MERALGIA PARESTETIKA
Oleh :
Jeremia
Pembimbing
2019
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan……………………………………………………………………… 3
II. Pembahasan………………………………………………………………………. 4
III.Anatomi…………………………………………………………………………… 4
IV. Epidemiologi……………………………………………………………………… 6
V. Etiologi …………………………………………………………………………... 7
VI. Patogenesis……………………………………………………………………….. 8
VII.Manifestasi klinik…………………………………………………………………10
VIII.Diagnosis……………………………………………………………………….. ..11
X. Penatalak ………………………………………………………………………….
14
XI. Kesimpulan
………………………………………………………………………..17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Meralgia paraesthetica (MP), atau juga dikenal sebagai jebakan nervus cutaneus
femoris lateralis (NFCL), adalah suatu kondisi yang ditandai dengan nyeri, mati rasa, rasa
terbakar, dan rasa geli pada bagian anterior dan lateral paha, antara ligamentum inguinale dan
lutut. Pada tahun 1878, Bernhardt pertama kali menggambarkan gejala yang berkaitan
dengan meralgia paraesthetica. Tahun 1885, Hagar menjelaskan bahwa kompresi nervus
cutaneus femoris lateralis adalah sumber gejala kompleks ini. Satu decade berikutnya, Roth
menciptakan istilah meralgia paraesthetica dari bahasa Yunani yang terdiri dari empat kata,
yang bila digabungkan bersama-sama menyatakan "rasa nyeri pada paha yang disertai dengan
anomali persepsi".1,2
3
BAB II
PEMBAHASAN
ANATOMI
Nervus cutaneus femoris lateralis adalah saraf yang berasal dari pleksus lumbalis,
divisi dorsal kedua dan ketiga saraf lumbalis. Muncul dari batas lateral m.psoas mayor di
sekitar bagian tengahnya, dan melintas miring m. iliacus, menuju spina iliaca anterior
superior (SIAS).
Saraf ini kemudian lewat di bawah ligamentum inguinal dan menyilang m.sartorius
menuju paha. Di sini kemudian terbagi menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang
anterior menjadi lebih dangkal lebih kurang 10 cm distal ligamentum inguinalis, dan terbagi
menjadi cabang-cabang yang didistribusikan ke kulit anterior dan lateral paha, sampai lutut.
Filamen terminal saraf ini sering berhubungan dengan cabang-cabang cutaneus anterior
4
nervus femoralis dan dengan cabang infrapatellar nervus saphenus, membentuk pleksus
peripatellar.
Gambar 2. Nervus cutaneus femoris lateralis dan struktur lain yang melintas di
antara ligamentum inguinal kiri dengan ilium. Dilihat dari atas.
Cabang posterior menembus fascia lata, dan subdivisi yang berjalan ke belakang
melintasi permukaan lateral dan posterior paha, menginervasi kulit setinggi trokanter mayor
sampai paha bagian tengah. Keseluruhan serabut saraf aferen dan membawa sensasi kulit
paha bagian antero-lateral. 8
Beberapa variasi anatomi penting untuk diketahui sebagai pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah pada rongga pelvis untuk mengurangi
5
Gambar 5. Variasi Anatomi n. cutaneus femoris lateralis
A. Perjalanan normal nervus cutaneus femoris lateralis
B. NCFL melintas melalui belahan ligamentum inguinalis
C. NCFL melintas di lateral Spina Iliaca Anterior Superior ( seperti duduk mengangkang di
pelana kuda)
EPIDEMIOLOGI
Ras
Jenis Kelamin
Menurut Ratliff et al, insidensi terbanyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan
dengan rasio 2.8 : 1
Umur
Terbanyak pada usia pertengahan, walaupun dilaporkan kejadan meralgia paresthetica dapat
terjadi pada semua kelompok umur.
6
ETIOLOGI
Etiologi MP sangat bervariasi dan dapat dikategorikan menjadi dua, spontan dan
iatrogenik. MP spontan terjadi tanpa riwayat pembedahan dan dibagi atas jenis idiopatik dan
metabolik. MP iatrogenik dapat terjadi sebagai komplikasi beberapa prosedur operasi; faktor
mekanik atau metabolic mungkin terlibat pada MP iatrogenik. Kasus MP spontan melibatkan
factor mekanik seperti obesitas, kehamilan dan kondisi lain yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraabdominal. LFCN dapat mengalami trauma pada beberapa area
sepanjang perjalanannya.
