Anda di halaman 1dari 8

1

EPIDEMIOLOGI
KELOMPOK 1
ALYA HANA NATASYA
NUR FITHRIAH
PENYAKIT AZIZAH QOTHRUNNADA TAKDIR
SULISTIYA WATI
RONGGA MULUT DELA PUSPITA SARI
ARTHA MAULIDA

PADA USIA SELVIA RAKHMAH


YULI BRYGITTA SIDABARIBA

LANJUT SALMA NADYA SALSABILA


CHAESARIANUS PAUL CHRISTIAN
SOGE
2

Penyakit Periodontal
pada Lansia
1. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi penyakit
periodontal pada lansia:
a. Prevalensi penyakit periodontal pada lansia.
Hubungan dengan Hubungan dengan
b. Faktor penyebab penyakit periodontal pada lansia. Epidemiologi
Xerostomia Penyakit Sistemik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan xerostomia
dengan penyakit periodontal pada lansia.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penyakit sistemik dengan
penyakit periodontal pada lansia. Prevalensi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan penyakit
periodontal pada lansia.

Faktor Penyebab
3
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL PADA LANSIA
PREVALENSI

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)


Di Indonesia penyakit periodontal tahun 2007 masalah gigi dan mulut termasuk penyakit
96,58% 29.8%
menduduki urutan ke dua yaitu mencapai periodontal di Sulawesi Utara yaitu 29,8%.
96,58%.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi


Sensus Penduduk tahun 2010
Bali berdasarkan kelompok usia diperoleh data bahwa,
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk
lima besar negara dengan jumlah 9,6% 30,8% kelompok usia 55 -64 tahun memiliki proporsi
tertinggi dalam permasalahan kesehatan gigi dan
penduduk lansia terbanyak di dunia
mulut, yaitu 30,8%.
yaitu 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari
jumlah penduduk Indonesia
4
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL PADA LANSIA
FAKTOR PENYEBAB

PRIMER SEKUNDER

Perubahan Perubahan
Plak Sistem Imun Jaringan Periodontal
Masalah yang sering terjadi Perubahan yang Gingiva mengalami perubahan berupa berkurangnya Pada proses penuaan, terjadi peningkatan lebar
pada lansia yaitu masalah terjadi pada sel- stippling gingiva, penurunan serat kolagen, penipisan dari sementum sekitar 5-10 kali lebih lebar
jaringan periodontal yang sel imun dan non epitel, dan penurunan keratinisasi epitel gingiva akibatnya dibandingkan dengan yang berusia lebih muda.
berawal dari kurangnya imun pada gingiva akan mudah mengalami iritasi akan gesekan atau Hal ini terjadi karena adanya pengendapan
menjaga kebersihan rongga jaringan trauma sehingga mudah terjadi inflamasi gingiva. berlanjut setelah gigi erupsi.
mulut. Rongga mulut yang periodontal
Pada proses penuaan, terjadi penurunan massa
tidak dijaga kebersihannya terkait penuaan
Akibat proses penuaan, kandungan serat pada ligament tulang akibat dari penurunan laju pembentukan
akan menyebabkan berkontribusi
periodontal mengalami penurunan, terjadi perubahan tulang. Hal ini memengaruhi kepadatan seluler
penumpukan plak pada gigi terhadap
lebar ligament periodontal akibat kehilangan gigi yang dari pembentukan Kembali tulang. Pembentukan
yang disebut debris. peradangan pada
menyebabkan tekanan oklusal meningkat sehingga tulang oleh osteoblas juga menurun akibat dari
penyakit
menyebabkan peningkatan lebar ruang ligament rusaknya fibronektin karena adanya radikal
periodontal
periodontal pada gigi yang masih tersisa bebas selama proses penuaan.
5
HUBUNGAN XEROSTOMIA PENYAKIT PERIODONTAL PADA LANSIA

