SELVI RAHMAYANI
1814201075
Dosen Pembimbing :
Fakultas Kesehatan
S1 Ilmu Keperawatan 4B
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas II dengan
judul “Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita : Keganasan Kanker Payudara”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Keperawatan Maternitas II bu Ns. Yelmi Reni Putri, S. Kep, M.A.N yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Selvi Rahmayani
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................7
C. TUJUAN....................................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................9
ISI..........................................................................................................................................9
A. DEFINISI KANKER PAYUDARA..........................................................................9
B. ETIOLOGI KANKER PAYUDARA .....................................................................11
C. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA................................................................12
a. Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker payudara12
b. Klasifikasi kanker payudara menurut UICC (International Union Against
Cancer)........................................................................................................................15
D. PATOFISIOLOGI KANKER PAYUDARA...........................................................20
E. KOMPLIKASI KANKER PAYUDARA................................................................20
F. PENATALAKSANAAN BAGI PASIEN KANKER PAYUDARA......................21
a. MEDIS..................................................................................................................21
b. NON-MEDIS (Ii et al., 2009)...............................................................................25
G. ASKEP SECARA KONSEP KANKER PAYUDARA...........................................26
a. Pengkajian............................................................................................................26
b. Diagnosa...............................................................................................................27
c. Perencanaan..........................................................................................................27
d. Implementasi........................................................................................................31
e. Evaluasi................................................................................................................32
H. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL PADA PASIEN KANKER
PAYUDARA...................................................................................................................32
I. INTERVENSI KEPERAWATAN KOMPLEMENTER KANKER PAYUDARA.
32
3
BAB III...............................................................................................................................41
PENUTUP...........................................................................................................................41
A. KESIMPULAN........................................................................................................41
B. SARAN....................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................42
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, WHO memperkirakan ada 58 juta
kematian karena penyakit-penyakit kronik dan 7.6 juta disebabkan oleh kanker. Saat ini
terdapat tiga jenis kanker sebagai penyebab kematian utama pada wanita di dunia yaitu
kanker payudara, kanker paru, dan kanker serviks dimana kanker payudara menjadi
penyebab paling umum untuk kematian di kalangan wanita dengan jumlah 425.000 orang.
(Irawan, Rahayuwati, & Yani, 2017)
Jumlah penderita kanker payudara semakin meningkat. Pada tahun 2012, penderita
kanker payudara di dunia sebanyak 1,7 juta dan diperkirakan akan meningkat menjadi
empat kali lipat pada tahun 2020 (WHO, 2012). Insidensi kanker payudara adalah 20%
dari seluruh keganasan (American Cancer Society, 2011). (Irawan et al., 2017)
Efek kanker payudara adalah perubahan kondisi dari fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual yang menyebabkan kualitas hidup dari pasien menurun (Fatmadona, 2015).
Masalah fisik yang sering terjadi seperti nyeri pada bagian payudara, adanya perubahan
warna pada payudara, pusing, dan masalah tidur (Fatmadona, 2015). Masalah psikologi
seperti perasaan sedih, takut, cemas, marah, dan lainnya Sedangkan masalah sosial yang
muncul seperti malu ketika bertemu dengan orang lain karena masalah penyakitnya
ataupun pasca mastektomi. Pada masalah spiritual terdapat pasien yang lebih mendekatkan
diri dengan sang pencipta adapula yang menyalahkan dan kecewa dengan sang pencipta
(Tsitsis & Lavdaniti, 2014). Masalah kualitas hidup yang sering terjadi adalah pandangan
secara subjektif mengenai masalah fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. (Irawan et al.,
2017)
Kualitas hidup pasien kanker payudara dapat ditingkatkan dengan terapi modern.
