Anda di halaman 1dari 29

A.

RESEPTOR SEL

Konsentasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10 -15 –10-9. Sel target
harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang kecil, juga antar
hormon dengan molekul lain.Derajad pembeda dilakukan oleh molekul pengenal yang terikat
pada sel target disebut reseptor Reseptor hormon adalah molekul pengenal spesifik dari sel
tempat hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya Umumnya pengikatan reseptor
hormon ini bersifat reversibel dan nonkovalen. Berdasarkan lokasi reseptor hormone, maka
dibagi menjadi 2:

1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler


2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)
Reseptor intraseluler ada yang lambat (mengubah ekspresi gen) dan cepat (mengubah
fungsi protein). Contoh reseptor intraseluler yang cepat adalah sinyal gas nitrat oksida yang
berikatan secara langsung dengan enzim dibagian dalam sel target
Kerja system endokrin lebih lambat dibandingkan dengan system syaraf, sebab untuk
mencapai sel target hormon harus mengikuti aliran system transportasi. Sel target memiliki
receptor sebagai alat khusus untuk mengenali
impuls / rangsang. Ikatan antara receptor dengan
hormon di dalam atau di luar sel target,
menyebabkan terjadinya respons pada sel target.
Mesenger kimia dalam system neuron adalah
neurotransmitter. Neurotransmitter bergerak dalam
sel syaraf dan pindah ke sel syaraf berikutnya melalui celah sinapsis, hingga sampai pada
receptor sel target.

Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal


pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap
sebagai first messenger) . Ikatan antara hormon dengan reseptornya pada permukaan
membran sel (first messenger) membentuk konformasi dengan protein-G . Kompleks
hormon- reseptor mengaktifkan adenilat siklase sehingga terjadi katalisis ATP menjadi c
-AMP ( AMP (second messenger second messenger) ).
Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target, maka
peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai. Hal ini dapat melibatkan reaksi
modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan kadar
ion. Peristiwa-peristiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur.

Hormon mempengaruhi sel-sel target dengan cara berikatan secara kimiawi dengan
reseptornya. Hormon bersifat spesifik untuk tiap reseptor masing-masing. Reseptor, seperti
protein lain, secara konstan selalu disintesis dan dilisiskan. Ketika kadar hormon meningkat
maka jumlah reseptor akan berkurang. Hal ini disebut juga sebagai down-regulation yang
menyebabkan reseptor-reseptor menjadi kurang sensitif terhadap hormonnya. Dan apabila
sebaliknya akan disebut dengan up-regulation.

Kebanyakan hormon adalah circulating-hormon dan sebagian adalah local-hormon.


Circulating-hormon disekresikan oleh sel sekretoriknya kedalam cairan interstitial dan
kemudian kedalam darah. Sedangkan local-hormon bekerja pada sel-sel didekatnya
(parakrin) atau pada sel yang menyekresikannya sendiri (autokrin).

Struktur Reseptor Hormon

Setiap reseptor hormon mempunyai sedikitnya dua daerah domain fungsional yaitu :

1. Domain pengenal akan mengikat hormon


2. Regio sekunder menghasilkan (tranduksi) signal yang merangkaikan pengaturan beberapa
fungsi intrasel

Reseptor hormon polipeptida yang mentransduksikan sinyal melalui pengubahan


kecepatan produksi cAMP ditandai dengan adanya tujuh buah domain yang merentangkan
membrane plasma.

a. 3 kelas terbesar pada protein reseptor permukaan sel adalah ion-channel-linked, G-


protein-linked, dan enzyme-linked receptors.
1. Ion-channel-linked receptors

Ion-channel-linked receptors
juga dikenal sebagai transmitter-
gated ion channels atau ionotropic receptors. Membuka atau menutup secara singkat
sebagai jawaban atas pengikatan suatu neurotransmitter. Reseptor yang berhubungan
dengan ion channel
Pada tipe ini ligan berikatan pada reseptor dan membuka channel. Akibatnya ion
mengalir ke dalam sel, berikatan dengan berbagai protein dan mengaktifkan berbagai
protein.

2. G-protein-linked receptors

G- protein-linked receptors: memerantarai


respon terhadap berbagai macam molekul
sinyal,meliputi hormon, neurotransmitter,
dan perantara lokal. Semua G-protein-
linked receptors termasuk famili besar
homolog, 7-pass transmembrane proteins.
Protein reseptor ini dapat mengaktivasi
atau inaktivasi enzim yang terikat pada
membran plasma atau ion channel melewati protein G secara tidak langsung. Reseptor ini
juga disebut G-Protein Coupled Receptor (GPCR). Pada tipe ini reseptor menggunakan G
protein sebagai intermediet. Ligan berikatan dengan reseptor membentuk Ligand/Receptor
complex binds G protein. G protein diaktifkan dan berikatan dengan efektor (dapat berupa
enzim). Selanjutnya enzim menjadi aktif.

