PENDAHULUAN
1
2
1.4 MANFAAT
Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
mahasiswa kedokteran dan praktisi kedokteran agar dapat menambah wawasan
mengenai penegakkan diagnosis dan penanganan yang tepat pada kasus meralgia
paresthetica.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Meralgia paresthetica adalah kondisi yang ditandai dengan gejala
kompleks rasa sakit, mati rasa, kesemutan, dan paresthesia yang terlokalisasi di
area anterolateral paha (Lippincot’s, 2008).
Meralgia Paresthetica disebabkan karena adanya penekanan pada lateral
femoral cutaneous nerve. Penekanan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu obesitas, kehamilan, dan kondisi lain yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraabdominal, pembedahan tulang belakang, dan osteotomy tulang
panggul (Harney dan Patinj, 2007).
2.2 ANATOMI
Pada paha terdapat banyak saraf pleksus lumbalis yang memberikan sensasi
dan salah satunya adalah Lateral Femoral Cutaneous Nerve (LFCT). Lateral
Femoral Cutaneous Nerve ini berasal dari percabangan dorsal rami ventral L2 dan
L3. Lateral femoral Cutaneous Nerve ini tampak dari batas bawah lateral psoas
mayor menuju pada spina iliaka superior anterior setelah itu keluar dari panggul
yang lebih rendah melewati bagian bawah ligamentum inguinalis. Lateral
Femoral Cutaneous Nerve bercabang menjadi cabang anterior dan posterior,
percabangan ini memberikan sensasi pada paha anterolateral dan lateral (Swezey
dan Bordoni, 2019).
3
4
2.3 ETIOLOGI
Grossman et al mengklasifikasikan etiologi meralgia paresthetica sebagai
idiopatik dan iatrogenic dengan subklasifikasi idiopatik yaitu mekanik dan
metabolik.
a. Idiopatik
Faktor mekanis dapat menyebabkan kompresi Lateran Femoral Cutaneous
Nerve sepanjang jalur anatominya. Meralgia paresthetica dikaitkan dengan
faktor-faktor, diantaranya obesitas, kehamilan, pakaian ketat layaknya jeans,
baju besi militer, seragam polisi, sabuk pengaman, trauma langsung, kejang
otot, scoliosis, illiacus hematoma, dan perubahan panjang kaki. Sedangkan
untuk factor metabolik, diantaranya diabetes mellitus, alkoholisme, dan
keracunan timbal.
b. Iatrogenik
Meralgia paresthetica juga dilaporkan sebagai komplikasi pasca bedah
setelah penggantian sendi panggul dan operasi tulang belakang. Selain itu
meralgia paresthetica juga dilaporkan sebagai komplikasi pasca bedah dalam
pengambilan tulang iliaka, apendektomi terbuka dan laparoskopi, sesar
dengan analgesik epidural, serta bedah obstetric dan ginekologi.
(Cheatham et al., 2013).
2.4 PATOFISIOLOGI
Meninjau anatomi Lateral Femoral Cutaneous Nerve sangat penting untuk
memahami mekanisme terjadinya meralgia paresthetica. Lateral Femoral
Cutaneous Nerve berasal langsung dari pleksus lumbal dan berasal dari
percabangan L2-L3. LFCN berjalan melalui panggul di sepanjang perbatasan
lateral otot psoas ke bagian lateral ligamentum inguinalis dan tulang iliaka
superior anterior. Crossover ke paha adalah jebakan yang paling umum.
Crossover biasanya terjadi 1 cm medial ke spina iliaka superior anterior, namun
variasi regional kerap kali terjadi.
6
(Sekul, 2018).
7
2.6 DIAGNOSA
Dalam menegakkan diagnosa meralgia paresthetica, menurut the American
Academy of Orthopaedic Surgeons dapat dilakukan anamnesis terhadap pasien
yang meliputi pertanyaan mengenai adanya riwayat cedera pada panggul, riwayat
operasi pada daerah yang berkenaan dengan lokasi lateral femoral cutaneous
nerve, atau kegiatan berulang yang dapat mengiritasi saraf yang bersangkutan.
Selain hal-hal tersebut, pasien juga harus diberi pertanyaan mengenai
kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat menekan lateral femoral cutaneous
nerve, seperti memakai pakaian yang ketat, adanya penambahan berat badan,
pemakaian sabuk alat berat di tempat kerja, cedera sabuk pengaman selama
tabrakan mobil terjadi, dan faktor lainnya.
Selain anamnesa terhadap pasien, pemeriksaan fisik juga dilakukan dengan
cara memeriksa perbedaan sensorik antara kaki kanan dan kiri dengan melakukan
penekanan pada saraf yang bersangkutan. Selain itu juga akan dilakukan
8
2.8 PENATALAKSANAAN
Dalam terapi meralgia paresthetica, hal yang ingin dicapai adalah
menyingkirkan penyebab kompresi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meminta
pasien menurunkan berat badan dan mengenakan pakaian yang longgar. Selain
itu, sebagian besar pasien meralgia paresthetica yang memiliki gejala ringan akan
memberikan respon yang baik terhadap terapi konservatif.
Ketika penderita meralgia paresthetica merakan sakit yang hebat, maka
blok saraf fokal dapat dilakukan pada ligamentum inguinalis dengan kombinasi
lidokain dan kortikosteroid. Panduan USG untuk blockade mungkin bermanfaat
pada pasien dengan variasi anatomi regional.
Selain hal di atas, obat nyeri neurogenik, seperti carbamazepine atau
gabapentin biasanya tidak membantu namun pada beberapa individu obat ini
bermanfaat. Jika obat jenis ini diperlukan, maka dekompresi bedah harus
dipertimbangkan.
(Sekul, 2018).
2.9 KOMPLIKASI
Jika tidak diobati, meralgia paresthetica dapat menyebabkan peningkatan
rasa sakit, mati rasa, atau sensasi lain seperti terbakar. Efek ini dapat mengganggu
kemampuan untuk berjalan atau bergerak secara normal.
2.10 PENCEGAHAN
Tidak ada cara untuk mencegah meralgia paresthetica. Meralgia
paresthetica dapat dikurangi dengan menurunkan berat badan, mengenakan
pakaian longgar dan hindari sabuk atau ikat pinggang.
2.11 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada etiologi saraf kutaneus femoralis lateral (cedera
LFCN). Meralgia paresthetica sederhana yang disebabkan oleh cedera mekanik
eksternal atau jinak sering kali remits secara spontan. Sebagian besar pasien yang
memilih dekompresi saraf untuk ketidaknyamanan kronis mengalami kelegaan.
10
Bagi sebagian besar pasien, kondisi ini sembuh sendiri, dan dengan edukasi,
pasien belajar untuk mentolerasi gejala dan memodifikasi aktivitas, sehingga
operasi dapat dihindari.
BAB III
KESIMPULAN
11
12
DAFTAR PUSTAKA