Daerah yang paling sering adalah saat saraf ini menembus atau menyilang
ligamentum inguinale. Penggunaan ikat pinggang, korset, dan celana ketat dapat memberikan
tekanan langsung pada LFCN. Penggunaan ikat pinggang ketat, disertai sarung untuk pistol
telah dilaporkan dapat menyebabkan MP bilateral. Penyakit dalam panggul, seperti tumor
intraabdomen, telah dilaporkan dapat menyebabkan MP. Saraf ini juga dapat terjerat di
daerah retroperitoneal atau saat penetrasi dalam fasia lata.
Faktor metabolik yang mempunyai implikasi dalam MP meliputi keracunan timbal,
alkohol, dan diabetes melitus. Pada diabetes, terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana
diabetes berkembang menjadi MP. Teori pertama melibatkan kelainan metabolism piruvat,
sorbitol dan lipid. Perubahan sekunder pada metabolisme mioinositol dan fosfoinositid
menghasilkan kerusakan aktivitas Na-K-ATPase, yang menyebabkan gangguan fungsi saraf.
Teori kedua adalah pembengkakan saraf akibat penurunan transpor aksoplasmik, yang
menyebabkan saraf lebih rentan terhadap kompresi.
Sasson dan Pesach (2011), melaporkan kasus MP akibat penggunaan simvastatin.
Kerusakan saraf akibat fungsi inhibisi statin yang tidak hanya menghambat sintesis
kolesterol, tetapi juga menghambat pembentukan dolichol dan ubiquinone. Kedua enzim ini
merupakan enzim kunci pada respirasi mitokondria.8 Penyebab iatrogenik MP meliputi
prosedur ortopedi, osteotomi panggul dan operasi spinal. Beberapa teknik pembedahan lain
7
yang dapat menyebabkan trauma LFCN meliputi kolesistektomi laparoskopik, miomektomi
laparoskopik, coronary artery bypass grafting, dan pembedahan katup aorta. Reparasi
laparoskopik hernia inguinalis juga telah dilaporkan berhubungan dengan MP.
PATOGENESIS
Jebakan nervus cutaneus femoris lateralis dapat terjadi pada 3 tempat potensial
Tempat ketiga ini adalah yang paling sering terjadi dimana jebakan saraf mungkin melibatkan
m.sartorius atau mungkin disebabkan kompresi superficial sederhana dekat crista iliaca dan SIAS
oleh pakaian yang ketat atau trauma.
Penekukan nervus cutaneus femorius lateralis melintasi crista iliaca terjadi akibat
tenaga kompresi dengan reposisi postural. Sebuah pendapat mengatakan bahwa ikatan fibrosa
dalam fascia menyebabkan gangguan daya regang nervus cutaneus femoris lateralis. Saraf
yang melintas pada lintasan superficial ketika memasuki kompartemen paha membuatnya
cenderung mudah mendapat trauma akibat kompresi pada tulang di bawahnya. 10
8
Gerakan pinggul dengan perubahan angulasi dan regangan saraf, yang dapat
mempengaruhi gejala yang terjadi. Sebagai contoh, ekstensi pangkal paha dapat
meningkatkan angulasi dan regangan saraf, sedangkan fleksi dapat mengurangi kekuatan
tersebut.
Beberapa proses dapat menimbulkan gangguan pada nervus cutaneus femoris lateralis
sepanjang perjalanannya yang menyebabkan gangguan sensorik yang dirasakan pada
distribusi kutaneusnya. Proses-proses dibawah ini dapat menyebabkan meralgia paresthetica
dan proses patologis yang membangkitkan gejala berkaitan dengan lesi pada tempat tertentu
sepanjang nervus.
Trauma
Kompresi akut pada NCFL pada ligamentum inguinalis dari tekanan sabuk
pengaman pada kecepatan tinggi saat kecelakaan kendaraan bermotor.
Fraktur pelvis
Peninggian pelvis sesisi karena pemendekan salah satu tungkai, duduk bersila
terlalu lama. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan jaringan di bawah ujung
lateral ligamentum inguinale atau fascia lata berproliferasi dan menjerat
serabut-serabut nervus cutaneus femoris lateralis.
Iatrogenik – perlukaan pada NCFL dilaporkan setelah menjalani prosedur operasi
Pencangkokan tulang crista iliaca
Osteotomi pelvis
Operasi shelf pada insufisiensi acetabulum
Diseksi nodus limfatikus inguinal
Appendektomi
Histerektomi total abdominal.
Mekanikal retroperitoneal subakut – proses ini dapat menyebabkan pleksopati
Invasi tumor
Hemoragik
Abses
Obstetri dan ginekologi
Endometriosis – nyeri MP berulang dan berkurang saat menstruasi
9
Kompresi fetus selama trimester kedua dan ketiga.
