Laporan Tutorial SGD 6 LBM 2
Laporan Tutorial SGD 6 LBM 2
SGD 6 LBM 1
ANGGOTA KELOMPOK :
LAPORAN TUTORIAL
SGD 6 LBM 1
Tutor Tanggal
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Skenario........................................................................................................4
C. Rumusan Masalah.........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
Kerangka Konsep………………………………………………………………11
BAB III…………………………………………………………………………...12
KESIMPULAN…………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi perhatian di
seluruh dunia khususnya di Indonesia. Penyakit mulut yang paling umum terjadi adalah
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) yang biasa dikenal dengan nama sariawan oleh
masyarakat awam. SAR merupakan suatu penyakit yang bersifat ulang kambuh pada
mukosa rongga mulut yang tidak berkeratin. SAR pada tahap awal akan terasa sakit
namun akan sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh
kembali. Walaupun SAR tidak mengancam kehidupan tetapi dapat mengurangi kualitas
kehidupan karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman ketika makan, menelan atau
bahkan berbicara. lesi ulceraci akut terjadi karena perubahan oral mucossa kemudian sel
mukosa mengalami penipisan,karatenisasi, dan elastisitas berkurang. Sehingga gampang
terjadi inflamasi dan infeksi. xerostomia terjadi dikarenakan perubahan fisiologis pada
kelenjar saliva, apabila lansia banyak perubahan fisiologis yang disertakan dengan faktor
predisposisi, limfadenitis juga menandakan adanya akut, menandakan adanya perlawanan
terhadap mikroba. Dan juga perubahan fisiologis pada lansia penyebabkan
pembengkakan di limfonodi.
B. Skenario
Pasien wanita 75 tahun mengeluhkan sariawan yang besar dan tidak segera sembuh sejak
3 minggu yang lalu. Pemeriksaan ekstra oral terdapat limfadenitis pada bilateral
submandibular. Pemeriksaan intra oral terlihat adanya 2 ulkus berdiameter 15mm pada
mukosa bukal kanan dan mukosa labial sinistra kiri. Pada saat pemeriksaan kaca mulut
menempel pada mukosa bukal. Hasil pemeriksaan PA tidak ditemukan adanya
keganasan. Dokter menyampaikan KIE kepada pasien bahwa kondisi tersebut
berhubungan dengan perubahan fisiologis lansia.
4
C. Rumusan Masalah
1. Apa diagnosis pasien tersebut?
2. Bagaimana etiologi dari kasus tersebut?
3. Apa hubungan antara terjadinya perubahan fisiologi pada lansia dengan munculnya
limfadenitis?
4. Bagaimana karakteristik pasien geriatri?
5. Apa saja perubahan fisiologis yg terjadi pada lansia?
6. Bagaimana hubungan terdapatnya ulcus pada pasien dengan perubahan fisiologis
mukosa pada lansia?
7. Mengapa pada saat pemeriksaan kaca mulut mempel pada mukosa bucall?
8. Apa Perawatan yang tepat pada kasus di skenario untuk pasien geriatri?
9. Apa saja KIE yg dapat diberikan oleh dokter pada pasien lansia?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Apa diagnosis pasien tersebut?
Bukan suatu diagnosis tetapi sesuatu keadaan karena bukan suatu patologis yaitu
- lesi ulceraci akut : karena perubahan oral mucossa,sel mukosa mengalami
penipisan,karatenisasi, dan elastisitas berkurang. Sehingga gampang terjadi
inflamasi dan infeksi
- xerostomia dikarenakan perubahan fisiologis pada kelenjar saliva, apabila lansia
banyak perubahan fisiologis yang disertakan dengan faktor predisposisi,
- limfadenitis menandakan adanya akut, menandakan adanya perlawanan terhadap
mikroba. Dan juga perubahan fisiologis pada lansia penyebabkan pembengkakan
di limfonodi.
2. Bagaimana etiologi dari kasus tersebut?
Perubahan fisiologis pada mukosa, yaitu adanya penipisan.
Perubahan fisiologi pada kelenjar saliva sehingga menimbulkan penurunan
pada sekresi saliva
Adanya infeksi saat ulserasi
Dan adanya perubahan fisiologis pada kelenjar getah bening
Pada saat terjadi ulser juga muncul infeksi sehingga ulser lama belum sembuh
Usia memegang peranan penting karena keadaan tersebut dipengaruhi oleh
perubahan fisiologis.
