Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRESENTASI

SISTEM PROTEKSI DAN RELAY

“Fungsi Proteksi pada Sistem Tenaga Listrik”

Dosen Pengampu
(Dr. Adi Sutopo, M.Pd, M.T)

Kelompok 1

PRABU GILANG LAUDRIAN NIM. 5173230011


RIDHO WAHYUDI NIM. 5171230013

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan
penyusunan makalah Sistem Proteksi dan Relay.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing
penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini penulis yakni bahwa jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, baik
isi maupun penyusunnya.Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 18 Febuari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.1. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.2. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4
2.1. Pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik.................................... 4
2.2. Fungsi Proteksi Sistem Tenaga Listrik.......................................... 7
2.3. Tujuan Proteksi Sistem Tenaga Listrik.......................................... 8
2.4. Syarat Proteksi Sistem Tenaga Listrik........................................... 8
2.5. Zona Proteksi Sistem Tenaga Listrik............................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 54
3.2. Saran.............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di
rancang untuk mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan
informasi yang diperoleh dari sistem tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antara
keduanya. Informasi yang diperoleh dari sistem tenaga listrik akan digunakan untuk
membandingkan besarannya dengan besaran ambang-batas (threshold setting) pada
peralatan proteksi.
Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin bahwa dalam transmisi
tenaga lisrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam transmisi tenaga
listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan transmisi dari
gangguan bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh pemindahan
daya listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga listrik.
Dengan proteksi yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada sebuah
gangguan yang bersifat sementara. Jika proteksi transmisi tenaga listrik baik, maka nilai
ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam suatu transmisi terjadi gangguan, maka
kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan yang lain dikarenakan ada sebuah
proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman dapat dipadukan menjadi nilai andal. Andal
yang dimaksud disini adalah tidak membahayakan manusia yang berada disekitar
transmisi tenaga listrik sehingga manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak
mengalami gangguan kesehatan maupun gangguan material.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik?


2. Apa saja yang termasuk dalam alat proteksi tenaga listrik?
3. Bagaimana proteksi transmisi tenaga listrik itu bekerja?
4. Dimana proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan?

1.3 Batasan Masalah


Mengingat permasalahan dalam gangguan pada sistem tenaga listrik sangat luas maka
penulisan makalah ini akan dibatasi pada :
1. Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik
2. Bagaimana proteksi tersebut bekerja
3. Dimana letak porteksi tersebut dan apa saja alatnya.

1.4 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik
2. Mengetahui alat Proteksi Sistem Tenaga Listrik
3. Memahami prinsip kerja Proteksi Sistem Tenaga Listrik
4. Mengetahui penerapan Proteksi Sistem Tenaga Listrik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang dipasang
pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses
penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga
Saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumen
pengguna listrik dengan aman.
Sederhananya, sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada
peralatan peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, busbar,
transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain
sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik tersebut.
Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika
terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak
mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi menyala.
Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan pemeliharaan transmisi
tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut
terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman yang terpasang harus bekerja demi
mengamankan sistem dan manusia yang sedang melaukukan perawatan.
2.2. Fungsi Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Kegunaan sistem proteksi tenaga listrik, antara lain untuk :
1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
2. kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya
gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
3. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak melebar pada
sistem yang lebih luas.
4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada
konsumen. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga
listrik.
2.3. Tujuan Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Tujuan dari sistem proteksi adalah 
1. Untuk mengidentifikasi gangguan
2. Memisahkan bagian instalasi yang terganggu dari bagian lain yang masih normal
dan sekaligus mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang lebih
besar.
3. Serta memberikan informasi atau tanda bahwa telah terjadi gangguan, yang pada
umumnya diikuti dengan membukanya PMT. 

