Konsep Kesenian Profetik Dan Implementas PDF
Konsep Kesenian Profetik Dan Implementas PDF
NOTA PEMBIMBING
Nota Dinas
Hal : Tesis Saudara Wawan Kardiyanto
Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya serahkan ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang
semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa tesis ini hasil jiplakan, maka gelar dan ijazah yang diberikan oleh universitas batal saya
terima.
Wawan Kardiyanto
4
MOTTO
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
5
PERSEMBAHAN
ABSTRAK
Penelitian yang bertema konsep kesenian profetik dan implementasinya dalam pendidikan
Islam ini didasarkan atas latar belakang maraknya kreasi seni yang dipengaruhi oleh konsep dan
atau teori seni untuk seni (L’art pour L’art) yang condong menampilkan kreasi seni bebas nilai
yang cenderung menegasikan nilai-nilai etika, estetika dan kebenaran. Penelitian ini mencoba
menggagas konsep seni profetik yang akan lebih memberi manfaat dan tujuan jelas ke mana seni
harus dibawa, yaitu tetap bersinergi dengan kepentingan etika, estetika dan kebenaran.
epistemologis maupun axiologis. Pendasaran ini berangkat dari misi profetis agama-agama yang
juga mempunyai kepedulian terhadap tegaknya etika, estetika dan kebenaran. Misi profetis agama
merupakan gerakan profetis melalui teologi yang menjadi ideologi revolusioner yang selalu
mengusung perubahan peradaban. Disinilah gerakan etika profetik dalam agama-agama membumi
menjadi implementasi sosial termasuk di dalamnya seni. Penelitian ini juga untuk mengetahui dan
memahami praksis seni profetik dalam pendidikan Islam. Islam sebagai rahmatan lil alamin tentu
tidak menutup mata dalam ikut serta ber-fastabiqul khairat mengembangkan kemajuan peradaban
analisa Heuristik; yaitu mencari pemahaman baru dengan melakukan pendeskripsian, refleksi
Kesimpulan penelitian ini adalah kesenian profetik sebagai sebuah konsep yang positif
konsep tujuan dan nilai berkesenian. Penelitian ini juga membuat resep teoritis implementasi seni
profetik dalam pendidikan Islam. Seni profetik dalam pendidikan Islam adalah sesuatu yang mesti
dipentingkan sebagai tawaran kreativitas metode syiar. Seni yang Islami dan profetis akan
membuat kehidupan umat menjadi lebih indah dalam syariat Islam yang telah ditentukan.
ABSTRAC
The research based on the background of art creation glowing that was influenced by the
art concept for art itself (L’art pour L’art) the art concept for art show free value, aesthetic sense
and truth more. The research tried to think about the prophetic art concept that would give
advantage and clear purpose where the art has been brought, is must proportionally with action
value, aesthetic sense and truth.
The religion and social figure tried to look for the answer in debating of the art value.
This was based on the regions prophetic missions that have attention to maintain action value,
aesthetic sense and truth. The regions prophetic mission is prophetic action via theology that
becomes ideology of revolusioner that always raise the movement of civilization. This is the
prophetic ethic movement, unite to the social implementation, including art.
The research knew and also understands the prophetic art practice in Islam education.
Islam as rahmatan lil alamin that brings love, affection for universe of course care and join in
maintaining truth, goodness, development of culture via art and education.
The research used literature method with Heuristic analysis method approach, is new
understanding by doing description, reflection critic and make conclusion in agreement and
opinion of prophetic art.
In conclusion the research to make prophetic art as a positive concept to moving as goal
concept and art value. Furthermore the research to make receipt of prophetic art implementation
theoretically in Islam education. Prophetic art in Islam education is something that’s very
8
important as the creativity of propagation method. Islam and prophetic art would make our
environment more beautiful as in Moslem law.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
rahmat dan hidayah penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis berjudul: Konsep Kesenian
Profetik dan Implementasinya dalam Pendidikan Islam ini. Shalawat dan salam dipersembahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari kebodohan menuju
kepada nur dan pengetahuan serta membawa umat manusia menuju kesempurnaan akhlak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini tidak dapat penulis lakukan
sendiri tanpa melibatkan pihak lain yang terkait. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil untuk
Muhammadiyah Surakarta, Ketua Program beserta sekretaris dan staf Magister Pemikiran Islam
UMS yang memberikan pelayanan yang dibutuhkan dalam rangka proses akademik maupun
administrasi. Kepala dan Staf Perpustakaan Pusat maupun Perpustakaan Pascasarjana UMS yang
telah banyak memberikan kemudahan dan membantu dalam pencarian literatur yang berhubungan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor ISI Surakarta, Dekan Fakultas Seni
Pertunjukan, Kepala Jurusan Pedalangan beserta stafnya yang telah memberikan ijin belajar dan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Soetarno, DEA dan Dr. H. M.
Muinudinillah Basri, MA. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan
baik yang terkait dengan metodologi maupun materi penelitian, membimbing mengarahkan
penulis dalam proses penyusunan tesis ini beserta seluruh dosen Program Magister Pemikiran
Islam yang telah dengan sabar memberikan khosanah ilmu dan kebijaksanaannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah berjasa
besar memberikan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, dan
10
Istriku tercinta beserta anak-anakku tersayang yang telah mendampingi dan menjadi motivator
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik dari pihak
keluarga maupun teman sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu di sini yang
telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dan karya ilmiah ini. Semoga segala amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT, dengan balasan
Akhirnya semoga tesis ini dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan wacana
keilmuan, dan semoga kita semua memiliki etika sosial yang mulia diridhai oleh Allah SWT. Amin
ya Rabbal ‘Alamin.
Penulis,
Wawan Kardiyanto
11
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................................................vii
D. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 11
PERSPEKTIF ISLAM....................................................................................... 37
……………………………………………................................................. 193
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB I
PENDAHULUAN
beragama Islam. Salah satu isu yang mencuat seiring munculnya wacana
naturalitas budaya bangsa yang heterogen dan kreativitas karya seni yang
temu dan benang merahnya yang mesti kembali kita bedah dan renungi
bersama, yaitu apakah tujuan sebenarnya RUU Pornografi dan juga apakah
filosof dan tokoh penulis buku, salah satunya tentang filsafat kesenian yang
berisi tujuan dan nilai karya seni, penulis gunakan sebagai sumber narasi
1
14
apakabar@radix.net).
yang merangsang sensasi khayalan dan sensasi fisik. Sebagian besar wajah
kesenian abad ini, kata Murdoch, dikaitkan dengan sex, dengan berbagai
fantasi yang tidak baik. Yang ia maksudkan dengan fantasi tidak baik itu
bentuk pemanjaan diri sendiri dan yang biasanya menghasilkan berbagai nilai
bukunya yang berjudul 'The Fire and The Sun', Irish Murdoch secara khusus
berbicara tentang sikap permusuhan Plato terhadap seni, padahal Plato sendiri
seperti dikatakan Bryan Magee, jelas terlihat banyak bentuk seni dalam
Murdoch, bukan hanya bapak filsafat, melainkan juga seorang filosof terbaik,
Sebagai seorang pakar teori politik, kata Murdoch, Plato takut terhadap
15
Plato menyepakati sensor yang keras serta pembasmian para pengarang lakon
sandiwara. Plato dalam ini lebih sepakat pada agama, dan ia merasa bahwa
seni memusuhi agama dan filsafat. Seni menurut Plato merupakan suatu
pengganti yang egoistis bagi disiplin agama. Kenyataan bahwa karya Plato
sendiri merupakan karya seni yang besar adalah dalam pengertian bahwa ia
pertengkaran yang sudah berlangsung lama antara filsafat dengan puisi. Dan
kita harus ingat, tutur Murdoch, pada masa Plato filsafat baru saja muncul
atau lahir dari berbagai bentuk puisi dan spekulasi teologis. Filsafat memang
tersendiri. Pada masa Plato, filsafat memisahkan diri dari kesusastraan. Pada
abad ketujuh belas memisahkan diri ilmu alam. Pada abad kedua puluh
banyak seni yang buruk daripada seni yang bagus di sekitar kita. Ironisnya
orang justru lebih menyukai seni yang buruk itu daripada yang baik. Plato
penikmat karya seninya. Seni dalam pandangan Freud adalah satu bentuk
sempat didapat dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, kata Murdoch, kita
atau penonton. Pornografi adalah contoh yang ekstrim dari seni tersebut.
semacam itu hanya berlaku untuk seni yang buruk. Bagaimana halnya dengan
seni yang baik? Menjawab pertanyaan ini, Irish Murdoch mengatakan bahwa
seorang penikmat seni bisa saja menggunakan hasil seni untuk melayani
tujuannya sendiri, dan hanya seni yang bagus sanggup menolak tujuan-tujuan
yang tidak baik dengan lebih berhasil. Maksudnya seseorang mungkin saja
seni ditafsirkan secara tidak baik bukanlah sesuatu yang mustahil terjadi.
seni, dan disayangkannya pula bahwa lebih banyak orang justru menyukai,
Karya seni bagaimana yang dinilai baik oleh Murdoch? Saya kira,
katanya menerangkan, karya seni yang baik adalah karya seni yang
kehidupan. Kita seringkali tidak berhasil melihat kenyataan dunia yang luas
ini, karena pandangan kita dibutakan oleh obsesi, kekhawatiran, rasa iri,
kejengkelan dan ketakutan. Kita membangun dunia kecil kita untuk diri kita
Seni yang bagus, karya seni yang besar, kata filosof wanita itu pula,
untuk melihat dan mendapatkan kesenangan dari sesuatu yang bukan melulu
kepuasan kita akan diri kita sendiri. Karya sastra yang baik, tambah Murdoch,
adalah karya sastra yang sanggup mendorong serta memuaskan rasa ingin
tahu kita, yang mampu membuat kita menaruh perhatian kepada orang lain
serta masalah-masalah lain, yang sanggup membuat kita bertenggang rasa dan
baik selalu menghasilkan estetika yang baik pula, dan puncak estetika
estetika Platonis yang menuju keindahan Tuhan, Plato juga menyebut watak
dan hukum yang indah. Aristoteles mengatakan, keindahan itu adalah sesuatu
yang menyenangkan dan baik. Plotinus bicara tentang ilmu dan kebajikan
dan adat kebiasaan yang indah. Dalam pengertian yang luas, keindahan itu
tidak hanya terbatas pada seni atau alam, tetapi juga pada moral dan
intelektual. Moral yang indah tentulah moral yang baik dan intelek yang
indah adalah intelek yang benar. Jadi tentu kita sepakat Bagus, Baik dan
Benar adalah serangkai nilai positif yang relasinya selalu bersifat holistik
dan estetika, “baik” dalam ranah etika dan “benar” lebih condong mengarah
kepada Ilmu dan Agama. Tetapi semuanya itu menurut Sidi dalam filsafat
tersebut yang saat ini terasa sudah tercerabut dari karya-karya seni dan
bahkan dalam wacana filsafat seni. Selayaknya agama dan juga filsafat yang
mempunyai arah dan tujuannya yang jelas dan pasti, konsep seni dalam
filsafat seni mestinya juga dapat dikuak dan didapati arah dan tujuan
kepada jalannya yang “lurus dan benar”. Konsep Kesenian Profetik yang akan
penulis tawarkan tentu akan lebih mewarnai dan menguatkan arah tujuan
kesenian dan filsafat seni yang telah dirumuskan oleh para filosof dan pemikir
ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia. Bagi Islam semua ilmu pengetahuan itu
satu dengan lainnya memiliki hubungan sinergisitas yang sangat erat dan
Sidi Gazalba di atas bahwa Kesenian, Etika, Agama dan Ilmu mempunyai
relasi sinergisitas yang tidak terpisahkan adalah benar adanya bagi konsep
pendidikan Islam.
murid-murid dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan,
mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai etis
Islam (Husain dan Ashraf, 1986 : 2), atau "Pendidikan Islam mengantarkan
manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat
atas pondasi keimanan dan kesalehan; suatu sistem yang terkait secara
manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir
tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara
berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau
sendiri.
akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi
jiwa seseorang. Hasil ekpresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari
umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan
tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi.
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
B. Perumusan Masalah
dikembangkan.
bagus, baik dan benar sesuai dengan tujuan dan cita-cita luhur berkesenian
dalam filsafat seni yang telah dirumuskan oleh filosof-filosof pada abad
D. Tinjauan Pustaka
Konsep atau gagasan, apalagi teori tentang seni profetik adalah sesuatu
ide yang dapat penulis katakan baru. Sebab, belum penulis dapatkan referensi
maksudnya bukan sumber utama yang penulis gunakan untuk melandasi ide
berikut.
baru berupa gagasan konsep tentang Ilmu Sosial Profetik (ISP). Ilmu Sosial
Profetik menurut Kunto tidak hanya menolak klaim bebas nilai dalam
positivisme tapi lebih jauh juga mengharuskan ilmu sosial untuk secara sadar
memiliki pijakan nilai sebagai tujuannya. Ilmu Sosial Profetik tidak hanya
berhenti pada usaha menjelaskan dan memahami realitas apa adanya tapi lebih
(http://agsasman3yk.wordpress.com/2010/05/15/sosiologi-profetik/ ):
24
berfungsi kritik juga akan memberi arah, bidang atau lapangan penelitian.
pengetahuan itu ada tiga, yaitu realitas empiris, rasio dan wahyu. Ini
dari mitos.
klaim positivis seperti klaim bebas nilai dan klaim bahwa yang sah sebagai
salah satu nilai tujuannya dan menjadi dasar dari liberasi dan humanisasi.
profetik.
dan kritik sosial-budaya secara beradab. Oleh karena itu, Sastra Profetik
menjadi sastra yang terpencil dari realitas. Akan tetapi, sastra hanya bisa
karena itulah lahir ungkapan, "sastra lebih luas dari realitas", "sastra
realitas simbolis bukan realitas aktual dan realitas historis. Melalui simbol
26
itulah sastra memberi arah dan melakukan kritik atas realitas. Namun, Sastra
Profetik tidak bisa memberi arah serta melakukan kritik terhadap realitas
sendirian saja, tapi sebagai bagian dari collective intelligence. Dengan caranya
sistem simbol yang fungsional, bukan sekadar trivialitas rutin sehari-hari dan
sastra profetik secara tidak langsung dia menyatakan bahwa karya seninya
adalah sebuah kesenian profetik, sebab sastra adalah salah satu dari bagian
karya seni bisa dibuat dan disebut sebagai karya seni profetik dengan kriteria
tertentu.
Buku Sidi Gazalba, 1988, Islam dan Kesenian, Relevansi Islam dan
dalam konsep Filsafat Islam menyatakan bahwa kedudukan seni dalam Islam
dari Dien Islam. Dien Islam itu sempurna. Yang sempurna mengandung nilai
3B (Benar, Baik dan Bagus). Benar ada di wilayah ilmu dan agama (pen.
Islam), Baik di wilayah etika dan Bagus di wilayah estetika (seni). Sesuatu
yang benar akan sempurna kalau ia juga baik dan bagus. Dan sesuatu yang
bagus akan sempurna, kalau ia juga benar dan baik. Sesuatu dikatakan benar
kalau sesuatu itu sesuai dengan obyeknya. Sesuatu itu baik, kalau ia
27
mengandung nilai etik, dan sesuatu itu bagus, kalau ia mengandung nilai
estetis (Gazalba, 1988: 118). Sayangnya konsep ini masih mengandung hirarki
bahwa 3B ini kedudukan yang tertinggi adalah Benar (di atas) dan Baik
(bawah sebelah kanan) dan Bagus (bawah sebelah kiri) membentuk segitiga.
seni mesti mempunyai wajah bermakna dan bertujuan yang bagus/indah, baik
dan benar. Seni tidak bebas nilai. Seni Islam syarat dengan nilai, etika atau
moral.
Apa itu seni Islam? Gazalba menyatakan bahwa definisi Seni Islam
adalah ciptaan bentuk yang mengandung nilai estetik yang berpadu dengan
nilai etik Islam. Dengan demikian seni Islam sebagai karya dilahirkan oleh
akhlaq Islamiyah dan dinilai dengan akhlaq Islamiyah juga. Akhlaq adalah
manusia dengan manusia, terhadap diri sendiri dan makhluk lain yang sesuai
dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Alqur’an dan hadits (Gazalba,
1988 : 122).
Seni Islam adalah seni yang melahirkan karya-karya seni yang bersifat
baik dan positif yang sesuai dengan etika dan akhlaq Islam. Seni Islam tidak
dengan seni untuk seni semata yang menyatakan seni adalah bebas nilai.
penulis jadikan salah satu pijakan untuk melandasi gagasan kesenian profetik
yaitu konsep pemikiran Iqbal mengenai seni dan keindahan yang mengikuti
subyektif dan teori estetika obyektif. Teori estetika subyektif diamini oleh
Spencer, Karl Groos, Konkad Lange dan Croce. Menurut kelompok ini, meski
dengan sedikit perbedaan sudut pandang, apa yang disebut keindahan sangat
emosi, empati atau yang lain terhadap sebuah obyek. Kebalikannya adalah
kualitas obyek, ada pada tenaga kehidupannya sendiri, lepas dari pengaruh
subyek yang menanggap. Teori ini antara lain diberikan oleh Plotinus.
kategori teori estetika obyektif, sebab bagi Iqbal, keindahan adalah kualitas
29
benda (obyek) yang diciptakan oleh ekspresi “ego-ego” mereka sendiri. Untuk
sehingga harus ada kreativitas untuk menjadi bermakna. Karena itu bagi Iqbal,
dunia bukan sesuatu yang hanya dilihat atau dikenal lewat konsep-konsep
tetapi sesuatu yang harus dibentuk lagi lewat tindakan-tindakan nyata (Iqbal,
1981:158).
1987:8).
konsep atau gerakan “seni untuk seni” (L’art pour L’art) yang dipelopori
Pushkin dan Edgar Allan Poe yang menyatakan bahwa seni tidak mempunyai
tujuan di luar dirinya, karena ia adalah tujuan itu sendiri (Syarif, 1993:114-
115). Iqbal juga menolak konsep “bentuk untuk bentuk” yang berasal dari
seni tidak mempunyai nilai estetika, tetapi hanya sekedar alat untuk
menimbulkan efek artistik. Apa yang disampaikan lewat seni, baik atau
buruk, benar atau salah, sesuai dengan hukum atau tidak, tidak menjadi
masalah dan tidak berpengaruh pada nilai seni; yang penting adalah
seni tanpa kandungan emosi, kemauan dan gagasan-gagasan tidak lebih dari
kemauan adalah sumber utama dalam pandangan seni Iqbal, sehingga seluruh
sumber ini. Seni tidak sekedar gagasan intelektual atau bentuk-bentuk estetika
Iqbal adalah; Seni harus menciptakan kerinduan pada hidup abadi, seni harus
dalam fungsi seni Iqbal yang ketiga, yaitu seni harus membuat kemajuan
sosial, Iqbal menyatakan bahwa seorang seniman adalah mata bangsa, bahkan
31
kebesaran yang lebih tinggi. Apa nilai karya seni jika tidak dapat
bahasa Osman Raliby, Jakarta: Bulan Bintang. Etika Profetik Iqbal yang
sekiranya aku sampai mencapai titik itu, pastilah aku sekali-kali tidak hendak
ruang dan waktu sejarah, hidup dan berhadapan dengan realitas sosial
32
hanya berhenti pada usaha untuk menjelaskan atau memahami realitas untuk
intelektual dan moral. Karenanya, ilmu sosial seharusnya tidak berhenti hanya
menjelaskan realitas atau fenomena sosial apa adanya, namun lebih dari itu,
melakukan tugas transformasi. Jadi, tujuannya lebih pada usaha untuk proses
transformasi sosial. Ilmu sosial tidak boleh tinggal diam, value neutral, tapi
berpihak. Dengan semangat inilah Ilmu Sosial Profetik digulirkan. Ilmu Sosial
Profetik ingin tampil sebagai ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan
ke arah mana transformasi itu dilakukan dan untuk tujuan apa. Ilmu Sosial
Profetik tidak sekedar merubah demi perubahan itu sendiri tapi merubah
33
289). Kesenian yang termasuk bagian dari ilmu sosial tidak kalah pentingnya
cara-cara yang indah. Seni profetik seperti itulah yang saat ini menjadi
gagasan penulis.
E. Kerangka Teori
mata bukan untuk menguji maupun membuktikan teori, tetapi sebagai alat untuk
memaknakan realitas dan data yang tengah dihadapi dan dikaji agar mampu
beberapa teori yang diharapkan dapat membangun gagasan (konsep) baru atau
memodifikasi teori berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan dianalisis.