G Proteins dan Siklus G protein

G protein berada pada membrane sel dan memediasi fungsi G protein linked receptors
(GPCRs). G protein merupakan heterotrimeric karena terdiri dari tiga subunit yang berbeda.
Subunit-subunit tersebut adalah α, β, γ. Subunit α merupakan komponen enzimatik. Subunit
ini mengikat GTP dan menghidrolisisnya menjadi GDP. Subunit β dan γ tetap berikatan satu
sama lain dan berasosiasi dengan subunit α saat berikatan dengan GDP.
Tipe G protein linked receptors ini
berupa protein membrane yang bekerjasama
dengan protein G dan protein lainnya,
biasanya sebuah enzim (atau disebut juga
efektor). Jika tidak ada molekul sinyal
ekstraseluler spesifik untuk reseptor, protein
berada dalam keadaan tidak aktif. Protein G
inaktif memiliki satu molekul GDP yang
terikat padanya. Jika molekul sinyal terikat pada reseptor, reseptor akan berubah bentuk
sehingga reseptor ini mengikat dan mengaktifkan G protein. Satu molekul GTP
menggantikan GDP pada protein G. Protein G aktif mengikat dan mengaktifkan enzim dan
memicu langkah selanjutnya dalam jalur dan menghasilkan respon sel. Protein G kemudian
mengkatalis hidrolisis GTP dan melepaskannya dari enzim, sehingga siap digunakan
kembali.

3. Enzyme-linked receptors

Enzyme-linked receptors memiliki 6 subfamili yaitu receptor tyrosine kinase, tyrosine-


kinase associated-receptors, receptorlike tyrosine phosphatases, receptor serine/threonine
kinases,receptor guanylyl cyclases, dan histidine-kinase-associated receptors. Protein
reseptor ini merupakan protein transmembran dengan domain pengikatan ligan pada
permukaan luar membran plasma. Contoh: kemotaksis bakteri yang diperantarai oleh
histidine-kinase-associated chemotaxis receptors.

3 tahap proses cell signaling yaitu:

 Reception; agak mirip dengan pengenalan enzim dengan substratnya (kompleks enzim-
substrat), sama dengan hipotesis kunci dan gembok dari pengenalan enzim dan substrat.
Molekul ligan (biasanya larut dalam air) dikenal oleh hanya 1 protein reseptor yang
berikatan dengan membran sel.

 Transduksi; menimbulkan perubahan konformasi pada reseptor. Perubahan konformasi


ini menyebabkan reseptor berinteraksi dengan molekul intraseluler lainnya. Transduksi
mungkin menyebabkan banyak perubahan konformasi/struktural pada protein seluler
lainnya. Enzim yang tidak aktif menjadi aktif;

 Respon; biasanya aktivitas seluler, sebagai katalisis enzim atau penyusunan kembali
sitoskeleton atau aktivitas gen yang spesifik.

Reseptor hormon peptida

Merupakan molekul protein integral yang terdapat pd membran sel. Hormon peptida
masuk ke dalam sel dengan cara berikatan dengan reseptornya di membran sel

Reseptor hormon steroid

Terdapat di dalam sitoplasma dan nucleus sel target hormon pd steroid pd mulanya
masuk ke dalam sitoplasma sel secara difusi melalui membran sel yang bersifat lipofilik.
Kelompok hormon ini bersifat lipofilik dan dapat berdifusi lewat membran plasma semua sel,
tetapi hanya menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Kompleks hormon reseptor
selanjutnya menjalani reaksi aktivasi yang tergantung pada suhu serta garam dan reaksi ini akan
mengakibatkan perubahan ukuran, bentuk, muatan permukaan yang membuat kompleks hormon
tersebut mampu berikatan dengan kromatin pada inti sel. Kompleks hormon reseptor berikatan
pada suatu regio spesifik DNA yang dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif
dan inaktif gen spesifik.Dengan memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan
produksi masing-masing mRNA ,pembentukan protein spesifik dan proses metabolik
dipengaruhi.

Kelompok hormon steroid seperti Estrogen,Progesteron, dan Kortison memberi pengaruh


dominan pada transkripsi gen. Hormon ini akan berikatan dengan reseptornya di intrasel dari sel
target. Kompleks hormon reseptor bertindak sebagai sinyal intrasel akan terikat pada pada unsur
respon hormon yang berfungsi mengaktivasi proses tanskripsi menyebabkan pembentukan
mRNA spesifik.
Gambar: gambaran berbagai jenis reseptor membran dengan contoh masing-masing