Kompresi mekanik kronik dan subakut atau peregangan pada ligamentum inguinale
Pakaian ketat pinggang
Penahan, pembebatan
Ikat pinggang tukang kayu, polisi
Ikat pinggang pembawa bendera
Kegemukan (Obesitas)
Penyebab mekanik lainnya, termasuk :
Penampungan untuk pengobatan intratekal yang diletakkan pada abdomen
kuadran kanan bawah
Ascites
Kompresi radiks L2-L3
Menurut Jiang dkk, dari 232 pasien yang terbukti dengan stenosis spinalis
lumbal, 13 memiliki gejala meralgia paraesthetica. Laminektomi dekompresi
secara signifikan mengurangi area hipo-aestesi pada paha, penyembuhan yang
baik ditemukan 7 dari 11 kasus.11 Radikulopati multipel (patologi pada akar
saraf), kelompok otot termasuk muskulus paraspinal yang diinervasi akar saraf
L2-L3, kelemahan atau perubahan denervasi pada pemeriksaan EMG jarum.
Gangguan metabolik dan reaksi imunologi
Diabetes
Plexitis
Kondisi infeksi : termasuk herpes zoster.
Faktor etiologi yang bersifat infeksi juga pernah disebut sehingga dianggap
sebagai manifestasi neuritis sensorik mutlak.
Idiopatik
Beberapa proses sistemik sering merusak nervus perifer termasuk nervus cutaneus
femoris lateralis. Diabetes mellitus termasuk salah satu penyebabnya, dimana terjadi
neuropati fokal atau difus.
ETIOLOGI
Etiologi MP sangat bervariasi dan dapat dikategorikan menjadi dua, spontan dan
iatrogenik. MP spontan terjadi tanpa riwayat pembedahan dan dibagi atas jenis idiopatik dan
10
metabolik. MP iatrogenik dapat terjadi sebagai komplikasi beberapa prosedur operasi; faktor
mekanik atau metabolic mungkin terlibat pada MP iatrogenik. Kasus MP spontan melibatkan
factor mekanik seperti obesitas, kehamilan dan kondisi lain yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraabdominal. LFCN dapat mengalami trauma pada beberapa area
sepanjang perjalanannya.
Daerah yang paling sering adalah saat saraf ini menembus atau menyilang
ligamentum inguinale. Penggunaan ikat pinggang, korset, dan celana ketat dapat memberikan
tekanan langsung pada LFCN. Penggunaan ikat pinggang ketat, disertai sarung untuk pistol
telah dilaporkan dapat menyebabkan MP bilateral. Penyakit dalam panggul, seperti tumor
intraabdomen, telah dilaporkan dapat menyebabkan MP. Saraf ini juga dapat terjerat di
daerah retroperitoneal atau saat penetrasi dalam fasia lata.
Faktor metabolik yang mempunyai implikasi dalam MP meliputi keracunan timbal,
alkohol, dan diabetes melitus. Pada diabetes, terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana
diabetes berkembang menjadi MP. Teori pertama melibatkan kelainan metabolism piruvat,
sorbitol dan lipid. Perubahan sekunder pada metabolisme mioinositol dan fosfoinositid
menghasilkan kerusakan aktivitas Na-K-ATPase, yang menyebabkan gangguan fungsi saraf.
Teori kedua adalah pembengkakan saraf akibat penurunan transpor aksoplasmik, yang
menyebabkan saraf lebih rentan terhadap kompresi.
Sasson dan Pesach (2011), melaporkan kasus MP akibat penggunaan simvastatin.
Kerusakan saraf akibat fungsi inhibisi statin yang tidak hanya menghambat sintesis
kolesterol, tetapi juga menghambat pembentukan dolichol dan ubiquinone. Kedua enzim ini
merupakan enzim kunci pada respirasi mitokondria.8 Penyebab iatrogenik MP meliputi
prosedur ortopedi, osteotomi panggul dan operasi spinal. Beberapa teknik pembedahan lain
yang dapat menyebabkan trauma LFCN meliputi kolesistektomi laparoskopik, miomektomi
laparoskopik, coronary artery bypass grafting, dan pembedahan katup aorta. Reparasi
laparoskopik hernia inguinalis juga telah dilaporkan berhubungan dengan MP.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis MP berkaitan dengan luka atau penekanan LFCN. Mengingat saraf ini
tidak mempersarafi otot, tidak didapatkan gejala kelemahan otot, atrofi , atau hilangnya
refleks.