2.4. Syarat Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Syarat yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi adalah :
1. Keterandalan (Reliability) : Pada kondisi normal (tidak ada gangguan) relay
tidak bekerja. Jika terjadi gangguan maka relay tidak boleh gagal bekerja dalam
mengatasi gangguan. Kegagalan kerja relay dapat mengakibatkan alat yang
diamankan rusak berat atau gangguannya meluas sehingga daerah yang
mengalami pemadaman semakin luas. Relay tidak boleh salah kerja, artinya relay
yang seharusnya tidak bekerja, tetapi bekerja. Hal ini menimbulkan pemadaman
yang tidak seharusnya dan menyulitkan analisa gangguan yang terjadi. Keandalan
relay pengaman ditentukan dari rancangan, pengerjaan, beban yang digunakan,
dan perawatannya.
2. Selektivitas (Selectivity) : Selektivitas berarti relay harus mempunyai daya beda
(discrimination),sehingga mampu dengan tepat memilih bagian yang terkena
gangguan. Kemudian relay bertugas mengamankan peralatan. Relay mendeteksi
adanya gangguan dan memberikan perintah untuk membuka pemutus tenaga dan
memisahkan bagian yang terganggu. Bagian yang tidak terganggu jangan sampai
dilepas dan masih Jika terjadi pemutusan hanya terbatas pada daerah yang
terganggu.
3. Sensitivitas (Sensitivity) : Relay harus mempunyai kepekaan yang tinggi
terhadap besaran minimal (kritis) sebagai mana direncanakan. Relay harus dapat
bekerja pada awalnya terjadinya gangguan. Oleh karena itu, gangguan lebih
mudah diatasi pada awal kejadian. Hal ini memberi keuntungan dimana kerusakan
peralatan yang harus diamankan menjadi kecil. Namun demikian, relay juga harus
stabil.
4. Kecepatan Kerja : Relay pengaman harus dapat bekerja dengan cepat. Jika ada
gangguan, misalnya isolasi bocor akibat adanya gangguan tegangan lebih terlalu
lama sehingga peralatan listrik yang diamankan dapat mengalami kerusakan.
Namun demikian, relay tidak boleh bekerja terlalu cepat (kurang dari 10 ms).
Disamping itu, waktu kerja relay tidak boleh melampaui waktu penyelesaian kritis
(critical clearing time). Pada sistem yang besar atau luas, kecepatan kerja relay
pengaman mutlak diperlukan karena untuk menjaga kestabilan sistem agar tidak
terganggu. Hal ini untuk mencegah relay salah kerja karena transient akibat surja
petir.
5. Ekonomis : Satu hal yang harus diperhatikan sebagai persyaratan relay pengaman
adalah masalah harga atau biaya. Relay tidak akan diaplikasikan dalam sistem
tenaga listrik, jika harganya sangat mahal. Persyaratan reliabilitas, sensitivitas,
selektivitas dan kecepatan kerja relay hendaknya tidak menyebabkan harga relay
tersebut menjadi mahal.

2.5. Gangguan Sistem


Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada
transformator, reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT, SUTET dan lain sebagainya.
Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan
temporer.
2.6. Gangguan Non Sistem
Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem, jenis nya antara lain
kerusakan komponen relai, kabel kontrol terhubung singkat dan interferensi / induksi
pada kabel kontrol. Dan untuk jenis tipe gangguan pada sistem proteksi terdiri dari :
a. Gangguan Fasa
Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau tidak. Meliputi
gangguan hubung singkat dua fasa dan tiga fasa. Hubung singkat ditandai
dengan:
 Turunnya tegangan sistem jaringan.     
 Kenaikan arus dalam waktu yang sangat pendek
b. Gangguan Tanah
Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara langsung atau tidak
langsung. (tiang, badan trafo, selubung timah kabel).

2.7. Zona sistem proteksi


Di dalam sistem proteksi tenaga listrik, seluruh komponen harus diamankan dengan
tetap menekankan selektivitas kerja peralatan/relay pengaman. 6 Untuk mencapai hal
ini,sistem tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona) pengaman seperti terlihat
pada gambar2.1.
Gambar 2.1. Daerah Pengamanan Pada Sistem Tenaga Listrik
Keterangan :
1. Zone Generator
2. Zone Transformator Step-Up
3. Zone Busbar
4. Zone Transmisi
5. Zone Transformator Step-Down
6. Zone Beban
Setiap daerah proteksi pada umumnya terdiri atas satu atau lebih elemensistem tenaga
listrik. Misalnya generator, busbar, transformator, transmisi, dan lain-lain. Agar seluruh
sistem tenaga listrik dapat diamankan, maka harus ada daerah yang tumpang-tindih
(overlap).
Artinya ada elemen sistem yang diamankan oleh dua daerah pengamanan. Setiap
daerah pengaman dijaga oleh relay yang sesuai dengan karakteristik peralatan yang
diamankan. Pada umumnya yang menjadi batas pengamanan antar daerah pengamanan
adalah trafo arus yang mencatu ke rele.