Kelompok Hormon yang Berikatan dengan Reseptor Permukaan Sel

Kelompok hormon ini terdiri dari hormon-hormon yang bersifat larut dalam air dan terikat pada
membran plasma sel sasaran. Hormon-hormon ini akan berkomunikasi dengan proses
meabolisme intraselluler melalui senyawa yang disebut sebagai second messenger. Konsep
second messenger timbul dari pengamatan Earl Sutherland dan rekan-rekan,bahwa Epineprin
terikat pada membran plasma eritrosit burung merpati dan meningkatkan cAMP. Diikuti oleh
berbagai macam percobaan ditemukan bahwa cAMP ternyata mengantarai efek metabolik
banyak hormon. Senyawa second messenger yang diaktivasi oleh pengikatan antara hormon
dengan reseptor spesifiknya di membran plasma didata dalam tabel di bawah ini:
cAMP SEBAGAI SECOND MESSENGER

cAMP merupakan second messenger yang dibentuk dari senyawa ATP oleh
kerja enzim Adenilat Siklase dengan adanya Mg2+ yang membentuk suatu
kompleks dengan ATP untuk bertindak sebagai substrat untuk reaksi.
cAMP mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses kerja
sejumlah hormon.Epineprin meningkatkan kadar cAMP yang tinggi di
dalam sel-sel otot dan perubahan yang relatif kecil dalam sel-sel hati.
Sistem Adenilat siklase

Enzim Adenilat Siklase berada pada


permukaan internal membran plasma
mengkatalisasi pembentukan cAMP dari
ATP Aktifitas enzim Adenilat Siklase ↑
 jumlah cAMP↑

Pengaturan aktivasi dan inaktivasi enzim


Adenilat siklase oleh hormon berlangsung

dengan pengantara :

• Reseptor spesifik hormon pada


permukaan luar membran plasma (Rs atau
Ri)

• Paling sedikit 2 protein pengatur


nukleotida guanosin (protein G) yang
tergantung GTP
Protein pengatur ini diberi simbol Gs(stimulasi) dan Gi(inhibisi) yang masing-masing tersusun
tiga subunit α,β,χ .Subunit β dan χ dalam Gs identik dengan dalam Gi, sedangkan subunit α
dalam Gs berbeda dengan dalam Gi diberi tanda αs dan αi . Pengikatan sebuah hormon dengan
reseptor meningkatkan interaksi reseptor dengan kompleks perangsang Gs .Dengan pengantaraan
reseptor berlangsung pengikatan GTP yang tergantung pada Mg2+ oleh α dan disosiasi sekaligus
β dan χ dari α. Subunit α dapat juga merupakan ADP ter-ribosilasi sebagai respon terhadap
toksin Kolera yang mengaktivasinya.Dalam menimbulkan proses tersebut akan membuat inaktif
enzim GTPase,dengan demikian αs dibekukan dalam bentuk aktif.Toksin Pertusis dapat
memblokir inaktivasi dari adenilat siklase melalui aktivitas ribosiltransferase-ADP pada subunit
αi.
PENGAKTIFAN PROTEIN KINASE OLEH cAMP

Dalam sel eukariot, cAMP berikatan dengan Protein Kinase yaitu sebuah molekul
heterotetramer terdiri atas 2 subunit regulasi dan 2 subunit katalitik. Pengikatan cAMP
menghasilkan reaksi :

4 cAMP + R2C2 2 (R-2cAMP) + 2C

Kompleks R2C2 tidak punya aktifitas enzim tetapi pengikatan cAMP dengan R memisahkan R
dari C dengan demikian mengaktifkan unsur C ini. Subunit C yang aktif mengkatalisis
pemindahan P dari ATP ke residu serin atau treonin dari protein ( efek fisiologik)

Fosfodiesterase

Kerja yang ditimbulkan oleh hormon yang meningkatkan konsentrasi cAMP bisa diakhiri dengan
sejumlah cara termasuk hidrolisis cAMP oleh fosfodiesterase. Enzim hidrolisis ini menjamin
proses pergantian sinyal yang cepat dengan demikian juga penghentian proses biologik yang
cepat begitu stimulus hormonal dihilangkan.Inhibitor fosfodiesterase,yang paling terkenal adalah
derivat xantintermetilasi seperti kafein dan teofilin, akan meningkatkan cAMP intrasel,meniru
atau memperpanjang kerja hormon

Reseptor Adrenergik Terangkai dengan sistem Adenilat Siklase


Tiga subkelompok reseptor adrenergik berhubungan dengan sistem adenilat siklase. Hormon
yang terikat pada reseptor β1 dan β2 akan mengaktifkan enzim adenilat siklase, sedangkan
hormon yang terikat pada reseptor α2 akan menghambat enzim ini. Kerja hormon epineprin
dapat meningkatkan kadar cAMP dalam sel otot melalui pengaktifan sistem β adrenergik ini
yang melalui perangkaian reseptor pada Potein G. → Protein G → mengikat GTP →
merangsang adenilat siklase → sintesis cAMP. cAMP yang terbentuk akan mengaktifkan enzim
fosforilase kinase dan menginaktifkan enzim glikogen sintase melalui aktifitas protein kinase.