Jenis-jenis terapi modern diantaranya adalah terapi radiasi, kemoterapi, pembedahan, dan
kombinasi (Wolff et al., 2007). Dari berbagai jenis terapi modern, di Indonesia kemoterapi
menjadi terapi yang sering digunakan sehubungan dengan kondisi pasien yang late
diagnosed. Meskipun kemoterapi banyak memberikan hasil positif, di sisi lain banyak
menimbulkan efek samping seperti mual muntah, penurunan sel darah merah (RBC),
penurunan sel darah puih (WBC/leukosit), penurunan jumlah trombosit, mukositis, rambut
rontok, dan gangguan saraf tepi (National Cancer Institute, 2007). Kemoterapi diberikan
secara bertahap, biasanya sebanyak enam sampai delapan siklus agar mendapat efek yang
diharapkan dengan efek samping yang masih bisa diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi
yang akan diberikan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Sebagian besar
pasien kanker payudara setelah menjalani kemoterapi memiliki kualitas hidup sedang
(Heydarnejad et al., 2009; Pradana, Nuryani, Siluh, Wayan, 2012). (Irawan et al., 2017)
Selain efek samping, terapi modern untuk penderita kanker payudara pada stadium
lanjut sangat sulit dan hasilnya dinilai kurang memuaskan (Manuaba, 2008). Karenanya
dalam memaksimalkan pengobatan dan mengurangi efek samping terapi modern,
penderita kanker payudara banyak menggunakan terapi komplementer (Saquib et al.,
2012). (Irawan et al., 2017)
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
7
8. Mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada kanker payudara.
9. Mengetahui intervensi keperawatan komplementer dari kanker payudara.
8
BAB II
ISI
A. DEFINISI KANKER PAYUDARA.
Setiap bagian tubuh kita tersusun atas sel. Sel kita tidak hidup selamanya,
melainkan mengalami proses dimana sel muda lahir kemudian menua dan mati.
Pertumbuhan sel tubuh dan fungsinya diatur oleh gen yang berperan dalam memastikan
informasi sel dari generasi ke generasi berlangsung dengan baik. Ketika gen ini bermutasi
atau tumbuh tidak normal, maka terjadilah perubahan proses dimana sel yang seharusnya
mati namun kemudian tetap tumbuh besar dan bertambah banyak tidak terkontrol,
disinilah proses kanker itu terbentuk. (Kanker & Menyebar, 2011)
Struktur payudara yang ada juga terbangun dari milyaran sel, dan kanker payudara
adalah hasil dari transformasi tidak terkontrol dari sel-sel tersebut. Kanker payudara biasa
bermula dari saluran air susu atau dari lobulus dan kemudian menyebar ke jaringan lemak
yang ada di payudara. Terdapat dua tipe kanker payudara, yang terbatas pada saluran air
susu (karsinoma in situ atau non invasif) dan yang menyebar menembus dinding saluran
(infiltrat atau invasif). Meski demikian, umumnya kanker payudara adalah campuran dari
kedua tipe ini. (Kanker & Menyebar, 2011)
Menurut Desen (2011) dalam Kardiyudiani (2012) kanker merupakan istilah yang
digunakan pada tumor ganas, yaitu tumor yang tumbuh dengan pesat, menginfiltrasi
jaringan sekitar, bermetastasis dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak
mendapatkan penanganan dan terapi yang tepat. Kanker dapat menyerang semua
9
kelompok umur, strata sosial ekonomi dan strata pendidikan dari strata pendidikan rendah
hingga tinggi (Kemenkes, 2012). (Sri Guntari & Suariyani, 2016)
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional,
2015)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas. ( Harianto, 2005 ) (Cleary, 2019)
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara yang
berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara
terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi
sehingga sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan (Mardiana, 2004).
(Edy Susanto, 2019)
Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor
ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar
jaringan susu maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh
dengan cepat tapi sangat berbahaya (Suryaningsih, 2009). (Ii et al., 2009)
Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker payudara merupakan suatu penyakit dimana
terjadi pertumbuhan sel-sel jaringan yang abnormal dan tidak terkontrol pada payudara
yang timbul dari sel normal yang kemudian bertransformasi atau berubah dan berkembang
biak menjadi ganas.