Beberapa kerangka teori yang penulis ketengahkan mencakup: teori induk Parsons
mengenai sistem sosial (social system), teori aksi (action theory), dan teori
sebagai sistem symbol kreasi seni, yang relasinya bersifat horizontal sebagai
perilaku manusia yang telah membudaya di dalamnya adalah hasil tindakan aktif-
34
kreatif atau aksi manusia atau individu sebagai aktor (seniman). Oleh karena itu
tindakan aktif kreatif akan dimaknakan dengan teori aksi (action theory).
Kesatuan sistem hubungan sosial (dalam hal ini kesenian dan pendidikan Islam)
ini menjadi semacam sistem “ritual” dalam sinergisitas karya seni dengan sistem
diluarnya, dan sekaligus berfungsi sebagai suatu sistem yang dapat meningkatkan
kesadaran akan nilai dan makna tujuan seni, dan dapat mempertahankan
a. Teori Sistem
saling tergantung yaitu sistem kebudayaan (cultural system), sistem sosial (social
system). Istilah Parsons yang terkenal menggunakan skema AGIL, yaitu empat
fungsi primer yang dapat dirangkaikan dengan seluruh sistem yang hidup. Sistem
Berangkat dari teori Parsons yang cukup kompleks ini, maka sebagaimana
sistem yang lain, sistem kebudayaan yang secara konseptual ditegaskan sebagai
sistem simbol, empat kebutuhan fungsional (AGIL) itu harus terpenuhi juga.
ilmu pengetahuan atau dasar perilaku kognitif; goal attainment melalui simbol
ekspresif dalam karya seni dan komunikasi simbolik yang lain; integration
kongkritnya berupa ketentuan normatif dalam etika, adat sopan-santun atau tata-
kepercayaan atau dasar dan inti perilaku berkesenian. (Waters, 1994: 142-151;
Prinsip karya seni dengan konsepnya yang disebut living form dan
memiliki vitalitas artistik yang utuh. Berbagai macam bentuk simbol seni tidak
sebagai suatu "pesan" atau import untuk diresapkan. Pengertian "makna" kadang-
kadang hanya diartikan sebagai suatu persoalan atau masalah yang hanya dapat
36
"dimengerti" atau "tidak dimengerti" saja, seperti misalnya dalam bahasa. Tetapi
pengertian "pesan" harus ditangkap secara lebih dalam dan luas, terutama dalam
memahami "pesan" terhadap simbol ekspresif atau seni, orang biasanya dapat
b. Teori Aksi
Fenomena proses inkulturasi yang terjadi di daerah ini adanya hasil tindakan
aktif-kreatif atau aksi manusia atau individu sebagai aktor. Untuk memaknakan
gejala itu, dipahami dengan teori aksi atau tindakan (action theory) yang
dikembangkan oleh Parsons dengan mengikuti karya Weber (Ritzer, 1985: 52-58).
menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia, dalam rangka
mencapai tujuan (Waters, 1994: 40-42). Aktor dalam hal ini seniman, adalah
pelaku aktif dan kreatif, serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari
masih juga dibatasi oleh kondisi, norma, dan nilai-nilai serta situasi penting
agama, tetapi dibalik itu aktor adalah manusia aktif, kreatif dan evaluatif.
Beberapa asumsi dasar tindakan aktif, kreatif dan evaluatif ini menurut Parsons
1. Tindakan manusia atau aksi muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek,
tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia atau aksi bukan tanpa tujuan.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat
c. Teori Fungsional
empiris (O'Dea, 1995: 7). Berdasarkan pandangan seperti itu, maka fenomena
bagian-bagian yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan saling menyatu
ini agama termasuk “ritual” seniman berkarya seni di dalamnya sebagai salah
satu bentuk perilaku manusia yang telah terlembaga, adalah bagian dari
sistem sosial? Dengan konsep fungsi yang biasa dipakai dalam teori
adalah, aksioma teori ini ialah segala sesuatu yang tidak berfungsi (disfungsi)
akan lenyap dengan sendirinya. Karena kesadaran religiusitas yang ada sejak
dulu sampai sekarang masih cukup tinggi, maka dapat dikatakan bahwa
Berdasarkan ketiga teori yakni; teori sistem, teori aksi dan teori
fungsional, kita dapat memahami bahwa kesenian dengan karya seninya layak
mempunyai nilai-nilai, makna dan tujuan berkesenian. Seni untuk seni yang
tersebut berpijak dari beberapa konsep seperti Seni untuk masyarakat, konsep
seni Islam Sidi Gazalba, Ilmu Sosial Profetik dan Sastra Profetiknya
39
dan implementasinya dalam pendidikan Islam ini sangat relevan untuk digali
dan dikembangkan.
Karya seni untuk masyarakat dalam kritik seni pada umumnya disebut
tendenszkunst, yaitu “seni berpihak” atau seni bertendensi atau juga l’art
engagee (seni berisi). Seni untuk masyarakat ini sering dipertentangkan atau
berseberangan dengan l’art pour l’art atau “seni untuk seni” (Ratna, 2007 :
360).
tendensi tertentu. Dengan kata lain, tidak ada karya seni yang diciptakan
semata-mata demi kepentingan karya seni itu sendiri (Ratna, 2007 : 361).
Menurut Kutha Ratna, pada dasarnya seni untuk seni tidak berbeda
dengan seni untuk masyarakat, dengan syarat karya seni itu ditujukan untuk
40
dalam pemahaman seni untuk seni adalah karya yang semata-mata dipahami
oleh pengarangnya. Hasil kreativitas seperti ini jelas tidak berfungsi untuk
masyarakat, tidak hanya menolak klaim bebas nilai dalam positivisme tapi
lebih jauh juga mengharuskan ilmu sosial (termasuk di sini seni) untuk secara
sadar memiliki pijakan nilai sebagai tujuannya. Ilmu Sosial Profetik dan juga
seni profetik tidak hanya berhenti pada usaha menjelaskan dan memahami
realitas apa adanya tapi lebih dari itu mentransformasikannya menuju cita-cita
Profetik” itu ternyata dimuat dalam Horison No. 5 terbitan bulan Mei 2005
itu dimuat tentu bukan karena penulisnya meninggal, tetapi memang karena
sebagai berikut:
dengan memilih satu premis, tema, teknik, dan gaya (style), baik yang bersifat
Keinginan Sastra Profetik hanya sebatas bidang etika, itu pun dengan sukarela,
tidak memaksa.
Etika itu disebut "profetik" karena ingin meniru perbuatan Nabi, Sang
Nabi telah mencapai tempat paling tinggi yang menjadi dambaan ahli mistik,
ketengahkan.
perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik
setelah mati (eskatologis); tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
mengenai krisis pendidikan dan problem lain yang amat mendesak untuk
dipecahkan (Syed Sajjad Husein & Syed Ali Ashraf, 1986). Lebih dari itu,
Isma’il Raji Al-Faruqi mensinyalir bahwa didapati krisis yang terburuk dalam
hal pendidikan di kalangan dunia Islam. Inilah yang menuntut agar selalu
Islam masih sering hanya dimaknai secara parsial dan tidak integral
terkait) antara ilmu-ilmu agama dan umum. Semua ilmu dalam Islam
satu unsur dari nilai kebijaksanaan universal sejajar dengan ilmu, agama dan
etika (Gazalba, 1988:65). Namun perlu diakui hingga saat ini kebanyakan
ulama masih berpendapat negatif terhadap kesenian ini. Hal ini perlu
dalam Islam.
dalam kualitas pikir, zikir dan amalnya (Achmadi, 1992: 130). Maka untuk
F. Metode Penelitian
penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data
1. Obyek Penelitian
yaitu seni, estetika, filsafat seni, Filsafat Islam, pendidikan Islam dan multi
kategori, yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
data primer adalah daftar pustaka yang secara langsung membahas konsep-
konsep ilmu kesenian, ilmu keislaman dan data sekunder adalah daftar
terhadap konsepsi seorang filosof (Kaelan, 2005: 254; Bakker & Zubair,
1990).
G. Sistematika Pembahasan
dengan :
2. Bab kedua, Filsafat, Seni dan Agama serta Pendidikan dalam Perspektif
muslim non muslim tentang konsep seni dan estetika. Mereka antara lain;
Ismail Raji’ al-Faruqi, Rumi, Hegel, Plato dan Sayyed Hosein Nasr.
seni, persoalan seni dan seni Islam, teologi profetik, Ilmu sosial profetik
pendidikan Islam.
wacana kesenian yang bermakna dan bernilai tinggi dan luhur yaitu
pendidikan Islam.
48
BAB II
Filsafat seni maupun estetika adalah salah satu ilmu bagian dari
filsafat. Apa bedanya filsafat seni estetika? Mengapa harus ada filsafat
seni, tidak cukup estetika saja? Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan
Barat. Kaum pemikir seni mula-mula berasal dari Yunani Purba, sekitar
500-300 tahun SM. Mereka adalah filosof umum, seperti Socrates, Plato,
dalam bahasa Yunani kuno sering disebut sebagai techne. Arti demikian
juga berlaku dalam budaya Indonesia kuno. Baru pada pertengahan abad
keindahan karya seni atau benda seni. Inilah sebabnya lalu muncul istilah
36
49
fine arts atau high arts (seni halus dan seni tinggi), yang dibedakan dengan
artefact atau benda bikinan manusia. Pada dasarnya artefak itu dapat
tetapi tidak indah, kedua, benda-benda yang berguna dan indah, serta
ketiga benda-benda yang indah tapi tak ada kegunaan praktisnya. Artefak
Istilah estetika sendiri baru muncul tahun 1750 oleh seorang filosof
benda-benda seni. Tetapi karena karya seni tidak selalu 'indah' seperti
benar-benar menjawab tentang apa hakekat seni atau arts itu. Dan lahirlah
apa yang dinamakan 'filsafat seni'. Jadi, perbedaan antara estetika dan
mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni atau artefak yang disebut
mengandung makna ekspresi semacam itu. Kedua, dalam karya seni, orang
dapat bertanya: "apa yang ingin dikatakan karya ini?" atau apa maksud
karya ini?. Tetapi kita tak pernah bertanya serupa ketika menyaksikan
senja, derasnya air terjun, gemurahnya suara ombak. Jadi, karya seni selalu
dengan orang lain. Dalam keindahan alamiah hal itu tak terjadi.
Kecantikan seorang wanita kita nikmati sebagai indah begitu saja. Tetapi
dalam karya seni, seorang wanita tua atau buruk rupa dapat menjadi indah.
Sedangkan wanita cantik justru tidak indah dalam seni yang gagal, Ketiga,
seni dapat meniru alam, tetapi alam tidak mungkin meniru artefak seni.
Keindahan alamiah itu gratis, tanpa pamrih kegunaan apa pun. Keindahan
seni, karena punya makna, dapat membawa nilai-nilai lain di samping nilai
seni itu mesti indah? Bukankah banyak karya seni yang merangsang
ini muncul pada para pemikir seni sejak abad 18 di Eropa, dan lebih-lebih
paradoks, namun bagaimana pun salah satu aspek dari seni selalu
Keindahan seni yang tidak indah terletak pada bentuk ungkapannya yang
ucapan Melvin Rader, bahwa keindahan itu dihasilkan oleh hakekat yang
dalam bahasan filsafat manusia, yang terdiri dari logika, etika, estetika,
saja. Dalam perkembangannya dalam abad 20, filsafat keindahan ini mulai
ilmiah. Filsafat seni merupakan bagian dari studi estetika ilmiah ini.
seni, membahas nilai konteks seni dan terakhir mengenai resepsi publik
53
seni. Keberadaan seni ditentukan oleh saling keterkaitan antara lima aspek
sangat erat dalam perkembangan sejarahnya dan tidak bisa kita pisahkan
a. Periode Klasik
keindahan Tuhan.
54
keadilan.
antaranya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Dari ketiga filosof ini
ajaran Plato.
bukan merupakan sifat tertentu dari suatu benda tetapi sesuatu yang
yang indah. Di sini manusia akan sadar bahwa kesenangan pada bentuk
perhatiannya pada tingkah laku hal yang dicintai, yaitu pada norma-
antara moral dan pengetahuan, dan orang akan berusaha untuk mencari
tentang buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Kalau
56
manusia sudah sampai pada fase ini maka itu akan mengantarkannya
sini segala sesuatu berasal dan segala sesuatu harus kembali kepada
Tuhan.
menguatkan satu sama lain. Musik, tarian dan nyanyian sangat terpuji
yang tajam ini disebabkan oleh adanya hubungan harmonis antara seni
antara yang baik, benar dan yang indah (Abdul Kadir, 1974:10).
berbagai unsur yang membuat sesuatu hal yang indah. Dalam bukunya
ketertiban dan suatu besaran dalam ukuran tertentu (The Liang Gie,
1996 : 41).
sesuatu hal atas pikiran akal. Seni adalah tiruan (imitasi) dari alam
tiruan dari alam seperti apa adanya tetapi merupakan hasil kreasi (akal)
yang mutlak.
58
b. Periode Skolastik
masa ini masalah teologi mendapat perhatian utama dari para filosof.
Aquinas (1225–1274).
masing.
keindahan seni dan alam berhubungan erat dengan agama. Karya seni
yang indah adalah karya seni yang sesuai dengan 'keteraturan ideal'
yang hanya dapat diperoleh dari Terang Ilahi. Inilah sebabnya filsafat
anugerah 'cahaya terang' dari Tuhan. Dalam hal ini manusia kurang
59
memadai usahanya untuk mencapai 'terang' itu. Dalam karya seni yang
Terang Ilahi sangat besar. Bentuk dan keindahan yang sebenamya itu
melebihi apa yang tampak. Ia juga tertarik menilai jenis karya fiksi
dalam sastra. Ada duajenis cerita fiksi dalam sastra, yang kedua-
yang menipu. Yang lebih dihargai adalah karya fiksi yang meskipun
atau terang adalah indah. Tiga unsur keindahan itu oleh para ahli
c. Periode Renaissans
gejalanya telah muncul satu atau dua abad sebelumnya. Tetapi, sebagai
gerakan budaya, budaya ini baru berkembang meluas pada tahun 1500.
seni profan (bukan sakral) dan sekuler (bukan religius). Pergantian ini
seni ritual dan seni religius menduduki tempat utama. Pada zaman
yakni kaum borjuis yang hidup dari berdagang dan menjadi golongan
alam, memahami dan menguasai manusia dan kehidupannya, sejak itu '
yaitu yang berpijak pada Plato dan pada Aristoteles. Pada dasarnya
dll. Kaum Platonis ini juga tidak sama pandangan estetikanya. Tokoh
universal dan khusus dalam seni, masalah fungsi seni. Tentang 'benda
atau hal-hal eksternal seni itu netral, tidak dengan sendirinya indah
atau tidak indah. Suatu objek mungkin indah bagi seseorang karena
objek.
seni yang baik adalah kalau seni itu mendidik. Seni harus memberikan
Dalam hal ini seni harus merupakan studi alam yang akan menambah
Piccalomini).
terbatas pada hal-hal khusus saja. Beda antara sejarah dan seni bukan
imajiner.
Apakah mimesis atau imitasi dalam seni itu hanya terbatas pada hal-
hal yang 'baik'? Apakah benda 'jelek' atau kenyataan jelek tak dapat
imitasi seni, karena seni terletak pada kerja imitasinya, dan bukan pada
d. Periode Aufklarung
pada alam sehingga tujuan utama dari seni adalah mencontoh alam.
yang pertama ini merupakan pure reason dan kebaikan yang kedua
merupakan practical reason (free will). Di samping itu, masih ada lagi
1974:37).
daya tarik dan emosi, serta bebas dari konsep kesempurnaan, Hal ini
obyek tetapi tujuan itu tidak terwujud dengan tegas. Dan yang terakhir,
dan non forma yang menyangkut tidak adanya forma dan cacat. Kant
putusan moral di lain pihak. Pengalaman estetik itu tidak hanya ingin
dan yang rohani (materi menuju roh, roh menjelma dalam materi tepat
pada saat peralihan yang bermuka ganda itu dialami). Dan bukan itu
lain (maka tidak wajar masalah “arti” atau “nilai etis” dikemukakan
dalam konteks kesenian). Momen itu tidak pernah dialami atau dapat
“menang” atas materi), “yang lucu” atau “yang humor” (arti “menang”
Tentu saja semua itu di dalam batas keindahan itu sendiri. Malahan
yang sublim mempunyai unsur tragis. Sedang yang lucu dan yang
jelita, yang pertama dianggap mewakili kepriaan dan yang kedua sifat
karya seni dan menghayatinya dalam medium seperti itu boleh dilihat
1993:189-190).
hal yang sama. Kebenaran adalah idea itu sendiri, adanya ada dan pada
e. Periode Romantik
hidup pada pertengahan abad ke-18. Rousseau bertitik tolak pada suatu
pandangan dasar bahwa alam murni itu baik dan indah sehingga segala
sesuatu yang dekat pada alam murni juga baik dan indah (Dick
Hartoko, 1984).
71
Inggris pada tahun 1890-1891. Ada 4 hal yang menjadi pusat perhatian
tersedia dua jalan dalam mengatasinya yaitu: etis dan estetis. Jalan etis
kesengsaraan.
f. Periode Positivistik
dalil mengapa orang lebih menyukai sesuatu yang indah tertentu, dan
2). A. Moles
energi yang berlebihan dan peluapan perasaan yang ada dalam diri
pada awal abad 19 dan menjadi lebih semarak lagi pada abad 20.
Pandangan ini merupakan suatu reaksi terhadap kondisi pada waktu itu
2). Realisme
(seperti foto). Salah seorang tokoh dari pandangan ini ialah Nicolay C.
Reality (1865).
75
seni untuk seni, bahwa seni merupakan kekuatan sosial dan refleksi
tidak lain adalah gejala pertama dari manusia dengan dunia sekitarnya.
4). Ekspresionisme
berada dalam pikiran subjek. Jadi, oleh Croce, seni dimasukkan dalam
kategori ilmu pengetahuan. Benda seni itu tidak ada. Seni terdapat
objek fisik belaka, bukan estetika itu sendiri. Benda seni hanyalah titik
subjek.
5). Naturalisme
menciptakan moralitas, seni, dan agama yang ada dalam imajinasi dan
suatu benda.
6). Marxisme
7). Eksistensialisme
obyektif yang ada dalam dirinya sendiri telah dicetuskan oleh para
“ada dalam dirinya sendiri” (pour soi). Dalam hal ini Sartre telah
filsafat seni di belahan bumi barat sejak jaman Yunani sampai saat ini
dinamis penuh pro dan kontra berkenaan baik definisi hingga tujuan
hakekat seni.
masa awal sejarah seni hingga akhir abad 20 pun sinergisitas seni, filsafat
dan agama masih tetap menarik dibicarakan oleh para filosof seni dan
seniman itu sendiri. Sejak dari Sokrates, Plato, Aristoteles, Hegel sampai
Tolstoy sinergisitas seni, filsafat dan agama memiliki peran penting untuk
79
mencari makna dan arti penting eksistensi seni itu sendiri. Walaupun telah
mempersoalkannya, seperti aliran “seni untuk seni” yang saat ini menjadi
masih tetap relevan untuk terus digaungkan suaranya untuk dinamika dan
absolut di sini tiada lain adalah Tuhan itu sendiri, sebagai seorang idealis,
bentuk (forms). Dalam seni, yang Absolut tampil dalam bentuk yang
Namun, tidak berperan bukan berarti tidak berarti apa-apa, sebagai sintesa
Mengenai aufgehoben filsafat atas seni dan agama itu Hegel menulis
sebagai berikut.
Sementara metode visi seni, yang bersifat eksternal dalam bentuk adalah
bagian, mengangkat isi itu ke dalam gambaran mental (mental picture) dan
memidiasi apa yag diangkat itu; filsafat bukan hanya membuat keduanya
adalah sesuatu yang menyenangkan dan baik. Plotinus bicara tentang ilmu
dan kebajikan yang indah. Dan orang Yunani membicangkan tentang buah
pikiran dan adat kebiasaan yang indah. Dalam pengertian yang luas,
keindahan itu tidak hanya terbatas pada seni atau alam, tetapi juga pada
moral dan intelektual. Moral yang indah tentulah moral yang baik dan
intelek yang indah adalah intelek yang benar. Jadi tentu kita sepakat
81
Bagus, Baik dan Benar adalah serangkai nilai positif yang relasinya selalu
kesenian dan estetika, “baik” dalam ranah etika dan “benar” lebih condong
mengarah kepada Ilmu dan Agama. Tetapi semuanya itu menurut Sidi
ketiganya, baik itu Bagus, Baik dan Benar secara holistik dan
komprehensif.
dalam bukunya yang terkenal, Islam antara Timur dan Barat, Secara
dasarnya hanya ada dua alam dalam hidup setiap manusia, yakni alam
nyata yang terindera, dan alam sana, alam lain, di luar alam semesta ini.
