Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

“MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI WANITA :


KEGANASAN KANKER PAYUDARA”

SELVI RAHMAYANI

1814201075

Dosen Pembimbing :

Ns. Yelmi Reni Putri, S. Kep, M.A.N

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

Fakultas Kesehatan

S1 Ilmu Keperawatan 4B

2019/2020
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas II dengan
judul “Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita : Keganasan Kanker Payudara”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Keperawatan Maternitas II bu Ns. Yelmi Reni Putri, S. Kep, M.A.N yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bukittinggi , 24 februari 2020

Selvi Rahmayani

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................7
C. TUJUAN....................................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................9
ISI..........................................................................................................................................9
A. DEFINISI KANKER PAYUDARA..........................................................................9
B. ETIOLOGI KANKER PAYUDARA .....................................................................11
C. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA................................................................12
a. Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker payudara12
b. Klasifikasi kanker payudara menurut UICC (International Union Against
Cancer)........................................................................................................................15
D. PATOFISIOLOGI KANKER PAYUDARA...........................................................20
E. KOMPLIKASI KANKER PAYUDARA................................................................20
F. PENATALAKSANAAN BAGI PASIEN KANKER PAYUDARA......................21
a. MEDIS..................................................................................................................21
b. NON-MEDIS (Ii et al., 2009)...............................................................................25
G. ASKEP SECARA KONSEP KANKER PAYUDARA...........................................26
a. Pengkajian............................................................................................................26
b. Diagnosa...............................................................................................................27
c. Perencanaan..........................................................................................................27
d. Implementasi........................................................................................................31
e. Evaluasi................................................................................................................32
H. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL PADA PASIEN KANKER
PAYUDARA...................................................................................................................32
I. INTERVENSI KEPERAWATAN KOMPLEMENTER KANKER PAYUDARA.
32

3
BAB III...............................................................................................................................41
PENUTUP...........................................................................................................................41
A. KESIMPULAN........................................................................................................41
B. SARAN....................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................42

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, WHO memperkirakan ada 58 juta
kematian karena penyakit-penyakit kronik dan 7.6 juta disebabkan oleh kanker. Saat ini
terdapat tiga jenis kanker sebagai penyebab kematian utama pada wanita di dunia yaitu
kanker payudara, kanker paru, dan kanker serviks dimana kanker payudara menjadi
penyebab paling umum untuk kematian di kalangan wanita dengan jumlah 425.000 orang.
(Irawan, Rahayuwati, & Yani, 2017)

Jumlah penderita kanker payudara semakin meningkat. Pada tahun 2012, penderita
kanker payudara di dunia sebanyak 1,7 juta dan diperkirakan akan meningkat menjadi
empat kali lipat pada tahun 2020 (WHO, 2012). Insidensi kanker payudara adalah 20%
dari seluruh keganasan (American Cancer Society, 2011). (Irawan et al., 2017)

Di Indonesia jumlah penderita kanker payudara adalah 61.682 dengan prevalensi


12/100.000 wanita (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Penderita kanker
payudara menyebar diseluruh provinsi. Jawa barat merupakan provinsi ketiga terbanyak
untuk penderita kanker payudara, yaitu 6.701 orang dengan prevalensi 0.3% (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). (Irawan et al., 2017)

Risiko terjadinya kanker payudara semakin meningkat dengan peningkatan usia.


Kasus kanker payudara banyak terjadi pada rentang usia 30 sampai dengan 50 tahun
(Ostad & Parsa, 2011). Perempuan yang berusia lebih dari 50 tahun lebih berisiko terkena
kanker payudara (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). (Irawan et al., 2017)

Efek kanker payudara adalah perubahan kondisi dari fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual yang menyebabkan kualitas hidup dari pasien menurun (Fatmadona, 2015).
Masalah fisik yang sering terjadi seperti nyeri pada bagian payudara, adanya perubahan
warna pada payudara, pusing, dan masalah tidur (Fatmadona, 2015). Masalah psikologi
seperti perasaan sedih, takut, cemas, marah, dan lainnya Sedangkan masalah sosial yang
muncul seperti malu ketika bertemu dengan orang lain karena masalah penyakitnya
ataupun pasca mastektomi. Pada masalah spiritual terdapat pasien yang lebih mendekatkan
diri dengan sang pencipta adapula yang menyalahkan dan kecewa dengan sang pencipta
(Tsitsis & Lavdaniti, 2014). Masalah kualitas hidup yang sering terjadi adalah pandangan
secara subjektif mengenai masalah fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. (Irawan et al.,
2017)

Kualitas hidup pasien kanker dipengaruhi oleh pendidikan, usia, pekerjaan,


pendapatan, status pernikahan, stadium kanker, dan dukungan keluarga (Lopez et al.,
5
2011). Kualitas hidup pada pasien kanker payudara menurun dua kali lipat setelah operasi
pengangkatan payudara terutama masalah psikologis. Kualitas hidup kanker payudara
secara klinis menurun setelah terdiagnosa dan terus menurun secara periodik setiap lima
tahun setelah terdiagnosa kanker payudara (DiSipio, Hayes, Newman, Aitken, & Janda,
2010). Dukungan keluarga dan lingkungan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
payudara terutama masalah psikologis dan sosial walaupun secara fisik mengalami
penurunan (Yanez, Thompson, & Stanton, 2011). (Irawan et al., 2017)

Kualitas hidup pasien kanker payudara dapat ditingkatkan dengan terapi modern.
Jenis-jenis terapi modern diantaranya adalah terapi radiasi, kemoterapi, pembedahan, dan
kombinasi (Wolff et al., 2007). Dari berbagai jenis terapi modern, di Indonesia kemoterapi
menjadi terapi yang sering digunakan sehubungan dengan kondisi pasien yang late
diagnosed. Meskipun kemoterapi banyak memberikan hasil positif, di sisi lain banyak
menimbulkan efek samping seperti mual muntah, penurunan sel darah merah (RBC),
penurunan sel darah puih (WBC/leukosit), penurunan jumlah trombosit, mukositis, rambut
rontok, dan gangguan saraf tepi (National Cancer Institute, 2007). Kemoterapi diberikan
secara bertahap, biasanya sebanyak enam sampai delapan siklus agar mendapat efek yang
diharapkan dengan efek samping yang masih bisa diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi
yang akan diberikan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Sebagian besar
pasien kanker payudara setelah menjalani kemoterapi memiliki kualitas hidup sedang
(Heydarnejad et al., 2009; Pradana, Nuryani, Siluh, Wayan, 2012). (Irawan et al., 2017)