10
D. ETIOLOGI KANKER PAYUDARA .
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak
penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan
peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara (Price &
Lorraine, 2006). (Edy Susanto, 2019)
11
i. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun. Resiko kanker payudara
menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan
pertamanya.
j. Nulipara/belum pernah melahirkan Berdasarkan penelitian, wanita nulipara
mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30% dibandingkan dengan wanita
yang multipara.
k. Tidak Menyusui Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama
mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini
dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan
karsinogenik selama menyusui.
l. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan
obesitas. (Edy Susanto, 2019)
12
mikrokapiler. Komedokarsinoma ditandai dengan sel-sel yang
Sel-sel berukuran lebih besar dari normal, inti bulat kecil dan jarang
karsinoma payudara.
dengan sedikit gambaran mitosis. Pada tepi tumor, tampak sel kanker
13
2. Karsinoma lobular invasif
3. Karsinoma musinosum
Benyuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi
(Becker, 2015)
4. Karsinoma meduler
14
(Becker, 2015)
(Becker, 2015)
6. Karsinoma tubuler
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler
selapis, dikelilingi oleh stroma fibrous. Jenis ini merupakan karsinoma
dengan diferensiasi tinggi. (Becker, 2015)
7. Karsinoma adenokistik
Jenis ini merupakan karsinoma invasive dengan karakteristik sel yang
berbentuk kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara.
(Becker, 2015)
8. Karsinoma apokrin
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma
eosinofilik, sehingga menyerupai sel apokrin yang mengalami
metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin dapat ditemukan juga pada jenis
karsinoma payudara yang lain. (Becker, 2015)
Stadium klinis kanker payudara yang banyak digunakan adalah klasifikasi kanker
besar tumor, kelenjar aksila dan metastasis yang disebut dengan TNM. (Becker, 2015)
Berdasarkan gambaran gejala klinik, Klasifikasi TNM menurut International Union Against
T = Tumor Primer
T1a = Ukuran tumor lebih dari 0,1 cm dan tidak lebih dari 0,5 cm
T1b = Ukuran tumor lebih dari 0,5 cm dan tidak lebih dari 1 cm
T4b = Edem (termasuk peau d’orange), atau ulserasi kulit payudara, atau satelit nodul
N = Limfonodi Regional
N2a = Metastasis di Limfonodi aksila ipsilateral fixed antar limfonodi atau fixed ke
16
struktur jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Metastasis Jauh
17
c. Klasifikasi stadium kanker payudara
Stadium I
Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm.
KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.
Stadium II
Sama dengan stadium 1, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB aksila (+),
tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm
Stadium IIA
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan
pada titik-titik saluran getah bening di ketiak.
Stadium IIB
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm,
telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak, dan
diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
Stadium III
Stadium III dibagi 2 :
Stadium IIIA
Tumor berukuran 5-10 cm,tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya,
KGB aksila masih bebas satu sama lain.
Stadium IIIB
Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm, fiksasi pada
kulit/dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan
kulit payudara), ulserasi,nodul satelit, KGB aksila melekat satu sama
18
lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan belum ada
metastasis jauh.
Stadium IIIC
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar pada titik-titik
di pembuluh getah bening ketiak.
Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II dan III) tetapi sudah disertai dengan
kelenjar getah bening aksila supra-lelavikula dan metastasis jauh lainnya.atau
telah menyebar pada lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.(Balica et al., 2014)
19
F. PATOFISIOLOGI KANKER PAYUDARA.
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi
pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kirakira berdiameter 1 cm ). Pada
ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan
dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua
yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara,
dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006 ) (Cleary, 2019)
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan
jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang ( Price, 2006 ). (Cleary, 2019)
Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun
yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi
benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal. (Mansjoer , 2000) (Cleary, 2019)
20
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
Tindakan pengobatan juga bisa menyebabkan efek samping atau komplikasi yang merugikan,
termasuk (Klinis & Queen, 2017):
1. Infeksi luka pasca operasi.
2. Pasien yang kelenjar getah beningnya di ketiak diangkat mungkin akan
merasakan pembengkakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan kekakuan di
bahu.
3. Pasien mastektomi yang otot-otot dinding di dadanya diangkat mungkin akan
mengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka.
4. Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa tidak
nyaman dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan. Gejala-gejala ini bisa
berlangsung selama beberapa minggu pasca radioterapi.
5. Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri karena
adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh. Tindakan pengobatan ini juga
akan menyebabkan kerontokan rambut, muntah dan kelelahan, dll. dalam jangka
waktu yang singkat.
