Makalah Maserasi Dan Perkolasi (Kelompok 1)
Makalah Maserasi Dan Perkolasi (Kelompok 1)
FARMAKOGNOSI II
MASERASI DAN PERKOLASI
Disusun Oleh:
Agus Salim
Dwi Oktaviani
Fika Pitalia
Intan Sari
Kurlila Pela Hayati
Marta Pratama
Meriansyah
Ririn Justiani
Siti Hidayati
Siti Ulfah
Umi Nurul Wahyuni
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
1.3 Tujuan................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 5
2.2 Maserasi............................................................................................ 6
a. Pengertian Maserasi.................................................................. 6
b. Prinsip Maserasi....................................................................... 6
c. Modifikasi Maserasi................................................................. 8
2.3 Perkolasi............................................................................................ 10
a. Pengertian Perkolasi............................................................... 10
b. Prinsip Perkolasi.................................................................... 10
c. Alat Perkolasi........................................................................ 11
d. Proses Perkolasi..................................................................... 13
e. Modifikasi Perkolasi.............................................................. 14
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 17
3.2 Saran.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman,
hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa senyawa yang
mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif tanaman dan hewan terdapat
didalam sel namun sel tanaman dan hewan begitu pula ketebalan masing masing berbeda
sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengeksrtaknya. Proses
terekstraknya zat aktif pada sel tanaman adalah pelarut organik akan menembus dindidng
sel dan masuk kadalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut pada
pelarut organik tersebut hingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
didalam sel da pelarut organic diluar sel, maka larutan terpakat akan didistribusi keluar
sel dan prose ini terulang sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung,
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara
4
1.2 RumusanMasalah
1.3 Tujuan
prinsipnya.
prinsipnya.
5
BAB II
PEMBAHASA
baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan industri maupun untuk
bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana
ekstraksi merupakan proses pelarutan komponen kimia yang sering digunakan dalam
senyawa organik untuk melarutkan senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut
(Anonim, 2013).
a. Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari
b. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi, sokhletasi, dan
perkolasi. Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang kita gunakan.
Jika senyawa yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka metoda maserasi dan
perkolasi yang kita pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka metoda refluktasi dan
Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan
pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi
distribusi sampel di antara kedua pelarut tersebut. Pendistribusian sampel dalam kedua
pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD/koefisien distribusi
(Faradillah:2011).
Terdapat dua jenis metoda ekstraksi yaitu Eekstraksi dengan cara dingin dan cara
panas. Pada pembahasan kali ini kami akan membahas tentang ekstraksi cara dingin
2.2 MASERASI
a. Pengertian Maserasi
ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut
nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut
dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan
teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas
Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan.
b. Prinsip Maserasi
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah
merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut atau penyari tertentu
selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil larutan zat
aktifnya.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu
tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut- pelarut tersebut
ada yang bersifat “bisa campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar)
ada juga pelarut yang bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat,
disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Pemilihan pelarut atau cairan
penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus
3) Bereaksi netral
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.
Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang
dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif
dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga
penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif,
katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %)
akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan
muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha
mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses
keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya
“jenuh”).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan
di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.
a b
c. Modifikasi Maserasi
1) Digesti
pada suhu 40–50°C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang
antara lain:
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.
d) Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
ke dalambejana.
3) Remaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas
4) Maserasi Melingkar
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah
ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan
didapatkan :
bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat
dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil
simplisia yang baru, hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama
(Anonim.2011).
1) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi
2.3 PERKOLASI
a. Pengertian Perkolasi
Menurut Guenther dalam Irawan (2010) Perkolasi adalah cara penyarian dengan
mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi. Perkolasi adalah metoda
ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi
banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk
Jadi, perkolasi adalah suatu metode estraksi dengan mengalirkan penyari melalui
bahan yang telah dibasahi sehingga pelarut yang digunakan selalu baru.
b. Prinsip Perkolasi
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder,
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan
gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya dikurangi dengan daya kapiler yang
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran
(friksi).
perbedaan konsentrasi.
c. Alat Perkolasi
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan yang digunakan
untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari
percolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukanya penyarian
Pemilihan percolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.
Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik jika
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat
dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari
yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang diperlukan
untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan
percolator berbentuk paruh biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur
Ukuran percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan
yang disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi percolator. Percolator
dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang tidak saling mempengaruhi
Percolator dilengkapi dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang berfungsi
untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang bertutup yang
dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa percolator sering
dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang dihubungkan ke percolator
melalui pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran percolator diatur oleh keran. Pada
bagian bawah, pada leher percolator tepat di atas keran diberi kapas yang di atur di atas
sarangan yang dibuat dari porselin atau di atas gabus bertoreh yang telah dibalut kertas
tapis. Kapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu banyak mengandung lemak.
Untuk menampung perkolat digunakan botol perkolat, yang bermulut tidak terlalu
lebar tetapi mudah dibersihkan. Di bawah ini adalah gambar alat perkolasi.
d. Proses Perkolasi
1) Menimbang simplisia
2) Simplisia dibasahi dengan pelarut
4) Bagian bawah bejana diberi sekat berpori ( kapas ) untuk menahan serbuk
8) Kran dibuka, biarkan menetes 1 ml/menit sampai tetesan bening. Cairan penyari
akan melarutkan zat aktif dalam sel sel yang dilalui sampai keadaan jenuh
9) Dipekatkan
e. Modifikasi Perkolasi
1) Perkolasi Biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya direndam dengan cairan penyari,
Untuk pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian tertentu, untuk ekstrak cair
Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi dipakai beberapa perkolator.
Dengan sendirinya simplisia di bagi-bagi dalam beberapa porsi dan ditarik tersendiri
dalam tiap perkolator. Biasanya simplisia dibagi dalam tiga bagian dalam tiga
perkolator, perkolat-perkolat dari tiap perkolator diambil dalam jumlah yang sudah
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat
aktifnya. Proses penyarian tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada
tetesan pertama dan tetesan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer. Untuk
simplisia yang hampir tersari sempurna, sebelum dibuang, disari dengan penyari
yang baru, diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna.
Sebaliknya serbuk simplisia yang baru, disari dengan perkolat yang hampir jenuh
dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jenuh. Perkolat dipisahkan dan
biasa, tetapi perkolatnya ditentukan dalam beberapa bagian dan jumlah volume
tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc bagian yang
pertama perkolat A (200 cc) adalah sebagian sediaan yang diminta dan perkolat
tertentu, dengan catatan perkolat ini nantinya terdapat 300 cc, 200 cc, 200 cc,
200 cc, 200 cc, 200 cc, bagian pertama perkolat (300 cc) adalah sebagian dari
sediaan.
c) Perkolator ketiga diolah seperti kedua, dengan perkolator B bagian kedua 200
cc dan seterusnya sampai terdapat nantinya sebanyak 500 cc, terlihat disini
bahwa perkolat A bagian pertama, lebih kecil volumenya dari perkolat B bagian
pertama, tetapi sebaliknya perkolat A bagian-bagian berikutnya lebih besar
Keuntungan pertama pada reperkolasi ialah preparat yang terdapat dalam bentuk
Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus yang sangat kecil sehingga cara
perkolasi biasa tidak dapat dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat penghisap supaya
2) Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti
2) Resiko tercemar mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam
Perkolasi adalah suatu metode estraksi dengan mengalirkan penyari melalui bahan
Perbedaan utama perkolasi dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut,
dimana pada maserasi pelarut hanya dipakai untuk merendam bahan dalam waktu yang
3.2 Saran
Makalah mengenai maserasi dan perkolasi ini telah dibuat semaksimal mungkin,
namun masih banyak kekurangan yang memerlukan kritik dan saran dari pembaca
wawasan kita dalam ekstraksi dengan cara maserasi dan perkolasi diharapkan
14 Maret 2018 )
2018 )
Pertanyaan
maksimal.
biasa?
derajat halus yang sangat kecil sehingga cara perkolasi biasa tdak dapat
demikian?
Jawab: ( Meriansyah )