Selain efek samping, terapi modern untuk penderita kanker payudara pada stadium
lanjut sangat sulit dan hasilnya dinilai kurang memuaskan (Manuaba, 2008). Karenanya
dalam memaksimalkan pengobatan dan mengurangi efek samping terapi modern,
penderita kanker payudara banyak menggunakan terapi komplementer (Saquib et al.,
2012). (Irawan et al., 2017)

Penelitian mengenai terapi modern dan komplementer telah dilakukan di berbagai


negara. Menurut Saini et al. (2011), nilai kualitas hidup pengguna terapi modern dan
komplementer (herbal, diet khusus, dan praktek berbasis tubuh) lebih rendah dari
pengguna terapi modern. Sedangkan menurut Kang et al. (2012) tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kualitas hidup pasien yang menggunakan terapi modern dan
komplementer dengan pasien yang hanya menggunakan terapi modern saja dan menurut
Gerber, Scholz, Reimer, Briese, dan Janni (2006) menunjukkan tidak adanya hubungan
yang signifikan antara terapi modern dan komplementer dengan kualitas hidup pasien
kanker payudara. (Irawan et al., 2017)

Hasil tersebut berbanding terbalik dengan penelitian Damodar, Smitha, Gopinath,


Vijayakumar, dan Rao (2013) dan Donatelle dan Rebsxaecca (2004) yang menjukkan
adanya hubungan positif yang signifikan antara terapi modern dan komplementer dengan
6
kuaitas hidup pasien kanker payudara. Masyarakat cenderung menggunakan terapi
komplementer karena banyak terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa
mengobati berbagai jenis penyakit namun belum banyak penelitian yang membuktikannya
(Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2016). (Irawan et al., 2017)

Studi pendahuluan menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh


mual muntah terutama pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan komplementer
(pijat) mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan nyeri pasca terapi modern
dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal) mengatakan penggunaan
herbal mengurangi mual muntah dan mempercepat penyembuhan pasca terapi modern
dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan
penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi modern. (Irawan et al.,
2017)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari kanker payudara ?


2. Apa etiologi dari kanker payudara ?
3. Apa saja klasifikasi dari kanker payudara ?
4. Bagaimana patofisiologi dari kanker payudara?
5. Apa saja dan bagaimana komplikasi dari kanker payudara ?
6. Bagaimana penatalaksanaan bagi pasien kanker payudara ?
7. Bagaimana Askep secara konsep dari kanker payudara ?
8. Apa saja diagnosa yang mungkin muncul pada kanker payudara ?
9. Bagaimana intervensi keperawatan komplementer dari kanker payudara ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui definisi dari kanker payudara.


2. Mengetahui etiologi dari kanker payudara .
3. Mengetahui klasifikasi dari kanker payudara.
4. Bagaimana patofisiologi dari kanker payudara.
5. Mengetahui komplikasi dari kanker payudara.
6. Mengetahui penatalaksanaan bagi pasien kanker payudara.
7. Mengetahui Askep secara konsep dari kanker payudara.

7
8. Mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada kanker payudara.
9. Mengetahui intervensi keperawatan komplementer dari kanker payudara.

8
BAB II
ISI
A. DEFINISI KANKER PAYUDARA.

Setiap bagian tubuh kita tersusun atas sel. Sel kita tidak hidup selamanya,
melainkan mengalami proses dimana sel muda lahir kemudian menua dan mati.
Pertumbuhan sel tubuh dan fungsinya diatur oleh gen yang berperan dalam memastikan
informasi sel dari generasi ke generasi berlangsung dengan baik. Ketika gen ini bermutasi
atau tumbuh tidak normal, maka terjadilah perubahan proses dimana sel yang seharusnya
mati namun kemudian tetap tumbuh besar dan bertambah banyak tidak terkontrol,
disinilah proses kanker itu terbentuk. (Kanker & Menyebar, 2011)

Struktur payudara yang ada juga terbangun dari milyaran sel, dan kanker payudara
adalah hasil dari transformasi tidak terkontrol dari sel-sel tersebut. Kanker payudara biasa
bermula dari saluran air susu atau dari lobulus dan kemudian menyebar ke jaringan lemak
yang ada di payudara. Terdapat dua tipe kanker payudara, yang terbatas pada saluran air
susu (karsinoma in situ atau non invasif) dan yang menyebar menembus dinding saluran
(infiltrat atau invasif). Meski demikian, umumnya kanker payudara adalah campuran dari
kedua tipe ini. (Kanker & Menyebar, 2011)

Menurut Desen (2011) dalam Kardiyudiani (2012) kanker merupakan istilah yang
digunakan pada tumor ganas, yaitu tumor yang tumbuh dengan pesat, menginfiltrasi
jaringan sekitar, bermetastasis dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak
mendapatkan penanganan dan terapi yang tepat. Kanker dapat menyerang semua
9
kelompok umur, strata sosial ekonomi dan strata pendidikan dari strata pendidikan rendah
hingga tinggi (Kemenkes, 2012). (Sri Guntari & Suariyani, 2016)

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional,
2015)

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas. ( Harianto, 2005 ) (Cleary, 2019)

Kanker payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae


dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah (Carpenito, 2000). (Cleary, 2019)

Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara yang
berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara
terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi
sehingga sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan (Mardiana, 2004).
(Edy Susanto, 2019)

Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan


atau perkembangan tidak terkontrol dari sel- sel (jaringan) payudara. Kanker payudara
(Breast Cancer / Carcinoma Mammae) adalah salah satu penyakit kanker yang
menyebabkan kematian nomor lima (5) setelah kanker paru, kanker rahim, kanker hati dan
kanker usus (Fanani, 2009). (Ii, Teori, & Payudara, 2009)

Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor
ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar
jaringan susu maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh
dengan cepat tapi sangat berbahaya (Suryaningsih, 2009). (Ii et al., 2009)

Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara


abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif,
serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Pada
stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau
fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata,
dan konsistensi padat dan keras (Ramli,1994) (Ii et al., 2009)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker payudara merupakan suatu penyakit dimana
terjadi pertumbuhan sel-sel jaringan yang abnormal dan tidak terkontrol pada payudara
yang timbul dari sel normal yang kemudian bertransformasi atau berubah dan berkembang
biak menjadi ganas.