6. Terapi yang Ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan, namun
bisa memengaruhi fungsi jantung pada kasus-kasus tertentu yang sangat jarang
terjadi.
Nasional, 2015) :
a. MEDIS
1. Pembedahan
21
Nasional, 2015)
Indikasi:
- Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
- Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
- Tumor phyllodes besar
- Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
- Penyakit Paget tanpa massa tumor
22
- DCIS (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
Indikasi:
- Mastektomi profilaktik
- Prosedur onkoplasti
Indikasi :
- Kanker payudara stadium I dan II.
- Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan.
Indikasi :
- Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor
hormonal positif.
23
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan dalam
konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari
lembaga yang berwenang. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker payudara.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih
panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan
pada kanker payudara dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara
kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis
yang masih kontroversi. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
Indikasi:
- Tumor metastasis tunggal pada satu organ
- Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi.
Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat
diterima
Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan
penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.
Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama
(first line) adalah :
o CMF
- Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
- 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8
o CAF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
o CEF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
24
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus (Komite Penanggulangan
Kanker Nasional, 2015)
Terapi Hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam
menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi
pemeriksaan tersebut dengan baik.
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif.
Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV
Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi
ajuvan utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak
lebih baik dari hormonal terapi.
Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.
Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
Terapi Target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK
yang Her2 positif.
Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-
kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu
tahun: tiap 3 minggu).
Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan.
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker
payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan
sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif. (Komite Penanggulangan Kanker
Nasional, 2015)
1) latihan pernafasan
2. Pasca operatif
25
1) Pada hari 1-2
- Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari
lengan daerah yang dioperasi.
- Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh.
- Untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik.
- Latihan relaksasi otot leher dan toraks.
- Aktif mobilisasi.
- Bebas gerakan.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara
sistematis. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000). Menurut Wijaya & Putri (2013), data
yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah pengumpulan data, sumber data,
klasifikasi data, anaisa data dan diagnose keperawatan.
1. Identitas
Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50 tahun
ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record.
2. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan riwayat penyakit
(perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko.
3. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer
mammae.
4. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor hormon antara
lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat
pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi ± 1 minggu dari
hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan
pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang sama tinggi.
5. Inspeksi
1) Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan.
2) Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
6. Palpasi
26
1) Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan
dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
3) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
4) Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh,
5) Stadium kanker (system TNM UICC)
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologist
- Mammografi/ USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu galktografi, tulang-tulang, USG abdomen, bone
scan, CT scan.
Pemeriksaan laboraturium
- Darah lengkap, urin
- Gula darah puasa dan 2 jpp
- Enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/ vaginal smear.
Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor.
- Cairan kista dan efusi pleura.
- Sekret puting susu, ditemukannya cairan abnormal seperti darah
atau nanah.
e. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu tahap perumusan masalah yang didapat dari data
pengkajian yang telah dianalisa. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien cancer
mammae adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
6. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme ke jaringan.
f. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah/
kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang
diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien. (Doenges, Moorhouse, &
Burley, 2000).
27
Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse (1999); Wijaya
& Putri (2013) menjelaskan bahwa perencanaan yang dapat diberikan pada pasien
dengan cancer mammae adalah :
Diagnosa 1 nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau dapat mentolerir nyeri.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengontrol rasa nyeri.
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri).
Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan pengkajian nyeri secara Informasi memberikan data dasar untuk
komprehensif, termasuk lokasi, mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan
karakteristik, durasi, frekuensi, intervensi.
maupun kualitas. Memungkinkan pasien untuk
Berikan pengalihan seperti reposisi dan berpartisipasi secara aktif dan
aktivitas menyenangkan seperti meningkatkan rasa control.
mendengarkan music atau menonton Evaluasi dilakukan setelah
TV. mengajarkan teknik pengalihan,
Evaluasi keefektifan control nyeri. sehingga mengetahui kebutuhan klien.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik. Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker, meskipun respons individual
berbeda. Saat perubahan penyakit/
pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.