fosforilase kinase ↑

cAMP ↑ → protein kinase

glikogen sintase ↓

Efek yang terjadi adalah pemecahan glikogen dan penghalangan pembentukan Glikogen.
Mekanisme yang sama berlangsung di hepar oleh hormon glukagon. Kerja ini berlawanan
dengan kerja hormon Insulin

cGMP SEBAGAI SECOND MESSENGER

Merupakan senyawa second messenger yang dibentuk dari GTP oleh kerja enzim Guanilil
Siklase, yang terdapat dalam bentuk larut dan terikat membran.Hormon Atriopeptin, suatu famili
peptida dihasilkan dalam atrium jantung, menyebabkan natriuresis, diuresis,vasodilatasi otot dan
inhibisi sekresi aldosteron . Hormon peptida ini mis:ANF akan mengaktifkan enzim guanilil
siklase → cGMP ↑→ mengantarai efek hormon.Senyawa nitroprusida,nitrogliserin ,natrium
nitrit, natrium azida,nitogen oksida (NO) meningkatkan cGMP dengan mengaktifkan guanilil
siklase. Peningkatan cGMP akan berikatan dan mengaktifkan Protein Kinase Spesifik (Kinase
G ) yang analog dengan Kinase A Enzim ini akan melakukan fosforilasi terhadap sejumlah
protein otot polos .Peristiwa ini agaknya terlibat dalam proses relaksasi otot polos dan
vasodilatasi.

Ca2+ SEBAGAI SECOND MESSENGER


Secara luas kalsium terionisasi merupakan unsur regulator proses seluler termasuk kontraksi otot,
rangkaian proses pembekuan darah, aktifitas enzim dan eksitabilitas membran dan mediator dari
kerja hormon.Peran kalsium ion dalam aksi hormon diusulkan karena banyak hormon :

1. Dihambat dalam media kalsium bebas atau bila kadar kalsium intrasel berkurang

2. Mempengaruhi aliran kalsium sel

Diketahui konsentrasi Ca2+ sitosol lebih rendah dibandingkan konsentrasi Ca2+ dalam cairan
ekstraseluler dan organela intraseluler.Keadaan ini dipertahankan oleh adanya pompa Ca2+/
Mg2+ ATPase dependent.Hormon dan zat efektor lain dapat merangsang pelepasan ion kalsium
ke dalam sitosol. Jalan utama hormon meningkatkan penambahan Ca2+ adalahmelalui stimulasi
dari produksi InsP3 yang dihasilkan oleh pemecahan dari PIP2 yang diperantarai fosfolipase C .

BERBAGAI RESEPTOR HORMON

Reseptor yang secara langsung Reseptor yang mengaktivasi


mengontrol kanal membran proteinG dan membuka kanal Ca2+
Reseptor yang mengaktivasi protein G dan meningkatkan sintesis second messenger

Reseptor yang mengaktivasi protein G dan meningkatkan sintesis mediator intrasel


Transduksi sinyal melalui reseptor permukaan

Ketika sebuah ligan yang tidak permeable terhadap membrane (misal hormone peptida)
berikatan dengan reseptor, maka akan mengaktifkan reseptor tersebut. Aktivasi ini biasanya
melibatkan perubahan formasi protein. Perubahan ini memiliki implikasi yang berbeda
tergantung pada ligan dan reseptor. Misalnya dapat menyebabkan reseptor/ligan berikatan
dengan protein lain (misalnya enzim) menyebabkan kompleks reseptor teraktivasi. Kompleks
reseptor yang teraktivasi selanjutnya mengaktifkan efektor (enzim) yang mengakibatkan
perubahan fisiologi sel. Atau dapat langsung mengakibatkan aktivasi faktor transkripsi yang
mengatur aktivitas gen.

Reseptor intrasel

A. RESEPTOR HORMON
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik .Pengikatan dari hormon ke
reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada reseptor sedemikian
rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel. Reseptor ini terletak
pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan sinyal
pembentukan dari "mesenger kedua". Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada
ekspresi gen.
Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk
beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor
untuk sebagian besar hormon mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor
merupakan determinan (penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan respon terhadap
hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting; hal
ini tidak saja menentukan apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormo n itu tetapi
juga kekhasan dari respon itu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki
respon yang berbeda dalam jaring an yang berbeda.

Gambar 5. Gambaran berbagai jenis reseptor membran dengan satu contoh masing-masing
jenis.

Reseptor hormon merupakan molekul yang tersusun atas glikoprotein yang merupakan
protein integral (Phillip Sheeler & Bianchi, 1987). Jumlah reseptor pada sel atau jaringan target
tidak selalu tetap akan tetapi berubah sesuai intensitas rangsangan hormonal. Letak reseptor
untuk setiap jenis hormon berbeda:
1. Reseptor pada membran sel yaitu untuk hormon-hormon yang tidak larut lemak,
karena tidak dapat menembus membran sel lipid bilayer.
2. Reseptor hormon yang terdapat pada sitoplasma atau inti sel yaitu untuk hormon-
hormon yang larut lemak (lipid soluble) karena dapat menembus membran sel dan
memiliki berat molekul (BM) rendah.

a. Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta disosiasi
mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan per mukaan sel
kemudian berikatan dengan reseptor. Hormon ste roid tampaknya menetrasi membrana
plasma sel secara bebas dan berikatan dengan reseptor sitoplasmik. Pada beberapa kasus
(contohnya, estrogen), hormon juga per lu untuk menetrasi inti sel (kemungkinan melalui
pori – pori dalam membrana inti) untuk berikatan dengan reseptor inti-setempat. Kasus pada
hormon tiroid tidak jelas. Bukti - bukti mendukung pendapat bahwa hormon-hormon ini
memasuki sel melalui mekanisme transpor; masih belum jelas bagaimana mereka menetrasi

(3,6)
membrana inti

Gambaran 4 . Lintasan yang mungkin untuk transmisi sinyal hormon. Masing-


masing hormon dapat bekerja melalui satu atau lebih reseptor; masing-masing kompleks
hormon-reseptor dapat bekerja melalui satu atau lebih mediator protein (baik protein G
atau mekanisme pensinyalan lainnya), dan masing-masing protein perantara atau enzin
yang diaktivasi oleh kompleks-kompleks hormon reseptor dapat mempengaruhi satu
atau lebih fungsi efektor.
Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan reseptornya.
Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama, terdapat pengaruh hidrofobik pada
hormon dan reseptor berinteraksi satu sama lain dengan pilihan air. Kedua, gugusan
bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor memp ermudah interaksi. Pengaruh ini
penting untuk mencocokkan hor mon ke dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der Waals, yang
sangat tergantung pada jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan.
Pada beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih kompleks. Hal ini
sebagian besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks reseptor dengan
subunit yang majemuk dan di mana pengikatan dari hormon dengan subunit pertama
mengubah afinitas dari subunit lain untuk hormon. Hal ini dapat meningkat (kerjasama
positif) atau menurun (kerjasama negatif) afinitas dari hormon untuk reseptor itu.
Kerjasama positif menghasilkan suatu plot Scatchard yang konveks dan kerjasama negatif
menghasilkan suatu plot yang konkaf . Artifak eksperimental dan adanya dua kelas
independen dari tempat juga dapat menghasilkan plot Scatchard non-linier. Yang
merupakan kejutan, ikatan kerjasama jarang diamati pada interaksi hormon-reseptor;
interaksi reseptor-insulin pada beberapa keadaan dapat merupakan suatu pengecualian.
b. Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis Parsial
Zat-zat yang berinteraksi dengan tempat pengikatan-hormon dari reseptor dapat
memiliki aktivitas agonis, antagonis, atau agonis parsial (juga disebut antagonis parsial).
Suatu agonis sepenuhnya menginduksi reseptor untuk memicu peristiwa pas- careseptor. Suatu
antagonis mampu untuk berikatan dengan reseptor dan memblokir pengikatan dari agonis,
tetapi tidak memicu respon pascareseptor. Dengan cara ini, ia tidak menimbulkan suatu
respons tetapi memblokir respons terhadap agonis, asalkan ia ditemukan dalam konsentrasi
yang cukup untuk memblokir pengikatan agonis. Pada umumnya, antagonis berikatan
dengan tempat yang sama pada reseptor seperti agonis , namun pada beberapa keadaan,
antagonis dapat berikatan dengan reseptor pada tempat yang berbeda dan memblokir
pengikatan agonis melalui perubahan alosterik dalam reseptor. Suatu agonis parsial
(antagonis parsial) merupakan suatu perantara; ia berikatan dengan reseptor tetapi hanya
menimbulkan suatu perubahan parsial , sehingga walaupun reseptor diduduki secara
penuh oleh agonis parsial, respon hormon akan tidak sepenuhnya.
c.Pengikatan Hormon Non-Reseptor
Reseptor bukan merupakan satu-satunya protein yang mengikat hormon-banyak protein
lain juga mengikatnya. Dalam hal ini termasuk protein pengikat plasma dan mo lekul seperti
alat transpor lainnya yang lazim ditemukan dalam jaringan perifer, enzim yang terlibat
dalam metabolisme atau sintesis dari steroid, dan protein lain yang belum diidentifikasi
hingga sekarang. Protein ini dapat mengikat hormon seketat atau tebih ketat ketimbang
reseptor; namun, mereka berbeda dari reseptor di mana mereka tidak mentransmisikan
informasi dari pengikatan ke dalam peristiwa pascareseptor.
Satu kelas molekul khusus mengikat hormon atau kompleks hormon pada
permukaan sel dan berpartisipasi dalam internalisasinya. Yang paling diteliti secara luas
adalah "reseptor" lipoprotein berdensitas-rendah (LDL) yang mengikat partikel LDL
pembawa-kolesterol dan menginternalisasinya . Reseptor ini penting untuk ambilan
kolesterol, contohnya, dalam sel-sel dari adrenal untuk biosintesis steroid dan dalam hati
untuk membersihkan plasma dari kotesterol. Cacat genetik reseptor ini menimbulkan
hiperkolesterolemia. Partikel LDLyang internalisasi dapat memberikan kolesterol untuk
sintesis steroid atau penyisipan ke dalam membran sel. Di samping itu, kolesterol yang
dilepaskan dari partikel menghambat umpan balik sistesis kolesterol. Dengan demikian,
reseptor IDL, secara tepat, bukan reseptor tetapi LDL yang mengambil protein.
Molekul reseptor dan non-reseptor pengikat hormon biasanya dibedakan melalui
sifat-sifat pengikatannya serta kemampuan untuk memperantarai respon pascareseptor.
Reseptor akan mampu untuk mentransfer responsivitas hormon dengan eksperimen transfer
gen.