10
D. ETIOLOGI KANKER PAYUDARA .

Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak
penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan
peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara (Price &
Lorraine, 2006). (Edy Susanto, 2019)

Faktor-faktor resiko tersebut adalah :


a. Jenis kelamin Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker
payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari
seluruh kanker payudara.
b. Faktor usia Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak
kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.
c. Riwayat keluarga Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan
faktor resiko terjadinya kanker payudara.
d. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya Beberapa tumor jinak pada
payudara dapat bermutasi menjadi ganas.
e. Faktor genetik Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2,
yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker
payudara adalah sebesar 80%.
f. Faktor hormonal Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif,
terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat 12 kehamilan, dapat
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
g. Usia menarche Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko
kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.
h. Menopause Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker
payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan
resiko kanker payudara 3 %.

11
i. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun. Resiko kanker payudara
menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan
pertamanya.
j. Nulipara/belum pernah melahirkan Berdasarkan penelitian, wanita nulipara
mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30% dibandingkan dengan wanita
yang multipara.
k. Tidak Menyusui Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama
mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini
dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan
karsinogenik selama menyusui.
l. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan
obesitas. (Edy Susanto, 2019)

E. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA.

a. Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker payudara


a) Kanker Payudara Non Invasif
1. Karsinoma intraduktus in situ
Kasinoma intraduktus in situ merupakan tipe kanker payudara non-

invasif yang paling umum terjadi, seringkali terdeteksi pada

mammogram sebagai mikrokalsifikasi (tumpukan kalsium dalam

jumlah kecil). Dengan deteksi dini rerata tingkat bertahan hidup

penderita karsinoma intraduktus in-situ bertahan hidup mencapai

hampir 100 %, dengan catatan kanker tidak menyebar dari saluran

susu ke jaringan lemak payudara dan bagian tubuh lain. Karsinoma

intraduktus adalah karsinoma yang mengenai duktus disertai

infiltrasi jaringan stroma sekitar. Terdapat 5 subtipe dari karsinoma

intraduktus, yaitu: komedokarsinoma, solid, kribriformis, papiler, dan

12
mikrokapiler. Komedokarsinoma ditandai dengan sel-sel yang

berproliferasi cepat dan memiliki derajat keganasan tinggi.

Karsinoma jenis ini dapat meluas ke duktus ekskretorius utama,

kemudian menginfiltrasi papilla dan areola, sehingga dapat

menyebabkan penyakit Paget pada payudara. (Becker, 2015)

2. Karsinoma lobular in situ


Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus

terminal dan atau duktulus, tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma.

Sel-sel berukuran lebih besar dari normal, inti bulat kecil dan jarang

disertai mitosis.(Becker, 2015)

b) Kanker Payudara Invasif

1. Karsinoma duktus invasif

Karsinoma jenis ini merupakan bentuk paling umum dari kanker

payudara. Karsinoma duktus infiltratif merupakan 65-80% dari

karsinoma payudara.

Secara histologis, jaringan ikat padat tersebar berbentuk sarang atau

beralur-alur. Sel berbentuk bulat sampai poligonal, bentuk inti kecil

dengan sedikit gambaran mitosis. Pada tepi tumor, tampak sel kanker

mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat atau

seperti kelenjar. Jenis ini disebut juga sebagai infiltrating ductus

carcinoma not otherwise specified (NOS), scirrhous carcinoma,

infiltrating carcinoma, atau carcinoma simplerx. (Becker, 2015)

13
2. Karsinoma lobular invasif

Jenis ini merupakan karsinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel

berukuran kecil dan seragam dengan sedikit pleimorfisme. Karsinoma

lobular invasive biasanya memiliki tingkat mitosis rendah. Sel

infiltratif biasanya tersusun konsentris disekitar duktus berbentuk

seperti target. Sel tumor dapat berbentuk signet-ring, tubuloalveolar,

atau solid. (Becker, 2015)

3. Karsinoma musinosum

Pada karsinoma musinosum ini didapatkan sejumlah besar mucus

intra dan ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun

mikroskopis. Secara histologis, terdapat 3 bentuk sel kanker. Bentuk

pertama, sel tampak seperti pulau-pulau kecil yang mengambang

dalam cairan musin basofilik. Bentuk kedua, sel tumbuh dalam

susunan kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin.

Benyuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi

sel tumor tanpa diferensiasi, sebagian besar sel berbentuk signet-ring.

(Becker, 2015)

4. Karsinoma meduler

Sel berukuran besar berbentuk polygonal/lonjong dengan batas

sitoplasma tidak jelas. Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi

memiliki prognosis lebih baik daripada karsinoma duktus infiltratif.

Biasanya terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam jumlah

sedang diantara sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.

14
(Becker, 2015)

5. Karsinoma papiler invasif

Komponen invasif dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler.

(Becker, 2015)

6. Karsinoma tubuler
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler
selapis, dikelilingi oleh stroma fibrous. Jenis ini merupakan karsinoma
dengan diferensiasi tinggi. (Becker, 2015)

7. Karsinoma adenokistik
Jenis ini merupakan karsinoma invasive dengan karakteristik sel yang
berbentuk kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara.
(Becker, 2015)

8. Karsinoma apokrin
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma
eosinofilik, sehingga menyerupai sel apokrin yang mengalami
metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin dapat ditemukan juga pada jenis
karsinoma payudara yang lain. (Becker, 2015)

b. Klasifikasi kanker payudara menurut UICC (International Union Against


Cancer)

Stadium klinis kanker payudara yang banyak digunakan adalah klasifikasi kanker

payudara menurut International Union Against Cancer (UICC ) yang berdasarkan

besar tumor, kelenjar aksila dan metastasis yang disebut dengan TNM. (Becker, 2015)

Berdasarkan gambaran gejala klinik, Klasifikasi TNM menurut International Union Against

Cancer (UICC ) adalah :

T = Tumor Primer

Tx = Tumor primer tak dapat diperiksa

T0 = Tidak terdapat tumor primer


15
Tis = Karsinoma in situ

Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ

Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ

Tis (Paget) Paget disease

T1 = Ukuran tumor 2 cm atau kurang

T1a = Ukuran tumor lebih dari 0,1 cm dan tidak lebih dari 0,5 cm

T1b = Ukuran tumor lebih dari 0,5 cm dan tidak lebih dari 1 cm

T1c = Ukuran tumor lebih dari 1 cm dan tidak lebih dari 2 cm

T2 = Ukuran tumor lebih dari 2 cm dan tidak lebih dari 5 cm

T3 = Ukuran tumor lebih dari 5 cm

T4 = Semua ukuran tumor dengan ekstensi ke dinding dada atau kulit.