28
INTERVENSI RASIONAL
Gunakan pendekatan yang Pasien yang cemas memerlukan teman
menenangkan. dan ketenangan dalam mengungkapkan
Jelaskan semua prosedur dan apa yang kecemasannya.
dirasakan selama prosedur. Prosedur, dampak dan segala yang
Dorong pasien untuk mengungkapkan berkaitan dengan terapi diberikan. Hal
perasaan, ketakutan, persepsi. ini membuat pasien tahu mengenai
Bantu pasien/ orang terdekat dalam dampaknya, dan dapat mengambil
mengenali dan mengklarifikasi rasa keputusan yang tepat.
takut untuk memulai mengembangkan Memberikan kesempatan untuk
strategi koping untuk menghadapi rasa memeriksa rasa takut realistis serta
takut. kesalahan konsep tentang diagnosis.
Jelaskan semua prosedur dan apa yang Keterampilan koping sering rusak
dirasakan selama prosedur. setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Dukungan
dan konseling sangat diperlukan untuk
individu mengenal dan menghadapi
rasa takut.
Memungkinkan pasien membuat
keputusan sesuai realita.
Diagnosa 3 resiko infeksi nosokomial berhubungan dengan lingkungan operasi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- Jumlah leukosit berada pada batas normal.
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pencegahan infeksi.
INTERVENSI RASIONAL
Bersihkan lingkungan setelah dipakai Lingkungan yang bersih
pasien lain. meminimalkan jumlah bakteri.
Cuci tangan sebelum melakukan Lindungi pasien dari sumber-sumber
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan infeksi, seperti pengunjung dan staf
melakukan hal yang sama. yang mengalami ISK.
Monitor temperatur. Peningkatan suhu terjadi karena
Tingkatkan istirahat adekuat/ periode berbagai faktor, misalnya efek samping
latihan. kemoterapi, proses penyakit, atau
Kolaborasi dalam pemberian infeksi.
antibiotik. Membatasi keletihan, mendorong
gerakan yang cukup untuk mencegah
komplikasi.
Diberikan secara profilaktik pada
pasien dengan imunosupresi.
29
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
dapat mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan. Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan lainnya.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan penilaian tentang tingkat Memvalidasi tingkat pemahaman saat
pengetahuan pasien tentang proses ini, dan memberikan dasar pengetahuan
penyakit yang spesifik. diamana pasien membuat keputusan
Jelaskan patofisiologi dari penyakit berdasarkan informasi.
dan hubungannya dengan anatomi Informasi akurat dan mendetil dapat
fisiologi dengan cara yang tepat. membantu menghilangkan ansietas dan
Diskusikan perubahan gaya hidup yang membuat keputusan.
mungkin diperlukan untuk mencegah Gaya hidup member pengaruh yang
komplikasi di masa yang akan datang. penting dalam mencegah komplikasi.
Minta pasien untuk umpan balik Kesalahan konsep tentang kanker lebih
verbal, dan perbaiki kesalahan konsep mengganggu dari kenyataan dan
tentang tipe kanker dan pengobatan. mempengaruhi pengobatan.
Diagnosa 5 Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan pengangkatan
bedah kulit/ jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam waktu
penyembuhan kulit meningkat.
Kriteria hasil :
- Perfusi jaringan baik.
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjdinya cedera berulang.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawaatan alami.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji balutan/ luka untuk karakteristik Penggunaan balutan tergantung luas
drainase. Monitor jumlah edema, pembedahan dan penutupan luka.
kemerahan, dan nyeri pada insisi dan Drainase terjadi ketika trauma prosedur
lengan, serta suhu. dan manipulasi banyak pembuluh darah
Tempatkan pada posisi semifowler. dan limfatik pada area tersebut.
Jangan melakuka pengukuran TD, Pengenalan dini terjadi ketika infeksi
injeksi obat, atau memasukkan IV pada dapat memampukan pengobatan
lengan ynag sakit. dengan cepat
Anjurkan untuk memakai pakaian yang Membantu drainase cairan melalui
tidak sempit/ ketat, perhiasan atau jam gravitasi.
tangan pada tangan yang sakit. Meningkatkan potensial konstriksi ,
infeksi, dan limfedema pada posisi
yang sakit.