Kehidupan manusia dapat dipandang dari titik tolak kedua alam ini. Alam
manusia nyata adalah alam material dan alam biologis, sedangkan alam
lain itu adalah alam spiritual, alam roh, alam atas. Boleh juga dianalogkan
ini juga dapat dipahami, dimengerti secara lebih mendalam lewat lembaga
manusia.
82
yang bersifat spiritual, sejajar dengan agama dan filsafat Agama, seni, dan
material itu dapat memasuki alam spiritual atau alam kerohanian. Kegiatan
Alam rohani, alam atas, alam spiritual di luar alam semesta ini
Alam rohani adalah alam kekal, alam absolut, alam abstrak, alam
universal, alam tanpa seks, alam kebebasan, alam sempurna, alam tingkat
tertinggi, alam yang tak dikenal manusia. Dalam beberapa hal, alam rohani
ini berbeda dengan dunia material manusia yang serba sementara, terikat
ruang dan waktu, alam relatif, alam konkret, alam kontekstual, alam
dengan seksualitas, alam yang dibatasi oleh aneka struktur, alam serba
Alam rohani ini apakah dapat dikenali dan dicapai manusia selama
memasuki alam rohani yang tak terbatas itu, memasuki alam ketuhanan,
83
taat beragama tentu sering memasuki pengalaman rohani yang ajaib dan
dunia rohani itu? Siapakah Tuhan itu? Apakah hakikat manusia itu? Alam
rohani juga dapat dimasuki manusia berkat temuan kreativitas artistik para
memasuki suasana perasaan yang tidak pemah kita alami dalam hidup
atau perasaan tertentu yang kita rasakan benar, tetapi kita tidak mampu
kata dan ajaibnya berbagai imaji yang tak pemah kitajumpai dalam hidup
sehari-hari. Semua karya seni besar itu memberikan pengalaman baru dari
dunia yang tak kita kenal sebelumnya. Inilah keajaiban kesenian. Seniman
telah mencuri sesuatu dari alam yang tak kita kenal sebelumnya, alam
asing, alam rohaniah, untuk dibawa ke dunia nyata ini agar penghayatan
bagi manusia untuk dapat menjangkau dunia atas yang bersifat spiritual
Dalam filsafat, temuan filosof dari dunia sana itu disebut esensi.
Sementara itu, dalam seni, temuan para seniman disebut imajinasi kreatif.
hangatnya kamar studi, dan tanggapan atas karya seni sering disebut
peradaban.
orientasi kontradiktif. Dalam bidang agama, filsafat, dan seni selalu ada
dunia ini. Ingatlah tradisi 'slametan' kita. Tetapi ada juga agama yang
tumbuh di India. Dalam bidang filsafat juga terdapat aliran filsafat yang
seni pun ada aliran seni yang berorientasi pada materialisme-objektif dan
berorientasi ke mana. Pada setiap karya seni selalu ada aspek materialisme
dan aspek spiritualisme atau imajinatif. Inilah tugas para kritikus dan
Hidup manusia di dunia ini terdiri atas badan dan roh, dan
keduanya tak terpisahkan. Untuk apa manusia hidup di dunia ini? Untuk
apa kita terlempar atau jatuh ke dunia material ini? Inilah pertanyaan yang
dijawab oleh lembaga agama dan lembaga filsafat. Di sisi lain, seni,
seperti halnya juga ilmu, mendasarkan diri pada kenyataan hidup konkret,
dunia material dan manusia ini untuk melihat adanya kenyataan lain yang
belum pernah dilihat oleh manusia. Dalam usahanya ini, para seniman
sering menemukan makna nalar esensial dari kenyataan hidup ini, tetapi
juga menemukan kualitas baru yang tak ada di dunia kenyataan material.
temuan seniman, karena wama kuning seperti itu tak pemah didapatkan
Dunia ide, dunia roh, adalah dunia yang tak pemah kita kenal
selama kita masih hidup di dunia ini, karena badan manusia harus terbatas,
86
dunia ini, tetapi memiliki roh yang tidak dapat dikekang dan diatur oleh
secara ide, secara imajinasi, dunia lain yang bersifat abadi, absolut,
dunia atas itu. Kemungkinan ini tak terbatas sampai kapan pun. Manusia
kebenaran tadi.
kerohaniah yang kekal. Seni adalah sesuatu yang memuat hal-hal yang
transendental, sesuatu yang tak kita kenal sebelumnya, dan kini kita kenal
ketika itu ada sebuah fenomena yang cukup mengusik hati sebagian warga
acara tersebut berupa campur sari dengan setting penampilan yang masih jauh
Kenyataan yang ada menunjukkan kepada kita bahwa saat ini umat
Alqur’an dan al-Sunnah dalam berekspresi sehingga seni bukan hanya untuk
seni semata, akan tetapi seni bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
Brothers dari Malaysia, Snada, Izzatul Islam, Justice Voice dan Munsyid
Pada hari raya Idul Adha 1430 H ketika itu, kita bisa menyaksikan
disutradarai oleh sinemais muslim Chairul Umam dan sinetron berjudul "Da'i"
88
yang disutradarai oleh Zak Sorga yang menurut penulis cukup representatif
akal hati nurani manusia yang pada gilirannya manusia dapat menyelami
seni dalam perspektif Islam itu seperti apa, sejauh mana batasan-batasan
kebolehan dalam berekspresi sehingga ekspresi seni dalam Islam tidak lepas
tidak langsung berdampak terhadap situasi dan kondisi umat Islam di mana
pun berada, karena jatuhnya kekhalifahan Turki Usmani tidak lepas dari
pornografi, baik itu media cetak dengan tabloid-tabloid yang sarat dengan
dimiliki oleh kaum muslimin, baik itu di Asia maupun di Afrika yang
diyakini oleh jutaan orang, dengan ikatan aqidah dan syari'ah. Oleh karena
berbagai seni yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam, baik itu dalam
seni musik, seni peran, seni tari, seni lukis dan sebagainya, dengan
membangun sebuah seni alternatif yang sejalan dengan jiwa Alqur’an dan
as-Sunnah.
Rasulullah SAW. Hal ini bisa kita jumpai di dalam hadis nabawi yang
pernah masuk ke rumah Aisyah untuk menemui Nabi SAW. Ketika itu
ada dua gadis : di sisi Aisyah yang sedang bernyanyi, lalu Abu Bakar
diterjemahkan dalam bahasa Yunani dan Hindia. Di antara para ahli musik
yang muncul di kala itu adalah Ibnu Misyah (wafat tahun 705 M), Yusuf
bin Sulaiman al-Khatib (wafat tahun 785 M), Khalil bin Ahmad yang telah
mengarang buku teori musik mengenai note dan irama (Said Ramadhan
yang tidak membolehkan hingga saat ini masih terus tumbuh berkembang
belum muncul, namun saat ini, seni dengan menggunakan multi media
membutuhkan ijtihad.
4. Seni Musik
dilarang.
Landasannya adalah:
"Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu
menertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu saamiduun
(menjengahkannya)".
Ibnu Abbas menyatakan bahwa makna saamidun dalam ayat ini adalah
ghina (nyanyian).
e. Hadis Imam Tirmidzi yang diriwayatkan dari lmran bin Husain: "Pada
muslim".
sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Malik, Imam Ja'far, Imam al-
"Tidak ada satu dalil pun di dalam Alqur’an maupun Sunnah Rasul
yang mengharamkan nyanyian. Bahkan ada hadis shahih yang
menunjukkan bolehnya nyanyian sebagaimana hadis yang diriwayatkan
Bukhari Muslim ketika Abu Bakar pergi ke rumah Rasulullah SAW".
"Jika belum ada perincian dari Allah dan Rasulnya tentang haramnya
sesuatu yang kita perbincangkan (dalam hal ini mengenai masalah
nyanyian dan menggunakan alat-alat musik), maka telah terbukti bahwa
ia adalah halal atau boleh secara mutlak".
dengan ajaran dan adab Islam yang tercantum di dalam surah an-Nur
Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi: "Wahai Ali, janganlah
engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau
tempat yang halal ke tempat yang haram. "... Maka janganlah kamu
(sesuatu yang tidak berfaedah) dan menyita waktu - meski pada asalnya
untuk menikmatinya.
syarat. Landasannya: (1) kembali kepada kaidah ushul fiqh: "AlAsh anna
(Segala sesuatu pada prinsipnya boleh, sampai ada dalil yang menetapkan
“ (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
99
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.
Bila kita menyimak apa yang terdapat di dalam sirah nabi tatkala
nabi hendak masuk ke Ka'bah setelah Fathu Makah, namun ketika beliau
foto itu hanya menahan bayangan. Pendapat ini banyak disetujui oleh
6. Seni Tari
adab Islam, atau pun yang sama sekali tidak membolehkan. Hal ini
(campur baur laki-laki dan wanita dalam satu majlis tanpa mengindahkan
adab-adab Islam).
klub.
meskipun ada hadis-hadis yang memberi dasar kebolehan seni tari cukup
101
kebolehannya.
mengekspresikannya. Ungkapan l’art pour art (seni untuk seni) yang sempat
menggema di dunia Kristen tak memiliki tempat dan preseden dalam sejarah umat
Islam. Justru sejarah seni dalam Islam tak lepas dari nilai-nilai religius yang
tersebut. Seni suci Islam, menurut Nasr, berhubungan langsung dengan praktik-
praktik utama agama dan kehidupan spiritual. Dalam pandangan Nasr, seni Islam
pada umumnya (Nasr, 1993: 13-14). Dengan kata lain, seni Islam memainkan
Fungsi spiritual itu terlihat dari hubungan organis antara seni Islam dan
Ibadah Islam, antara kontemplasi tentang Tuhan dengan sifat kontemplatif dari
seni Islam, antara ingat kepada Allah (dzikrullah) yang merupakan tujuan akhir
ibadah dalam Islam dengan peran yang dimainkan dalam seni Islam. Statemen
102
Innallaha Jamil yuhibbul Jamal (Allah Maha Indah dan Mencintai Keindahan)
kitab induk pedoman dasar ajarannya dan Hadits sebagai pengejawantahan spirit
kenabian (profetik) Muhammad SAW. Al-Quran dan Hadits adalah dua pedoman
utama implementasi sikap dan prilaku muslim, termasuk dalam persoalan seni
sedikit pun bahwa dalam sejarah penerimaannya, al-Quran memiliki efek estetik
yang tak tertandingi oleh teks sastra dunia mana pun (Kermani, 2002: 255).
Al-Quran tidak hanya indah dalam bidang teks sastranya tetapi juga indah
dalam segala hal bentuk dan isinya. Bahasan ini khusus penulis ketengahkan
103
mengenai refleksi estetik Al-Quran dan Hadits sebagai dasar konsep seni profetik.
tidak akan membahas kontroversi seni dalam ajaran Islam yang hingga saat ini
masih menjadi persoalan kilafiah yang menurut penulis sudah saatnya dihentikan,
melihat, meraba, menggerakkan tangan dan kaki, bersuara dan lain sebagainya.
Hasil seni, apa saja bentuknya, baik itu seni lagu, musik, tari, melukis, memahat,
dan lain sebagainya pada dasarnya menurut kaidah syari’ah tersebut hukumnya
boleh (mubah) kecuali ada nash larangan dan alasan kenapa itu dilarang.
Seni yang dilarang pada dasarnya adalah seni yang mengandung hal-hal
Wajah Allah Azza Wa Jalla adalah aspek dzahir dari Dia, yang dari sisi
adalah sesuatu yang membuat dzahirnya segala sesuatu dengannya, maka An-
Nuur secara mutlak merupakan isim (nama) dari asma-asma Allah Ta’ala yang
alam yang tanpa itu alam raya akan musnah ditelan Wujud-Nya.
Semesta alam-alam yang Dia ciptakan dalam kegelapan, tanpa cahaya Ar-
titik ciptaan dari status awalnya yang tanpa nama sehingga terpakaikan kepadanya
pernyataan dari himpunan asma-asma Allah, bahkan asma-asma Allah itu sendiri
Nya, Ismul Adzham, merupakan cahaya Allah paling terang diantara limpahan
105
dalam kegelapan. Kehadiran cahaya Allah merupakan syarat utama atau sebab
awal bagi tegaknya kaun (semesta) langit dan bumi. Cahaya Allah adalah juga
syarat utama manusia mampu mengetahui dan merasakan apa itu sesuatu yang
indah.
yang indah, yang bahkan tak seorang pun mampu menandinginya QS. Al-Baqarah
(2): 23-24, QS.Yunus (10): 38, QS. Hud (11): 13, Qs. Al-Isra’ (17): 88, dan QS.
Ath-Thur (52): 33-34. Keindahan bahasa al-Quran ini dianggap sebagai salah satu
yang menjadi faktor penting penyebaran Islam di kalangan orang-orang Arab pada
abad ketujuh (Kermani, 2002: 250). Keindahan bahasa al-Quran ini pula yang
bahasa al-Quran, yaitu Uslub al-Quran atau Stilistika. Neal Robinson bahkan
Banyak cerita yang bisa disimak berkaitan dengan keindahan bahasa al-
Quran. Sebuah riwayat dikaitkan dengan Utsman ibn Ma’zun saat Nabi
untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan. Dia lantas berkata: “Sungguh,
keimanan telah mengakar dalam hatiku dan aku pun mencintai Muhammad.”
Demikian halnya dengan kisah yang dialami Dimad saat ia mendengar Nabi
membaca beberapa ayat al-Quran. Kata Dimad, “Saya telah mendengar banyak
kalimat dari para ahli sihir, dukun dan penyair, tapi tak satu pun yang sehebat ini.”
Dimad pun kemudian masuk Islam (Kermani, 2002: 258). Dua riwayat di atas
Keindahan bahasa al-Quran ini dalam banyak hal telah mendorong umat
bentuk puisi (HB Jassin, 1995). Refleksi estetik ini secara nyata menjadi
muncul sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Salah satu kisah yang cukup populer
adalah tentang kisah keislaman Umar ibn Khattab setelah mendengar pembacaan
107
beberapa ayat Alqur’an oleh adik perempuannya yang bernama Fatimah bersama
suaminya yang bernama Sa’id bin Zayd. Kemudian terjadi debat di antara mereka
bahkan kemudian muncul sikap kasar Umar kepada mereka. Namun, setalah
Umar membaca sendiri beberapa ayat dari surah Thaha, ia kemudian berkomentar
“Alangkah indah dan mulianya firman ini (ma ahsana hadzal kalam wa akrama)”,
dan kemudian menemui Nabi untuk masuk Islam. Kisah ini menunjukkan bahwa
pembacaan al-Quran ternyata telah menjadikan Umar bin Khattab yang saat itu
merupakan musuh utama Nabi justru mengikuti beliau (Kermani, 2002: 261-262).
261-262).
yang kompleks dalam kehidupan umat Islam. Pembacaan ayat-ayat suci al-Quran
ayat-ayat al-Quran juga menjadi bagian dari berbagai event seperti perkawinan,
kematian dan ketika seseorang memiliki hajat yang lain. Tradisi “semaan” al-
Quran di Indonesia berkembang pesat dalam masyarakat, mulai dari yang hanya
melibatkan keluarga hingga jamaah yang jumlahnya puluhan ribu orang. Dalam
skala yang berbeda-beda, pun dengan “revolusi” lagu yang terus berkembang,
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) dan lain-
lain.
108
Kesusastraan dan seni suara (lagu) Al-quran yang indah akan menjadi
spirit” (Minorsky, 1959: 21). Menurut Seyyed Hossein Nasr, kaligrafi, yang
merupakan cikal-bakal seni plastis (plastic arts), menyuarakan wahyu Islam dan
indah, dan graphein, tulisan atau aksara (Eliade, 1987: 24-25) sering dirujukkan
kepada Ali ibn Abi Thalib yang menyatakan “Keindahan tulisan adalah kefasihan
tangan dan keluwesan pikiran.” Ali bin Abi Thalib sendiri bersama sahabat-
sahabat yang lain seperti Utsman bin Affan, Umar bin Khattab, Thalhah bin
Abdillah, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Muawiyah bin Abi Sufyan belajar kaligrafi
kepada Bishr dan Harb, dua tokoh pembawa kaligrafi kepada suku Quraisy
misalnya Abu Hayyan at-Tauhidi, “Tulisan tangan adalah perhiasan karya jari-
1993:27), Ja’far “Tinta itu merupakan sebgaian dari peradaban yang baik” atau
109
“Gambaran tinta di depan mata hitam pekat, di depan hati putih bagai salju”(
merupakan fenomena yang sangat unik. Seni kaligrafi yang awalnya lebih
ornamen bagi masjid atau tempat-tempat suci yang lain dan menjadi bagian dari
seni arsitektur Islam, hiasan-hiasan dinding baik dalam bentuk ukiran, lukisan dan
mengandung unsur magis sepertikeris, tombak, pedang, perisai, baju dan lain
sebagainya. Pun bentuk seni kaligrafi sangat beragam hingga mengikuti bentuk
sangat berbeda dengan mushaf pada umumnya yang setiap halamannya terpenuhi
dengan tulisan ayat-ayat tersebut. “Sebenarnya Alqur’an itu puitis seperti puisi,
sehingga rasanya lebih indah kelau disusun berbentuk puisi, dan tentu enak
Karena disusun seperti susunan puisi, mushaf al-Quran versi HB Jassin yang
kosong di sisi kanan dan kiri ayat-ayat al-Quran. Tempat-tempat kosong ini
3. Keindahan Alam Semesta, Seni Lukis, Pahat dan Patung dalam Al-Quran
Tidak keliru jika dikatakan bahwa inti dari segala uraian Al-Quran adalah
memperkenalkan keesaan Allah Swt. Ini terlihat sejak wahyu pertama Al-Quran,
alam raya, seperti bunyi satu ungkapan yang dinilai oleh sementara ulama
Aku tadinya sesuatu yang tidak dikenal. Aku ingin dikenal, maka
Kuciptakan makhluk agar mereka mengenal-Ku.
suci Al-Quran mengajak manusia memandang ke seluruh jagat raya, antara lain
indah). Begitu pernyataan Allah dalam surat Ash-Shaffat (37): 6-7 dan
Fushshilat (41): 12. Laut pun diciptakan antara lain agar dapat diperoleh
111
darinya bukan sekadar daging segar, tetapi juga hiasan yang memperindah
penampilan seseorang.
matahari saat naik sepenggalan, malam ketika hening dan masih banyak yang
dinyatakannya:
Ini berarti bahwa seni dapat dicetuskan oleh perorangan sesuai dengan
tanpa diberi batasan ketat kecuali yang digariskan-Nya pada awal uraian surat
Al-Nahl itu, yakni Mahasuci Allah dari segala kekurangan dan Mahatinggi dari
Menang, kehidupan dunia tidak akan berakhir kecuali apabila dunia ini
hiasannya.
112
mengabaikan salah satu dari bukti keesaan Allah Swt., dan mengekspresikannya
enggan berkata lebih kuat-- dari upaya membuktikannya dengan akal pikiran.
Bukti terkuat tentang wujud Tuhan terdapat dalam rasa manusia, bukan akalnya.
Kita tidak perlu bertepuk tangan kepada logika yang membuktikan wujud
Tuhan, karena dengan logika juga orang membuktikan sebaliknya. Karena itu pula
Imam Al-Ghazali menulis dalam Ihya Ulumuddin, bahwa siapa yang tidak
musik dan getaran nadanya, maka fitrahnya telah mengidap penyakit parah yang
sulit diobati.
113
dengan kemampuannya sebagai makhluk. Dalam konteks ini, Nabi Saw. bersabda,
Mahaindah dan menyenangi keindahan. Bahkan ada hadis Nabi yang memberi
kesan bolehnya memperhatikan keindahan diri sampai pada batas bersaing untuk
menjadi yang terindah. Seorang sahabat Nabi bernama Malik bin Mararah Ar-
ketika beliau memperoleh hadiah berupa pakaian yang bersulam benang emas,
lalu naik ke mimbar, namun beliau tidak berkhutbah dan kemudian turun.
Demikian beliau memakai baju yang indah, tetapi beliau tetap menyadari
Islam tentang kesenian, maka mengapa warna kesenian Islami tidak tampak
dengan jelas pada masa Nabi Saw. dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
114
perkembangan kesenian?
masa Nabi dan para sahabatnya adalah karena seniman baru berhasil dalam
bentuk karya seni. Pada masa Nabi dan sahabat, proses penghayatan nilai-nilai
Islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam tahap upaya
benak dan jiwa masyarakat, sehingga kehati-hatian amat diperlukan baik dari
Atas dasar inilah kita harus memahami larangan-larangan yang ada, kalau
kita menerima adanya larangan penampilan karya seni terlentu. Apalagi seperti
Mari kita coba melihat dua macam seni yang seringkali dinyatakan
Al-Quran secara tegas dan dengan bahasa yang sangat jelas berbicara
penghancurannya.