T4a = Ekstensi ke dinding dada.

T4b = Edem (termasuk peau d’orange), atau ulserasi kulit payudara, atau satelit nodul

pada payudara ipsilateral.

T4c = T4a dan T4b

T4d = Inflamatory carcinoma

N = Limfonodi Regional

Nx = Limfonodi Regional tak dapat diperiksa

N0 = Tak ada metastasis di Limfonodi Regional

N1 = Metastasis di Limfonodi aksila ipsilateral mobile

N2 = Metastasis di Limfonodi aksila ipsilateral fixed

N2a = Metastasis di Limfonodi aksila ipsilateral fixed antar limfonodi atau fixed ke
16
struktur jaringan sekitarnya

N2b = Metastasis di Limfonodi mamaria interna

N3a = Metastasis di Limfonodi infrakavikuler ipsilateral

N3b = Metastasis di Limfonodi mamaria interna dan aksila ipsilateral

N3c = Metastasis di Limfonodi supraklavikuler

M = Metastasis jauh

Mx = Metastasis jauh tak dapat diperiksa

M0 = Tak ada Metastasis jauh

M1 = Metastasis Jauh

17
c. Klasifikasi stadium kanker payudara

Stadium kanker payudara didasarkan pada letaknya, penyebarannya dan


sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh lain. Ini merupakan salah satu cara
dokter untuk menentukan pengobatan apa yang cocok untuk para pasien. Para
penderita kanker payudara ada stadium dini dan stadium lanjut. Stadium dini
adalah stadium dari mana sebelum adanya kanker hingga stadium dua. Sedangkan
stadium lanjut sudah berada dalam stadium tiga dan empat. (Ii et al., 2009)

Berikut ini penjelasan mengenai tingkatan stadium (Balica et al., 2014):

 Stadium I

Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm.
KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.

 Stadium II
Sama dengan stadium 1, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB aksila (+),
tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm
 Stadium IIA
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan
pada titik-titik saluran getah bening di ketiak.

 Stadium IIB
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm,
telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak, dan
diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

 Stadium III
Stadium III dibagi 2 :

 Stadium IIIA
Tumor berukuran 5-10 cm,tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya,
KGB aksila masih bebas satu sama lain.

 Stadium IIIB
Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm, fiksasi pada
kulit/dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan
kulit payudara), ulserasi,nodul satelit, KGB aksila melekat satu sama
18
lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan belum ada
metastasis jauh.

 Stadium IIIC
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar pada titik-titik
di pembuluh getah bening ketiak.

 Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II dan III) tetapi sudah disertai dengan
kelenjar getah bening aksila supra-lelavikula dan metastasis jauh lainnya.atau
telah menyebar pada lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.(Balica et al., 2014)

19
F. PATOFISIOLOGI KANKER PAYUDARA.

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi
pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kirakira berdiameter 1 cm ). Pada
ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan
dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua
yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara,
dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006 ) (Cleary, 2019)

Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan
jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang ( Price, 2006 ). (Cleary, 2019)

Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya,


dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena
terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri
sering menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu
preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh
dan memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang
bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat
atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak
beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan
terjadinya syock. (Cleary, 2019)

Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk


memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di
pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi
kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi
yang optimal. (Cleary, 2019)

Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun
yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi
benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal. (Mansjoer , 2000) (Cleary, 2019)

G. KOMPLIKASI KANKER PAYUDARA.

Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah (Cleary, 2019) :

20
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

Tindakan pengobatan juga bisa menyebabkan efek samping atau komplikasi yang merugikan,
termasuk (Klinis & Queen, 2017):
1. Infeksi luka pasca operasi.
2. Pasien yang kelenjar getah beningnya di ketiak diangkat mungkin akan
merasakan pembengkakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan kekakuan di
bahu.
3. Pasien mastektomi yang otot-otot dinding di dadanya diangkat mungkin akan
mengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka.
4. Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa tidak
nyaman dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan. Gejala-gejala ini bisa
berlangsung selama beberapa minggu pasca radioterapi.
5. Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri karena
adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh. Tindakan pengobatan ini juga
akan menyebabkan kerontokan rambut, muntah dan kelelahan, dll. dalam jangka
waktu yang singkat.
6. Terapi yang Ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan, namun
bisa memengaruhi fungsi jantung pada kasus-kasus tertentu yang sangat jarang
terjadi.

H. PENATALAKSANAAN BAGI PASIEN KANKER PAYUDARA.

Ada beberapa penatalaksanaan kanker payudara yang penerapannya banyak

tergantung pada stadium klinis penyakit, yaitu (Komite Penanggulangan Kanker

Nasional, 2015) :

a. MEDIS
1. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan


kanker payudara.
Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
1) Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
2) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi,
adrenalektomi, dsb
3) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
4) Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau
setelah beberapa waktu (delay) (Komite Penanggulangan Kanker

21
Nasional, 2015)

Jenis pembedahan pada kanker payudara :


 Mastektomi
 Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar
getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi:
Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada
stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

 Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)


Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal
oleh Halsted untuk kanker payudara, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang
ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih
minimal.(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

Indikasi:
- Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
- Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major

 Mastektomi dengan teknik onkoplasti

Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang


mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi
dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog seperti
latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus abdominis
myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon.
Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal
dengan menggunakan tissue expander sebelumnya. (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

 Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.

Indikasi:
- Tumor phyllodes besar
- Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
- Penyakit Paget tanpa massa tumor

22
- DCIS (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

 Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola,
dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

Indikasi:
- Mastektomi profilaktik
- Prosedur onkoplasti

 Breast Conserving Therapy (BCT)


Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery),
dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas
tumor payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara,
dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan
adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor
secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi.
BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara stadium awal.
Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT
dan mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT
lebih tinggi dibandingkan mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien kanker
payudara usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang
aman pada pasien kanker payudara stadium awal dengan syarat tertentu.
Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

Indikasi :
- Kanker payudara stadium I dan II.
- Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan.

 Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)


Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun per-
laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau
Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di
organ kandungan.

Indikasi :
- Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor
hormonal positif.