Menurunkan tekanan pada jaringan
yang terkena, yang dapat
30
memperebaiki sirkulasi/ penyembuhan.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau masukan makanan setiap hari. Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi
Ukur tinggi badan, berat badan, dan nutrisi.
ketebalan lipatan kulit trisep. Membantu dalam identifikasi
Ciptakan suasana makan yang malnutrisi protein-kalori, khususnya
menyenangkan. bila berat badan dan hasil
Dorong komunikasi terbuka mengenai antropometrik kurang dari normal.
masalah anoreksia. Membuat waktu makan lebih
Kolaborsi denga ahli gizi untuk menyenangkan, yang dapat
menentukan jumlah kalori dan nutrisi meningkatkan masukan.
31
yang dibutuhkan pasien. Sering sebagai distress emosi,
khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan memberi makan pasien
dengan sering.
Memberikan rencana diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan individu dan
menurunkan masalah berkenaan
dengan malnutrisi protein/ kalori dan
defisiensi mikronutrien.
g. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana rencana
perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditentukan.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000). (Balica et al., 2014)
h. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta ketepatan
perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan
keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Doenges,
Moorhouse, & Burley, 2000). (Balica et al., 2014)
(SDKI, edisi 1)
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (misal stress karena kondisi fisik
yang saat ini diderita, dan tidak nafsu makan)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan linkungan
c. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh
e. Ganggguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terapi (medikasi, radiasi,
kemoterap)
f. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
g. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
h. Resiko alergi berhubungan dengan terpapar zat alergen (zat kimia, agen farmakologis)
i. Resiko jatuh berhubungan dengan efek agen farmakologis
32
K. INTERVENSI KEPERAWATAN KOMPLEMENTER KANKER PAYUDARA.
a. Terapi Akupresur untuk Menangani Mual dan Muntah pada Pasien Kanker
Mual dan muntah merupakan salah satu efek samping yang paling sering ditimbulkan
oleh kemoterapi. Gejala mual dan muntah pasca kemoterapi sering disebut sebagai
Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). Sekitar 20 sampai 30 persen
pasien mengalami mual muntah akibat proses sekunder pemberian obat-obatan
kemoterapi (Nindya Shinta R. Bakti Surarso, 2016). (Jun & Shangwen, 2019)
Saat ini, penggunaan obat-obatan medis antiemetik sering dipakai untuk membantu
meringankan gejala mual dan muntah pada penderita kanker setelah menjalani
kemoterapi. Meskipun obat-obatan antiemetik dapat menurunkan intensitas mual
muntah pasca kemoterapi, namun obat-obatan kimia juga dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan salah satunya yaitu alergi (Widyaningsih, 2012). (Jun &
Shangwen, 2019)
Untuk membantu menurunkan efek samping dari penggunaan obat-obatan medis dapat di
berikan pengobatan alternatif atau pengobatan komplementer yang dipercaya lebih sedikit
efek sampingnya dibandingkan obat-obatan medis (Ervina & Ayubi, 2018; Satria, 2013).
Salah satu pengobatan komplementer yang dapat meringankan gejala mual dan muntah
pada pasien pasca kemoterapi yaitu akupresur (Yuliar, Susanah and Nurhidayah, 2019).