115
Ada satu catatan kecil yang dapat memberikan arti dari sikap
terbesar pada saat berhala itu difungsikan untuk satu tujuan yang benar.
Allah kepada Nabi Sulaiman, yang antara lain adalah, (Para jin)
gedung yang tinggi dan patung-patung ... (QS Saba [34]: 13).
terbuat dari kaca, marmer, dan tembaga, dan konon menampilkan para
116
tersebut).
3. Al-Quran surat Ali Imran (3): 48-49 dan Al-Maidah (5): 110
gunung tempat tinggal mereka. Kaum ini enggan beriman, maka kepada
keluarnya seekor unta yang benar-benar hidup dari sebuah batu karang.
Mereka melihat unta itu makan dan minum (QS Al-Araf, 7: 73 dan QS
dengan unta yang menjadi mukjizat itu. Sayang mereka begitu keras
kepala dan kesal sampai mereka tidak mendapat jalan lain kecuali
mereka tekuni itu merupakan nikmat Allah Swt. yang harus disyukuri,
dan harus mengantar kepada pengakuan dan kesadaran akan kebesaran dan
keesaan Allah Swt. Allah sendiri yang menantang kaum Tsamud dalam
orang selain mereka ketika itu. Sebagian besar berhala adalah patung-
adalah pencipta segala keindahan, maka manusia beriman akan merasa amat
estetika, yang memberikan rasa sukacita, bahagia dan gembira pada jiwa mereka.
estetika dan keindahan yang telah dipilih untuk mereka oleh Allah s.w.t. Inilah
Lebih daripada itu, Dia sudah berjanji untuk menumpahkan rahmat kepada
tanda-tanda inilah, maka orang yang beriman cuba menciptakan satu lingkungan
sendiri di dunia ini, sehingga dengan demikian memperoleh pola hidup yang
Salah satu anugerah Allah s.w.t kepada orang beriman di dunia ini adalah
barang-barang perhiasan. Allah s.w.t menciptakan emas dan perak untuk dijadikan
perhiasan – mutiara, pakaian indah bernilai, dan banyak benda lainnya yang
hati manusia. Keindahan yang akan Allah s.w.t anugerahkan di syurga kepada
pakaian hijau yang diperbuat daripada sutera halus (yang bertekat), serta mereka
dihiasai dengan gelang-gelang daripada perak, dan mereka diberi minum oleh
Tuhan mereka dengan sejenis minuman (yang lain) yang bersih suci.” (Al-Insaan:
21)
Di dalam ayat ini, Allah s.w.t menekankan perhatian kita pada nilai
perhiasan perak adalah salah satu bentuk ‘kegembiraan’ yang Allah s.w.t ciptakan
untuk umat manusia. Gelang-gelang perak banyak disebutkan pada ayat-ayat lain.
Terdapat ayat lain menjelaskan keindahan kalung emas dan mutiara, sebagaimana
orang yang beriman dan beramal soleh ke dalam Syurga yang mengalir padanya
syurga, sebagai pahala. Imbalan untuk semua keindahan itu, kepada manusia
hanya dituntut sikap mensyukuri kepada Allah s.w.t dan hidup di dunia menurut
tersedia di bumi, yang tidak satu pun daripadanya bakal menolong mereka pada
pedihnya.
keindahan’. Manusia tidak saja menikmati barang-barang cantik dan indah, tetapi
hambaNya, dan demikian juga benda-benda yang baik lagi halal dari rezeki yang
orang-orang yang beriman (dan juga yang tidak beriman) dalam kehidupan
dunia; (nikmat-nikmat itu pula) hanya tertentu (bagi orang-orang yang beriman
Kami satu persatu bagi orang-orang yang (mahu) mengetahui.” (Al-A’raaf: 32)
apa sahaja berupa barang perhiasan yang mendatangkan rasa bahagia di dunia
Sebaliknya, pada hari kemudian, banyak benda lainnya yang tidak terbandingkan
indah dan megahnya akan khusus menjadi milik mereka. Setiap keindahan adalah
‘karya seni’ milik Allah s.w.t semata-mata, pencipta segala sesuatu. Oleh hal yang
orang beriman akan mensyukuri anugerah Allah s.w.t itu, dan semakin bertambah
dan kekayaan, yang semuanya mungkin menjadi ‘pengiring’ orang kafir dan orang
tidak beriman kepada kesesatan, hanya diperuntukkan kepada orang yang beriman
agar mensyukuri nikmat Allah s.w.t dan memperoleh hidayah-Nya. Semua hasil
karya seni yang dicipta untuk Nabi Sulaiman a.s menunjukkan keinginannya yang
tinggi terhadap seni. Haekal Sulaiman (The Temple of Solomon), yang hanya satu
adalah sebuah istana megah yang disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama
(Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil), al-Quran, serta banyak dokumen sejarah dan
catatan-catatan.
masuk ke dalam istana itu, dia menyangka lantai istana itu adalah sebuah kolam
besar. Dia tidak menyedari bahawa lantai itu berlapiskan kaca. Setelah dia
mengetahui akan keagungan istana tersebut, dia ‘tunduk’ pada keindahan dan
ketakjuban karya seni, dan ketinggian ilmu Nabi Sulaiman serta menyatakan diri
Nabi Sulaiman a.s itu merupakan salah satu contoh yang amat berbekas di hati
123
Islam. Dalam abad sebelum ini, kita juga dapat menyaksikan peninggalan
daripada pemahaman makna seni yang amat briliant, terutama yang dicipta oleh
penerapan tanda-tanda tersurat tentang seni yang tersirat di dalam Kitab Suci ini.
dan memberikan banyak petunjuk tentang tata rias. Semuanya tersedia, hingga
ini. Beberapa unsur dekorasi yang tertera di dalam al-Quran berbunyi seperti
“Dan demi Baitul Makmur, dan demi bumbung yang tinggi.” (At-Thuur:
4-5)
tinggi memberikan rasa selesa dan nyaman kepada kalbu manusia. Platform
dengan rekabentuk demikian juga indah pada pandangan mata. Bumbung yang
kesengsaraan yang harus dirasakan penghuni neraka kelak. Gambaran Allah s.w.t
ini, bahawa neraka beratap atau berbumbung rendah, penuh sesak, dan terkurung,
hendaklah dapat meyakinkan kita agar tidak memilih tempat seperti itu di alam
“Dan kalaulah tidak kerana manusia akan menjadi umat yang satu
(dalam kekufuran), nescaya Kami jadikan bagi orang-orang yang kufur ingkar
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, bumbung rumah-rumah mereka dari perak,
dan tangga-tangga yang mereka naik turun di atasnya (daripada perak juga).
(Az-Zukhruf: 33)
sesungguhnya perangkap kehidupan di dunia ini dan bahawa rumah kita yang
3. Pintu-Pintu
“Dan juga pintu-pintu rumah mereka (dari perak juga), dan kerusi-kerusi
tersebut itu tidak lain hanyalah merupakan kesenangan hidup di dunia; dan
(sebaliknya) kesenangan hari akhirat di sisi hukum Tuhanmu adalah khusus bagi
Maksud ayat tersebut menarik perhatian kita pada nilai estetika dan seni
emas, perak, atau kayu berukir, ataupun dipercantikkan dengan kaca, mungkin
dapat dijadikan sebagai benda-benda hiasan di pintu gerbang rumah ataupun pada
Uthmaniah banyak mengembangkan pola ini, dengan ciptaan pelbagai reka bentuk
4. Tiang-tiang tinggi
(Al-Fajr: 7-8)
Aad, amatlah cantik dan indah bangunannya daripada keagungan seni binanya,
senangi sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: “Di situ juga ada pelamin-
Ghaasyiyah 13-16)
Kerusi-kerusi yang cantik dan indah buatannya adalah tempat duduk yang
(Al-Waaqi’ah: 15-16)
(usahkan hawa panasnya), dan juga tidak merasai suasana yang terlampau
pasangan mereka bersuka ria di tempat yang teduh, sambil duduk berbaring
syurga itu sambil berbaring (di atas pelamin); mereka meminta di situ buah-
(Saad: 50-51)
127
34)
sutera tebal yang bersulam; dan buah-buahan kedua-dua syurga itu dekat
(kepada mereka) untuk dipetik. Maka, yang mana satu di antara nikmat-nikmat
7. Bantal-bantal hijau
permaidani yang sangat indah. Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat
Di samping bantal, ayat ini juga menunjukkan makna hijau, warna lambang
perdamaian.
128
daripada emas; dan di dalam syurga itu pula disediakan segala yang diingini
oleh nafsu serta di pandang indah oleh mata; dan (dikatakan kepada mereka):
“Kamu adalah tetap kekal di dalamnya”. Dan (dikatakan lagi kepada mereka):
“Inilah syurga yang diberikan kamu mewarisinya, disebabkan apa yang kamu
atau terbuang di syurga juga mempunyai nilai artistik dan estetika tinggi.
anugerah ‘dan di dalam syurga itu pula disediakan segala yang diingini oleh
daripada perak dan kristal juga disediakan di syurga. Ayat tentang perkara ini
dapat dilihat daripada firman-Nya yang bermaksud: “Dan (selain itu) diedarkan
ganjaran pahala berupa hidup kekal di dalam syurga dan dengan bermacam-
hiasan yang belum pernah ada di dunia, dan akan dihidangkan minuman-minuman
piala yang berisi khamar (yang diambil) dari sungainya yang mengalir. Minuman
itu putih bersih, lagi lazat rasanya, bagi orang-orang yang meminumnya.” (As-
Shaaffaat: 44-45)
dibandingkan dengan apa yang tersedia di dunia ini. Namun, Allah s.w.t
perbandingan dan kias ibarat tentang apa yang ada di syurga. Sebagai imbalan
1. Hadis Buhkari, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lain-lain dari Rubayyi' binti
Mu'awwiz 'Afra.
Islam ada tiga pesta, yakni (1) pesta pertunangan, (2) pesta pernikahan, (3) pesta
percampuran). Lalu Nabi s.a.w. duduk di atas.tikar. Tak lama kemudian beberapa
130
orang dari jariah (wanita budak)nya segera memukul rebana sambil memuji-muji
Badar. Tiba-tiba salah seorang dari jariah itu berkata: "Di antara kita ini ada Nabi
s.a.w. yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada esok hari." Tetapi
Rasulullah s.a.w. segera bersabda (Lihat SEJARAH AL-KARMANI, Jilid IX, hlm.
108-109; SUNAN AT-TIRMIDZI, Jilid III, hlm. 398-399; dan SUNAN AL-
(َﺖ َﺗﻘُﻮِْﻟﯿْﻦ
ِ )ﻻَ َﺗﻘُﻮْﻟِﻲ ھﻜَﺬَا َو ﻗُﻮِْﻟﻲْ َﻛﻤَﺎ ﻛُ ْﻨ
tadi.
2. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah r.a. Katanya (Lihat
SHAHIH BUKHARI, Hadis No. 949, 952; lihat juga SHAHIH MUSLIM,
ada dua gadis perempuan budak yang sedang mendendangkan nyanyian (tentang
hari Bu'ats) (Bu'ats adalah nama salah satu benteng untuk Al-Aws yang jaraknya
kira-kira dua hari perjalanan dari Madinah. Di sana pernah terjadi perang
dahsyat antara kabilah Aus dan Khazraj tepat 3 tahun sebelum hijrah.) Kulihat
Rasulullah s.a.w. berbaring tetapi dengan memalingkan mukanya. Pada saat itulah
Abu Bakar masuk dan ia marah kepadaku. Katanya: "Di tempat / rumah Nabi ada
seruling setan?". Mendengar seruan itu Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada
Tatkala Abu Bakar tidak memperhatikan lagi maka aku suruh kedua budak
perempuan itu keluar. Waktu itu adalah hari raya di mana orang-orang Sudan
sedang menari dengan memainkan alat-alat penangkis dan senjata perangnya (di
dalam masjid)."
3. Hadis riwayat Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah r.a.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad terdapat lafaz (Lihat
ٌﻷﻧْﺼَﺎرَ َﻗ ْﻮم
َ ﺤﯿﱡﻮْﻧَﺎ ُﻧﺤَﯿﱢﯿْ ُﻜﻢْ َﻓﺈِنﱠ ا
َ أَ َﺗﯿْﻨَﺎ ُﻛﻢْ َأﺗَﯿْﻨَﺎ ُﻛﻢْ َﻓ:ُ)ﻟَﻮْ َﺑﻌَﺜْ ُﺘﻢْ ﻣَ َﻌﮭَﺎ ﻣَﻦْ ُﯾﻐَﻨﱢﯿْ ِﮭﻢْ وَ ﯾَ ُﻘﻮْل
(ٌﻏﺰَل
َ ْﻓِﯿْ ِﮭﻢ
kami dan kami pun menghormati kamu. Sebab kaum Anshar senang menyanyikan
4. Hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Buraidah yang berkata:
Setelah beliau pulang dari medan perang, datanglah seorang jariah kulit hitam
seraya berkata: "Ya Rasulullah, aku telah bernazar, yaitu kalau tuan dipulangkan
132
Allah dengan selamat, aku akan menabuh rebana dan bernyanyi di hadapan tuan."
"Jika demikian nazarmu, maka tabuhlah. Tetapi kalau tidak, maka jangan
lakukan."
Bakar. Tapi jariah itu masih terus menabuh rebananya. Tak lama kemudian
Utsman juga masuk, dan si penabuh masih asyik dengan rebana. Begitu pula
halnya ketika Ali masuk. Namun tatkala Umar masuk, jariah itu cepat-cepat
ﻞ
َﺧَ ﻀ ِﺮبُ ﻓَ َﺪ
ْ َﻋ َﻤﺮُ إِﱢﻧﻲْ ﻛُ ْﻨﺖُ ﺟَﺎِﻟﺴًﺎ وَ ِھﻲَ ﺗ
ُ )إِنﱠ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻟَ َﯿﺨَﺎفُ ﻣِ ْﻨﻚَ ﯾَﺎ
ﻲ
َ ﻞ ﻋُﺜْﻤَﺎنُ وَ ِھ
َ َب ُﺛﻢﱠ َدﺧ
ُ ﻲ ﺗَﻀْ ِﺮ
َ ب ُﺛﻢﱠ َدﺧَﻞَ ﻋَِﻠﻲﱞ وَ ِھ
ُ أَ ُﺑﻮْ ﺑَ ْﻜﺮٍ وَ ِھﻲَ ﺗَﻀْ ِﺮ
(ﺖ اﻟﺪﱡفﱠ
ِ ﻋﻤَﺮُ َأﻟْ َﻘ
ُ ﺖ أَ ْﻧﺖَ ﯾَﺎ
َ ﺧ ْﻠ
َ َﺗَﻀْ ِﺮبُ ﻓََﻠﻤﱠﺎ د
"Sesungguhnya syaitan pun takut kepadamu, hai Umar. Tadi ketika aku
duduk di sini, jariah ini masih memukul rebananya. Begitu pula ketika Abu Bakar,
Ali, Utsman masuk, dia masih memukulnya. Tetapi ketika engkau yang masuk hai
hlm. 119).
yang pernah meriwayatkan tentang apa yang terjadi dalam suatu pesta
"Saya masuk ke rumah Qurazhah bin Ka'ab dan Mas'ud Al-Anshari. Tiba-
bertanya:
:َﺳﻮْلَ اﷲِ )ص( وَ ِﻣﻦْ أَ ْھﻞِ َﺑ ْﺪرٍ وَ ﯾُ ْﻔﻌَﻞُ ھﺬَا ﻋِ ْﻨﺪَ ُﻛﻢْ َﻓﻘَﺎل
ُ ﺣﺒَﺎ َر
ِ )أَﻧْ ُﺘﻤَﺎ ﺻَﺎ
(ِاﻟْ ُﻌ ْﺮس
Badar. Kenapa hal yang begini kalian lakukan?" Qurazhah menjawab: "Duduklah,
kalau engkau mau. Mari kita dengar bersama. Kalau tidak, silahkan pergi.
(nyanyian) apabila ada pesta perkawinan." (Lihat SUNAN AN-NASAI, Jilid VI,
hlm.127):
6. Hadis Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Amr ibnu Yahya Al-Mazini
hlm. 187):
(ْ َأﺗَﯿْﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ أَ َﺗﯿْﻨَﺎ ُﻛﻢْ َﻓﺤَﱡﯿﻮْﻧَﺎ ُﻧﺤَﯿﱢﯿْ ُﻜﻢ:ُﻀ َﺮبَ ِﺑ ُﺪفﱟ وَ ﯾُﻘَﺎل
ْ ُﺣﺘّﻰ ﯾ
َ ﺴﺮﱢ
)ﻛَﺎنَ َﯾﻜْ َﺮهُ ِﻧﻜَﺎحَ اﻟ ﱢ
sedang memukul rebana sambil menyanyikan: "Kami jariah bani Najjar. Alangkah
(ْﺣﱡﺒ ُﻜﻢ
ِ ُ)اﷲُ َﯾ ْﻌَﻠﻢُ إِﱢﻧﻲْ ﻷ
Jika gambar itu di jadikan sebagai sarana kemewahan, maka ini termasuk
yang tidak diperbolehkan. Seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW di
rumahnya.
pintunya. Ketika Nabi SAW datang, beliau melihat penutup itu, maka Rasulullah
memerintahkan kita untuk memberi pakaian batu atau tanah liat." 'Aisyah berkata,
"Maka kami memotongnya dari kain itu untuk dua bantal dan kami isi bantal itu
dengan kulit pohon yang tipis kering, maka beliau tidak mencela itu kepadaku ."
(Muttafaqun 'alaih)
memerintahkan kita," berarti itu tidak wajib dan tidak sunnah, tetapi lebih
dalam syarah Muslim), bahwa rumah Rasulullah SAW haruslah menjadi uswah
dan teladan bagi manusia untuk dapat mengatasi keindahan dunia dan
kemewahannya.
pernah mempunyai gorden yang bergambar burung, sehingga setiap orang yang
mau ke rumah kami, dia selalu melihatnya (menghadap). Maka Rasulullah SAW
bersabda kepadaku, "Pindahkan gambar ini, sesungguhnya setiap aku masuk (ke
rumah ini) aku melihatnya, sehingga aku ingat dunia." (HR. Muslim)
Di dalam hadits lain juga diriwayatkan oleh Qasim bin Muhammad, dari
'Aisyah ra, sesungguhnya 'Aisyah pernah mempunyai baju yang ada gambarnya
yang dipasang di pintu, dan Nabi kalau shalat menghadap gambar itu. Maka Nabi
bersabda, "Singkirkan dariku, 'Aisyah berkata, "Maka aku singkirkan dan aku buat
untuk bantal."
5. Barangsiapa tidur dan tangannya masih berbau atau masih ada bekas
makanan dan tidak dicucinya lalu terkena sedikit gangguan penyakit kulit
maka janganlah menyalahkan kecuali dirinya sendiri. (HR. Ibnu Hibban
dan Abu Dawud)
6. Malaikat jibril terus-menerus berpesan agar aku menggosok gigi
(bersiwak) sehingga aku khawatir gigi-gigiku tanggal dan aku ompong
tanpa gigi. (HR. Ath-Thahawi)
7. Wahai Abu Hurairah, potonglah (perpendek) kuku-kukumu.
Sesungguhnya setan mengikat (melalui) kuku-kuku yang panjang. (HR.
Ahmad)
8. Janganlah kamu kencing di air yang tidak mengalir kemudian kamu
berwudhu dari situ. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
9. Apabila seorang bersenggama dengan isterinya dan hendak mengulangi,
hendaklah dia berwudhu lebih dulu agar lebih segar pengulangannya. (HR.
Muslim)
10. Siapa yang mengenakan pakaian hendaklah dengan yang bersih. (HR. Ath-
Thahawi)
11. Apabila seorang bangun tidur jangan langsung memasukkan tangannya ke
dalam ember (bak) air sehingga mencucinya lebih dulu tiga kali.
