaporan kami telah melakukan perhitungan total emisi karbon dalam

bentuk CO2 sekitar 7.043.500 ton (gross absoulut CO2 emission), yang secara berpotensi

menimbulkan efek rumah kaca pemicu pemanasan global dan perubahan iklim. Sebagian

besar CO2 dihasilkan dari proses penggunaan bahan bakar fosil dalam proses produksi

maupun kegiatan pendukung lainnya.

Menyadari besarnya dampak yang diakibatkan emisi gas rumah kaca, maka kami telah

melakukan beberapa inisiatif yang ditujukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Di
antaranya dengan konservasi energi untuk menggantikan pemakaian bahan bakar fosil

termasuk batubara, dengan pemakaian sekam padi yang lebih ramah lingkungan karena

mengeluarkan CO2 lebih sedikit. Selain itu kami juga memastikan setiap kendaraan

bermotor, baik untuk keperluan penambangan maupun pengangkutan produk, selalu

menjalani uji emisi yang dilakukan berkala setiap enam bulan, bekerjasama dengan Dinas

Perhubungan setempat.

Kami juga memberikan perhatian terhadap upaya pengurangan penipisan lapisan ozon.

Secara khusus kami belum menghitung potensi jumlah gas pemicu penipisan lapisan ozon

yang dihasilkan dari proses produksi maupun kegiatan pendukung lainnya. Walaupun

demikian, secara terbatas kami telah melakukan pendataan peralatan berbasis penggunaan

gas chloroflourocarbon (CFC), penyebab utama penipisan dan rusaknya lapisan ozon di

atmosfer karena radikal bebasnya mampu menguraikan ikatan O3 di udara. Secara bertahap

dan berkesinambungan masing-masing Perseroan telah memulai penggantian peralatan

berbasis penggunaan CFC dengan teknologi yang ramah lingkungan, sehingga pelepasan

CFC ke udara bisa diminimalkan bahkan ditiadakan.

Secara ringkas, aktivitas yang terkait langsung dengan upaya mengurangi efek

pemanasan global (global warming) adalah :

1. Implementasi CDM (Clean Development Mechanism)

2. Melakukan peningkatan dan rekondisi peralatan pabrik serta pengendalian operasi

pabrik dalam rangka penghematan energi.

3. Meningkatkan kapasitas produksi sehingga indeks kebutuhan bahan bakar/produk


menjadi lebih kecil.

4. Meningkatkan produksi blended cement dan optimalisasi penggunaan substitusi

terak.

5. Pemasangan filter harmoni untuk efisiensi penerimaan listrik dari PLN.

6. Pemanfaatan bahan bakar alternatif.

7. Penggantian halon atau BCF sebagai bahan pengisi APAR (alat pemadam api ringan)

dengan AF11, AF11e dan dry powder.

8. Penggantian secara bertahap freon AC kantor dan kendaraan dari R11, R12, R22

menjadi hidrokarbon R134.

Anda mungkin juga menyukai