Penekanan pada titik P6 dan St36 diyakini mampu memperbaiki aliran energi didalam
lambung sehingga dapat mengatasi gejala mual dan muntah (Syarif, 2011).(Jun &
Shangwen, 2019)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hilman Syarif, Elly Nurachmah & Dewi Gayatri
(2011) membuktikan adanya penurunan gejala mual muntah setelah dilakukan akupresur
33
3 kali sehari, 25 menit sebelum kemoterapi serta 6 dan 12 jam setelah kemoterapi. (Jun &
Shangwen, 2019)
Penelitian ini didukung oleh Restu Iriani & Evi Vestabilivy (2017) yang membuktikan
adanya penurunan mual muntah setelah diberikan intervensi berupa akupresur dan
hipnoterapi pada pasien yang menjalani kemoterapi. Sebagai salah satu tenaga kesehatan,
perawat dapat memberikan beberapa pilihan terapi untuk membantu mengatasi gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh kemoterapi seperti mual muntah yang dapat diatasi dengan
akupresur. (Jun & Shangwen, 2019)
b. Inhalasi aromatherapi citrus terhadap efek nausea dan vomitus pasca kemoterapi
Gejala mual muntah merupakan salah satu efek samping yang berat akibat pemberian
obat kanker. Efek samping kemoterapi adalah alopesia (94,1%), diikuti mual (84,3%)
dan muntah (58,8%). Efek samping yang mulai muncul pada periode waktu segera
sampai hari yaitu mual (100%), muntah (100%), diare (80%), rentan infeksi (61,4%),
dan neuropati (50%).9 Kondisi ini dapat menyebabkan stres terhadap pasien dan
terkadang membuat pasien memilih untuk menghentikan siklus terapi dan berpotensi
untuk menimbulkan harapan hidup yang buruk dimasa depan. Resiko buruk dapat
terjadi apabila efek samping ini tidak dapat ditangani dengan baik, maka mual muntah
dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan resiko
terjadi aspirasi pneumonia.10,11 Mual dan muntah pada pasien yang menjalani
kemoterapi ini dapat diturunkan oleh pemberian aromatherapy citrus melalui
mekanisme pemberian inhalasi. (Penelitian, 2019)
Mekanisme pemberian terapi dengan melalui inhalasi ini memberikan efek lebih cepat
daripada mekanisme lain. Mekanisme tindakan aromaterapi adalah melalui sistem
sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.12 Melalui inhalasi ataupun diterapkan pada
permukaan kulit, minyak eterik akan diserap ke dalam tubuh melalui kapiler, yang
34
selanjutnya akan dilakukan oleh sistem peredaran darah baik sirkulasi darah atau
sirkulasi limfatik. Pembuluh kapiler kemudian akan mengedarkan zat ke sistem saraf
pusat dan otak akan menyampaikan pesan ke target organ. Minyak eterik dapat
diberikan melalui intervensi berupa pijatan yang akan merangsang sistem peredaran
darah untuk bekerja penuh semangat. Selain itu aromaterapi juga dapat menimbulkan
rangsangan saraf penciuman oleh kehadiran aroma tertentu dan kemudian terhubung
langsung ke hipotalamus. Hipotalamus adalah bagian dari otak yang mengontrol
sistem kelenjar, mengatur hormon, dan mempengaruhi pertumbuhan, dan aktivitas
tubuh.(Penelitian, 2019)
Aromatherapy citrus mengadung manfaat yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan tubuh, mempercepat penyembuhan penyakit dan
menjaga keseimbangan system dalam tubuh juga mengurangi efek mual dan muntah
yang dirasakan oleh pasien kanker. (Penelitian, 2019)
c. Hipnosis
d. Pijatan
35
pijatan membantu meredakan rasa sakit pada orang dengan kanker payudara. Selain
itu, pijatan juga membantu menghilangkan kecemasan, kelelahan, dan stres sehingga
Anda merasa lebih berenergi setelahnya.
Ada banyak metode pijat yang bisa dilakukan. Jenis mana yang dipilih akan
disesuaikan dengan kondisi dan keluhan yang dirasakan. (Penelitian, 2019)
e. Tai chi
Tai chi adalah olahraga yang menggabungkan gerakan lembut dan pernapasan dalam.
Tai chi menjadi salah satu perawatan tambahan yang membantu menghilangkan stres
pada pengidap kanker payudara. Selain itu, tai chi juga membantu meregangkan dan
memperkuat otot serta persendian tubuh. Tai chi juga bisa mengurangi stres dan
kecemasan serta meningkatkan perasaan bahagia.
Gerakannya cenderung aman dilakukan oleh pasien kanker. Pasalnya, gerakan tai chi
cukup lambat sehingga tidak membutuhkan kekuatan yang terlalu besar. Jika ada
36
gerakan tai chi yang sekiranya membuat Anda merasa sakit, gantilah dengan gerakan
lainnya yang lebih nyaman. (Penelitian, 2019)
f. Yoga
Yoga adalah olahraga kombinasi dari peregangan, pernapasan, dan meditasi. Yoga
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dan ketenangan batin.