Sesungguhnya dia tidak mengetahui dimana tangannya bermalam atau
dimana tangannya melayang. (HR. Abu Dawud)
12. Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ari radhiyallaahu ‘anhu, Dia
berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bersuci
adalah separuh dari keimanan, ucapan ‘Alhamdulillah’ akan memenuhi
timbangan, ‘subhanalloh walhamdulillah’ akan memenuhi ruangan langit
dan bumi, sholat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan bukti,
kesabaran itu merupakan sinar, dan Al Quran itu merupakan hujjah yang
akan membela atau menuntutmu. Setiap jiwa manusia melakukan amal
untuk menjual dirinya, maka sebagian mereka ada yang membebaskannya
(dari siksa Alloh) dan sebagian lain ada yang menjerumuskannya (dalam
siksa-Nya).” (HR Muslim)
terus untuk memberikan jawaban baru yang relevan terhadap perubahan sosial
ini ternyata masih banyak ditandai oleh dikotomi pemikiran antara warna
Barat dan Timur Tengah. Kondisi ini, kemudian menjadi potensi pemicu
dinamisasi pemikiran Islam. Tetapi menjadi terlalu naif bila ternyata yang
nampak adalah proses pengkafiran satu sama lain. Kelompok Islam hasil
kelompok Islam Timur Tengah yang mengklaim atas segala hujatan dan
yang akan mengisolasi umat Islam dari proses dinamika zaman lebih dari itu,
sikap yang demikian akan menjadikan Islam kehilangan elan vitalnya dalam
modern yang sesuai dengan zaman. Sebenarnya hal ini tidak boleh terjadi,
dan sistem pendidikan Islam yang berasal dari zaman klasik (tradisional) yang
atas dunia Islam yang berlangsung cukup lama (Syafi’i Ma’arif, 1993 : 144).
Dengan demikian anak- anak umat bukan saja punya persepsi yang
berbeda tentang agama, manusia, dan hidup, tapi persepsi itu berhadapan satu
sama lain secara diametral. Dalam perspektif ini, konflik- konflik internal di
kalangan umat menjadi semakin subur, dan konflik ini akan sulit diselesaikan
lenyap dari seluruh masyarakat Islam di permukaan bumi ini. Bila memang
Indonesia tetapi juga melanda seluruh negara muslim atau yang penduduknya
menarik tentang sains Islami baru, yang dijauhkan dari matriks sekular dan
humanistik (dari sains modern). Nasr mengkritik apa yang disebutnya sebagai
sains Barat karena menyebabkan kehancuran manusia dan alam. Begitu juga
Menurutnya, apa yang disebut sains Barat jelas tidak sesuai. Tidak saja karena
Bagi Sardar, pembagian ilmu yang dikotomik tidak sesuai lagi dengan
tradisi intelektual Islam zaman klasik. Disiplin ilmu lahir dari suatu matriks
lingkungan sejarah dan budaya yang khusus serta hanya memiliki makna
Pandangan dunia yang dimaksud, sangat universal sifatnya bagi umat Islam
tengah lingkungan dengan titik tengah: Tauhid yang dilingkupi dan saling
berhubungan dengan nilai khalifah, ibadah, adl, syari'ah, istislah dan risalah.
dikotomi yang membedakan secara diametral antara ilmu agama dan ilmu
mempunyai ciri khas tersendiri, dan sistem pendidikan sekuler dengan segala
1993: 18).
seperti dalam sistem pendidikan Barat. Karena itu sistem pendidikan ini hanya
negara-negara Islam. Puncak sistem pendidikan ini, menurut Syed Ali Asyraf
nya secara umum tidak menyadari warisan klasik dan tradisi mereka sendiri
tidak mau jelas mengakibatkan adanya kesenjangan yang cukup serius, bahwa
karena itu, mengikuti pola pikir Barat dapat dijadikan jalan alternatif. Yaitu
bersifat curiga terhadap segala yang berasal dari Barat. Mereka akhirnya
berusaha menjauhkan din dari apa yang ingin diajarkan para penjajah itu.
Sikap alienatif ini didorong oleh anggapan, bahwa pendidikan baru yang
warisan budaya tradisional. Sekalipun sikap kelompok kedua ini lambat laun
dianggap hanya bersifat tambal sulam. Dengan kata lain, melepaskan diri
sama sekali dari pengaruh Barat adalah suatu hal yang impossible. Harus
diakui bahwa sebagian besar negara Islam masih merupakan negara Dunia
143
Ketiga (miskin atau masih berkembang), yang saat ini masih tertinggal
beberapa langkah dari kemajuan yang dicapai oleh negara-negara Barat, yang
mau tidak mau jalur atau track tersebut harus dilalui oleh negara-negara
cukup jarang dijumpai (Wahid, 227). Sehingga hal yang demikian ini
hambatan atau sumbatan yang harus segera dicarikan media alternatif untuk
pesona ilmu pengetahuan dan teknologi. Ikon Iptek dan Imtak adalah hasil
dalamnya adalah bagaimana seni yang menjadi salah satu cabang ilmu
BAB III
Kata estetika berasal dari kata kerja Yunani yang berarti merasakan (to
keindahan dan rasa seni, the branch of philosophy dealing with the principles
of beauty and artistic taste (Jonathan, 1995: 9). Masalah utama yang hendak
dijawab oleh estetika adalah apa hakekat keindahan itu. Di samping itu
merupakan suatu teori yang meliputi (1) penyelidikan mengenai yang indah,
Persoalan keindahan (seni) telah banyak dibahas oleh para ahli, tetapi
sendiri. Louis Kattsoff mencatat ada empat konsepsi tentang keindahan, yaitu
dan mengandalkan perasaan. (Louis, 1987: 383). Oleh karena itu seni
132
145
suatu objek, meskipun objek tersebut belum tentu indah. Perasaan indah itu
sesuatu objek yang dapat menimbulkan kesenangan pada akal. Objek itu
empirik dalam realitas kehidupan manusia. (Louis, 1987: 388 - 390). Inilah
dua konsep mendasar yang perlu diperjelas lebih dahulu definisinya, yaitu
estetika disatu sisi dan Islam disisi yang lain. Secara sederhana estetika bisa
disiplin tradisional filsafat apa hakikat keindahan (ontologi), dengan apa dan
2002). Semua aspek-aspek tersebut dikaji secara filosofis, atau dikaji dengan
keakar permasalahan yang paling dalam dan paling tersembunyi (Iqbal, 2001).
yaitu kitab suci yang merupakan merujuk pada asal usulnya wahyu yang
hidup. Kehidupan penganut Islam secara ideal harus mendasarkan diri pada
ajaran yang tertera dalam al- Qur’an, dengan kata lain Alqur’an merupakan
dunia Qur’ani. Jika pendefinisian dua konsep di atas disepakati, maka estetika
Pemahaman ini bisa menjadi rancu secara filosofis, karena selama ini yang
berpikir yang sesuai nalar tanpa bersandar terhadap satu keyakinan apapun,
sehingga estetika Islam Nampak bukanlah sebagai suatu kajian filosofis murni
karena masih bersandar (dan meyakini) terhadap suatu ajaran, yaitu Alqur’an.
147
keraguan bahwa suatu kajian filsafat bisa dilakukan secara murni filosofis
dalam lingkup yang lebih luas, keraguan ini bukanlah suatu persoalan yang
dalam sejarah keabsahan filosofis dari kajian etika Islam, Epistemologi Islam,
Kosmologi Islam atau pembahasan tema-tema filsafat lain yang memakai atau
estetika Islam, yang belum tentu memuaskan secara intelektual. Jalan tersebut
yang belum tentu jelas integritasnya sampai ajaran-ajaran yang diklaim datang
dari Tuhan (wahyu). Penulis akan mengevaluasi semua bentuk ajaran tersebut,
kemudian menerima yamg sesuai nalar filosofis dan menolak yang tidak
estetika Islam relevan dikaji bagi pihak awam seperti penulis dengan merujuk
pada proses dan produk intelektual dari seorang filsofof atau suatu mazhab
banyak filosof dan beragam pemikiran filosofis yang dalam tingkatan tertentu
kemudian dikaji, dievaluasi, dikritisi dan direvisi oleh filosof yang datang hari
realitas, kebenaran, ruang dan waktu, dunia dan sejarah umat manusia,
serta estetika bermuara pada tauhid (Ismail, 1995: 74). Dengan demikian
Estetika sebagai ekspresi tauhid memiliki dua ide dasar, yaitu the
idea of beauty dan the idea of beautiful. Yang pertama bersifat objektif,
yaitu Obyek atau sumber keindahan itu sendiri. Ia adalah Tuhan dan
diekspresikan dalam bentuk karya seni (art). Karya seni bukan merupakan
hasil tiruan dari realitas alam, melainkan suatu apresiasi dari pengalaman
estetika.
dunia (world view), kemudian bagaimana estetika Islam dan seperti apa
seni Islam itu. Pandangan dunia (world view) yang dibangun oleh Faruqi
seharusnya" dari objek tersebut. Dalam kasus alam yang hidup, seperti
150
tanaman, hewan dan manusia, yang indah adalah apa yang tampil sedekat
mungkin dengan esensi aprion tersebut, yaitu objek estetika alam telah
adalah apa yang diungkapkan oleh alam. Pandangan yang indah seperti ini
dalam bentuk yang dapat dilihat. Jadi seni bukanlah tiruan dari alam
melainkan seni adalah pembacaan dalam alam, suatu esensi yang bukan
alam, menemukan di dalam alam apa yang bukan bagian dari padanya.
Padahal apa yang tidak ada dalam alam adalah transenden, sedangkan
yang memenuhi syarat transenden hanya Ilahi (Faruqi, 1995: 205). Oleh
karena itu, kata Faruqi, keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan
207). Dengan demikian, seni Islam adalah segala produk historis yang
memiliki nilai estetis yang dihasilkan oleh orang Islam, dalam kurun
sehingga seni Islam tidak lain adalah seni Alqur’an (Faruqi, 1995: 162)
b. Struktur Modular. Karya seni Islam tersusun atas berbagai bagian atau
menyusunnya.
e. Dinamisme. Desain seni Islam bersifat dinamis, yaitu desain yang harus
dialami melalui waktu. Ini berlaku bagi kategori seni yang (seni rupa
dan arsitektur) dan seni waktu (sastra dan musik) yang dalam seni Islam
f. Kerumitan. Detail yang rumit merupakan ciri sebuah karya seni Islam.
Alqur’an.
merupakan ekspresi estetika yang ditangkap oleh indra perasa dan intuisi
(seni) Islam menjadi: (1) Seni Sastra; (2) Kaligrafi; (3) Ornamentasi; (4)
a. Seni Sastra
yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun, terutama dalam bidang sastra.
1999: 36).
kriteria dan norma bahasa arab, meliputi kosa kata, sintaksis, tata
pembagian bait menjadi dua, tiga, empat dan lima; dan qafiyah,
kebebasan penuh dalam bait atau maqta' (bagian) (Isma’il, 1999: 56).
b. Kaligrafi
diketahui, bangsa Arab pada waktu itu telah memiliki seni menulis.
menulis Alqur’an. Hal ini dilakukan oleh Zayd ibn Tsabit atas perintah
Basrah dan Kufah). Gaya tulisan ini mempunyai ciri berbentuk sudut.
Faruqi membedakan ada tiga varian kufi, yaitu (1) kufi berbunga, garis
vertikal diberi bentuk daun dan bunga; (2) kufi jalin atau anyaman,
garis vertikal dibuat bagaikan anyaman; dan (3) kufi hidup, huruf-
Gaya yang lain adalah gaya naskhi (diciptakan oleh Ibnu Muqlah
dan disempurnakan oleh Ibn al-Bawwah (w. 423 H/1032 M); gaya
sittah, bentuk tulisan kursif "enam" (diciptakan oleh Yaqut ibn Abd
Allah al-Mu'tasimi (w. 698 H/1298 M); gaya tsuluts, tulisan dekaratif
menyurat pribadi dan bisnis atau resmi dalam bahasa Parsi dan Urdu.
156
Tulisan lain yang banyak dipakai secara luas di dunia Islam adalah
benda-benda alam. Kaligrafi jenis ini sudah ada sejak abad ke-7 H/13
Saggar, Muhammad Ali Shakir dan Isam al-Sa'id. (2) Kaligrafi figural.
dengan sifat abstrak dari seni Islam. Bentuk binatang dan manusia
atau mebeler, tetapi terdapat pada mangkuk, alat-alat makan dan alat
akulturasi antara seni Muslim dengan seni Barat. Kaligrafi jenis ini
atau kejadian. Gaya ini dipandang oleh Faruqi sebagai gaya yang tidak
Islami. (4) Kaligrafi simbolik. Jenis kaligrafi ini, orientasi dan proses
1999: 112).
c. Ornamentasi
karya seni. Menurut Faruqi, ornamentasi dalam seni Islam tidak hanya
158
tempat kerja, rumah dan masjid. (2) Transfigurasi bahan. Hal ini
143).
Struktur ini terdiri dari berbagai bagian atau modul yang berbeda, yang
159
dekorasi wadah keramik atau logam, senjata atau baju besi prajurit,
Model arabesk ini berupa susunan simetris unit-unit ke arah kiri dan
kanan atau atas dan bawah, dari suatu titik tengah, atau membentuk
mengikuti yang lain dan seterusnya (Isma’il, 1999: 149), (4) Struktur
sinar yang merekah. Pola semacam ini didapati pada bidang pembatas
yang diakhiri tanpa kesan telah selesai atau berakhir. Kesan tanpa akhir
d. Seni Ruang
Satu hal lagi yang dapat diambil dari seni Islam adalah "seni
tanpa ruang interior; (2) arsitektur, struktur dengan ruang interior; (3)
ruang itu merupakan ekepresi dari ajaran Islam dan ideologinya, sama
e. Seni suara
Barat. Sehubungan dengan seni suara, Faruqi membahas tiga hal, yaitu
(1) Seni suara dalam masyarakat Islam, (2) Model kreativitas: Lagu
erat" dan "interaksi" antara musik religius dan musik seni (art
nada) yang sudah ada sejak zaman Safi al-Din (abad 7 H/13 M) dan
Asia Tenggara); dan rakwan Allah dan jinjin (Hausa, Afrika Barat)
dengan ciri-ciri jenis seni Islam yang lain, yaitu enam ciri utama.
tentang seni secara utuh, sehingga umat Islam belum memiliki konsep
yang mapan dan applicable, baik secara filosofis (estetika atau filsafat
teoritis (sejarah, struktur dan klasifikasi: apakah ada seni Islam atau
seni tertentu dan menolak jenis seni yang lain yang ada dalam sejarah
Islam. Bagi Faruqi, seni bukan untuk seni. Seni merupakan ekspresi
transenden.
mampu menjadi hasil yang menjadi sumber keindahan bagi manusia pecinta
keindahan, oleh karena itu dalam keindahan yang diciptakan pun harus
Hampir tidak ada persoalan religius dan spiritual yang penting, baik yang
167
bersifat doktrinal maupun yang tidak diuraikan Rumi melalui berbagai cara
dalam tulisan-tulisannya.
Bagi Rumi, puisi merupakan salah satu sarana paling tepat untuk
antara tasawuf dan sastra memiliki hubungan yang sangat erat yaitu
manifestasi dari kepekaan terhadap alam dan kehidupan, selain itu sebagai
alat untuk berkomunikasi dengan orang lain secara bathiniah. Oleh karena
itu, puisi merupakan bagian dari seni yang mampu menghias syair-syair
dan mempunyai nilai estetika yang sangat tinggi. Tasawuf pada dasarnya
sangat tinggi dan berpengaruh pada pola penulisan puisi-puisi Rumi. Hal
ini dapat dilihat dalam pemahaman Rumi tentang puisi, bagi Rumi puisi
Rumi lebih dari itu, hidup dapat dirasakan sebagai suatu nikmat dan
mengekspresikan rasa cinta dalam kesufiannya melalui syair dan puisi, dan
mampu menciptakan nilai estetika yang begitu tinggi. Bagi Rumi, cinta
yang mendasari etika sufi merupakan prinsip tertinggi dan tujuan utama
yang memuja segala hal yang bersifat duniawi. Kedua, cinta yang memuja
Allah atau tidak. Rumi berpendapat bahwa cinta ibarat air yang
adalah cinta yang akan lenyapnya ketiadaan diri, yang menjadi hakikat
dari cinta kesufian adalah merupakan terjemahan mistis dan kreatif dari
mana cinta yang hakiki haruslah ditujukan pada sesuatu yang fana bagi
hasil ekspresinya yang penuh dengan muatan estetika yang begitu tinggi,
karena estetika bagi Rumi merupakan hasil dari ekspresi manusia yang
Allah, cinta terhadap gurunya dan cinta terhadap orangorang yang banyak
dimana keluar dari alam bentuk dan masuk ke dalam alam tanpa bentuk
dan sarat dengan makna. Kondisi ini membawa pencerahan pada manusia
manapun. Tulisan Rumi didomisasi rasa cinta pada Yang Maha Pengasih
dan Maha Karya, dan cinta kepada seluruh makhluk semestinya yang
seni yang dihasilkan manusia. Namun itu bukan berarti bahwa keindahan alam
dalam alam, dan alam juga adalah hasil negasi diri roh, sebagaimana karya
seni. Namun Hegel melihat perbedaan mendasar antara keindahan pada alam
dan karya seni.Alam itu, katanya, tidak sadar diri dan tidak bebas, sementara
roh atau yang Absolut itu sadar, aktif dan produktif. Dalam filsafat hukum,
Hegel juga mengatakan alam itu sebagai” roh yang tidur” (shlafender
geist)(Hegel, 1968 : 258). Karena itu keindahan alam adalah: keindahan yang
Roh yang sadar, aktif dan produktif itu bersemayam dalam diri
diuraikan Hegel secara panjang lebar dalam ilmu logikannya, roh demikian
dan yang telah mengatasi subyektifitas dan obyektivitas itu disebut ide. Ide
174
tidak lain dari kesatuan unsur-unsur yang beroposisi itu. Karena itu bisa
dikatakan bahwa seni adalah presentasi sekaligus partikularisasi ide. Isi seni
adalah ide. Presentasi ide dalam bentuk inderawi itu disebut yang ideal. Bila
ide menjadi relitas kongkrit, sesuai dengan konsep ide itu (yakni sebagai
disebut ideal. Yang disebut ideal adalah yang indah dan keindahan, yang ideal
itu indah, atau sebaliknya. Keindahan adalah bila unsur-unsur yang beroposisi
adalah penampakan murni dari ide secara inderawi (das sinnliche scheinen der
membentuk individualitas yakni karya seni tertentu. Bisa juga disebut bahwa
subyektif) dalam karya seni tidak lain dari ide itu sendiri, sementara unsur
seni dibuat. Kedua unsur inilah yang menyatu dalam setiap karya seni
partikularitas itu terdapat dalam seni klasik, etrutama seni patung Yunani yang
175
dan sempurna. Dalam patung tersebut, gagasan yang mau disampaikan lewat
dengan bentuk dan materi patung itu sendiri (partikularitas). Seni klasik adalah
puncak seni sebagai karya seni. Namun, menurut Hegel tidak melihat seni
bentuk inderawi. Oleh karena iu puncak karya seni menurut Hegel bukanlah
seni klasik, melainkan seni romatik. Dalam seni romantik, universalitas tidak
Ini sesuai dengan hakikat yang Absolut yang bersifat spiritual dan tidak
menulis beberapa novel besar, baik dalam bentuk maupun permasalahan umat
tidak mendalami lebih jauh makna seni, diartikan sederhana saja, yakni
aktivitas manusia yang menghasilkan sesuatu yang indah. Yang disebut indah
itu adalah sesuatu yang amat sempurna dalam dirinya, yang dapat memberikan
(http//www.anakmami.co.tv.htm.).
176
disebut indah dan memberikan kepuasan serta kesenangan pada dirinya. Ibarat
orang menyukai jenis masakan tertentu. Dia boleh menyebutnya enak dan
memuaskan hatinya, tetapi orang lain boleh jadi akan mual dengan hanya
pengertian apa hakikat masakan dan makanan bagi manusia. Makanan yang
baik adalah makanan yang berguna bagi pertumbuhan jasmani kita, dan itu
bisa enak dan bias juga 'tidak enak'. Maka, faham keindahan dalam seni harus
manusia lain. Ada tindak memberi dan tindak menerima. Apa yang diberikan?
lain lewat benda seni. Seni adalah ungkapan perasaan seniman yang
disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang
apa yang dirasakan sang seniman. Lebih dari itu, orang itu pun dapat
kalau karya seni seorang seniman hanya dapat diterima oleh satu orang
tertentu saja, dan tidak bisa diterima orang-orang lain, maka karya itu bukan
177
karya seni. Makin luas jangkauan penerimanya, makin besar makna karya seni
beragam, yakni dapat berupa perasaan yang kuat atau perasaan yang lemah,
perasaan yang penting dan perasaan yang tak berarti, perasaan baik dan
perasaan buruk, Ini dapat meliputi perasaan kagum, perasaan cinta tanah air,
tentram, dan banyak lagijenisnya. Semua jenis perasaan diterima lewat indera
juga telah dikenalnya, tapi mungkin jarang dirasakannya. Syarat ketiga, nilai
yang terpenting (Sumardjo, 1983 : 63). Tingkat gradasi dari ketiga syarat
tingkat kejujurannya justru tinggi, tetapi agak lemah dalam kejernihan dan
individualitasnya.