23
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan dalam
konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari
lembaga yang berwenang. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

 Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker payudara.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih
panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan
pada kanker payudara dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara
kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis
yang masih kontroversi. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

Indikasi:
- Tumor metastasis tunggal pada satu organ
- Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar

 Kemoterapi
 Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi.
 Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat
diterima
 Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan
penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.
 Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama
(first line) adalah :
o CMF
- Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
- 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8

Interval 3-4 minggu, 6 siklus

o CAF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1

Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

o CEF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1

24
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus (Komite Penanggulangan
Kanker Nasional, 2015)

 Terapi Hormonal
 Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam
menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi
pemeriksaan tersebut dengan baik.
 Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif.
 Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV
 Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi
ajuvan utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak
lebih baik dari hormonal terapi.
 Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.
 Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

 Terapi Target
 Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B
 Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK
yang Her2 positif.
 Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-
kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu
tahun: tiap 3 minggu).
 Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan.
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

 Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker
payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan
sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif. (Komite Penanggulangan Kanker
Nasional, 2015)

 Pengobatan Kelenjar Getah Bening (KGB) ketiak.


Pengangkatan KGB ketiak dilakukan terhadap penderita kanker payudara yang
menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm. (Komite Penanggulangan
Kanker Nasional, 2015)

d. NON-MEDIS (Ii et al., 2009)


1. Pra operatif dengan menggunakan:

1) latihan pernafasan

2) latihan batuk efektif

2. Pasca operatif

25
1) Pada hari 1-2
- Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari
lengan daerah yang dioperasi.
- Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh.
- Untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik.
- Latihan relaksasi otot leher dan toraks.
- Aktif mobilisasi.

2) Pada hari 3-5


- Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap).
- Latihan relaksasi.
- Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani.

3) Pada hari 6 dan seterusnya

- Bebas gerakan.

- Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha


untuk mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema.

I. ASKEP SECARA KONSEP KANKER PAYUDARA.

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara
sistematis. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000). Menurut Wijaya & Putri (2013), data
yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah pengumpulan data, sumber data,
klasifikasi data, anaisa data dan diagnose keperawatan.
1. Identitas
Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50 tahun
ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record.
2. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan riwayat penyakit
(perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko.
3. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer
mammae.
4. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor hormon antara
lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat
pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi ± 1 minggu dari
hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan
pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang sama tinggi.
5. Inspeksi
1) Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan.
2) Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.

6. Palpasi

26
1) Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan
dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
3) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
4) Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh,
5) Stadium kanker (system TNM UICC)

7. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan radiologist
- Mammografi/ USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu galktografi, tulang-tulang, USG abdomen, bone
scan, CT scan.
 Pemeriksaan laboraturium
- Darah lengkap, urin
- Gula darah puasa dan 2 jpp
- Enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/ vaginal smear.

 Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor.
- Cairan kista dan efusi pleura.
- Sekret puting susu, ditemukannya cairan abnormal seperti darah
atau nanah.
e. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu tahap perumusan masalah yang didapat dari data
pengkajian yang telah dianalisa. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien cancer
mammae adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
6. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme ke jaringan.

f. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah/
kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang
diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien. (Doenges, Moorhouse, &
Burley, 2000).

27
Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse (1999); Wijaya
& Putri (2013) menjelaskan bahwa perencanaan yang dapat diberikan pada pasien
dengan cancer mammae adalah :
 Diagnosa 1 nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau dapat mentolerir nyeri.
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengontrol rasa nyeri.
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri).
 Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang
INTERVENSI RASIONAL
 Lakukan pengkajian nyeri secara  Informasi memberikan data dasar untuk
komprehensif, termasuk lokasi, mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan
karakteristik, durasi, frekuensi, intervensi.
maupun kualitas.  Memungkinkan pasien untuk
 Berikan pengalihan seperti reposisi dan berpartisipasi secara aktif dan
aktivitas menyenangkan seperti meningkatkan rasa control.
mendengarkan music atau menonton  Evaluasi dilakukan setelah
TV. mengajarkan teknik pengalihan,
 Evaluasi keefektifan control nyeri. sehingga mengetahui kebutuhan klien.
 Kolaborasi dalam pemberian analgetik.  Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker, meskipun respons individual
berbeda. Saat perubahan penyakit/
pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.

 Diagnosa 2 Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh


Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan cemas
berkurang.
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
- Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik
mengontrol cemas.
- Vital sign dalam batas normal.
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.

28
INTERVENSI RASIONAL
 Gunakan pendekatan yang  Pasien yang cemas memerlukan teman
menenangkan. dan ketenangan dalam mengungkapkan
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang kecemasannya.
dirasakan selama prosedur.  Prosedur, dampak dan segala yang
 Dorong pasien untuk mengungkapkan berkaitan dengan terapi diberikan. Hal
perasaan, ketakutan, persepsi. ini membuat pasien tahu mengenai
 Bantu pasien/ orang terdekat dalam dampaknya, dan dapat mengambil
mengenali dan mengklarifikasi rasa keputusan yang tepat.
takut untuk memulai mengembangkan  Memberikan kesempatan untuk
strategi koping untuk menghadapi rasa memeriksa rasa takut realistis serta
takut. kesalahan konsep tentang diagnosis.
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang  Keterampilan koping sering rusak
dirasakan selama prosedur. setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Dukungan
dan konseling sangat diperlukan untuk
individu mengenal dan menghadapi
rasa takut.
 Memungkinkan pasien membuat
keputusan sesuai realita.
 Diagnosa 3 resiko infeksi nosokomial berhubungan dengan lingkungan operasi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- Jumlah leukosit berada pada batas normal.
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pencegahan infeksi.

INTERVENSI RASIONAL
 Bersihkan lingkungan setelah dipakai  Lingkungan yang bersih
pasien lain. meminimalkan jumlah bakteri.
 Cuci tangan sebelum melakukan  Lindungi pasien dari sumber-sumber
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan infeksi, seperti pengunjung dan staf
melakukan hal yang sama. yang mengalami ISK.
 Monitor temperatur.  Peningkatan suhu terjadi karena
 Tingkatkan istirahat adekuat/ periode berbagai faktor, misalnya efek samping
latihan. kemoterapi, proses penyakit, atau
 Kolaborasi dalam pemberian infeksi.
antibiotik.  Membatasi keletihan, mendorong
gerakan yang cukup untuk mencegah
komplikasi.
 Diberikan secara profilaktik pada
pasien dengan imunosupresi.