Ulasan yang diterbitkan dalam Cochrane Database of Systematic menemukan manfaat
yoga untuk pasien kanker payudara. Kombinasi yoga sebagai perawatan tambahan
dan pengobatan utama bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental pasien
kanker. (Penelitian, 2019)
g. Shiatsu
Shiatsu adalah pijat ala Jepang dengan menggunakan akupresur. Akupresur yaitu
memberikan tekanan ringan ke titik-titik tertentu tubuh untuk memberikan tekanan
37
ringan melalui jari. Seperti akupunktur, akupresur tradisional percaya bahwa tekanan
ini bisa melepaskan penyumbatan dalam aliran chi yang menyebabkan rasa sakit.
Terapi shiatsu dilakukan dengan menekan titik tertentu tubuh dengan jari termasuk
jempol dan telapak tangan. Terkadang, terapis juga menggunakan siku, lutut, dan kaki
utuk memijat serta meregangkan otot dan persendian tubuh.
Shiatsu bertujuan untuk meringankan rasa sakit yang dirasakan dan memperbaiki
kondisi kesehatan seseorang. (Penelitian, 2019)
h. Reiki
Reiki adalah terapi asal Jepang yang dilakukan dengan perantara tangan dan bisa
dipilih sebagai perawatan tambahan untuk kanker payudara. Reiki artinya “energi
kehidupan universal”.
Para praktisi Reiki percaya bahwa energi mengelilingi dan bergerak melalui tubuh
manusia. Reiki bertujuan untuk menyeimbangkan aliran energi ini dan merangsang
kemampuan tubuh untuk sembuh.
Meski tidak ada studi ilmiah yang menunjukkan efektivitas Reiki untuk mengobtai
penyakit tertentu, beberapa manfaat yang bisa didapat yaitu:
Relaksasi
Rasa hangat pada tubuh yang menyebabkan kantuk
Cemas dan stres berkurang sehingga lebih bahagia
Intinya Reiki membantu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara tetapi
tidak menggantikan pengobatan utamanya. (Penelitian, 2019)
i. Meditasi
38
Meditasi adalah praktik pemusatan perhatian dengan menahan aliran pikiran normal
yang menguasai pikiran. Biasanya perhatian akan difokuskan pada hal spesifik seperti
napas atau frasa tertentu. Dengan begitu, pikiran akan terkendali dan tidak
memikirkan banyak hal lain yang memusingkan.
Berlatih meditasi secara teratur diyakini dapat mengurangi stres, memperbaiki mood,
membuat tidur lebih nyenyak, dan mengurangi kelelahan. Manfaat ini akan sangat
berguna untuk penderita kanker untuk bantu meningkatkan kualitas hidupnya.
(Penelitian, 2019)
j. Terapi musik
Sebuah penelitian pada tahun 2001 di Inggris menemukan bahwa terapi musik bisa
membantu meredakan kecemasan dan rasa sakit pada pasien kanker. Dalam penelitian
39
ditemukan juga bahwa fungsi sistem kekebalan tubuh meningkat dan hormon stres
kortisol pun menurun.
Selain itu, sebuah penelitian kecil di tahun 1991 juga menyatakan terapi musik
membantu mengurangi rasa sakit pasien kanker hingga 47 persen. Terapi ini diberikan
selama 6 hari berturut-turut bersamaan dengan obat penghilang nyeri dokter.
(Penelitian, 2019)
40
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
L. SARAN
Setiap wanita berisiko mengalami kanker payudara. Karena itu, kenali dan pahami
payudara Anda.
41
DAFTAR PUSTAKA
Balica, S. F., Popescu, I., Beevers, L., Wright, N. G., بیبیبیبیبیبیبی ثبثبثب, Herrera Marcano, T.,
… Ancorar, I. (2014). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関
連指標に関する共分散構造分析 Title. 運輸と経済, 2014(June), 1–2.
https://doi.org/10.1038/132817a0
Becker, F. G. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標
に関する共分散構造分析 Title. 8–39.
Cleary, M. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Edy Susanto, M. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Ii, B. A. B., Teori, A. L., & Payudara, K. (2009). Breast Cancer / Carcinoma Mammae ). 8–
27.
Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan Penggunaan Terapi Modern dan
Komplementer terhadap Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 5(1), 19–28. https://doi.org/10.24198/jkp.v5n1.3
42