Semua persyaratan tadi menentukan apa yang disebut seni atau bukan
seni, terlepas dari apakah perasaan yang diekspresikan itu baik atau buruk,
hidupnya sendiri sesuai dengan kondisi dan persoalan zaman itu. Tetapi,
tujuan akhir tetap pada kesempurnaan hidup sebagai manusia, dan ini terdapat
agama. Karya seni yang berdasarkan persepsi agama semacam itu akan
religiositas agama tentu akan ditolak oleh para penerima seni. Persepsi agama
menyatukan perasaan antara manusia dengan manusia lainnya. Seni yang baik
179
yakni ekspresi perasaan seniman. Maka, apa yang disebut seni dipandang dari
'isi jiwa' senimannya, yang terlihat dari persyaratan seni yang baik tadi.
dikatakan perlunya teknik ungkap yang cerdas. Begitu pula segi penerima
seni, lebih banyak disorot sebagai pelaku pasif dalam penerimaan nilai seni.
Tentang nilai seni sendiri lebih ditonjolkan nilai moralnya yang dihubungkan
dengan religiositas agama. Persoalan yang tak disinggung Leo Tolstoy ini,
dalam abad ke-20 dibahas oleh banyak pemikir seni lainnya. Seni bukan yang
Seni Islam menurut Nasr bersumber dan berkaitan dengan aspek spiritual
atau aspek batin wahyu. Nasr mengklasifikasikan seni dalam 3 bagian. Pertama,
seni suci, yakni seni yang berhubungan langsung dengan praktek-praktek utama
agama dan kehidupan spiritual. Lawannya adalah seni profan. Kedua, seni
antara seni suci dan seni tradisional ini bias dilihat pada contoh sebuah pedang.
180
Pedang yang dibuat abad pertengahan, baik Islam maupun Kristen, tidak pernah
prinsip dan ajaran Islam atau Kristen. Karena itu, sebuah pedang pada waktu itu
masuk kriteria seni tradisional. Inii berbeda dengan pedang Shinto di kuil I Se di
Jepang. Pedang Shinto dikaitkan langsung dengan ajaran agama tersebut dan
merupakan objek ritual yang bermakna tnggi dalam agama Shinto, sehingga
diimasukkan sebagai seni suci. Ketiga, seni religius, seni yang subjek atau
bersifat tradisional. Masuk dalam kategori ini adalah lukisan-lukisan religius dan
arsitektur Barat sejak renaissance dan beberapa lukisan religius di dunia timur
selama seabad atau dua abad lalu di bawah pengaruh seni Eropa (Nasr, 1993 : 75).
metakosmik. Dalam pandangan filsafat Islam, realitas adalah multi struktur, yakn
mempunyai berbagai tingkat eksistensi. Realitas berasal dari Yang Esa dan terdiri
dari berbagai tingkat yang sesuai dengan kosmologi Islam, dapat diringkas
sebagai alam malaikat, alam psikhis, dan alam material (fisik). Manusia hidup
dalam material, namun sekaligus dikelilingi oleh seluruh tingkat eksistensi yang
lebih tinggi. Yang suci menandai suatu pemunculan dunia yang lebih tinggi dalam
hal eksistensi psikhis dan material, keabadian dunia temporal. Semua yang dating
dari dunia spiritual adalah suci karena berperan sebagai sarana untuk kembalinya
lebih tinggi, tidak dapat dipisahkan dari realitas penurunan dari yang atas, sebab
181
pada dasarnya hanya yang dating dari dunia spiritual itulah yang dapat bertindak
sebagai sarana untuk kembali ke dunia yang lebih tinggi.Yang suci, menandakan
adanya “keajaiban” nilai spiritual dalam dunia material. Ia merupakan gema dari
surga untuk mengingatkan manusia di bumi akan tempat asalnya, surga (Nasr,
1993 : 76).
tertentu yang berkaitan dengan nilai-nilai Ilahiyah atau dimensi spiritual Islam.
Pertama, mengikuti prinsip kesatuan kosmos dan apa yang ada di balik semesta
dengan kesatuan prinsip Ketuhanan (Nasr, 1993 : 72). Kosmolog Islam didasarkan
menghubungkan dunia material dengan dunia ghaib, dunia ghaib dengan alam
muqarrabin dengan al-ruh dan ruh dengan karya kreatif primordial Tuhan. Semua
bergerak dinamis dalam pola dasar yang selaras dan seimbang (Nasr, 1993 : 57).
Masjid adalah contoh riil bentuk seni arsitektur suci Islam sesuai dengan
menunjukkan status ontologis dunia sebagai yang papa dan miskin di hadapan
dan juga kosmos yang dating dari-Nya maupun yang kembali kepada-Nya (Nasr,
1993 : 58).
182
diatur hokum Ilahi (al-syari’ah). Masjid di sebuah kota Islam tradisional, misalnya
bukan hanya sebagai pusat kegiatan religius melainkan juga seluruh kehidupan
sebagai pusat ekonomi, istana sebagai pusat kekuasaan politik, sekolah sebagai
pusat kegiatan intelektual, dan seterusnya. Siapa yang memperhatikan kota Islam
tradisional pasti melihat kesatuan dan keterpaduan seperti itu. Di pusat kota past
ada masjid, berdekatan dengan istana dan pasar (Nasr, 1993 : 73).
(Liang Gie, 1996 : 47-52), seni Islam juga mengandung fungsi-fungsi khusus.
Menurut Nasr, seni suci Islam setidaknya mengandung empat pesan atau fungsi
dimensi spiritual Islam. Tidak bisa dipungkiri, seorang muslm yang paling
modern sekalipun, akan mengalami rasa kedamaian dan kegembiraan dalam lubuk
beribadah di salah satu karya arsitektur masjid Islam (Nasr, 1993 : 214).
seseorang yang senantiasa ingat kepada Tuhan, seni Islam selalu menjadi
pendorong yang sangat bernilai bagi kehidupan spiritualnya dan sarana untuk
merenungkan realitas Tuhan (al-Haqaiq). Bahkan, seni Islam yang pada dasarnya
183
dilandasi wahyu Ilahi adalah penuntun manusia untuk masuk ke ruang batin
wahyu Ilahi, menjadi tangga bagi pendakian jiwa untuk menuju pada Yang Tak
Terhingga, dan bertindak sebagai sarana untuk mencapai Yang Maha Benar (al-
Haqq) lagi Maha Mulia (al-Jalal) dan Maha Indah (al-Jamal), sumber segala seni
bentuk dan irama yang tiada habisnya merangsang ingatan akan tindak primordial
dari pena Tuhan. Ia merupakan refleksi duniawi atas firman Tuhan yang ada di
spiritual yang terkandung dala wahyu Islam (Nasr, 1993 : 27-29). Begitu pula
Tuhan. Hal senada juga terjadi dalam syair-syair, musik dan karya-karya sastra
lainnya yang notabene lahir dari model teks suci Alqur’an. Keselarasan bait-bait
syair dan irama musik menghubungkan diri dengan keselarasan dan ritme
cultural dan bahkan politik benar-benar otentik Islami atau hanya menggunakan
siimbol Islam sebagai slogan untuk mencapai tujuan tertentu. Sepanjang sejarah
dan dengan kedalaman serta keluasan manifestasi otentiknya, mulai dari arsitektur
berbicara atas nama Islam juga telah menciptakan bentuk-bentuk keindahan dan
keseimbangan yang menjadi cirri khas Islam maupun manifestasi artistic dan
dan religius masyarakat muslim. Saat ini banyak tokoh berbicara tentang
Islam sendiri disamping banyak yang melakukan berbagai usaha kongkret untuk
mencapai tujuan tersebut. Semua itu bukan usaha yang mudah dan pasti
menghadapi kendala dan tantangan yang berat. Apakah mereka yang melakukan
kriteria untuk menilai sifat proses pencapaian beserta hasil-hasilnya, karena tidak
ada yang otentik Islam tanpa memiliki kualitas yang lahir dari spiritual dan
tembikar hingga sastra dan musik (Nasr, 1993 : ibid). Artinya, tingkat
keberhasilan yang dicapai yang bias diukur lewat data-data empiris berkaitan dan
Seni bukan untuk seni sendiri. Tidak ada istilah L’art pour l’art. Karya-
karya seni, bagi Nasr harus digali dan mengekspresikan dimensi-dimensi spiritual,
menuntun manusia kembali kepada Tuhan. Inilah cirri khas pemikiran Nasr yang
perennial. Gagasan ini hampir sama dengan teori seni dan keindahan Iqbal.
185
Bedanya, seni Nasr merupakan ekspresi dimensi spiritual sedang Iqbal adalah
ekspresi kreatifitas ego. Namun, lepas dari corak pemikirannya, cara pandang
Nasr ini adalah sesuatu yang sangat positif, bisa digunakan sebagai jalan alternatif
atas dampak negatif modernitas yang ternyata justru menjauhkan manusia dari
BAB IV
"estetika" muncul pertama kali pada pertengahan abad ke-18. Sang filosof
penggunaan istilah tersebut dalam kaitan dengan persepsi atas rasa keindahan,
khususnya keindahan karya seni. Estetika berasal dari kata aistheton atau
pemikiran seni sejak Yunani Kuno (500-300 SM) seperti Sokrates, Plato,
Agustinus. Pada abad 19, para penyair Romatik dan Victorian, atau pun kaum
174
187
Renessans pernah mengatakan: "Karya seni sejati tidak lain dari bayang-
mata. Domain estetika menjadi jauh lebih luas ketimbang sekadar penikmatan
Filsafat Seni, dan Keindahan yang Terkubur, pada permulaan abad ke-20,
estetika sejak zaman Yunani hingga Idealisme Eropa abad ke-19. Croce
estetik sebagai berasal dari formula ganda; bahwa seni setaraf dengan
ekspresi dan juga setaraf dengan intuisi, dan bahwa keindahan tak lebih dari
ekspresi yang berhasil, karena ekspresi yang gagal bukanlah ekspresi. Atau
menurut Melvin Rader, keindahan tiada lain dari essensi yang berhasil
jika seni identik dengan ekspresi, dan keindahan juga identik dengan ekspresi,
maka bukankah keindahan itu merupakan esensi dari seni? Namun Croce
tetap kukuh pada pendirian bahwa ekspresi dan intuisi merupakan konsepsi
Croce setidaknya muncul dari dua pemikir seni amat penting di abad ke-20,
yaitu Clive Bell dan Roger Fry. Pada dekade kedua abad tersebut,
atas konsepsi keindahan; bukan saja dari kaum Dadais, black theatre, theatre
of cruelty, bahkan kemudian kaum Pop Art dan gerakan-gerakan sejenis yang
lebih kecil, melainkan juga dari kalangan seniman yang jauh lebih serius
merasa pencapaian keindahan bukan tujuan yang utama dari seni. Mereka
awal tahun 20-an, seperti C.K. Ogden dan I.A. Richards, bahkan
menunjukkan kualitas emotif dari pergolakan batin. Dan di tahun 40-an, para
pernyataan apapun yang terkait dengan keindahan atau apapun yang dianggap
sebetulnya mula pertama mencuat kuat dari kaum Realis dan Naturalis
Prancis abad ke-19 seperti Flaubert dan Zola, tentu dalam cara yang berbeda,
seni kini semakin terasa problematis. Seni tampaknya telah semakin tidak
dan II menjadi salah-satu bukti terbesar yang memompa frustrasi dan depresi
di tengah dekadensi.
binatang yang disembelih di atas pentas teater kaum Naturalis. Atau seperti
tengkorak penuh tengkorak. Atau seperti jerit hampa dan geliat tubuh mistik
sudut pandang suram, "seperti anak terbelakang yang lahir dari sepasang
orang tua glamor, yakni pokok persoalan dan disiplin estetikanya itu sendiri",
ke-20 bahkan telah menjadi bidang keahlian yang terlalu teknis untuk mampu
satu dengan lain hal adalah jauh lebih penting ketimbang hakikat makna dari
sebuah obyek (karya seni) yang tinggal sendirian. "Kita tidak lagi
ingin menekankan bahwa upaya pengkajian makna adalah hampa dan sia-sia,
dan harus digantikan oleh pengkajian atas proses itu sendiri. Nilai seni tidak
dirangkulnya, cetus Gilles Deleuze, karena obyek seni tidak lagi ditentukan
Nicholas Bourriaud.
seperti dikutip di atas, bahwa estetika (baca: filsafat seni) bagi para seniman
dalam cara dan gayanya sendiri tanpa pernah perlu tahu bagaimana sih ilmu
terbang untuk burung-burung? Begitu pun para seniman, mereka akan terus
walaupun kerap terasa aneh dan konyol, tanpa harus terlalu terpengaruh oleh
kata bijak yang sangat bertuah. Kesenian dan estetikanya wajib kembali back
kesenian profetik yang penulis tawarkan tentu akan lebih memperkaya nilai-
nilai keindahan, kebenaran dan wacana konsep kesenian yang bersifat positif,
estetikanya yang selama ini terseok-seok tanpa makna di jalan yang terjal.
berhubungan dengan emosi, perasaan, jiwa, dan batin seseorang karena seni
Kesenian, keindahan, estetika, mewujud nilai rasa dalam arti luas dan
dari atas budi dan badan tidak dapat mengungkapkan pengalamannya secara
persoalan hidup manusia dalam segala dimensinya tidak membawa hasil yang
Ungkapan artistik yang keluar dari intuisi bukan (konseptual) lebih mampu.
fungsi akal.
indah oleh tanggapan rasa estetika. Bahan alam dihias bergaya indah oleh
penciptaan indah budi dan rasa sampai memuaskan daya tangkap manusia.
Yang indah diidentifikasi sebagai apa yang ketika “dilihat, didengar, dinilai”
sebagai baik. Keindahan membawa serta rasa hidup dan kesadaran diri
pengalaman dan perasaan dari seorang seniman kepada orang lain yang
berkat kesenian memanusiakan diri lebih sempurna. Sejak dahulu para ahli
kesenian indah tidak lebih dari tiruan alam secara subyektif dan individual.
hati dan mencamkan citi-cita mulia lebih dalam dari pada keyakinan rasional
Sedemikian itu dibedakan antara seni rupa (plastic arts) sebagai seni lukis,
seni pahat, seni bangun dan seni grafis (seni gambar cetak, kaligrafi), seni
suara dan seni tari, seni sastra dan dramatik. Kriteria filsafat untuk apresiasi
bahan material alat bentuknya (Hussein Nasr, 1993: 14). Hanya saja
permasalahan yang muncul antara umat Islam dengan produk kesenian adalah
19). Dari kenyataan tersebut, dapat dilihat bahwa fungsi dan kedudukan
kesenian dalam Islam belum digali sebagai salah satu potensi untuk
kesenian dalam Islam dan sejauh mana peluang kesenian tersebut dalam
Para pemikir Islam setuju bahwa karya seni pada dasarnya adalah
produk kebudayaan. Karena itu, hadirnya sebuah karya seni dapatlah disebut
196
sebagai potret budaya masyarakat di mana dan kapan seni tersebut diciptakan.
Potret budaya yang terefleksi dalam karya seni bisa menyangkut berbagai
Secara teoritik penciptaan karya seni selalu terkait dengan tiga aspek
utama yaitu (i) theory of play, (ii) theory of utility dan (iii) theory, magic and
religi. Dilihat dari kerangka ini, penciptaan seni selalu didasari tujuan yang
karya seni akhirnya juga sangat beragam. Ada karya seni yang lebih
mementingkan estetika bentuk seperti seni patung, arsitektur, dan seni lukis.
Namun ada juga karya seni yang menonjolkan semua aspek seperti seni
sastra, seni tari, musik, opera, film, dan drama. Berdasarkan konteks itulah,
seni dapat dikaji dari dua aspek yaitu identitas dan fungsi (Dananjaya,1983:
80).
media yang lain adalah kemampuannya untuk memberikan pesan tanpa harus
ada pihak yang merasa digurui. Dengan menyandarkan pada aspek estetika,
secara emosional penikmat seni bisa memperoleh kepuasan batin dan secara
Karena besarnya fungsi inilah kemudian muncul karya seni yang dipakai
dikenal sejak lama. Pada masa Yunani Kuno, masyarakat sudah meletakkan
seni sebagai bagian dari ritualitas keagamaan. Bentuk pemujaan kepada para
seni seperti itu ternyata terus berlangsung dan berkembang pada agama-
Pada agama Hindu dan Kristen, dapat disebutkan bahwa antara seni
prosesi keagamaan selalu diiringi musik, nyanyi, dan tari. Bahkan lukisan
seni keagamaan (Ali Audah, 1993: 21). Dari kenyataan tersebut menjelaskan
seni yang bersifat statis. Berubahnya pandangan masyarakat yang lebih meni-
dan kepentingan komersial atau seni hanya dilihat dari theory of play.
entertainment.
Pada seni modern seperti film, situasi tersebut terlihat semakin nyata.
Film-film Indonesia yang hadir pada periode 90-an umumnya hanyalah film
yang banyak menonjolkan tubuh wanita atau eksploitasi seks. Film-film jenis
tersebut dibuat karena memang itulah film yang laku di pasaran dan
misalnya, film Cut Nyak Dien, Wali Sanga, Atheis. Karena itu, persoalan
keberhasilan sebuah produk seni pada dasarnya tidak hanya dapat dilihat dari
bentuk seni itu sendiri, melainkan ditentukan pula oleh tingkat apresiasi
masyarakatnya.
sesuatu yang asing atau tabu untuk dikembangkan. Meskipun secara dogmatis
Islam tidak pernah menjadikan produk seni sebagai alat ritual, secara implisit
persoalan seni dalam Islam telah terefleksi dalam bahasa dan isi Qur'an.
Qur'an memang Bukan produk seni, namun menurut para pengamat seni,
Qur'an justru merupakan Bentuk seni yang luar biasa. Hal tersebut misalnya
dapat dilihat dari komentar Ismail al-Faruqi, that the Qur'an is the first work
199
of Islamic art and the protype of all subsequent art produce in every medium
berlebihan. Unsur kata dan struktur kalimat Qur'an banyak yang bersifat multi
interpretasi. Artinya, kata dan kalimat Qur'an memuat makna yang perlu
masing sesuai dengan salah satu Asma Allah. Asma itu pun disamakan pula
sebagai Berikut.
Qur'an terlahir sudah dalam bentuk karya seni. Kata dan struktur kalimat-
kalimat Qur'an tidak saja mengandung makna eksplisit, tetapi juga implisit.
Dengan kata lain, makna Qur'an adalah makna yang hidup. Persoalannya,
tersebut misalnya ditegaskan Hussein Nasr dalam bukunya Islamic Art and
Spirituality (1993) bahwa tidak seorang pun dapat menemukan cikal bakal
seni Islam di dalam ilmu pengetahuan yuridis dan teologi, baik keduanya
tentang ilmu hukum (fiqh) seperti Baha Al-Din Al-Amili yang dikenal
sebagai orang yang cinta akan keindahan dan seni, dalam risalahnya tentang
teologi (kalam) atau ilmu hukum (fiqh) menjelaskan bahwa masalah seni dan
estetika Islam tidaklah dikenal. Karena itu, jika Qur'an dianggap bernilai seni,
hal tersebut tidak bisa disebut sebagai bentuk kesenian Islam. Qur'an ada
berasal dari tidak ada dan ia adalah ciptaan Tuhan (QS: 2:117,6:101-102).
segalanya dari tidak ada menjadi ada, dan manusia menciptakan dari ciptaan
Allah, dari yang sudah ada (lihat pula uraian Ali Audah,1993:14). Jika Qur'an
penuh dengan muatan estetik, hal tersebut hanyalah isyarat bahwa Qur'an
dapat dipakai sebagai inspirasi produk sebuah kebudayaan atau tradisi Islam,
Produk seni juga mempunyai dua dimensi makna yaitu dimensi lahir
(surface structure) dan dimensi batin (deep structure). Dimensi lahir adalah
dimensi struktur atau bentuk seni yang secara langsung memancarkan nilai
berada di balik dimensi lahir. Dimensi batin inilah yang merupakan nilai
ahli sepakat bahwa sebuah karya seni dapat dikategorikan sebagai seni Islam
apabila karya seni tersebut bersumber pada realitas batin (haqa'iq) Qur'an
yang juga merupakan realitas dasar kosmos dan realitas substansi Nabawi.
