Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Semakin berkembangnya zaman, penyakit mengenai saraf semakin banyak
ditemui, salah satunya adalah meralgia paresthetica. Meralgia paresthetica
adalah kondisi yang ditandai dengan gejala kompleks rasa sakit, mati rasa,
kesemutan, dan paresthesia yang terlokalisasi di area anterolateral paha
(Lippincot’s, 2008). Meralgia Paresthetica disebabkan karena adanya penekanan
pada lateral femoral cutaneous nerve. Penekanan ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu obesitas, kehamilan, dan kondisi lain yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan intraabdominal, pembedahan tulang belakang, dan
osteotomi tulang panggul (Harney dan Patinj, 2007). Menurut the American
Academy of Orthopaedic Surgeons, adanya penekanan yang disebabkan oleh
beberapa faktor tersebut dapat mempersempit daerah yang dilalui oleh lateral
femoral cutaneous nerve yang menyebabkan timbulnya rasa sakit, kelumpuhan,
atau disfungsi lainnya.
Nationa Institute of Neurological Disorders and Stroke menyatakan bahwa
pada individu yang mengalami meralgia paresthetica akan terlihat bercak kulit
yang sensitif apabila mendapatkan sentuhan dan terkadang menyakitkan.
Meralgia paresthetica tidak bisa dikaitkan dengan kelemahan atau rasa sakit yang
berasal dari punggung.
Meralgia paresthetica sering terjadi pada individu yang berusia 30 hingga
40 tahun dengan tingkat kejadian yang dilaporkan sebesar 4,3 kasus per 10.000
pasien setiap tahun pada pasien umum dan 247 kasus per 100.000 pasien setiap
tahun pada pasien yang menderita diabetes mellitus. Meralgia paresthetica
memiliki kecenderungan lebih tinggi pada orang dewasa laki-laki daripada
perempuan dan dapat terjadi pada segala usia. Beberapa peneliti juga telah
melaporkan terjadinya meralgia paresthetica dalam berbagai kegiatan olahraga
dan fisik termasuk senam, baseball, sepak bola dan olahraga berat (Cheatham et
al., 2013). Selain itu angka kejadian pada anak-anak lebih tinggi dari yang

1
2

diketahui sebelumnya. Sepertiga dari semua anak-anak yang dirawat karena


osteoid osteoma menderita meralgia paresthetica (Harney dan Patinj, 2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah pada tinjauan pustaka ini adalah:
1. Apakah tanda dan gejala serta diagnosis differensial meralgia
paresthetica?
2. Bagaimana penegakan diagnosis serta penatalaksanaan meralgia
paresthetica yang tepat?
1.3 TUJUAN
Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan mengenai gejala klinis,
penegakan diagnosa serta penatalaksanaan meralgia paresthetica.

1.4 MANFAAT
Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
mahasiswa kedokteran dan praktisi kedokteran agar dapat menambah wawasan
mengenai penegakkan diagnosis dan penanganan yang tepat pada kasus meralgia
paresthetica.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Meralgia paresthetica adalah kondisi yang ditandai dengan gejala
kompleks rasa sakit, mati rasa, kesemutan, dan paresthesia yang terlokalisasi di
area anterolateral paha (Lippincot’s, 2008).
Meralgia Paresthetica disebabkan karena adanya penekanan pada lateral
femoral cutaneous nerve. Penekanan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu obesitas, kehamilan, dan kondisi lain yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraabdominal, pembedahan tulang belakang, dan osteotomy tulang
panggul (Harney dan Patinj, 2007).

2.2 ANATOMI
Pada paha terdapat banyak saraf pleksus lumbalis yang memberikan sensasi
dan salah satunya adalah Lateral Femoral Cutaneous Nerve (LFCT). Lateral
Femoral Cutaneous Nerve ini berasal dari percabangan dorsal rami ventral L2 dan
L3. Lateral femoral Cutaneous Nerve ini tampak dari batas bawah lateral psoas
mayor menuju pada spina iliaka superior anterior setelah itu keluar dari panggul
yang lebih rendah melewati bagian bawah ligamentum inguinalis. Lateral
Femoral Cutaneous Nerve bercabang menjadi cabang anterior dan posterior,
percabangan ini memberikan sensasi pada paha anterolateral dan lateral (Swezey
dan Bordoni, 2019).