Gejala MP meliputi parestesia di paha atas dan lateral. Sebagian besar unilateral, 20%
bilateral. Keluhan berupa sensasi terbakar, tersengat, atau kesemutan, nyeri dan mati rasa
pada paha dan biasanya dapat dilokalisir. Beberapa pasien juga mengeluhkan alodinia pada
11
area distribusi saraf. Keluhan ini dapat ditimbulkan dengan mengetuk ligamentum inguinale;
ekstensi paha ke posterior yang menyebabkan tarikan saraf dapat memperburuk gejala,
kondisi berdiri terlalu lama juga telah diidentifi kasi dapat memperburuk gejala. Pada
pemeriksaan fisik sering didapatkan nyeri tekan pada lateral ligamentum inguinale tepat di
atas menyilangnya LFCN. Pasien juga mungkin mempunyai area tidak berambut di paha
anterior karena garukan untuk mengurangi gejala, dan ini merupakan tanda diagnostik
penting. Tanda Tinel biasanya didapatkan pada 1 cm medial dan anterior SIAS, tergantung
dari variasi anatomi. LFCN mungkin dapat di palpasi pada orang kurus dan dapat
menyebabkan iritasi.
DIAGNOSIS
Pasien dengan meralgia paresthetica dapat idiopatik atau disebabkan oleh luka
mekanik di dekat ligamentum inguinalis biasanya menggambarkan parestesia atau disesthesia
pada daerah yang mendapat inervasi nervus cutaneus femoris lateralis.
ANAMNESIS
Nyeri pada sisi luar paha, kadang-kadang memanjang hingga ke sisi luar lutut,
biasanya konstan.
Sensasi seperti terbakar, kesemutan, atau mati rasa (kebas) di wilayah yang sama.
Terkadang dirasakan seperti sengatan lebah. Dirasakan tanpa dipicu oleh suatu
stimulasi fisik pada kulit.
Kadang-kadang nyeri di daerah selangkangan atau nyeri menyebar ke pantat.
Biasanya lebih sensitif terhadap sentuhan ringan daripada tekanan kuat.
Kepekaan yang berlebihan terhadap panas ( air hangat dari pancuran terasa seperti
tebakar)
Perubahan postur atau duduk atau berdiri yang lama dapat menimbulkan gejala
fluktuatif.
12
Gejala yang tampak dapat berkaitan dengan berhubungan dengan beberapa factor resiko,
seperti kecelakaan kendaraan bermotor, kehamilan, riwayat operasi di daerah pelvis,
kegemukan dan lain-lain.
PEMERIKSAAN FISIK
Penguji akan memeriksa setiap perbedaan sensasi antara kaki yang terkena dan kaki
yang lain. Pemeriksaan abdomen dan panggul mungkin diperlukan untuk mengecualikan
masalah di daerah tersebut.
Pemeriksaan menunjukkan mati rasa pada paha anterolateral di semua atau bagian
dari daerah yang terlibat dengan parestesi, kadang –kadang hiperestesi. Dengan “test
pinprick” dapat ditemukan penurunan apresiasi, bersamaan dengan munculnya reaksi
hiperpatia pada perabaan 11
13
Gambar 8. Metode pengukuran area yang mengalami hipoaestesi pada paha lateral dengan
menggunakan tusukan jarum (pin-prick) dan sebuah film transparan.
Ketukan di atas dan aspek lateral ligamentum inguinalis atau memperpanjang paha
posterior (merentangkan saraf) dapat mereproduksi atau memperburuk parestesi.
Palpasi dalam tepat di bawah SIAS (pengujian kompresi panggul) mereproduksi
gejala.
Kekuatan motorik tungkai yang terlibat harus normal, tidak ada atrofi otot ataupun
perubahan refleks.12
DIAGNOSA BANDING
Meskipun diagnosis MP dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
diagnosis banding yang relevan tetap diperlukan. Tanda-tanda bahaya (red flags), seperti
metastasis pada krista iliaka dan herniasi diskus intervertebralis, dapat menyerupai MP.
Fraktur avulsi SIAS telah dilaporkan dapat menimbulkan MP. Appendisitis kronis dapat juga
memberikan gejala klinis sindrom mirip MP (MP-like syndrome). Gejala MP disertai keluhan
gastrointestinal dan urogenital mengarah ke tumor pelvis. Gejala MP adalah murni defisit
sensoris dan tidak sesuai dermatom, berbeda dengan herniasi diskus yang dapat menimbulkan
defisit motorik. Pada MP, tanda Laseque negatif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Elektrofisiologis
14
Elektromiografi (EMG) studi konduksi saraf mungkin diperlukan. Evaluasi dengan studi
konduksi saraf dan pemeriksaan jarum diperlukan jika tidak ada faktor resiko diidentifikasi,
jika lesi massa di ruang retroperitoneal dicurigai, atau ada nyeri punggung.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
X-Foto mungkin diperlukan untuk menyingkirkan kelainan tulang yang mungkin
memberikan tekanan pada saraf.