Secara ekstrim Hussein Nasr (1993: 17) mendefinisikan bahwa karya seni
dapat dikategorikan sebagai seni Islam bukan hanya karena diciptakan oleh
seorang muslim, tetapi juga karena dilandasi wahyu Ilahi. Seni Islam
karena ia keluar dari batin Islam, menuntun manusia masuk ke ruang batin
Ilahi. Seni Islam adalah buah dari spiritualitas Islam dilihat dari sudut
pandang asal kejadiannya dan sebagai sebuah bantuan, yang melengkapi dan
kembali ke sumber. Contoh seni Islam menurut Hussein Nasr adalah karya
disebutnya sebagai penyair dan sufi agung Persia. Tradisi sufi dalam karya-
keesaan, yaitu Tuhan. Bentuk- bentuk bahasa yang bersifat simbolistis tidak
hanya indah dalam realitas sastra, secara batin juga memberikan satu
kekuatan spiritual. Hal tersebut bisa dilihat dari contoh puisinya berikut.
Sumber inspirasi spiritual dari puisi di atas diyakini dari firman Allah yang
menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang jika orang
pengertian bahwa seni Islam adalah seni yang mengadopsi ayat-ayat Qur'an
sebagai medianya. Hal inilah yang oleh para tokoh tradisional seni Islam
disebutnya sebagai nilai spiritual, hikmah, dan kearifan (T. Burckhardt, dalam
terpisahkan. Dengan kata lain, bentuk seni Islam, seperti yang diulas Hussein
dziba', tarebangan, samroh, tanjidor, orkes gambus, irama padang pasir, dan
203
dapat dijadikan contoh bahwa nilai spiritualitas, yang dihadirkan justru ada di
balik simbolisme makna dan sumber makna tersebut adalah Qur'an. Yang
profetik tersebut mampu diletakkan sebagai ruh dalam setiap produk kesenian
seperti seni musik, teater, film, tari. Inilah hakekat seni profetik Islam.
puncak perkembangan positivisme. Tak heran jika kemudian ilmu yang satu
sahih tidaknya ilmu pengetahuan. Ilmu alam menjadi model bagi orientasi
204
ilmu tentang masyarakat yang sebelum Comte disebut sebagai “fisika sosial”,
lagi dianggap sebagai produk kegiatan manusia yang bebas, tapi sebagai suatu
pengetahuan yang bersifat instrumental murni, netral dan bebas nilai Giddens
sosial tidak sama dengan fenomena alam sehingga pemakaian metode ilmu
alam untuk mengkaji fenomena sosial adalah salah arah termasuk dalam
klaim positivis, tapi sangat terkait dengan dimensi lokal dan temporal di mana
teori itu muncul. Demikian pula, dalam kenyataannya, ilmu sosial dan seni
nilai-nilai tertentu. Klaim bebas nilai tak lebih dari sebentuk hipokrasi
Teori-teori sosial melulu ingin menyalin fakta masa kini. Dengan cara itu,
ilmu sosial diam-diam melestarikan masa kini, sehingga, dengan kedok tidak
ke masa depan (Hardiman, 1990 : 58). Karena itu teori yang mengklaim
Ilmu Sosial Profetik. Ilmu Sosial Profetik tidak hanya menolak klaim bebas
nilai dalam positivisme tapi lebih jauh juga mengharuskan ilmu sosial untuk
secara sadar memiliki pijakan nilai sebagai tujuannya. Ilmu Sosial Profetik
tidak hanya berhenti pada usaha menjelaskan dan memahami realitas apa
nilai penting sebagai pijakan yang sekaligus menjadi unsur-unsur yang akan
a. Humanisasi
Barat. Hanya saja perlu segera ditambahkan, jika peradaban Barat lahir
merasa menjadi penguasa bagi dirinya sendiri. Tidak hanya itu, ia pun
bertindak lebih jauh, ia ingin menjadi penguasa bagi yang lain. Alam raya
pun lalu menjadi sasaran nafsu berkuasanya yang semakin lama semakin
tak terkendali.
207
terperikan terhadap alam dan manusia. Ilmu akal adalah ilmu perang yang
metode dan taktik perangnya telah ditulis dengan amat cerdas oleh
manusia. Dengan konsep ini, manusia harus memusatkan diri pada Tuhan,
b. Liberasi
Sosial Profetik adalah dalam konteks ilmu, ilmu yang didasari nilai-nilai
Ilmu Sosial Profetik dipahami dan didudukkan dalam konteks ilmu sosial
dari yang kongkrit menuju abstrak adalah salah satu ciri berpikir
berdasarkan mitos.
c. Transendensi
yang merasa menjadi pusat dunia, cukup dengan dirinya sendiri. Melalui
diri dan alam raya. Rasio mengajari cara berpikir bukan cara hidup. Rasio
dapat membawakan kepada dunia yang sekarat, bukan karena kurang alat
atau teknik, akan tetapi karena kekurangan maksud, arti dari masyarakat
kemanusiaan.
Transendensi memberi arah ke mana dan untuk tujuan apa humanisasi dan
berfungsi sebagai dasar nilai bagi praksis humanisasi dan liberasi, juga
kemunduran manusia.
sosial.
Islam dari Ganggah, “Muhammad dari jaziratul Arab telah mi’raj ke langit
yang setinggi-tingginya dan kembali. Demi Allah, aku bersumpah bahwa jika
sekiranya aku sampai mencapai titik itu, pastilah aku sekali-kali tidak hendak
ruang dan waktu sejarah, hidup dan berhadapan dengan realitas sosial
realitas atau fenomena sosial apa adanya, namun lebih dari itu, melakukan
tugas transformasi. Jadi, tujuannya lebih pada usaha untuk proses transformasi
sosial. Ilmu sosial tidak boleh tinggal diam, value neutral, tapi berpihak.
213
Dengan semangat inilah Ilmu Sosial Profetik digulirkan. Ilmu Sosial Profetik
ingin tampil sebagai ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan realitas sosial
transformasi itu dilakukan dan untuk tujuan apa. Ilmu Sosial Profetik tidak
sekedar merubah demi perubahan itu sendiri tapi merubah berdasarkan cita-
dan kritik sosial-budaya secara beradab. Oleh karena itu, Sastra Profetik
menjadi sastra yang terpencil dari realitas. Akan tetapi, sastra hanya bisa
karena itulah lahir ungkapan, "sastra lebih luas dari realitas", "sastra
realitas simbolis bukan realitas aktual dan realitas historis. Melalui simbol
itulah sastra memberi arah dan melakukan kritik atas realitas. Namun, Sastra
Profetik tidak bisa memberi arah serta melakukan kritik terhadap realitas
sendirian saja, tapi sebagai bagian dari collective intelligence. Dengan caranya
sistem simbol yang fungsional, bukan sekadar trivialitas rutin sehari-hari dan
sastra profetik secara tidak langsung dia menyatakan bahwa karya seninya
adalah sebuah kesenian profetik, sebab sastra adalah salah satu dari bagian
karya seni bisa dibuat dan disebut sebagai karya seni profetik dengan kriteria
tertentu.
mengajarkan bagi para pemeluknya konsep keimanan, ritual dan sosial. yang
Religionom adalah prisca Teologia dan Philosophia. Konsep ini sudah ada
jauh sejak jaman Hermes atau Nabi Idris dalam tradisi Islam. Teologi dan
Filsafat merupakan misi profetik dari para nabi dan para filosof untuk
philosophia dari Hermes. Konsep ini sama dengan misi profetik nabi-nabi atau
hubungan antar agama, kepercayaan dan iman. Tetapi misi kenabian atau
Jadi pemakaian istilah ini berangkat dari istilah yang dikembangkan oleh
Hermes dengan prisca teologia dan Philosophia. Dulu antara agama dan
teologia religoonom menyebabkan adanya mata rantai yang terputus peran dan
fungsi teologi agama-agama yang dibawa para nabinya. Peran dan fungsi
pada pemaknaan ilmu atau wacana tentang tuhan secara klasik dan tradisional
Tuhan, relevansinya dengan makhluk, sifat-sifat dan Zat Tuhan yang dibahas
menjawab tantangan dan problema umat manusia. Peran élan vital teologia
religoonom pada akhirnya diambil oleh ideologi-ideologi kiri yang dalam hal
ini adalah sosialisme. Akhirnya para pemeluk agama melirik pada ideologi
yang adil dan tanpa kelas oleh sosialisme hampir sepenuhnya dijalankan
(Nitiprawiro, 1985 : 55) seorang pendeta dalam dunia Kristen yang selalu
gelisah melihat realitas umatnya yang tertindas oleh kekuasan negara maupun
Hasan Hanafi dengan jargon “Kiri Islamnya” dan Asghar Ali Engineer dengan
Ini dapat kita saksikan dalam sejarah bahwa para nabi dan rosul
revolusi pembebasan kaun Bani Israil yang tertindas melawan otoritasme dan
sini perjuangan keadilan yang humanis tanpa kekerasan atau lebih dikenal
sebuah teologi yang dipahami dan didialogkan secara dialektis sesuai dengan
melakukan sebuah tindakan yang tidak semata bersifat ukhrowi, tetapi juga
religoonom kembali yang dikenal dengan istilah baru teologi profetik. Teologi
Profetik, baik dari penggunaan istilah maupun sejarah, metode dan praksisnya
macam sebutan atau penamaan tersebut akan kembali pada usaha untuk
Menurut Ja’far kata, “θεος, theos, berarti “Allah, Tuhan“, dan λογια,
Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama
(Ja’far, 2009).
Teologi, dalam arti yang praktis dan simple (bukan filosofis, bukan
naturalis, bukan mitologis, dan bukan pula metafisis), pada dasarnya adalah
usaha sadar untuk mendengarkan bisikan wahyu atau sabda yang dinyatakan
Dalam rumusan Segundo (1974), pernyataan wahyu atau sabda dalam sejarah
dimengerti sebagai dampak dari sabda dan dogma yang diimani, dalam praksis
sejarah.
dipahami sebagai suatu refleksi atas iman dalam situasi majemuk, dimana
dua alasan yang menerangkan tujuan kehadiran agama. Yang pertama adalah,
220
istilah yang masih ontologis, yaitu sebagai ilmu yang membahas persoalan
arah, sebab dan subyek dari ilmu sosial yang kita bangun. Ilmu sosial tidak
petunjuk ke arah mana transformasi dilakukan, untuk apa, dan oleh siapa.
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
penulis ingin menghadapkan gagasan Ilmu Sosial Profetik ini dengan bentuk-
bentuk pengetahuan lain yang hampir serupa. Penghadapan ini penting untuk
merupakan sikap yang a-historis dan tidak realistis. Semua peradaban, bahkan
agama menurutnya mengalami proses meminjam dan memberi satu sama lain
pemikiran Iqbal dan Garaudy. Yang ingin diambil oleh Kunto dari kedua
pemikir itu (Iqbal dan Garaudy) adalah sisi “realitas keNabian” (prophetic
reality) yang telah menjadi bagian penting dalam proses kesejarahan umat
manusia. Artinya, realitas “perjuangan” Nabi lebih membumi dan masuk pada
seperti apa yang pernah dilakukan oleh para Nabi. Jika kita perhatikan, sejarah
Nabi-Nabi itu memiliki kadar kedalaman ilmiah yang tinggi, yaitu bagaimana
cara kerja, pikir dan sikap mereka dalam memahami realitas. Para Nabi
dari substansi ajaran agama (transedensi) yang itu harus “diaktivasi” dalam
realitas kesejarahan manusia. Ada tiga unsur yang menjadi bagian dari
dan transendensi. Tapi, gagasan mengenai sosiologi profetik yang akan dikaji
dalam tulisan ini baru beranjak dari upaya mengembangkan ilmu sosiologi
sosial.
sejati. Penggunaan kata teologi ini didasarkan upaya revolusioner para Nabi
atas panggilan iman kepada Tuhan untuk mengajak masyarakat bermoral dan
menurut penulis relevan sekali. Ini karena kata teologi menjadi penekanan
bersumberkan pada perintah Allah yang tidak terbatas pada Nabi-Nabi yang
diturunkan Allah semata, tetapi juga harus diteruskan sampai saat ini.
dapat kita saksikan dalam sejarah peradaban manusia. Allah akan mengutus
berpikir yang sangat realistis. Relevan sekali jika para Nabi hadir untuk
masyarakat didasarkan atas iman yang kuat kepada Allah, sehingga rasa
keimanan dan atas perintah Allah tersebut, maka gerakan profetik merupakan
misi teologis yang dilakukan para Nabi. Misi teologis ini merupakan misi suci
penggunaan istilah teologi Profetik bagi Ja’far sangat relevan dalam misi suci
atas jelas bahwa sseorang Nabi mempunyai misi suci yaitu, Amar Ma’aruf,
mengajak manusia untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Misi suci
ini merupakan gerakan profetik yang membawa manusia pada kedamaian dan
pekerjaan yang halal dan meninggalkan yang haram. Misi suci ini merupakan
bentuk penindasan dan diskriminasi yang dilakukan oleh para penguasa. Misi
suci merupakan perjuangan para Nabi yang terpenting karena hampir semua
hegemoni tiran yang dictator fir’aun, Nabi Isa melakukan gerakan Revolusi
Gerakan profetik para Nabi ini didasarkan atas panggilan iman yang
tinggi, sehingga gerakan profetik para Nabi mendapat pendasaran teologi yang
teologi profetik.
karya seni yang semakin beragam dan kompleks, tapi media yang dipakai
juga sangat beragam pula. Semua bentuk seni berkembang sesuai dengan
modern yang bersifat sekuler. Warna tersebut bisa berupa bentuk, isi, atau
transformasi budaya, seni pun tidak terlepas dari proses transformasi itu
banyak pihak dianggap tidak lagi mampu memberikan visi baru dalam
Indonesia (Gede Parma, 1993: 4). Dilihat dari sisi ini, dapat disebutkan
kerangka peradaban baru dengan tata nilai yang lebih terbuka. Transformasi
pengetahuan, teknologi, sosial, dan seni budaya atau melalui aktivitas IPTEK
profetik.
sekarang telah terjadi arus besar kesenian diarahkan menuju “seni hanya
untuk seni”, seni adalah bebas nilai, seni bukan untuk kepentingan
masyarakat dan kemanusiaan, seni adalah sekedar ekspresi. Arus besar teori
“seni hanya untuk seni” secara langsung maupun tidak langsung telah
yang tanpa batas. Tanpa batas ini menyebabkan karya seni menjadi semaunya
keindahannya sendiri. Seni tidak lagi dinilai mempunyai manfaat atau tidak
bagi masyarakat, positif atau negatif, baik atau buruk dan benar atau tidak
benar. Padahal seni senyatanya adalah salah satu dari kasanah nilai-nilai
perkembangan seni dan estetika telah membuktikan bahwa konsep dan teori
seni dan estetika tidak lepas dari wacana sinergisitas seni, filsafat, agama dan
ilmu. Konsep-konsep seni atas, seni tinggi, seni bermasyarakat, seni sosial,
berkeadilan, dan lain sebagainya adalah wujud nyata bahwa seni mengandung
nilai-nilai profetik. Nilai-nilai profetik yang ada di dalam seni ini adalah
sebuah bukti bahwa setidaknya seni sebagai ekspresi jiwa mempunyai tujuan
Seni bagi penulis adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia
ekpresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni
sebuah wacana dan media untuk mengabdi kepada Tuhan. Kesenian yang
kesenian dan filsafat seni, baik dalam wacana konsep barat maupun timur.
Yang dapat ditemui dan sering disebut-sebut ada konsep kesenian religius
teori yang secara tidak langsung membahas dan setidaknya mengarah pada
sejajar dengan “Benar” (Agama dan Ilmu), dan “Baik” (etika) sebagai
jawab sosial. Kembalinya sang Nabi dari langit adalah kreatif. Sehebat
terlena. Ia kembali memasuki lintasan ruang dan waktu sejarah, hidup dan
Barat. Hanya saja perlu segera ditambahkan, jika peradaban Barat lahir
yang menjadi dasarnya. Liberasi artinya dalam konteks ilmu, ilmu yang
nilai liberatif dalam Ilmu Sosial Profetik dipahami dan didudukkan dalam
Teori induk Parsons mengenai sistem sosial (social system), teori aksi
manusia atau individu sebagai aktor (seniman). Oleh karena itu tindakan
aktif kreatif akan dimaknakan dengan teori aksi (action theory). Kesatuan
sistem hubungan sosial (dalam hal ini kesenian dan pendidikan Islam) ini
sistem diluarnya, dan sekaligus berfungsi sebagai suatu sistem yang dapat
meningkatkan kesadaran akan nilai dan makna tujuan seni, dan dapat
6. Beberapa konsep seni para pemikir dan pelaku seni, seperti konsep seni
ekspresi ego Iqbal beserta fungsi seninya, Konsep seni tauhid Ismail Raji’
Hegel, konsep seni ekspresi dan fungsi seni Tolstoy dan banyak yang lain,
Seni sebenarnya tidak jauh berbeda dengan agama, dan ilmu yang
universal akan menjadi lebih bermakna dan lebih berharga daripada seni yang
dihasilkan hanya sekedar untuk seni, ia hanya akan menjadi seonggok sampah
tak berguna yang hanya mampu memuaskan nafsu sesaat manusia. Seni yang
menyuarakan nilai-nilai ketuhanan itu laksana seruan mulut para nabi dan
alamin: Islam). Kesenian yang mampu berbuat demikian dapat kita sebut
nama atau jenis-jenis seni yang telah ada, seperti kesenian religi, kesenian
agama, Seni Islam, seni Kristen, seni Hindu, kesenian lokal, seni suci, seni
terbatas pada model seni Islam, melainkan harus mampu beradaptasi dengan
dasar kreativitas seni profetik yang dihasilkan. Implikasi dari model seni
seperti ini bisa jadi secara visual bentuknya tidak seperti seni Islam dalam ter-
minologi tradisional.
misalnya bisa dilihat ada pada seni sastra karya-karya Sutardji Calzoem
Bachri, Danarto, Abdul Hadi WM, Hamka, Emha Ainun Nadjib, A.A. Navis,
dan lainnya. Memang tidak semua karya yang mereka hasilkan bermuatan
"Slilit Kiai" (Emha); "Robohnya Surau Kami" (A.A. Navis), dan lainnya jelas
spiritualisme Islam.
seperti yang diciptakan grup "Kantata Taqwa" Iwan Fals dan Setiawan Jodi,
grup Soneta Rhoma Irama, atau Bimbo. Berdasarkan bentuk dan aliran
musiknya, mereka jelas tidak bisa disebut sebagai musik Islam dalam arti
tradisi yang digarap oleh Emha Ainun Nadjib dengan kelompok Kiai
Kanjeng. Secara berkala seni tradisi seperti wayang atau garapan baru musik
tradisi Jawa ternyata telah dijadikan media dakwah pada setiap bulan
235
mampu beradaptasi dengan perubahan budaya yang terjadi. Karena itu, tidak
munculnya kreativitas bentuk seni seperti ini, nilai-nilai Islam akan tetap
lestari, tetap diminati, dan tetap aktutal. Yang terpenting adalah bagaimana
Saifudin Anshari, 1993: 42). Inilah peluang yang harus dikembangkan oleh
seniman Islam.
dalam (Yustiono [ed], 1993: 66). Barangkali munculnya pandangan seperti ini
ilustrasi, kita mengakui bahwa pertunjukan wayang kulit bukanlah seni Islam,
bahkan bisa disebut sebagai seni agama Hindu. Namun berkat kreativitas para
236
dari kerangka historis. Para intelektual muslim atau ulama, tampaknya tidak
interes terhadap keberadaan wayang kulit sebagai media dakwah Islam, apa-
Adanya indikator ini, tampaknya dilihat oleh pemeluk agama lain sehingga
dakwahnya. Jika hal ini terjadi, sungguh merupakan kerugian besar bagi umat
Islam Indonesia.
mengaji, berdoa, dan lainnya. Insan film jarang menampilkan potret Islam
Islam Indonesia seperti Panggilan Tanah Suci, Atheis, Wali Songo, adalah
ini oleh Abdurrahman Wahid disebut sebagai hambatan kolosal dunia perfilm
Indonesia. Hal tersebut jauh berbeda dengan model penggarapan film asing,
meskipun dengan tema yang sama. Misalnya saja film-film yang digarap
agama lain, jelas kita sangat ketinggalan. Film-film seperti The Priest of St.
Pauli, Boys Town, Our Lady of Fatima, The Singer not the Song merupakan
contoh film yang mampu memberikan potret agama Kristen sebagai sebuah
kekinian.
lebih serius. Secara historis dapat dilihat bahwa seni merupakan salah satu
Islam yang bersifat universal dan tidak membedakan lintas ruang dan waktu,
tantangan tersebut.
sejak abad XVI hingga abad XVII M. Kondisi tersebut secara umum
imperialisme Barat.
muslim.
berkembang hal yang sama, yakni kajian ilmu dan teknologi harus
urusan agama.