3
4

Gambar 2.1 Anatomi saraf kutaneus femoral lateral


5

2.3 ETIOLOGI
Grossman et al mengklasifikasikan etiologi meralgia paresthetica sebagai
idiopatik dan iatrogenic dengan subklasifikasi idiopatik yaitu mekanik dan
metabolik.
a. Idiopatik
Faktor mekanis dapat menyebabkan kompresi Lateran Femoral Cutaneous
Nerve sepanjang jalur anatominya. Meralgia paresthetica dikaitkan dengan
faktor-faktor, diantaranya obesitas, kehamilan, pakaian ketat layaknya jeans,
baju besi militer, seragam polisi, sabuk pengaman, trauma langsung, kejang
otot, scoliosis, illiacus hematoma, dan perubahan panjang kaki. Sedangkan
untuk factor metabolik, diantaranya diabetes mellitus, alkoholisme, dan
keracunan timbal.
b. Iatrogenik
Meralgia paresthetica juga dilaporkan sebagai komplikasi pasca bedah
setelah penggantian sendi panggul dan operasi tulang belakang. Selain itu
meralgia paresthetica juga dilaporkan sebagai komplikasi pasca bedah dalam
pengambilan tulang iliaka, apendektomi terbuka dan laparoskopi, sesar
dengan analgesik epidural, serta bedah obstetric dan ginekologi.
(Cheatham et al., 2013).
2.4 PATOFISIOLOGI
Meninjau anatomi Lateral Femoral Cutaneous Nerve sangat penting untuk
memahami mekanisme terjadinya meralgia paresthetica. Lateral Femoral
Cutaneous Nerve berasal langsung dari pleksus lumbal dan berasal dari
percabangan L2-L3. LFCN berjalan melalui panggul di sepanjang perbatasan
lateral otot psoas ke bagian lateral ligamentum inguinalis dan tulang iliaka
superior anterior. Crossover ke paha adalah jebakan yang paling umum.
Crossover biasanya terjadi 1 cm medial ke spina iliaka superior anterior, namun
variasi regional kerap kali terjadi.
6

(Sekul, 2018).
7

2.5 GEJALA KLINIS


Pada meralgia paresthetica pasien akan mengeluhkan rasa nyeri, terbakar,
mati rasa, nyeri otot di paha lateral atau anterolateral. Pasien mungkin memiliki
gejala ringan atau mungkin memiliki rasa sakit yang lebih parah yang dapat
membatasi fungsi. Selain itu, pasien juga akan mengeluhkan rasa sakit dengan
berdiri dan berjalan dalam waktu lama, dan gejala akan berkurang jika pasien
duduk. Secara teoritis, duduk dapat mengurangi atau mengubah ketegangan pada
LFCN atau ligamentum inguinalis, sehingga dapat mengurangi gejala. Selain
gejala sensorik tersebut, defisit muskuloskeletal juga dapat mengiringi gejala
sensorik tersebut (Cheatham, 2013).
Untuk gejala yang lebih spesifik lagi yaitu:
1. Nyeri pada paha bagian luar yang bias menyebar luas ke sisi luar lutut.
2. Rasa terbakat, sakit, kesemutan, menusuk atau mati rasadi paha.
3. Kadang-kadang pegal di pangkal paha yang mungkin menyebar ke
daerah gluteus.
(Cleveland Clinic, 2018).

2.6 DIAGNOSA
Dalam menegakkan diagnosa meralgia paresthetica, menurut the American
Academy of Orthopaedic Surgeons dapat dilakukan anamnesis terhadap pasien
yang meliputi pertanyaan mengenai adanya riwayat cedera pada panggul, riwayat
operasi pada daerah yang berkenaan dengan lokasi lateral femoral cutaneous
nerve, atau kegiatan berulang yang dapat mengiritasi saraf yang bersangkutan.
Selain hal-hal tersebut, pasien juga harus diberi pertanyaan mengenai
kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat menekan lateral femoral cutaneous
nerve, seperti memakai pakaian yang ketat, adanya penambahan berat badan,
pemakaian sabuk alat berat di tempat kerja, cedera sabuk pengaman selama
tabrakan mobil terjadi, dan faktor lainnya.
Selain anamnesa terhadap pasien, pemeriksaan fisik juga dilakukan dengan
cara memeriksa perbedaan sensorik antara kaki kanan dan kiri dengan melakukan
penekanan pada saraf yang bersangkutan. Selain itu juga akan dilakukan
8

pemeriksaan pada daerah perut untuk menyingkirkan adanya kecurigaan terhadap


sumber nyeri yang berasal dari daerah abdomen.
Setelah anamnesa dan pemeriksaan fisik dilakukan, pemeriksaan
menggunakan sinar X akan membantu mengidentifikasi setiap kelainan tulang
yang mungkin memberi tekanan terhadap lateral femoral cutaneous nerve. Selain
peeriksaan sinar X, jikalau dicurigai adanya massa yang menekan persarafan
maka dapat dilakukan pemeriksaan CT-Scan atau MRI.