2.8. Peralatan-Peralatan Sistem Proteksi


Untuk mengamankan dari adanya gangguan, dilakukan dengan memasang
peralatan-peralatan sistem proteksi. Sedangkan untuk menghilangkan gangguan dengan
cepat oleh sistem perlindungannya, diperlukan sistem operasi yang cepat dan benar.
Suatu sistem proteksi/pengaman terdiri dari komponen alat-alat utama meliputi:
1. Pemutus Tenaga
2. Transformator Arus
3. Transformator tegangan
4. Pemisah
5. Arester
6. Rele Proteksi
2.8.1. Pemutus tenaga (PMT)
Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching mekanis, yang
mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta
mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus
beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit /
hubung singkat.

Gambar 2.2 Bagian-bagian PMT

Keterangan :
1. Mekanisme penggerak (operating mechanism).
2. Pemutus (interrupter).
3. Isolator penyangga dari porselen rongga (hollow support insulator
porcelen).
4. Batang penggerak.
5. Penyambung diantara no.4 dan no. 12 (linkages).
6. Terminal-terminal.
7. Saringan (filters).
8. Silinder bergerak (movable cylinder).
9. Torak tetap (fixed piston)
10. Kotak tetap (fixed contact)
Gambar 2.3. PMT 150 KV

2.8.2. Transformator arus


Transformator arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu rangkaian
dengan menggunakan transformator arus maka arus beban yang besar dapat diukur
hanya dengan menggunakan alat ukur (ammeter) yang tidak terlalu besar.

Gambar 2.4.Transformator Arus


2.8.3.Pemisah
Pemisah adalah suatu alat untuk memisahkan tegangan pada peralatan
instalasi tegangan tinggi. Ada dua macam fungsi Pms, yaitu:
1. Pemisah Peralatan;
Berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi
lain yang bertegangan. Pms ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban.
2. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian);
Berfungsi untuk mengamankan dari arus tegangan yang timbul sesudah saluran
tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau kabel
lainnya.Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang bekerja pada
peralatan instalasi.

Gambar 2.6. Pemisah

2.8.4.Arrester

lightning gelombang berjalan arrester(penangkalpetir)yang berfungsi menangkal


gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit . listrik
Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan pemutus tenaga
atau circuit breaker (switching). Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang
besarnya di atas 350 kV, surja tegangan yang disebabkan oleh
switchinglebihbesardaripadasurjapetir.

Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian
instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya
harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan
setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator.

Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan gelombangberjalan


menuju ke transformator akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka
(karena transformator mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang
pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti
transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang
surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning arrester harus
dipasang sedekat mungkin dengan ransformator.

Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk
membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan
tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan
perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester. Tingkat
isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan transformator agar
apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan terjadi pada arrester dan
tidak pada transformator.

Gambar 2.7. Arrester

2.8.5. Rele proteksi


Rele proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat
merasakan atau mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan tenaga listrik dan
segera otomatis memberi perintah untuk membuka pemutus tenaga untuk memisahkan
peralatan atau bagian dari sistem proteksi yang terganggu dan memberikan isyarat
berupa lampu atau bel. Rele proteksi dapat merasakan adanya gangguan pada peralatan
yang diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang
diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fase, frekuensi, impedansi dan
sebagainya, dengan besaran yang telah ditentukan kemudian mengambilnya keputusan
untuk seketika ataupun dengan perlambatan waktu membuka pemutus tenaga.Fungsi
rele proteksi pada sistem tenaga listrik :
a. Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta
memisahkan secepatnya sehingga sistem lain yang tidak terganggun dapat
beroperasi normal.
b. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu
c. Mengurangi pengaruhnya gangguan terhadap bagian sistem yang tidak
terganggu di dalam sistem tersebut serta mencegah meluasnya
gangguan.
d. Memperkecil bahaya bagi manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1. Penutup
a. Kesimpulan
 Proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses
penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik(Power Plant)
hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat disalurkan sampai
pada konsumer pengguna listrik dengan aman.
 Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi besaran tertentu
untuk kemudian mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran
yang dideteksinya.
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, A dan Kuwahara, S. 1972. Teknik Tenaga Listrik, jilid III gardu
induk.Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
ABB. 2007. “ANSI / IEC three-phase recloser OVR” http://www.abb.com
Download 16th November 2007.
Juwarta, VOL. 11 NO. 2 JULI 2015, PEMUTUS TENAGA SISTEM HEMBUS
PADA RANGKAIAN TRANSMISI LISTRIK.

Yusmartato, Ramayulis, Abdurrozzaq Hsb., Penentuan,ISSN : 2598


1099(Online)ISSN : 2502–3624, Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus
Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan.

Anda mungkin juga menyukai