Anda di halaman 1dari 20

Textbook Reading

MERALGIA PARESTETIKA

Oleh :

Jeremia

Pembimbing

Prof. dr. M.I. Widiastuti, PAK, Sp.S(K), M.Sc

PPDS I ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG

2019
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan……………………………………………………………………… 3

II. Pembahasan………………………………………………………………………. 4

III.Anatomi…………………………………………………………………………… 4

IV. Epidemiologi……………………………………………………………………… 6

V. Etiologi …………………………………………………………………………... 7

VI. Patogenesis……………………………………………………………………….. 8

VII.Manifestasi klinik…………………………………………………………………10

VIII.Diagnosis……………………………………………………………………….. ..11

IX. Diagnosis Banding………………………………………………………………..


13

X. Penatalak ………………………………………………………………………….
14

XI. Kesimpulan
………………………………………………………………………..17

XII.Daftar Pustaka ………..…………………………………………………….…….19

2
BAB I

PENDAHULUAN

Meralgia paraesthetica (MP), atau juga dikenal sebagai jebakan nervus cutaneus
femoris lateralis (NFCL), adalah suatu kondisi yang ditandai dengan nyeri, mati rasa, rasa
terbakar, dan rasa geli pada bagian anterior dan lateral paha, antara ligamentum inguinale dan
lutut. Pada tahun 1878, Bernhardt pertama kali menggambarkan gejala yang berkaitan
dengan meralgia paraesthetica. Tahun 1885, Hagar menjelaskan bahwa kompresi nervus
cutaneus femoris lateralis adalah sumber gejala kompleks ini. Satu decade berikutnya, Roth
menciptakan istilah meralgia paraesthetica dari bahasa Yunani yang terdiri dari empat kata,
yang bila digabungkan bersama-sama menyatakan "rasa nyeri pada paha yang disertai dengan
anomali persepsi".1,2

Mononeuropati dari nervus cutaneus femoris lateralis , meralgia paresthetica


umumnya disebabkan karena jebakan fokal saraf ini saat melewati ligamentum inguinal.
Jebakan ini jarang terjadi karena etiologi lain seperti trauma langsung, cedera regangan, atau
iskemia. Fungsi NFCL dapat terganggu oleh penekukan berlebihan atau kompresi struktur
anatomi sekitarnya terutama masa kehamilan atau kondisi lain yang menyebabkan lordosis
lumbal yang berlebihan.3 Anamnesis dan pemeriksaan klinis biasanya cukup untuk membuat
diagnosis. Namun, diagnosis dapat dipastikan dengan studi konduksi saraf.  Nevus cutaneus
femoralis lateralis bertanggung jawab untuk sensasi anterolateral paha.  Saraf ini merupakan
saraf sensorik murni dan tidak memiliki komponen motorik.4

3
BAB II
PEMBAHASAN

ANATOMI

Nervus cutaneus femoris lateralis adalah saraf yang berasal dari pleksus lumbalis,
divisi dorsal kedua dan ketiga saraf lumbalis. Muncul dari batas lateral m.psoas mayor di
sekitar bagian tengahnya, dan melintas miring m. iliacus, menuju spina iliaca anterior
superior (SIAS).

Gambar 1. Perjalanan nervus cutaneus femoris lateralis

Saraf ini kemudian lewat di bawah ligamentum inguinal dan menyilang m.sartorius
menuju paha. Di sini kemudian terbagi menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang
anterior menjadi lebih dangkal lebih kurang 10 cm distal ligamentum inguinalis, dan terbagi
menjadi cabang-cabang yang didistribusikan ke kulit anterior dan lateral paha, sampai lutut.
Filamen terminal saraf ini sering berhubungan dengan cabang-cabang cutaneus anterior
4
nervus femoralis dan dengan cabang infrapatellar nervus saphenus, membentuk pleksus
peripatellar.

Gambar 2. Nervus cutaneus femoris lateralis dan struktur lain yang melintas di
antara ligamentum inguinal kiri dengan ilium. Dilihat dari atas.