3. Apa hubungan antara terjadinya perubahan fisiologi pada lansia dengan
munculnya limfadenitis?
karena trauma dan peradangan/Sebagian besar bacterial krn obat-obatan dan
penyakit sistemik/ penyakit yg mempengaruhi fungsi saliva kel saliva
menyebabkan hipofungsi/ pengurangan saliva Pertambahan usia menyebabkan
perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva. Bukti terakhir menunjukkan
bahwa penuaan itu sendiri tidak menyebabkan berkurangnya aliran saliva
6
xerostomia bakteri + OH jelek memperburuk infeksi masuk duktus kel
saliva terputus atau terjadinya rupture dari saluran kelenjar terhalangnya
aliran saliva sublingual (duktus Bartholin) atau kelenjar submandibuler
(duktusWharton), melalui rupture ini air liur keluar menempati jaringan
disekitar saluran tersebut. kista menerobos dibawah otot milohiodeus dan
menimbulkan pembengkakan submandibular duktus ekskretorius major
membesar
4. Bagaimana karakteristik pasien geriatri?
Kondisi Umum
Usia > 60 tahun Penurunan kemampuan
Multipatologi menerima dan menyimpan
Tanda dan gejala klinis tidak informasi baru
khas Penghambatan fungsi mental
Polifarmasi dan psikologis
7
EO IO
Tremor dan kekurangan JARINGAN GIGI: Email datar,
Neuromuscular Control. Tremor bisa radiopak; Cementummenebal;
juga terjadi pada rahang bawah pada Dentin secondary dentin; Ausnya
pasien yang sudah lama tak bergigi permukaan gigi: atrisi, abrasi, erosi
dan kehilangan DV. Jaringan Periodontal: Terjadi
Ukuran dimensi vertikal berkurang deposisi sementum, Resesi gingival
Lipatan naso labial lebih dalam seiring bertambah umur
Bibir atas mundur karena kehilangan attachment gigi didaerah leher gigi
sandaran gigi akan terlihat turun kedaerah apex
Bibir bawah lebih menempel pada sehingga gigi terlihat memanjang.
bibir atas dan protrusive Tulang Alveolar: Densitas << ;
Dagu lebih maju dan lebih dekat pada Resorbsi >>>
hidung RB kehilangan pegangan Membran mukosa: Terjadi atropi
oklusi dan DV berkurang RB pada membran mukosa epithelium
tendensi untuk mendekati rahang atas menipis, mukosa tampak mengkilap,
maka dagu berada lebih dekat licin (tidak ada stipling), mudah
pada hidung PROFIL KHUSUS mengalami iritasi, elastisitas
PADA LANSIA berkurang
TMJ: Terjadi perubahan degeneratif
dimana terjadi tendensi lebih datar
dari permukaan artikular ditandai
dengan pengurangan ukuran (reduksi)
dari condyl mandibula dikarenakan
pergerakan sendi TMJ.
Saliva: Sekresi saliva akan menurun
selama proses menua (seiring
pertambahan usia) flow saliva akan
berkurang dapat dipengaruhi juga
obat-obatan dan radioterapi
8
a) Perubahan Mukosa Mulut Mukosa mulut manusia dilapisi oleh sel epitel yang berfungsi
terutama sebagai barier terhadap pengaruh-pengaruh dari lingkungan dalam dan luar
mulut (Pederson and Loe,1986). Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa
mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya kapiler dan suplai
darah, penebalan serabut kolagen pada lamina propia. Akibatnya secara klinis mukosa
mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis kering, dengan proses
penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah
mengalami iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan
berkurangnya aliran saliva
b) Resorbsi Linggir Alveolar Tulang akan mengalami resorbsi dimana atropi selalu
berlebihan. Resorbsi yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan
foramen mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang alveolar yang
mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau.
Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang
datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Resorbsi linggir yang berlebihan dan
berkelanjutan merupakan masalah karena menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap kurang
baik dan terjadinya ketidakseimbangan oklusi. Faktor resiko utama terjadinya resorbsi ini
adalah tingkat kehilangan tulang sebelumnya, gaya oklusal berlebihan selama
pengunyahan dan bruxism (Jorgensen, 1999). Resorbsi residual alveolar ridge sudah
banyak dikemukakan dalam teori-teori dan hasil penelitian. Resorbsi pada rahang bawah
besarnya 4 kali rahang atas. Menurut Atwood, kecepatan resorbsi tulang alveolar
bervariasi antar individu. Resorbsi paling besar terjadi pada enam bulan pertama sesudah
pencabutan gigi anterior atas dan bawah. Pada rahang atas, sesudah 3 tahun, resorbsi
sangat kecil dibandingkan rahang bawah
c) Perubahan Aliran Saliva Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva untuk
mempertahankan kesehatan mulut. Pertambahan usia menyebabkan perubahan dan
kemunduran fungsi kelenjar saliva. Bukti terakhir menunjukkan bahwa penuaan itu
sendiri tidak menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Mekipun demikian, banyak pasien
lansia menerima pengobatan atau mengalami penyakit sistemik yang juga mempengaruhi
fungsi saliva dan mungkin mengarah pada mulut kering (serostomia). Berkurangnya
fungsi pengecapan juga cenderung menambah masalah pada pemakaian gigi tiruan
9
(Barnes). Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan, karena
mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan lunak dan
menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian gigi
tiruan berkurang sehingga kemampuan mengunyah berkurang, kecekatan gigi tiruan
berkurang, kepekaan pasien terhadap gesekan-gesekan dari gigi tiruan bertambah
(Boucher 1982).
10
disebabkan keadaan emosionil merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari
system saraf otonom dan menghalangi system parasimpatik
8. Apa Perawatan yang tepat pada kasus di skenario untuk pasien geriatri?
Management :
Patient education
Instruksi menjaga kebersihan rongga mulut
Treatment of any underlying diseases such as diabetes/anemia
Menghilangkan dental plak
Terapi antijamur dengan nystatin drops dan dakatrin gel (miconazole)
9. Apa saja KIE yg dapat diberikan oleh dokter pada pasien lansia?
a. Tahap pra-inetaksi
11
- Menentukan konseptual apa yang akan dilakukan
- Tahap perencanaan memberikan KIE kepada siapa
Kerangka Konsep
12
Geriatri Perubahan fisiologis Etiologi
pada rongga mulut
Manifestasi
13
BAB III
KESIMPULAN
Lanjut usia atau lansia adalah sesorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, terdapat
multipatologi serta adanya fungsi organ yang semakin menurun, (kementrian Kesehatan RI,
2017) salah satu perubahan fisiologis pada lansia yaitu berupa penuaan pada tiap system tubuh,
khususnya kondisi rongga mulut seperti berkurangnya aliran lajur saliva yang dapat
menyebabkan xerostomia dan dapat juga disebabkan dari kurangnya menjaga kebersihan rongga
mulut yang dapat memicu timbulnya ulkus seperti pada kasus diskenario. Ulkus tersebut
terbentuk akibat dari lapisan epitel pada lansia yang semakin bertambahnya usia akan menipis
dan ditunjang keadaan-keadaan fisiologis, factor psikis,penyakit systemic, serta efek penggunaan
obat-obatan. Dari kasus tersebut dokter gigi harus menyampaikan KIE berupa upaya
preventif,promotive dan kuratif pada pasien lansia serta memberikan manajgemen yang tepat
untuk kasus tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Amerongen AVN. Ludah dan Kelenjar Ludah. Arti Bagi Kesehatan Gigi. alih bahasa drg.Rafiah
Abyono. l" ed.Yogyakarta. Gajah Mada University Press.2013: 246-50.
RAZAK,P. Abdul, et al. Geriatric oral health: a review article. Journal of international oral health:
JIOH,2014,6.6: 110
Pasiga B. Perubahan Fisiologis Kondisi Gigi dan Mulut Kelompok Lanjut, Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi (Edisi Khusus Foril VII), hal. 257-259. 2002.
Atkinson JC, Wu AJ. Salivary gland dysfunction: Causes, symptoms, treatment. J Am Denr Assoc
2010; 125: 409
Sayuti Hasibuanr, Harum Sasanti. 2000 . Xerostomia : Faktor Etiologi,Etiologi, dan
Penanggulangan. Bagian Penyakit Mulut FKG-UI Jakarta. 7 (Edisi Khusus ):241-248
15