Pemeriksaan CT-Scan atau MRI untuk mengecualikan menyebabkan jaringan lunak
seperti tumor.
PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI
15
Pengurangan aktivitas fisik wajib dilakukan dalam hubungannya dengan tingkat rasa
sakit. Istirahat mutlak diperlukan untuk tingkat rasa sakit akut. Pengurangan berat badan dan
latihan memperkuat otot-otot perut.
INTERVENSI BEDAH
Pasien yang gagal dalam penatalaksanaan konservatif dirujuk ke ahli bedah untuk
menjalani pembedahan dekompresi NCFL. Parameter untuk dilakukan pembedahan antara
lain Tinel Sign positif, EMG abnormal dan pembebasan segera gejala-gejala yang mengiringi
blok NCFL. Meskipun tindakan bedah transeksi NCFL ditujukan sebagai terapi, hasilnya
masih kurang memuaskan, dan beberapa pasien melaporkan disestesi yang semakin berat.
Tindakan bedah tidak selalu berhasil penuh dan dapat kambuh kembali rata-rata 15 -20%.9
B
A
Gambar 10. Durante operasi menunjukkan A. NCFL ditranseksi parsial B. neurolisis dan
reseksi NCFL.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) akan mengurangi rasa nyeri. Biasanya
diberikan 7-10 hari. Penambahan narkotik untuk membunuh rasa sakit mungkin diperlukan
pada tingkat rasa sakit berat yang menyebabkan pasien terkadang sulit tidur. Hindari
penggunaan OAINS dan narkotik jangka panjang jika memungkinkan. Selain itu dapat
diberikan TCA atau antikonvulsan yang dimulai dari dosis rendah dan dititrasi naik sampai
gejala mereda atau sebaliknya muncul efek samping. Obat ini sebaiknya dihentikan jika
gejala tidak mereda dengan jumlah maksimal. Kesalahan yang sering terjadi adalah
menghentikan pengobatan sebelum level serum mencapai rentang terapi.
16
Pada kasus yang parah dapat dilakukan blok saraf lokal pada ligamentum inguinal
dengan suntikan kombinasi obat bius lokal (lidokain, bupivacain) dan kortikosteroid.
Suntikan dilakukan 1 jari ke arah medial SIAS, di bawah ujung lateral ligamentum inguinale
atau di tempat serabut-serabut nervus cutaneus femoris lateralis keluar dari fascia lata atau di
kawasan disestesia / parestesia / hipestesia sendiri dapat menyembuhkan walaupun hanya
meredakan gejala untuk sementara.
TERAPI LAIN
Pasien yang mengalami nyeri yang berkepanjangan dan membandel dengan terapi
konservatif dan blok saraf multipel dengan steroid local, dapat diberikan pulsed
radiofrequency. Sinyal radiofrekuensi telah banyak digunakan untuk menekan transmisi
nyeri. Penggunaan konvensional prosedur ini melibatkan aplikasi kontinyu temperature
tinggi, yang dihubungkan dengan degenerasi Wallerian, neurodestruksi berat dan efek
deafferensiasi. 14
17
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada etiologi gangguan NCFL. Meralgia parestetica ringan yang
disebabkan oleh mekanisme trauma external atau ringan terkadang dapat mengalami remisi
secara spontan. Bila dilakukan intervensi bedah dengan dekompresi saraf pada kasus yang
terseleksi dengan baik , dilaporkan memiliki hasil yang cukup baik, tetapi dapat kambuh
kembali sekitar 15-20% kasus.15Apapun penyebabnya, pemulihan biasanya memerlukan
beberapa minggu ke bulan, tergantung pada keparahan kerusakan saraf. Pada kebanyakan
pasien, meralgia paresthetica dapat sembuh sendiri, dan dengan edukasi, pasien belajar untuk
mentoleransi gejala dan memodifikasi aktivitas, sekaligus untuk mencegah tindakan bedah
dan tindakan agresif lainnya. Instruksikan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat
menyebabkan trauma pada NCFL.16
KESIMPULAN
19
17. Patijn, J. M. P. et al. Meralgia Paresthetica. 2011, p302–308.
18. Hui, G. K. M. & Peng, P. W. H. Meralgia Paresthetica. Reg. Anesth. Pain Med. 2011.
p156–161.
20