Gambar 3 . Pleksus Lumbalis Gambar 4. Distribusi Sensorik Nervus Cutaneus


Femoris Lateralis

Cabang posterior menembus fascia lata, dan subdivisi yang berjalan ke belakang
melintasi permukaan lateral dan posterior paha, menginervasi kulit setinggi trokanter mayor
sampai paha bagian tengah. Keseluruhan serabut saraf aferen dan membawa sensasi kulit
paha bagian antero-lateral. 8

Beberapa variasi anatomi penting untuk diketahui sebagai pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah pada rongga pelvis untuk mengurangi

resiko terjadinya MP.9

5
Gambar 5. Variasi Anatomi n. cutaneus femoris lateralis
A. Perjalanan normal nervus cutaneus femoris lateralis
B. NCFL melintas melalui belahan ligamentum inguinalis
C. NCFL melintas di lateral Spina Iliaca Anterior Superior ( seperti duduk mengangkang di
pelana kuda)

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi meralgia paraesthetica diperkirakan 3 – 4.3 per 10.000 penduduk, dan


dilaporkan mencapai 7 - 35% mengalami rasa tidak nyaman pada tungkai. Meralgia
paraesthetica umumnya unilateral akan tetapi dapat juga bilateral bahkan mencapai hampir
50% kasus. 5,6 menurut Luzzio C et al , 20 % dikatakan memiliki gejala bilateral. 7 Sedangkan
menurut Ratliff et al, keterlibatan sisi kanan 36 % dan kiri 38 % sedangkan 22% kasus
menunjukkan gejala terjadi bilateral.

Ras

Tidak diketahui apakah terdapat predileksi ras tertentu.

Jenis Kelamin

Menurut Ratliff et al, insidensi terbanyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan
dengan rasio 2.8 : 1

Umur

Terbanyak pada usia pertengahan, walaupun dilaporkan kejadan meralgia paresthetica dapat
terjadi pada semua kelompok umur.

6
ETIOLOGI

Etiologi MP sangat bervariasi dan dapat dikategorikan menjadi dua, spontan dan
iatrogenik. MP spontan terjadi tanpa riwayat pembedahan dan dibagi atas jenis idiopatik dan
metabolik. MP iatrogenik dapat terjadi sebagai komplikasi beberapa prosedur operasi; faktor
mekanik atau metabolic mungkin terlibat pada MP iatrogenik. Kasus MP spontan melibatkan
factor mekanik seperti obesitas, kehamilan dan kondisi lain yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraabdominal. LFCN dapat mengalami trauma pada beberapa area
sepanjang perjalanannya.
Daerah yang paling sering adalah saat saraf ini menembus atau menyilang
ligamentum inguinale. Penggunaan ikat pinggang, korset, dan celana ketat dapat memberikan
tekanan langsung pada LFCN. Penggunaan ikat pinggang ketat, disertai sarung untuk pistol
telah dilaporkan dapat menyebabkan MP bilateral. Penyakit dalam panggul, seperti tumor
intraabdomen, telah dilaporkan dapat menyebabkan MP. Saraf ini juga dapat terjerat di
daerah retroperitoneal atau saat penetrasi dalam fasia lata.
Faktor metabolik yang mempunyai implikasi dalam MP meliputi keracunan timbal,
alkohol, dan diabetes melitus. Pada diabetes, terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana
diabetes berkembang menjadi MP. Teori pertama melibatkan kelainan metabolism piruvat,
sorbitol dan lipid. Perubahan sekunder pada metabolisme mioinositol dan fosfoinositid
menghasilkan kerusakan aktivitas Na-K-ATPase, yang menyebabkan gangguan fungsi saraf.
Teori kedua adalah pembengkakan saraf akibat penurunan transpor aksoplasmik, yang
menyebabkan saraf lebih rentan terhadap kompresi.
Sasson dan Pesach (2011), melaporkan kasus MP akibat penggunaan simvastatin.
Kerusakan saraf akibat fungsi inhibisi statin yang tidak hanya menghambat sintesis
kolesterol, tetapi juga menghambat pembentukan dolichol dan ubiquinone. Kedua enzim ini
merupakan enzim kunci pada respirasi mitokondria.8 Penyebab iatrogenik MP meliputi
prosedur ortopedi, osteotomi panggul dan operasi spinal. Beberapa teknik pembedahan lain

7
yang dapat menyebabkan trauma LFCN meliputi kolesistektomi laparoskopik, miomektomi
laparoskopik, coronary artery bypass grafting, dan pembedahan katup aorta. Reparasi
laparoskopik hernia inguinalis juga telah dilaporkan berhubungan dengan MP.