241
tujuan pendidikannya.
Dalam kondisi seperti itu, tentu kemenangan akan diperoleh oleh sistem
dikenal sebagai sistem yang matang dalam persiapan, dan mampu dalam
komunitas Muslim.
tersebut.
ilmu dunia" (baca: umum) (Kuntowidjojo, 1991 : 352). Pandangan ini jelas
urusan akhirat. Dengan lain kata, Islam mengakui adanya ajaran kesatuan
dunia akhirat.
Islam itu sendiri. Ketiga, disintegrasi sistem pendidikan Islam. Hingga saat
Bahkan hal itu ditunjang juga oleh kesenjangan antara wawasan guru
1991 : 352).
tolok ukur kemajuan pendidikan nasional, diakui atau tidak telah mempe-
madrasah, dan sistem perguruan tinggi Islam. (Arifin, 1994 : 167). Yang
ahli ilmu agama (baca: ulama atau kyai). Sistem madrasah bergeser
Memang, saat ini umat Islam dalam suasana dilema. Yakni kebingungan
jaman klasik itu tidak lagi mempunyai daya saing dengan perkembangan
ilmu dan teknologi yang deras mengalir dari Barat. Sementara bila harus
Islam sendiri. Karena pada hakekatnya, sistem pendidikan Barat itu hanya
tersekulerkan banyak melanda para pemikir Islam. Hal ini muncul karena
adanya asumsi tentang dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum.
Islam yang dibangun berangkat dari telaah bio-phisik ini. Sedang hasil
dijadikan kerangka pikir ilmu pendidikan Islam tentu saja tidak sampai
merupakan Islamic education for the moslem, yaitu pendidikan Islam yang
: 34-35).
University ini berhasil membahas 150 makalah yang ditulis oleh sarjana-
Gagasan ini antara lain dilantarkan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas
Nature of Knowledge and the Definition and the Aims of Pducation", dan
2000: 23). Ajuan gagasan itu bertitik tolak dari anggapan bahwa sistem
pendidikan yang datang dari dunia Barat itu hanya dapat mengembangkan
Padahal di sisi lain ilmu-ilmu Barat itu, tentu bila tidak diadaptasi dan
nilai-nilai spiritual dan moral, yang ternyata juga terjadi di dunia Barat.
secara diam-diam dihadapi oleh umat Islam pada zaman ini adalah
sebagai telah terlepas dari nilai dan harkat manusia, dari nilai-nilai
menarik tentang sains Islami baru, yang dijauhkan dari matriks sekular dan
ini. Menurutnya, apa yang disebut sains Barat jelas tidak sesuai. Tidak saja
Dalam posisi yang sama Syed Hossen Nasr, mengatakan: "Saat ini
modern, yang sampai beberapa dekade yang lalu berasal dari Barat dan
gunung es" dari krisis yang sangat mendalam pada tingkat intelektual dan
mengatakan: "Tidak akan ada harapan kebangkitan sejati umat Islam ke-
dalam bentuk sistem pendidikan Islam dan sekuler harus dihentikan dan
bagian yang integral dari eksistensi Allah. Oleh karena itu, Islamisasi ilmu
bahwa segala sesuatu muncul terwujud dari sesuatu lainnya. Segala yang
dalam materi yang bersifat kekal. Alam yang dilihat dari perspektif ini
adalah suatu alam semesta yang tidak tergantung pada apapun dan kekal
Tuhan sudah tersirat dalam filsafat ini... Dengan demikian, pengakuan kita
menerangkan realitas dan kebenaran itu dengan suatu cara yang tidak
ketika pada tahun 1984 terbit majalah Afkar/ Inquiry. Di situ banyak
para sarjana Muslim dalam mengatasi masalah moral dan etika. Yang
sistem modern.
dikotomi itu yakni dengan cara meletakkan epistemologi dan teori sistem
pendekatan yang tepat yang nantinya dapat membantu para pakar muslim
di masa sekarang.
Kedua, perlu ada suatu kerangka teoritis ilmu dan teknologi yang
teknologi yang sesuai tinjauan dunia dan mencerminkan nilai dan norma
pendidikan Islam yang telah menjadikan "malaise" penyakit umat Islam itu
ilmu yang telah berkembang di lingkungan sosial, etik, dan kultural Barat,
pendidikan yang ada di negara-negara Muslim itu bisa dilebur dalam satu
sistem. Namun ada syarat utama yakni fondasi filosofis harus Islam.
harus tetap ada untuk spesialisasi. Setiap pelajar harus memiliki semua
Islam".
254
(Barat) yang selama ini dikembangkan dan dijadikan acuan dalam wacana
yang bercorak "khas Islami". Namun kendati sudah berjalan lebih satu
dasawarsa, hasil konkrit dari upaya ini belum dapat dirasakan. Dan bah-
kan, upaya Islamisasi ilmu ini telah ditentang oleh Mohammed Arkoun,
seorang guru besar Islamic Studies pada Universitas Sorbone Perancis. Dia
sebab hal ini dapat menjebak kita pada pendekatan yang menganggap
sebuah epistemologi baru telah gagal. Secara tegas dapat dikatakan hanya
mesin atau instrumen sains, sintesis senyawa kimia atau obat-obatan yang
sekarang belum diketahui dengan fakta fisik yang dapat diuji. Malah
255
Islam ini sesuai dengan Tauhid Islam. Tetapi bila menurut kriteria teori-
teori ilmiah, jelas sekali tidak memenuhi syarat (Hoodbhoy, 1996: 139).
nasib Islam tanpa ilmu?". Dengan ungkapan seperti ini, Kunto tidak
telah memainkan peran yang cukup penting dalam mata rantai peradaban
dunia, hal ini juga membuktikan bahwa paradigma Islam itu bersifat
kemanusiaan, kita pun punya hak yang sama. Ini berarti bahwa ilmu sosial
profetik itu untuk semua orang. Dan memang Islam sendiri adalah
ilmu sosial. Apa yang dimaksud "paradigma" oleh Kunto adalah seperti
dipahami oleh Thomas Kuhn, bahwa realitas sosial itu dikonstruksi oleh
mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang pada gilirannya akan
Qur'an agar kaum muslim memiliki "hikmah" yang atas dasar itu dibentuk
257
perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai normatif Alqur’an, baik pada level
moral maupun sosial. Selain itu konstruksi pengetahuan ini juga akan
perang antar paradigma. Salah satu kasus yang bisa ditunjuk sebagai
contoh perang paradigma itu adalah perdebatan tentang status ilmu: bebas
pembahasan ini, antara yang pro dan kontra tentang "Islamisasi Ilmu
Pengetahuan".
melainkan sebuah dialog antar semua pihak yang terlibat dalam suatu
masalah.
258
Kunto, ideologi itu justru lebih bersifat subyektif, normatif dan tertutup.
dalam kerangka ilmu. Sebab, pola keilmuan akan lebih menjanjikan sifat
yang obyektif, faktual dan terbuka. Sehingga, lewat kerangka ilmu itu,
terutama yang empiris, umat Islam akan lebih bisa memahami realitas
densi.
atau amsal agar dengan mengacu kepada hal itu, manusia dapat
sebagai data atau dokumen dari Tuhan yang berisi postulat teoritis dan
yang harus dianalisis untuk diterjemahkan pada level yang obyektif, bukan
subyektif semata.
Kunto ingin menekankan agar teologi kita bisa fungsional secara empiris,
obyektif, karena hanya melalui bahasa ilmulah, kita dapat berdialog dan
teoretisasi ini, bukan hanya tidak mampu dalam memahami realitas sosial
dengan cita-cita dan visi Islam mengenai transformasi sosial. Suatu teori
260
cita itu, berakar pada misi ideologis amar ma'ruf dan nahiy munkar. Yang
didasarkan pada teori sosiai. Tetapi karena teori sosial Islam, sedang
"perubahan sosial" seperti sering muncul dalam khazanah ilmu sosial Dur-
sekali.
transendensi. Karena itu, agar terancang lebih sistematis dan ilmiah., suatu
Tetapi karena teori sosiai Islam, sedang dibangun, kita perlu melihat
transformasi sosial".
yang tidak eksploitatif, adil dan egaliter. Banyak pemikir Muslim juga non
tercatat pula nama-nama seperti Ali Syari'ati, Asghar Ali Engineer, Paulo
kurang lebih sama, bahwa Islam adalah rahmatan lil al`alamin, antitesis
kebebasan merupakan data khas Islam, karena agama Islam adalah agama
sebagai makhluk yang merdeka dan bermartabat mulia. Sekali lagi, Islam
pembebasan manusia.
dan efektivitas, jiwa dan materi, wahyu dan nalar, kehidupan ini dan yang
lain, dunia misteri dan dunia meraba, stabilitas dan evolusi, masa lalu dan
"Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi". (Q. S. al-Ankabut:
2).
ketika seorang anak sudah mulai mengenal huruf-huruf Alqur’an. Hal ini
sebatas mengkaji karya-karya klasik atau warisan tradisi masa lalu tanpa
diselesaikan.
265
kan dari proses dialog yang sejati, tentu saja, melibatkan pemikiran kritis.
Pengertian pemikiran kritis dalam hal ini adalah pemikiran yang melihat
suatu hubungan yang tidak terpisahkan antara manusia dan dunia tanpa
dengan manusia lain dan realitas yang hendak diubahnya haruslah berupa
karena ia tidak saja merupakan teori, akan tetapi sekaligus tindakan dan
refleksi.
harus "hidup sendiri" bersama dengan manusia lain dan realitas yang
sesungguhnya memiliki jati diri yang utuh. Suatu proses pendidikan dan
dapat berarti suatu proses penyadaran akan eksistensi diri manusia sendiri
melanggengkan budaya bisu, di mana tidak ada lagi masalah yang perlu
mereka sendiri. Dengan kata lain, anak didik menjadi subyek yang belajar,
subyek yang bertindak dan berfikir, dan pada saat yang bersamaan
Antara guru dan murid mesti saling belajar satu sama lain, take and
give dan saling memanusiakan. Dalam proses ini, guru mengajukan bahan
maka hanya yang pertama, yang merupakan fitrah rnanusia. Dalam rangka
profetik Islam masa kini dan mendatang. Mampukah pendidikan dan seni
sendiri.
271
didik berpegang teguh pada kemampuan diri sendiri sebagai refleksi dasar
dari sikap percaya diri, percaya dengan pikiran diri sendiri. Azas ini hanya
dan berporos pada Alqur’an dan Hadis. Itu berarti, konstruksi paradigma
antara aliran pendidikan dan seni umum dengan pendidikan dan seni
profetik Islam.
beserta kata jadiannya yang disebutkan dalam Alqur’an, yaitu sekitar 780
kali seperti yang dikatakan Mahdi Gulsyani, menjadi bukti yang autentik
Islam, semuanya ini menjadi dasar teologis yang sangat kuat, sehingga
tidak ada alasan untuk tidak menindak lanjuti, dengan melibatkan diri
secara kritis dan kreatif dalam kerja ilmu pengetahuan. Dalam pandangan
secara teologis, estetis, etis dan moral untuk membangun hubungan yang
lebih dekat antara manusia dengan Allah Swt, sebagai Pencipta dari mana
teologis, spiritual, estetis, dan etis hal mana dalam paradigma keilmuan
nilai itu sangat signifikan kita jadikan bingkai teologis-etis. Dalam hal ini
Lebih dari itu tegas Kuntowidjojo, Islam juga memberi petunjuk ke arah
274
mana transformasi itu dilakukan, untuk apa, dan oleh siapa. Dengan
dicoba diberi sentuhan yang lebih maknawi, yaitu perubahan yang tetap
kembali dunia ini sebagai rahmat T'uhan. Kita ingin hidup kembali dalam
suasana yang lepas dari ruang dan waktu, ketika kita bersentuhan dengan
ini kita akan mencoba melakukan refleksi kritis terhadap dimensi yang
mendidik manusia.
pendidikan kesenian Islam adalah gagasan baru. Secara konsep dan teoritik
sebagai ilmu baru atau teori baru yang berharga bagi kemaslahatan peradaban.
Ketiga nilai profetik ISP yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi bisa menjadi
pendidikan seni Islam. Ini sebuah perkerjaan yang cukup berat, sebab konsep seni
profetik ini adalah sebuah ide yang melompat dua langkah ke depan bagi wacana
apresiasi seni Islam sendiri masih menjadi pro-kontra dalam kajian hukumnya di
memerlukan perasan ide brilian dari para seniman muslim dan guru seni muslim
yang mereka tidak hanya harus menampilkan seni Islam ansich, tetapi juga harus
nilai-nilai kultur peradaban. Jelasnya, seni Islam mesti dipoles sedemikian rupa
menjadi seni yang populis Islamis dan atau mengandung nilai-nilai profetis
implementasi seni profetik dalam pendidikan seni Islam tentunya bisa meminjam
rumus-rumus dasar teori dan metode belajar dan mengajar. Beberapa di antaranya
bagaimana cara merumuskan softwarenya dahulu seperti apa bahan ajar yang
perlu dituliskan dalam buku ajar, dan handbooknya. Bagaimana filosofis seni
seni Islam tentu membutuhkan pemikiran dan tenaga ekstra tersendiri. Tulisan ini
hanya sebagai gagasan awal mendeskripsikan dan mengkonsepsikan apa itu sosok
seni profetik yang seterusnya akan menjadi dasar pijak harapan implementasinya
Saat ini seni Islam yang sudah popular dan tidak mendatangkan
perdebatan seperti: arsitektur Islam, kaligrafi, sastra, qiro’ah, rebana dan beberapa
tarian di aceh dan lain sebagainya bisa dijadikan pilot proyek untuk dijadikan
menjadi seni profetik Islamis. Beberapa kesenian tersebut yang sudah diajarkan
277
(MI, MTS dan MAN) tentunya dapat dijadikan titik pijakan awal
kemudian kita bisa melirik pada jenis kesenian popular seperti, musik modern,
tarian modern, nyanyian, seni pertunjukkan, seni visual dan audio modern dan
lain sebagainya.
terkungkung dalam tempurung kura-kura yang hanya dapat berjalan sangat lambat
masyarakat.
278
BAB V
A. Kesimpulan
dalam wacana kajian Islam, umat Islam pada umumnya belum mempunyai
sesuai ajaran Islam), teoritis (sejarah, struktur dan klasifikasi: apakah ada
secara komprehensif tentang bagaimana estetika Islam itu dan apa seni
Faruqi juga mengadvokasi satu jenis seni tertentu dan menolak jenis seni
yang lain yang ada dalam sejarah Islam. Bagi Faruqi seni bukan untuk
penikmat seni kepada ide transenden. Demikian juga dengan Rumi melalui
kreasi dan apresiasi keindahan dalam suatu karya seni ikut menghantarkan
266
279
alam bentuk dan masuk ke dalam alam tanpa bentuk dan sarat dengan
kehidupan nyata. Karena secara etik normatif rasio itu diciptakan, maka ia
dikembangkan itu berporos pada tali hubungan antara manusia dan Tuhan,
yang mencerahkan.
pendidikan. Nilai - nilai profetik Islam yang bersifat universal dan tidak
kehidupan.
B. Implikasi Penelitian
seni dan estetika Islam yang punya sandaran trasendental yang kokoh dan
dan mencerahkan.
2. Seni dan estetika di dalam basis yang demikian tersebut di atas, jika
bersambut terhadap tujuan luhur dan fungsi Islam sebagai agama rahmatan
lil alamin.
akan mewujud menjadi sistem yang utuh dan tidak terdistorsi oleh ruang
C. Saran-Saran
Kesadaran untuk menerima Islam secara kaffah total dan ridho serta
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, Syed M. Naquib. 1995. Islam dan Filsafat Sains. (Terj) Bandung:
Mizan.
Arifin, Syamsul dan Tobroni. 1994. Islam Pluralitas Budaya dan Politik.
Yogyakarta: SIPRES.
Arifin, Syamsul dkk. 1996. Spiritualisasi Islam dan Peradaban Masa Depan.
Yogyakarta: SIPRESS.
AR, Sirajuddin. 1989. Alqur’an dan Reformasi Kaligrafi Arab. dalam Jurnal
Ulumul Qur’an, No. 3 Vol. I.
Ayyad, Muhammad. 1982. al-Madkhal Ila ‘Ilm al-Uslub, Riyad: Darul Ulum.
Audah, Ali. 1993. Kreativitas Kesenian dalam Tradisi Islam. Dalam Yustiono
(ed). Islam dan Kebudayaan Indonesia, Dulu, Kini, dan Esok. Jakarta:
Yayasan Festival Istiqlal.
B.J.O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang, Utrecht: Den Boer.
Bakar, Osman. 1994. Tauhid dan Sains Esai-Esai Tentang Sejarah Filsafat Sains
Islam. Bandung: Pustaka Hidayah.
Baker SJ, J. W. M. 2001. Filsafat Kebudayaan. Sebuah Pengantar Penerbit
Kanisius. Yogyakarta: BPK Gunung Mulia.
Beg, M. Abdul Jabbar. 1988. Seni di Dalam Peradaban Islam. Bandung: Penerbit
Pustaka.
Bertens, K. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
Brakinsky. 1993. Tasawuf dan Sastra Melayu, Kajian dan Teks-teks. Jakarta: Seri
Publikai Bersama Pusat Bahasa dan Universitas Leiden.
Dananjaya, James. 1983. Fungsi Teater Rakyat bagi Kehidupan Masyarakat
Indonesia, dalam Edi Sedyawati (ed). Seni dalam Masyarakat Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Engineer, Asghar Ali. 1993. Islam dan Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Esa, Sulaiman. 1993. Islam Art and Culture Identity: The Search for
Transendence in The Contemporary Plastic Arts Malaysia, dalam Yustiono
(ed), Islam dan Kebudayaan Indonesia, Dulu, Kini, dan Esok. Jakarta:
yayasan Festival Istiqlal.
Faruqi, Ismail Raji’. 1999. Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam.
Yogyakarta: Bentang.
Fathul A. Husein. 2000. Estetika, Filsafat Seni, dan Keindahan yang Terkubur.
(artikel). Jakarta : Dhiyakarya.
G.W.J. Drewes, 1969, The admonitions of Seh Bari : a 16th century Javanese
Muslim text attributed to the Saint of Bonang, The Hague: Martinus Nijhoff.
——— . 1986. Mencari Agama Pada Abad XX, Wasiat Filsafat Roger Garaudy
(Biographie du XX Siecle, Le Testament Philosophique de Roger Garaudy). alih
bahasa H. M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang.
Gazalba, Sidi, 1988, Islam dan Kesenian, Relevansi Islam dan Seni Budaya Karya
Manusia. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Gusmian, Islah. 2003. Kaligrafi Islam: dari Nalar Seni hingga Simbolisme
Spiritual. dalam Jurnal al-Jami’ah, vol. 41 No. 1.
Hadi, Abdul, WM.. 2006. Sunan Bonang dan Peranan Pemikiran Sufistiknya.
(artikel). Jakarta : Paramadina.
Kermani, Navid 2002. The Aesthetic Reception of the Quran as Reflected in Early
Muslim History. dalam Issa J Boullata (ed) Literary Structures of
Religious Meaning in the Quran, Curzon: Curzon Press.
Leaman, Oliver. 2005. Menafsirkan Seni dan Keindahan Estetika Islam. Bandung:
Mizan.
Mami, Anak. Mengenal Leo Tolstoy dan Pandangannya Terhadap Seni. (artikel).
http//www.anakmami.co.tv.htm.
Nasr, Sayyid Husein. 1983. Islam dan Nestapa Manusia Modern. Bandung:
Pustaka.
Parsons, Talcott. 1975. Social Systems and The Evolution of Action Theory. New
York: The Free Press.
Qardhawy, Yusuf. 1998. Seni dan Hiburan dalam Islam. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar.
Qardhawy, Yusuf. 2002. Islam Berbicara Seni. Terj. Wahid Ahmadi. Solo: Era
Intermedia.
R.Pinat@cwcom.net, apakabar@radix.net.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ritzer, G. 1996. Modern Sociological Theory. New York: Mc. Graw - Hill
Companies.
Schimel, Amnemarie. 2002. Dunia Rumi (Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi).
Yogyakarta: Pustaka Sufi.
Siregar, Amir Meison. 2000. Rumi: Cinta dan Tasawuf. Magelang: Tamboer
Press.
Sulaiman, Abdul Hamid Abu. 1994. Krisis Pemikiran Islam. Terj. Rifyal Ka’bah.
Jakarta: Media Dakwah.
Sutrisno, Mudji dkk. 2005. Teks-Teks Kunci Filsafat Seni. Yogyakarta: Galang
Press.