 Diagnosa 4 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :

29
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
dapat mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan. Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan lainnya.
INTERVENSI RASIONAL
 Berikan penilaian tentang tingkat  Memvalidasi tingkat pemahaman saat
pengetahuan pasien tentang proses ini, dan memberikan dasar pengetahuan
penyakit yang spesifik. diamana pasien membuat keputusan
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit berdasarkan informasi.
dan hubungannya dengan anatomi  Informasi akurat dan mendetil dapat
fisiologi dengan cara yang tepat. membantu menghilangkan ansietas dan
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang membuat keputusan.
mungkin diperlukan untuk mencegah  Gaya hidup member pengaruh yang
komplikasi di masa yang akan datang. penting dalam mencegah komplikasi.
 Minta pasien untuk umpan balik  Kesalahan konsep tentang kanker lebih
verbal, dan perbaiki kesalahan konsep mengganggu dari kenyataan dan
tentang tipe kanker dan pengobatan. mempengaruhi pengobatan.
 Diagnosa 5 Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan pengangkatan
bedah kulit/ jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam waktu
penyembuhan kulit meningkat.
Kriteria hasil :
- Perfusi jaringan baik.
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjdinya cedera berulang.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawaatan alami.

INTERVENSI RASIONAL
 Kaji balutan/ luka untuk karakteristik  Penggunaan balutan tergantung luas
drainase. Monitor jumlah edema, pembedahan dan penutupan luka.
kemerahan, dan nyeri pada insisi dan Drainase terjadi ketika trauma prosedur
lengan, serta suhu. dan manipulasi banyak pembuluh darah
 Tempatkan pada posisi semifowler. dan limfatik pada area tersebut.
 Jangan melakuka pengukuran TD, Pengenalan dini terjadi ketika infeksi
injeksi obat, atau memasukkan IV pada dapat memampukan pengobatan
lengan ynag sakit. dengan cepat
 Anjurkan untuk memakai pakaian yang  Membantu drainase cairan melalui
tidak sempit/ ketat, perhiasan atau jam gravitasi.
tangan pada tangan yang sakit.  Meningkatkan potensial konstriksi ,
infeksi, dan limfedema pada posisi
yang sakit.
 Menurunkan tekanan pada jaringan
yang terkena, yang dapat

30
memperebaiki sirkulasi/ penyembuhan.

 Diagnosa 6 Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi


Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam citra tubuh
kembali efektif.
Kriteria hasil :
- Gambaran tubuh positif.
- Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
- Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
- Mempertahankan interaksi sosial.
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji secara verbal dan nonverbal  Dapat menyatakan bagaimana
respon klien terhadap tubuhnya. pandangan diri pasien pada perubahan.
 Jelaskan tentang pengobatan,  Dapat menyatakan masalh penyakit
perawatan, kemajuan dan prognosis sehingga membantu dalam mengambil
penyakit. keputusan.
 Dorong klien mengungkapkna  Kehilangan bagian tubuh, menerima
perasaannya. Fasilitasi kontak dengan kehilanga hasrat seksual sehingga
individu lain dalam kelompok kecil. pasien membuat rencana untuk masa
depan.
 Memberikan tempat untuk pertukaran
masalah dan perasaan dengan orang
lain yang mengalami pengalaman yang
sama dan mengidentifikasi cara orang
terdekat dapat memudahkan
penyembuhan pasien.

 Diagnosa 7 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan hipermetabolisme pada jaringan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi
terpenuhi atau adekuat.
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

INTERVENSI RASIONAL
 Pantau masukan makanan setiap hari.  Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi
 Ukur tinggi badan, berat badan, dan nutrisi.
ketebalan lipatan kulit trisep.  Membantu dalam identifikasi
 Ciptakan suasana makan yang malnutrisi protein-kalori, khususnya
menyenangkan. bila berat badan dan hasil
 Dorong komunikasi terbuka mengenai antropometrik kurang dari normal.
masalah anoreksia.  Membuat waktu makan lebih
 Kolaborsi denga ahli gizi untuk menyenangkan, yang dapat
menentukan jumlah kalori dan nutrisi meningkatkan masukan.

31
yang dibutuhkan pasien.  Sering sebagai distress emosi,
khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan memberi makan pasien
dengan sering.
 Memberikan rencana diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan individu dan
menurunkan masalah berkenaan
dengan malnutrisi protein/ kalori dan
defisiensi mikronutrien.

g. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana rencana
perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditentukan.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000). (Balica et al., 2014)
h. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta ketepatan
perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan
keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Doenges,
Moorhouse, & Burley, 2000). (Balica et al., 2014)

J. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL PADA PASIEN KANKER


PAYUDARA.

(SDKI, edisi 1)
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (misal stress karena kondisi fisik
yang saat ini diderita, dan tidak nafsu makan)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan linkungan
c. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh
e. Ganggguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terapi (medikasi, radiasi,
kemoterap)
f. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
g. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
h. Resiko alergi berhubungan dengan terpapar zat alergen (zat kimia, agen farmakologis)
i. Resiko jatuh berhubungan dengan efek agen farmakologis

32
K. INTERVENSI KEPERAWATAN KOMPLEMENTER KANKER PAYUDARA.

a. Terapi Akupresur untuk Menangani Mual dan Muntah pada Pasien Kanker
Mual dan muntah merupakan salah satu efek samping yang paling sering ditimbulkan
oleh kemoterapi. Gejala mual dan muntah pasca kemoterapi sering disebut sebagai
Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). Sekitar 20 sampai 30 persen
pasien mengalami mual muntah akibat proses sekunder pemberian obat-obatan
kemoterapi (Nindya Shinta R. Bakti Surarso, 2016). (Jun & Shangwen, 2019)
Saat ini, penggunaan obat-obatan medis antiemetik sering dipakai untuk membantu
meringankan gejala mual dan muntah pada penderita kanker setelah menjalani
kemoterapi. Meskipun obat-obatan antiemetik dapat menurunkan intensitas mual
muntah pasca kemoterapi, namun obat-obatan kimia juga dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan salah satunya yaitu alergi (Widyaningsih, 2012). (Jun &
Shangwen, 2019)
Untuk membantu menurunkan efek samping dari penggunaan obat-obatan medis dapat di
berikan pengobatan alternatif atau pengobatan komplementer yang dipercaya lebih sedikit
efek sampingnya dibandingkan obat-obatan medis (Ervina & Ayubi, 2018; Satria, 2013).
Salah satu pengobatan komplementer yang dapat meringankan gejala mual dan muntah
pada pasien pasca kemoterapi yaitu akupresur (Yuliar, Susanah and Nurhidayah, 2019).
Penekanan pada titik P6 dan St36 diyakini mampu memperbaiki aliran energi didalam
lambung sehingga dapat mengatasi gejala mual dan muntah (Syarif, 2011).(Jun &
Shangwen, 2019)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hilman Syarif, Elly Nurachmah & Dewi Gayatri
(2011) membuktikan adanya penurunan gejala mual muntah setelah dilakukan akupresur