d. Hubungan antara Respon dan Pengikatan Reseptor Hormon


Pengertian akan hubungan antara pengikatan hormon-reseptor dan respons
selanjutnya yang ditimbulkan o leh hormon kadang-kadang membantu dalam
mempertimbangkan terapi hormon dan keadaan klinik. Pertimbangan seperti ini akan
memungkinkan klinisi untuk menghargai secara lebih baik makna dari pengukuran hormon
dan pemberian farmakologis dari hormon.
Reseptor inti ditemukan dalam jumlah yang kecil-beberapa ribu per sel-dan
biasanya membatasi besarnya respons hormon. Hal ini berarti bahwa jika terdapat lebih
banyak reseptor, respons hormon pada konsentrasi hormon yang menjenuhkan reseptor
akan lebih besar. Penjenuhan relatif dari reseptor sejajar dengan respon hormon .
Sebaliknya, reseptor permukaan sel seringkali bukan tidak terbatas, sehing- ga penjenuhan
dari hanya suatu fraksi reseptor menghasilkan suatu respons hormon yang maksimal.
Pada reseptor sel permukaan, dihasilkannya messenger kedua dan kemampuan dari
setiap reseptor untuk berinteraksi dengan lebih dari satu mo lekul efektor
memberikan suatu amplifikasi dari respons. Contohnya, setiap ko mpleks hormon-
reseptor dapat mengaktivasi beberapa molekul protein G yang mengatur adenilil siklase,
dan setiap mo lekul enzim dapat menghasilkan beberapa molekul cAMP yang dihasilkan
secara berlebihan, sedemikian rupa sehingga langkah ber ik utnya dar i r espo n hormo n,
cAMP-dependent protein kinase A, d apat menjad i terbat as.

KELOMPOK HORMON YANG BERIKATAN DENGAN RESEPTOR PERMUKAAN SEL


Kelompok hormon ini terdiri dari hormon-hormon yang bersifat larut dalam air dan terikat pada
membran plasma sel sasaran. Hormon-hormon ini akan berkomunikasi dengan proses meabolisme
intraselluler melalui senyawa yang disebut sebagai second messenger.Konsep second messenger timbul
dari pengamatan Earl Sutherland dan rekan-rekan,bahwa Epineprin terikat pada membran plasma
eritrosit burung merpati dan meningkatkan cAMP.Diikuti oleh berbagai macam percobaan ditemukan
bahwa cAMP ternyata mengantarai efek metabolik banyak hormon.
Senyawa second messenger yang diaktivasi oleh pengikatan antara hormon dengan reseptor
spesifiknya di membran plasma didata dalam tabel di bawah ini
Sistem cAMP Perangsangan : adrenergik β, GRH, Protagladin (E,D dan I),
glukagon, Vasopresin, LH, FSH, TSH, CG, ACTH, PTH
Penghambat: adregenik α2, Opiod, Somatostatin,
Asetilkolin (muskarinik), Dopamin.
Fosfotidilinosito adrenergik α1,GnRH, TRH, Dopamin, PGF2α, TXA2,
l, Leukotrien, Vasopresin, Bradikinin, Asetilkolin,Endotelin,
Endoperokside,
Ca2+
PTH Insulin, Makrofage-coloni stimulating faktor(M-CSF),
Tirosin kinase platelet growth faktor(PDGF)
derived
cGMP Endothelium-derived releasing factor (EDRF),ANF,
Asetilkolin

1. System cAMP
Pada proses mekanisme hormone yang menggunakan cAMP sebagai second messenger,
digunakan reseptor yang terletak di permukaan sel (membrane plasma) . di reseptor permukaan
sel terdapat protein G. apabila reseptor menerima hormone, protein G akan memicu lepasnya
GDP dari protein G subunit α dan memungkinkan GTP masuk dan berikatan dengan protein g.
protein yang lepas dari protein G akan mengaktifkan enzin adenilat siklase, enzim ini akan
mengubah ATP menjadi AMP siklik (cAMP). cAMP akan mengaktifkan protein kinase , protein
kinase ini akan mengkatalis proses pengubahan ATP dan protein menjadi protein, PO 4 dan ADP,
dimana reaksi tersebut akan menghasilkan respon sel.
PROTEIN G (guanil nukleotid)
Pertama kali ditemukan oleh Martin Rodbell's pada tahun 1971. Peranan protein G dalam
mekanisme kerja hormon adalah memperantarai hormon reseptor kompleks (H-R kompleks) dengan
ensim adenilat siklase. Protein G merupakan protein perifer yaitu protein yang menempel pada
membran sel sebelah dalam. Protein G dalam bentuk inaktif (guanosine diphosphate, GDP) diaktifkan
menjadi GTP (guanosine triphosphate) yang kemudian berperan mengaktifkan ensim adenilate siklase
(AC). Jenis reseptor hormon yang berikatan dengan protein-G (G protein-coupled receptor) antara lain:
LH/hCG, -adrenergic, 2-adrenergic, M1-muscarinic.
Gb. Protein G