Biofilm plak dental terdiri dari bakteri. Dinding sel bakteri terbagi kepada dua
jenis yaitu tipe Gram positif dan negatif. Respon bakteri Gram negatif pada
plak ini akan meningkatkan kadar prostaglandin pada kelenjar saliva, ini akan
menyebabkan terjadinya penghambatan pada sekresi saliva oleh kelenjar
saliva dan laju aliran saliva akan menurun. Selama biofilm berkembang dan
berproliferasi, komponen larut yang dihasilkan oleh bakteri patogenik
penetrasi ke sulkus epithelium. Komponen-komponen ini menstimulasi
respon pejamu untuk menghasilkan mediator kimiawi yang berhubungan
dengan proses inflamasi.
6
HUBUNGAN PENYAKIT SISTEMIK PENYAKIT PERIODONTAL PADA LANSIA

Diabetes Melitus
Aterosklerosis Hipertensi Stroke

Infeksi kronis selama periodontitis dapat Hubungan antara penyakit periodontal Dalam perkembangan Infeksi periodontal berkontribusi
menyebabkan peradangan dan respon inflamasi dan aterosklerosis dapat dikaitkan dengan hipertensi, infeksi bakteri pada patogenenesis aterosklerosis,
yang buruk, hal ini dapat berdampak pada pathogenesis kedua penyakit tersebut periodontal juga ikut terlibat. berhubungan dengan peningkatan
control metabolisme gula darah yang buruk dan yang ditandai dengan meningkatnya Bakteri tersebut menyerang plasma fibrinogen dan jumlah CRP
meningkatnya kebutuhan insulin. biomarker inflamasi seperti C-Reactive arteri sehingga menyebabkan dan mendukung terjadinya
Gangguan pembuluh darah akibat Protein (CRP) dan fibrinogen. CRP ini peradangan pada pembuluh hiperkoagulasi. Bakteri dengan
hiperglikemia akan menyebabkan gangguan menjadi perantara antara terjadinya darah. P. gingivalis dapat PAAP positif bakteri strain dari plak
distribusi nutrisi dan oksigen pada jaringan infeksi periodontal hingga mempengaruhi menyebabkan aktivitas sel supra dan sub gingiva menyebabkan
periodontal, sehingga bakteri gram negatif penyakit kardiovaskular. Adanya endotel dan trombosit aktivitas peningkatan agregasi platelet yang
anaerob akan menjadi lebih patogen. Gangguan kehilangan gigi akibat penyakit sel endotel ini juga terlibat berkontribusi pada pembentukan
pembuluh darah juga akan mempengaruhi periodontal dapat menyebabkan dalam patogenesis hipertensi. trombus dan tromboebulisme
pembuangan sisa metabolisme dalam jaringan perubahan pola makan, seperti penurunan menyebabkan stroke.
periodontal, sehingga akan terjadi toksikasi asupan buah dan sayuran atau serat
jaringan periodontal dan gingiva. makanan yang kemudian dapat
meningkatkan resiko aterosklerosis dan
penyakit lainnya.
7

PENATALAKSANAAN

Perawatan Non Bedah


Perawatan yang termasuk dalam perawatan periodontal non bedah adalah instrumenstasi mekanis dengan menggunakan kuret dan ultrasonic
debridement. Dalam kasus gingival overgrowth, perawatan yang dapat dilakukan adalah melakukan perubahan obat tertentu dengan
mendiskusikannya bersama dokter lain yang merawat pasien. Perawatan lain dari gingival overgrowth adalah menghilangkan bakteri awal
diikuti dengan gingivektomi untuk mengurangi jumlah jaringan hiperplastik. Antibiotik sistemik dan topikal juga dapat digunakan untuk
mengurangi jumlah bakteri. Khususnya, gingival overgrowth yang diinduksi fenitoin dapat diobati secara suportif dengan obat kumur
klorheksidin dan obat kumur asam folat.