33
3 kali sehari, 25 menit sebelum kemoterapi serta 6 dan 12 jam setelah kemoterapi. (Jun &
Shangwen, 2019)
Penelitian ini didukung oleh Restu Iriani & Evi Vestabilivy (2017) yang membuktikan
adanya penurunan mual muntah setelah diberikan intervensi berupa akupresur dan
hipnoterapi pada pasien yang menjalani kemoterapi. Sebagai salah satu tenaga kesehatan,
perawat dapat memberikan beberapa pilihan terapi untuk membantu mengatasi gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh kemoterapi seperti mual muntah yang dapat diatasi dengan
akupresur. (Jun & Shangwen, 2019)

b. Inhalasi aromatherapi citrus terhadap efek nausea dan vomitus pasca kemoterapi

Gejala mual muntah merupakan salah satu efek samping yang berat akibat pemberian
obat kanker. Efek samping kemoterapi adalah alopesia (94,1%), diikuti mual (84,3%)
dan muntah (58,8%). Efek samping yang mulai muncul pada periode waktu segera
sampai hari yaitu mual (100%), muntah (100%), diare (80%), rentan infeksi (61,4%),
dan neuropati (50%).9 Kondisi ini dapat menyebabkan stres terhadap pasien dan
terkadang membuat pasien memilih untuk menghentikan siklus terapi dan berpotensi
untuk menimbulkan harapan hidup yang buruk dimasa depan. Resiko buruk dapat
terjadi apabila efek samping ini tidak dapat ditangani dengan baik, maka mual muntah
dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan resiko
terjadi aspirasi pneumonia.10,11 Mual dan muntah pada pasien yang menjalani
kemoterapi ini dapat diturunkan oleh pemberian aromatherapy citrus melalui
mekanisme pemberian inhalasi. (Penelitian, 2019)
Mekanisme pemberian terapi dengan melalui inhalasi ini memberikan efek lebih cepat
daripada mekanisme lain. Mekanisme tindakan aromaterapi adalah melalui sistem
sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.12 Melalui inhalasi ataupun diterapkan pada
permukaan kulit, minyak eterik akan diserap ke dalam tubuh melalui kapiler, yang

34
selanjutnya akan dilakukan oleh sistem peredaran darah baik sirkulasi darah atau
sirkulasi limfatik. Pembuluh kapiler kemudian akan mengedarkan zat ke sistem saraf
pusat dan otak akan menyampaikan pesan ke target organ. Minyak eterik dapat
diberikan melalui intervensi berupa pijatan yang akan merangsang sistem peredaran
darah untuk bekerja penuh semangat. Selain itu aromaterapi juga dapat menimbulkan
rangsangan saraf penciuman oleh kehadiran aroma tertentu dan kemudian terhubung
langsung ke hipotalamus. Hipotalamus adalah bagian dari otak yang mengontrol
sistem kelenjar, mengatur hormon, dan mempengaruhi pertumbuhan, dan aktivitas
tubuh.(Penelitian, 2019)
Aromatherapy citrus mengadung manfaat yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan tubuh, mempercepat penyembuhan penyakit dan
menjaga keseimbangan system dalam tubuh juga mengurangi efek mual dan muntah
yang dirasakan oleh pasien kanker. (Penelitian, 2019)

c. Hipnosis

Hipnosis atau hipnoterapi adalah teknik yang membantu membimbing untuk merasa


rileks dan masuk ke konsentrasi paling dalam. Para hipnoterapis biasanya
menggunakan hipnosis untuk membantu mengatasi berbagai masalah emosional dan
fisik seperti kecemasan, hot flashes, mual, dan nyeri.
Selama sesi hipnoterapi, terapis akan menghipnotis pasien dengan berbicara
menggunakan intonasi yang lembut dan membuat rileks. Terapis kemudian akan
membantu mengatasi keluhan yang dirasakan misal stres dan rasa sakit yang
mengganggu.
Selama hipnosis pasien akan tetap sadar, yang berbeda hanya konsentrasi saja yang
lebih dalam. Dalam keadaan sedang dihipnosis, pikiran akan lebih terbuka untuk
menerima sugesti yang diberikan sehingga bisa diterima dengan baik. (Penelitian,
2019)

d. Pijatan

35
pijatan membantu meredakan rasa sakit pada orang dengan kanker payudara. Selain
itu, pijatan juga membantu menghilangkan kecemasan, kelelahan, dan stres sehingga
Anda merasa lebih berenergi setelahnya.
Ada banyak metode pijat yang bisa dilakukan. Jenis mana yang dipilih akan
disesuaikan dengan kondisi dan keluhan yang dirasakan. (Penelitian, 2019)

e. Tai chi

Tai chi adalah olahraga yang menggabungkan gerakan lembut dan pernapasan dalam.
Tai chi menjadi salah satu perawatan tambahan yang membantu menghilangkan stres
pada pengidap kanker payudara. Selain itu, tai chi juga membantu meregangkan dan
memperkuat otot serta persendian tubuh. Tai chi juga bisa mengurangi stres dan
kecemasan serta meningkatkan perasaan bahagia.
Gerakannya cenderung aman dilakukan oleh pasien kanker. Pasalnya, gerakan tai chi
cukup lambat sehingga tidak membutuhkan kekuatan yang terlalu besar. Jika ada