Gb. Jenis reseptor pada protein G

cyclic Adenosine Monophosphate SEBAGAI SECOND MESSENGER


cyclic-adenosine monophosphate (cAMP) merupakan nukleotid yang berperan sebagai second
messenger (intraselluler transmitter). cyclic-adenosine monophosphate disintesis dari ATP (Adenosine
Triphosphate) oleh enzim adenilat siklase dan ion Mg (Mg +2). Enzim adenilat siklase merupakan enzim
yang terdapat dalam membran sel.
Gb. Struktur cAMP

Sistem Adenilat siklase

Enzim Adenilat Siklase berada pada permukaan internal membran plasma mengkatalisasi
pembentukan cAMP dari ATP

Aktifitas enzim Adenilat Siklase ↑ jumlah cAMP↑

Pengaturan aktivasi dan inaktivasi enzim Adenilat siklase oleh hormon berlangsung dengan
pengantara :

• Reseptor spesifik hormon pada permukaan luar membran plasma (Rs atau Ri)

• Paling sedikit 2 protein pengatur nukleotida guanosin (protein G) yang tergantung GTP

Protein pengatur ini diberi simbol Gs(stimulasi) dan Gi(inhibisi) yang masing-masing tersusun tiga
subunit α,β,χ .Subunit β dan χ dalam Gs identik dengan dalam Gi, sedangkan subunit α dalam Gs
berbeda dengan dalam Gi diberi tanda αs dan αi
Pengikatan sebuah hormon dengan reseptor meningkatkan interaksi reseptor dengan
kompleks perangsang Gs .Dengan pengantaraan reseptor berlangsung pengikatan GTP yang

tergantung pada Mg2+ oleh α dan disosiasi sekaligus β dan χ dari α.


Subunit α dapat juga merupakan ADP ter-ribosilasi sebagai respon terhadap toksin Kolera yang
mengaktivasinya.Dalam menimbulkan proses tersebut akan membuat inaktif enzim GTPase,dengan
demikian αs dibekukan dalam bentuk aktif.Toksin Pertusis dapat memblokir inaktivasi dari adenilat
siklase melalui aktivitas ribosiltransferase-ADP pada subunit αi

Gambar 4. The complex of β & γ subunits G β, γ, inhibits G α.


Pengaktifan protein Kinase oleh cAMP
Dalam sel eukariot, cAMP berikatan dengan Protein Kinase yaitu sebuah molekul heterotetramer
terdiri atas 2 subunit regulasi dan 2 subunit katalitik. Pengikatan cAMP menghasilkan reaksi :
4 cAMP + R2C2 ↔2 (R-2cAMP) + 2C
Kompleks R2C2 tidak punya aktifitas enzim tetapi pengikatan cAMP dengan R memisahkan R dari
C dengan demikian mengaktifkan unsur C ini. Subunit C yang aktif mengkatalisis pemindahan P dari ATP
ke residu serin atau treonin dari protein ( efek fisiologik)
sGb. Mekanisme aktifasi cAMP
Fosfodiesterase
Kerja yang ditimbulkan oleh hormon yang meningkatkan konsentrasi cAMP bisa diakhiri dengan
sejumlah cara termasuk hidrolisis cAMP oleh fosfodiesterase. Enzim hidrolisis ini menjamin proses
pergantian sinyal yang cepat dengan demikian juga penghentian proses biologik yang cepat begitu
stimulus hormonal dihilangkan.Inhibitor fosfodiesterase,yang paling terkenal adalah derivat
xantintermetilasi seperti kafein dan teofilin, akan meningkatkan cAMP intrasel,meniru atau
memperpanjang kerja hormon

a. Reseptor Adrenergik Terangkai dengan sistem Adenilat Siklase


Tiga subkelompok reseptor adrenergik berhubungan dengan sistem adenilat siklase.
Hormon yang terikat pada reseptor β1 dan β2 akan mengaktifkan enzim adenilat siklase,
sedangkan hormon yang terikat pada reseptor α2 akan menghambat enzim ini.
Kerja hormon epineprin dapat meningkatkan kadar cAMP dalam sel otot melalui
pengaktifan sistem β adrenergik ini yang melalui perangkaian reseptor pada Potein G. → Protein G
→ mengikat GTP → merangsang adenilat siklase → sintesis cAMP. cAMP yang terbentuk akan
mengaktifkan enzim fosforilase kinase dan menginaktifkan enzim glikogen sintase melalui aktifitas
protein kinase.
Efek yang terjadi adalah pemecahan glikogen dan penghalangan pembentukan glikogen.
Mekanisme yang sama berlangsung di hepar oleh hormon glukagon. Kerja ini berlawanan dengan
kerja hormon Insulin