Perawatan Bedah

Perawatan bedah ini jarang diindikasikan untuk pasien lansia dikarenakan proses penuaan yang dapat mempengaruhi penyembuhan
luka, inflamasi, hemostasis, proliferasi/migrasi sel dan sekresi matriks ekstraseluler. Selain itu adanya penyakit sistemik juga menjadi
pertimbangan saat ingin melakukan perawatan bedah.
1. Arsyad. (2017). Pengaruh Xerostomia Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Terkait Kualitas periodontology, 77(8), 1289-1303.
Hidup Pada Usila di Desa Bapangi Kabupaten Sidrap. Media Kesehatan Gigi. 16(2). 8
14. Muhida, B., & Suharnowo, H. (2021). KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN LANSIA
2. Azis, A.A.A. (2020). Hubungan Penyakit Periodontal dengan Penyakit Sistemik TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI DUSUN KOLORAN KABUPATEN
DAFTAR PUSTAKA
3. Bhole, S., Prakash, V., Neelam, G., Shashwat, T., Pooja, S. (2020). Geriatric Periodontology: PROBOLINGGO TAHUN 2020. Indonesian Journal of Health and Medical, 1(2), 224-230.
An Overview.JETIR. 7(11), 597-8. 15. Newman, M. G., et al. (2018). Newman and Carranza’s Clinical Periodontology 13th Ed.
4. Ebersole, J. L., Graves, C. L., Gonzalez, O. A., Dawson III, D., Morford, L. A., Huja, P. E., ... China: Elsevier.
& Wallet, S. M. (2016). Aging, inflammation, immunity and periodontal disease. Periodontology 16. Oedijani, S. (2019). Infeksi Periodontal Sebagai Faktor risiko Kondisi Sistemik, ODONTO
2000, 72(1), 54-75. Dental Journal. 6(2), 141–152.
5. Ermawati, T. (2015). Periodontitis dan diabetes melitus. Stomatognatic-Jurnal Kedokteran 17. Prahasanti K. Gambaran Kejadian Infeksi Pada Usia Lanjut. Qanun Medika. 3(1), 84-5.
Gigi, 9(3), 152-154. 18. Primasari, A. (2017). Proses Penuaan Dari Aspek Kedokteran Gigi. Medan: USU Press
6. Friska, B., Usraleli, U., Idayanti, I., Magdalena, M., & Sakhnan, S. (2020). The Relationship 19. Salimetric. (2009). Saliva collection and handling advice. Salimetric. 5-11.
Of Family Support With The Quality Of Elderly Living In Sidomulyo Health Center Work Area 20. Senjaya, A. A. (2016). Gigi lansia. Jurnal Skala Husada: The Journal of Health, 13(1), 72-80
In Pekanbaru Road. Jurnal Proteksi Kesehatan, 9(1), 1–8. https://doi.org/10.36929/jpk.v9i1.194
21. Tadjoedin, F.M, et al. (2016). Effect of Aging on The Periodontal Tissue. Journal of
7. Grusovin, M. G. (2019). Treatment of Periodontal Diseases in Elderly Patients. Clinical International Dental and Medical Research. 9(3)
Dentistry Review, 3(16).
22. Watuna, F. F., Wowor, M. P., & Siagian, K. V. (2014). Gambaran Rongga Mulut Pada Lansia
8. Humphrey, S. P., & Williamson, R. T. (2001). A review of saliva: normal composition, flow, Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di Panti Werda Kabupaten Minahasa. e-GiGi, 3(1, 94-99.
and function. The Journal of prosthetic dentistry, 85(2), 162-169.
23. Wijaksana, I. K. E. (2020). Perio Dx: Periodontal Sehat, Gingivitis & Periodontitis. Airlangga
9. Kiik, S. M., Sahar, J., & Permatasari, H. (2018). Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia University Press.:11-23
(Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(2),
24. Zeigler, C. C., Wondimu, B., Marcus, C., & Modéer, T. (2015). Pathological periodontal
109–116. https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.584
pockets are associated with raised diastolic blood pressure in obese adolescents. BMC Oral
10. Leong, X. F., Ng, C. Y., Badiah, B., & Das, S. (2014). Association between hypertension and Health, 15(1), 1-7.
periodontitis: possible mechanisms. The Scientific World Journal.1- 11.
25. Zulfa, L. & Mustaqimah, D. N. (2011). Terapi Periodontal Non-Bedah. Dentofasial, 10(1),
11. Liu, W. Y., Chuang, Y. C., Chien, C. W., & Tung, T. H. (2021). Oral health 36-41.
diseases among the older people: a general health perspective. Journal of Men’s Health, 17(1), 7-
15. https://doi.org/10.31082/jomh.tjoh.v17i1.316

Anda mungkin juga menyukai