36
gerakan tai chi yang sekiranya membuat Anda merasa sakit, gantilah dengan gerakan
lainnya yang lebih nyaman. (Penelitian, 2019)

f. Yoga

Yoga adalah olahraga kombinasi dari peregangan, pernapasan, dan meditasi. Yoga
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dan ketenangan batin.
Ulasan yang diterbitkan dalam Cochrane Database of Systematic menemukan manfaat
yoga untuk pasien kanker payudara. Kombinasi yoga sebagai perawatan tambahan
dan pengobatan utama bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental pasien
kanker. (Penelitian, 2019)

g. Shiatsu

Shiatsu adalah pijat ala Jepang dengan menggunakan akupresur. Akupresur yaitu
memberikan tekanan ringan ke titik-titik tertentu tubuh untuk memberikan tekanan

37
ringan melalui jari. Seperti akupunktur, akupresur tradisional percaya bahwa tekanan
ini bisa melepaskan penyumbatan dalam aliran chi yang menyebabkan rasa sakit.
Terapi shiatsu dilakukan dengan menekan titik tertentu tubuh dengan jari termasuk
jempol dan telapak tangan. Terkadang, terapis juga menggunakan siku, lutut, dan kaki
utuk memijat serta meregangkan otot dan persendian tubuh.
Shiatsu bertujuan untuk meringankan rasa sakit yang dirasakan dan memperbaiki
kondisi kesehatan seseorang. (Penelitian, 2019)

h. Reiki

Reiki adalah terapi asal Jepang yang dilakukan dengan perantara tangan dan bisa
dipilih sebagai perawatan tambahan untuk kanker payudara. Reiki artinya “energi
kehidupan universal”.
Para praktisi Reiki percaya bahwa energi mengelilingi dan bergerak melalui tubuh
manusia. Reiki bertujuan untuk menyeimbangkan aliran energi ini dan merangsang
kemampuan tubuh untuk sembuh.
Meski tidak ada studi ilmiah yang menunjukkan efektivitas Reiki untuk mengobtai
penyakit tertentu, beberapa manfaat yang bisa didapat yaitu:
 Relaksasi
 Rasa hangat pada tubuh yang menyebabkan kantuk
 Cemas dan stres berkurang sehingga lebih bahagia
Intinya Reiki membantu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara tetapi
tidak menggantikan pengobatan utamanya. (Penelitian, 2019)

i. Meditasi

38
Meditasi adalah praktik pemusatan perhatian dengan menahan aliran pikiran normal
yang menguasai pikiran. Biasanya perhatian akan difokuskan pada hal spesifik seperti
napas atau frasa tertentu. Dengan begitu, pikiran akan terkendali dan tidak
memikirkan banyak hal lain yang memusingkan.
Berlatih meditasi secara teratur diyakini dapat mengurangi stres, memperbaiki mood,
membuat tidur lebih nyenyak, dan mengurangi kelelahan. Manfaat ini akan sangat
berguna untuk penderita kanker untuk bantu meningkatkan kualitas hidupnya.
(Penelitian, 2019)

j. Terapi musik

Sebuah penelitian pada tahun 2001 di Inggris menemukan bahwa terapi musik bisa
membantu meredakan kecemasan dan rasa sakit pada pasien kanker. Dalam penelitian

39
ditemukan juga bahwa fungsi sistem kekebalan tubuh meningkat dan hormon stres
kortisol pun menurun.
Selain itu, sebuah penelitian kecil di tahun 1991 juga menyatakan terapi musik
membantu mengurangi rasa sakit pasien kanker hingga 47 persen. Terapi ini diberikan
selama 6 hari berturut-turut bersamaan dengan obat penghilang nyeri dokter.
(Penelitian, 2019)

40
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

kanker payudara merupakan suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan sel-sel


jaringan yang abnormal dan tidak terkontrol pada payudara yang timbul dari sel
normal yang kemudian bertransformasi atau berubah dan berkembang biak menjadi
ganas.

Faktor resiko kanker payudara tersebut adalah :


a. Jenis kelamin
b. Faktor usia Riwayat keluarga
c. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya
d. Faktor genetik
e. Faktor hormonal
f. Usia menarche Menopause
g. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.
h. Nulipara/belum pernah melahirkan
i. Tidak Menyusui
j. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan
obesitas. (Edy Susanto, 2019)
Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dengan pembedahan, terapi radiasi,
kemoterapi dan juga dapat dilakukan pengobatan penunjang dengan pengobatan
komplementer seperti akupuntur, inhalasi aromatherapy, yoga, terapi musik dll.

L. SARAN

Setiap wanita berisiko mengalami kanker payudara. Karena itu, kenali dan pahami
payudara Anda.

41
DAFTAR PUSTAKA
Balica, S. F., Popescu, I., Beevers, L., Wright, N. G., ‫بیبیبیبیبیبیبی ثبثبثب‬, Herrera Marcano, T.,
… Ancorar, I. (2014). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関
連指標に関する共分散構造分析 Title. 運輸と経済, 2014(June), 1–2.
https://doi.org/10.1038/132817a0
Becker, F. G. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標
に関する共分散構造分析 Title. 8–39.
Cleary, M. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Edy Susanto, M. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Ii, B. A. B., Teori, A. L., & Payudara, K. (2009). Breast Cancer / Carcinoma Mammae ). 8–
27.
Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan Penggunaan Terapi Modern dan
Komplementer terhadap Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 5(1), 19–28. https://doi.org/10.24198/jkp.v5n1.3

Jun, Z., & Shangwen, G. (2019). 赵君 1 ,郭尚文 2 (1. 2(2), 237–238.


https://doi.org/10.16647/j.cnki.cn15-1369/X.2019.03.138
Kanker, K., & Menyebar, P. (2011). Kanker Payudara Bagaimana Melawan Kanker
Payudara ? 709, 0–3.
Klinis, O., & Queen, R. S. (2017). Cancer-Breast-Cancer-Indonesian. Cancer Breast Cancer
Indonesia, 1–9.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2015). Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara. Kementerian Kesehatan RI, 1, 12–14, 24–26, 45.
https://doi.org/10.1111/evo.12990
Penelitian, A. (2019). PENGARUH INHALASI AROMATHERAPI CITRUS TERHADAP
EFEK NAUSEA DAN VOMITUS PASCA KEMOTERAPI PASIEN KANKER SERVIKS
DI Karolin Adhisty , 2 Firnaliza Rizona , 3 Maya Hudiyati Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Program Studi . 6, 41–49.
SDKI, EDISI 1
Sri Guntari, G., & Suariyani, N. (2016). Gambaran Fisik Dan Psikologis Penderita Kanker
Payudara Post Mastektomi Di Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2014. Archive of
Community Health, 3(1), 24–35.

42

Anda mungkin juga menyukai