2. cGMP SEBAGAI SECOND MESSENGER


Merupakan senyawa second messenger yang dibentuk dari GTP oleh kerja enzim Guanilil Siklase,
yang terdapat dalam bentuk larut dan terikat membran.Hormon Atriopeptin, suatu famili peptida
dihasilkan dalam atrium jantung, menyebabkan natriuresis, diuresis,vasodilatasi otot dan inhibisi sekresi
aldosteron . Hormon peptida ini mis:ANF akan mengaktifkan enzim guanilil siklase → cGMP ↑→
mengantarai efek hormon.Senyawa nitroprusida,nitrogliserin ,natrium nitrit, natrium azida,nitogen
oksida (NO) meningkatkan cGMP dengan mengaktifkan guanilil siklase . Peningkatan cGMP akan
berikatan dan mengaktifkan Protein Kinase Spesifik (Kinase G ) yang analog dengan Kinase A
Enzim ini akan melakukan fosforilasi terhadap sejumlah protein otot polos .Peristiwa ini agaknya
terlibat dalam proses relaksasi otot polos dan vasodilatasi.

3. Ca2+ SEBAGAI SECOND MESSENGER


Secara luas kalsium terionisasi merupakan unsur regulator proses seluler termasuk kontraksi otot,
rangkaian proses pembekuan darah, aktifitas enzim dan eksitabilitas membran dan mediator dari kerja
hormon.Peran kalsium ion dalam aksi hormon diusulkan karena banyak hormon :
1. Dihambat dalam media kalsium bebas atau bila kadar kalsium intrasel berkurang
2. Mempengaruhi aliran kalsium sel

Diketahui konsentrasi Ca2+ sitosol lebih rendah dibandingkan konsentrasi Ca 2+ dalam cairan

ekstraseluler dan organela intraseluler.Keadaan ini dipertahankan oleh adanya pompa Ca 2+ / Mg2+
ATPase dependent.Hormon dan zat efektor lain dapat merangsang pelepasan ion kalsium ke dalam

sitosol. Jalan utama hormon meningkatkan penambahan Ca 2+ adalahmelalui stimulasi dari produksi
InsP3 yang dihasilkan oleh pemecahan dari PIP 2 yang diperantarai fosfolipase C
Gambar di atas merupakan proses mekanisme kerja dari hormone polipeptid dan hormone
calmodulin. Pada gambar tersebut tahap pertama dari mekanisme kerja hormone dimulai dari proses
penangkpan hormone oleh reseptor yang berada di permukaan sel (membrane plasma). Pada reseptor
menempel protein G, protein ini memiliki 3 sub unit, yaitu α, ß, λ. Pada saat reseptor belum berikatan
dengan hormone, subunit α berikatan dengan GDP. Pada saat hormone berikatan dengan resetor,
reseptor akan memicu lepasnya GDP sehingga GTP dapat berikatan dengan sub unit α yang telah
kehilangan GDP. GTP akan mengaktifkan enzim phospolipase yang akan memecah phospolipid pada
membrane akan diubah menjadi diasilgliserol dan inositol pospat (second messenger).diasil gliserol
akan mengaktifan enzim protein kinase C. Inositol pospat akan menuju membrane reticulum
endoplasma dan kemudian menempel. Menempelnya inositol pospat pada membrane reticulum
endoplasma menyebabkan saluran Ca 2+ membuka dan Ca2+ dari reticulum endoplasma keluar menuju
sitosol. Ca2+ akan berikatan dengan calmodulin membentuk kompleks calmodulin Ca 2+. Kompleks
calmodulin akan mengaktifkan enzim kinase spesifik yang mengakibatkan modifikasi substrat dan respon
fisiologis.

KELOMPOK HORMON MEMPUNYAI RESEPTOR INTRASEL

Kelompok hormon ini bersifat lipofilik dan dapat berdifusi lewat membran plasma semua sel, tetapi
hanya menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Kompleks Hormon Reseptor selanjutnya
menjalani reaksi aktivasi yang tergantung pada suhu serta garam dan reaksi ini akan mengakibatkan
perubahan ukuran, bentuk, muatan permukaan yang membuat kompleks hormon tersebut mampu
berikatan dengan kromatin pada inti sel. Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik
DNA yang dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif dan inaktif gen spesifik.Dengan
memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA ,pembentukan
protein spesifik dan proses metabolik dipengaruhi.

Gambar 9. Reseptor Hormon Intrasel


Kelompok hormon steroid seperti Estrogen,Progsteron, dan Kortison memberi pengaruh
dominan pada transkripsi gen.Hormon ini akan berikatan dengan reseptornya di intrasel dari sel target.
Kompleks hormon reseptor berbertindak sebagai sinyal intrasel akan terikat pada pada unsur respon
hormon yang barfungsi mengaktivasi proses tanskripsi menyebabkan pembentukan mRNA spesifik. Efek
yang sama juga terhadap hormon Thyroid.
Sintesis Hormon Berasal Dari Asam Amino

Anda mungkin juga menyukai