2.7 DIAGNOSA BANDING


Secara klasik, meralgia paresthetica disebabkan oleh kompresi LFCN
pada lokasi di mana ia keluar dari panggul. Diagnosa banding untuk nyeri paha
anterolateral dan parestesia bervariasi, yaitu radikulopati lumbar, peningkatan
tekanan retroperitoneal yang dihasilkan dari tumor, perdarahan atau abses,
mononeuritis multipleks, diabetes lumbosacral plexopathy, spondylolysis lumbar
dan spondylolisthesis. Pencitraan tulang belakang sangat penting untuk
menyingkirkan kemungkinan etiologi tulang belakang pada pasien yang diduga
menderita meralgia paresthetica. Patologi yang paling mirip dengan meralgia
paresthetica adalah radiculopathy lumbar. Meralgia paresthetica tidak
menghasilkan defisit motorik karena merupakan saraf sensorik murni. Selain itu,
rasa sakit atau adanya tanda Tinel positif atas spina iliaca anterior superior juga
mendukung diagnosis meralgia paresthetica.
Tanda-tanda bahaya (red flags) seperti metastasis pada krista iliaka dan
herniasi diskus intervertebralis, dapat menyerupai meralgia paresthetica. Fraktur
avulsi spina iliaca anterior superior telah dilaporkan dapat menimbulkan meralgia
paresthetica. Appendisitis kronis dapat juga memberikan gejala klinis sindrom
mirip meralgia paresthetica (MP-like syndrome). Gejala meralgia paresthetica
disertai keluhan gastrointestinal dan urogenital mengarah ke tumor pelvis. Gejala
meralgia paresthetica adalah murni defisit sensoris dan tidak sesuai dermatom,
berbeda dengan herniasi diskus yang dapat menimbulkan defisit motorik.
Pada meralgia paresthetica tanda laseque negatif.
9

2.8 PENATALAKSANAAN
Dalam terapi meralgia paresthetica, hal yang ingin dicapai adalah
menyingkirkan penyebab kompresi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meminta
pasien menurunkan berat badan dan mengenakan pakaian yang longgar. Selain
itu, sebagian besar pasien meralgia paresthetica yang memiliki gejala ringan akan
memberikan respon yang baik terhadap terapi konservatif.
Ketika penderita meralgia paresthetica merakan sakit yang hebat, maka
blok saraf fokal dapat dilakukan pada ligamentum inguinalis dengan kombinasi
lidokain dan kortikosteroid. Panduan USG untuk blockade mungkin bermanfaat
pada pasien dengan variasi anatomi regional.
Selain hal di atas, obat nyeri neurogenik, seperti carbamazepine atau
gabapentin biasanya tidak membantu namun pada beberapa individu obat ini
bermanfaat. Jika obat jenis ini diperlukan, maka dekompresi bedah harus
dipertimbangkan.
(Sekul, 2018).

2.9 KOMPLIKASI
Jika tidak diobati, meralgia paresthetica dapat menyebabkan peningkatan
rasa sakit, mati rasa, atau sensasi lain seperti terbakar. Efek ini dapat mengganggu
kemampuan untuk berjalan atau bergerak secara normal.

2.10 PENCEGAHAN
Tidak ada cara untuk mencegah meralgia paresthetica. Meralgia
paresthetica dapat dikurangi dengan menurunkan berat badan, mengenakan
pakaian longgar dan hindari sabuk atau ikat pinggang.

2.11 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada etiologi saraf kutaneus femoralis lateral (cedera
LFCN). Meralgia paresthetica sederhana yang disebabkan oleh cedera mekanik
eksternal atau jinak sering kali remits secara spontan. Sebagian besar pasien yang
memilih dekompresi saraf untuk ketidaknyamanan kronis mengalami kelegaan.
10

Bagi sebagian besar pasien, kondisi ini sembuh sendiri, dan dengan edukasi,
pasien belajar untuk mentolerasi gejala dan memodifikasi aktivitas, sehingga
operasi dapat dihindari.
BAB III
KESIMPULAN

Meralgia paresthetica merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya


rsa nyeri, terbakar, mati rasa, dan kesemutan pada daerah anterolateral maupun
lateral paha. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya berat
badan yang berlebihan, pemakaian pakaian yang ketat, adanya riwayat diabetes
mellitus dan sebagainya. Meralgia parestthetica ini dapat ditegakkan melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, berupa foto rontgen,
CT-Scan, maupun MRI. Setelah diagnose meralgia paresthetica ditegakkan maka
dapat dilakukan terai dengan cara menhindari faktor-faktor pencetus, penggunaan
obat nyeri neurogenik, blockade saraf yang bersangkutan, hingga tindakan
pembedahan.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Orthopaedic Surgeons. Burning Thigh Pain


(Meralgia Paresthetica). Accessed 22/03/19.
Cheatham SW, Kolber MJ, Salamh PA, Meralgia Paresthetica-A Review
of the Literature, International Journal of Sports Physical Therapy, 2013,
8(6):883-893.
Harney D, Patijn J, Meralgia Paresthetica: Diagnosis and Management
Strategies, Pain Medicine, 2007, 8(8):669-677.
Lippincott’s. (2008) Primary Care Orthopaedics. Edited by Lotke et al.
Philadelphia: Wolters Kluwer.
Meralgia Paresthetica, Cleveland Clinic.Accessed 22/03/19.
Meralgia Paresthetica, Mayoclicic. Accessed 22/03/19.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke 2018, Meralgia
Paresthetica.
Sekul, Elizabeth A. 2018. Meralgia Paresthetica Treatment and
Management. Accessed 22/03/19.

Anda mungkin juga menyukai