A. Identitas Buku a. Judul: Kumpulan Pantun Puisi Asli Anak Negeri b. Pengarang: Yose Rizal c. Tahun Terbit: 2011, cetakan ke-3 d. Penerbit: Garda Media, Jakarta e. Jumlah Halaman: B. Tujuan Penulisan Buku Pantun sebagai puisi lama mempunyai sifat menghibur dan mendidik, mengandung nilai-nilai sosial, dan keagamaan. Inilah yang membuat sang penulis terusik menghimpunnya. C. Isi Buku Buku ini terdiri atas Puisi-puisi dalam buku ini dikelompokkan menurut kriteria tertentu: Bab I: berisi pendahuluan atau penyataan umum tentang pantun. Bab II: berisi peranan rima pada pantun beserta jenis-jenis rima. Bab III: berisi pantun-pantun yang dikelompokkan sesuai golongan: -Pantun Anak-anak, seperti pantun bersukacita, pantun berdukacita, dan pantun jenaka. -Pantun Orang muda, seperti pantun dagang, pantun berkenalan, pantun berkasih- kasihan, pantun perceraian, pantun beriba hati, dan pentun teka-teki. -Pantun Orang tua, seperti pantun nasehat, pantun agama, dan pantun adat. Bab IV: berisi pantun-pantun talibun yang terdiri dari enam baris maupun delapan baris dan seloka-seloka. Bab V: berisi pantun-pantun menurut sifatnya, seperti pantun kilat, pantun berkait, dan pantun bunga. Tema umum dari buku ini adalah Contoh pantun nasehat yang terdapat dalam buku ini: 1) Kuat rumah karena sendi, Rusak sendi rumah binasa. Kuat bangsa karena budi, Rusak budi bangsa binasa. Amanat: Masyarakat atau bangsa yang berbudi tinggi maka akan terpelihara, namun masyarakat yang berbudi rusak, rusak pula bangsa itu. Diksi: Bagian sampiran dari pantun tersebut menggunakan kalimat konotatif, sementara bagian isi mengandung kalimat denotatif. 2) Lancing kuning berlayar banyak, Haluan tertuju ke laut dalam. Kalau nahkoda kurang bijak, Alamat kapal akan tenggelam. Amanat: Jika seorang penguasa tidak bijak dalam memegang kekuasaannya, maka sudah pasti anak buahnya akan hancur. Diksi: Bagian sampiran dan isi dalam pantun tersebut menggunakan kalimat konotatif. 3) Pisang emas bawa berlayar, Masak sebiji di dalam peti. Hutang emas boleh dibayar, Hutang budi dibawa mati. Amanat: Kebaikan seseorang hendaknya selalu diingat karena budi baik orang tidak dapat dinilai dengan uang. Diksi: Bagian sampiran pantun tersebut menggunakan kalimat konotatif, sementara bagian isi menggunakan kalimat denotatif. Dari ketiga pantun di atas yang paling berkesan adalah pantun kedua. Karena seringkali seseorang bila sudah mendapat kekuasaan, maka ia akan menyalahgunakan kekuasannya itu. Maka pantun ini akan menjadi pengingat bagi para penguasa.