1. Sastra Hindu
Menurut ahli sejarah sastra, yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana.
Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan orang yang menjadi ksatria.
a) Ramayana: Pada zaman pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita Rama diperlihatkan di relief-
relief Candi Loro Jonggrang. Tahun 925, seorang penyair menyalin cerita Rama ke dalam bentuk
puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana. 500 tahun kemudian, cerita Rama dipahat sebagai relief
Candi Penataran. Dalam bahasa Melayu, cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama
yang terdiri atas 2 versi, Roorda van Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear
b) Mahabarata: Sudah menjadi kitab suci agama Hindu. Dikenal dengan nama Hikayat Pandawa.
Mahabarata memengaruhi sastra Jawa terutama unsur cerita dalam wayang.
2. Jenis Dongeng
a) Fabel: tentang kehidupan binatang. Dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan
manusia pada umumnya. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral
b) Farabel: tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan.
Binatang/benda sebagai perumpamaan. Ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran
kesusilaan dan keagamaan
c) Legenda: dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan
setengah mengandung unsur sejarah
d) Mite: berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal yang berhubungan dengan
kepercayaan animisme
e) Sage: mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. Sage berasal
dari kata Jerman 'was gesagt wird' yang berarti apa yang diucapkan, cerita lisan yang intinya
historis, terjadi di suatu tempat dan pada zaman tertentu. Selalu ada ketegangan antara dunia
manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah
a) Fungsi utama sebagai pemberi hiburan: berupaya memberi ketenangan pikiran dan
merehatkan. Unsur lucu pada sifat watak dan peristiwa lucu pada watak utama membawa kesan
menggeli hati dan gembira
b) Cerita Jenaka sebagai pengajaran: mempunyai pengajaran tertenti karena sifat/peristiwa yang
diberikan pada watak utama. Merupakan pengajaran yang boleh digunakan dalam kehidupan
manusia.
c) Sebagai sindiran/kritik: umumnya berfungsi sebagai alat kritik sosial pada masyarakat. Selain itu
juga dapat mengkritik institusi keagamaan (lebai) dan pemerintah (raja, pembesar, hakim,
penghulu)
d) Sebagai gambaran masyarakat: memaparkan kehidupan masyarakat zaman dahulu. Masyarakat
yang digambarkan adalah masyarakat dengan sifat bodoh-sial, pintar-bodoh dan pintar
a) Soeman Hs: Bengkalis, 4 April 1904. Karya sastra diantaranya Kawan Bergelut & Percobaan Setia
b) Abdul Kadir Ibrahim: Kelarik Ulu Bunguran Barat Natuna, Kepri, 4 Juni 1967. Karya sastra
diantaranya Nyanyian Pantai Nyanyian Kesangsian dan Jerit Tengah Malam
c) Tien Marni: Pekanbaru, 12 Desember 1957, karya: Di Mana, Di Bawah Matahari, puisi” ’75-‘85
d) Syafruddin Saleh Sai Gergaji: Desa Sungai Gergaji, Keritang, Inhil. Contoh karya Rumah Renta
dan Puisi Pekanbaru '80
e) Taufik Effendy Aria: Rengat, 2 Juni 1942
f) Hasan Junus: Penyengat, Tanjung Pinang, 12 Januari 1941, Karya: Jelaga, Burung Tiung Seri
Gading, Pelangi-Pelangi, Pengantin boneka
6. Jenis Pantun
Berdasarkan Isi
g) Puisi-puisi Arab
Pada awalnya provinsi Riau tergabung dalam provinsi sumatra tengah (terdiri atas 3 residen:
Jambi, Riau, Sumbar) dgn pusat pemerintahan berada di Sumbar
14. ALASAN PEMISAHAN DAERAH RIAU DAN PERJUANGANNYA SAMPAI MENJADI PROVINSI RIAU
Alasan:
a. pusat pemerintahan yg berada di sumbar shg Riau tidak terlalu terperhatikan oleh Pemda
b. adanya perbedaan karakteristik daerah shg pemahaman visi dr masing-masing residen tidak
dapat disatukan
c. ada kesan bahwa pihak pemegang kekuasaan di Sumatra Tengah selalu memaksakan diri
pada tiap kebijakan yang diambilnya
Awalnya ide ini muncul di tingkat elit dan tokoh masyarakat Riau (salah satunya H. Wan Ghalib).
Saat itu masyarakat dr 4 kabupaten (Bengkalis, Kepri, Indragiri, dan Kampar) telah bertekad
untuk sama-sama berjuang membentuk provinsi Riau. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan
Provinsi Riau (PPPR) pd rapat PPPR 2-6 november 1955. Melalui Kongres Rakyat Riau ke-1, yg
berlangsung di Pekanbaru, 31 Januari – 2 Februari 1956, Rakyat Riau telah membulatkan tekad
untuk membentuk provinsi sendiri.
UU darurat no. 19 tahun 1957 yang menyatakan pembentukan pembentukan daerah tingkat 1:
Sumbar, Jambi, dan Riau
Kerajaan:
Keempatnya membelah dr pegunungan daratan tinggi Bukit Barisan. Sungai tsb bermuara di
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.