PATOGENESIS

Jebakan nervus cutaneus femoris lateralis dapat terjadi pada 3 tempat potensial

1. Di samping kolumna spinalis


2. Dalam cavum abdomen dimana nervus melintas sepanjang pelvis
3. Sewaktu nervus keluar dari pelvis

Tempat ketiga ini adalah yang paling sering terjadi dimana jebakan saraf mungkin melibatkan
m.sartorius atau mungkin disebabkan kompresi superficial sederhana dekat crista iliaca dan SIAS
oleh pakaian yang ketat atau trauma.

Gambar 6. Kompresi nervus cutaneus femoris lateralis oleh ligamentum inguinale

Penekukan nervus cutaneus femorius lateralis melintasi crista iliaca terjadi akibat
tenaga kompresi dengan reposisi postural. Sebuah pendapat mengatakan bahwa ikatan fibrosa
dalam fascia menyebabkan gangguan daya regang nervus cutaneus femoris lateralis. Saraf
yang melintas pada lintasan superficial ketika memasuki kompartemen paha membuatnya
cenderung mudah mendapat trauma akibat kompresi pada tulang di bawahnya. 10

8
Gerakan pinggul dengan perubahan angulasi dan regangan saraf, yang dapat
mempengaruhi gejala yang terjadi. Sebagai contoh, ekstensi pangkal paha dapat
meningkatkan angulasi dan regangan saraf, sedangkan fleksi dapat mengurangi kekuatan
tersebut.

Beberapa proses dapat menimbulkan gangguan pada nervus cutaneus femoris lateralis
sepanjang perjalanannya yang menyebabkan gangguan sensorik yang dirasakan pada
distribusi kutaneusnya. Proses-proses dibawah ini dapat menyebabkan meralgia paresthetica
dan proses patologis yang membangkitkan gejala berkaitan dengan lesi pada tempat tertentu
sepanjang nervus.

 Trauma
 Kompresi akut pada NCFL pada ligamentum inguinalis dari tekanan sabuk
pengaman pada kecepatan tinggi saat kecelakaan kendaraan bermotor.
 Fraktur pelvis
 Peninggian pelvis sesisi karena pemendekan salah satu tungkai, duduk bersila
terlalu lama. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan jaringan di bawah ujung
lateral ligamentum inguinale atau fascia lata berproliferasi dan menjerat
serabut-serabut nervus cutaneus femoris lateralis.
 Iatrogenik – perlukaan pada NCFL dilaporkan setelah menjalani prosedur operasi
 Pencangkokan tulang crista iliaca
 Osteotomi pelvis
 Operasi shelf pada insufisiensi acetabulum
 Diseksi nodus limfatikus inguinal
 Appendektomi
 Histerektomi total abdominal.
 Mekanikal retroperitoneal subakut – proses ini dapat menyebabkan pleksopati
 Invasi tumor
 Hemoragik
 Abses
 Obstetri dan ginekologi
 Endometriosis – nyeri MP berulang dan berkurang saat menstruasi

9
 Kompresi fetus selama trimester kedua dan ketiga.
 Kompresi mekanik kronik dan subakut atau peregangan pada ligamentum inguinale
 Pakaian ketat pinggang
 Penahan, pembebatan
 Ikat pinggang tukang kayu, polisi
 Ikat pinggang pembawa bendera
 Kegemukan (Obesitas)
 Penyebab mekanik lainnya, termasuk :
 Penampungan untuk pengobatan intratekal yang diletakkan pada abdomen
kuadran kanan bawah
 Ascites
 Kompresi radiks L2-L3
Menurut Jiang dkk, dari 232 pasien yang terbukti dengan stenosis spinalis
lumbal, 13 memiliki gejala meralgia paraesthetica. Laminektomi dekompresi
secara signifikan mengurangi area hipo-aestesi pada paha, penyembuhan yang
baik ditemukan 7 dari 11 kasus.11 Radikulopati multipel (patologi pada akar
saraf), kelompok otot termasuk muskulus paraspinal yang diinervasi akar saraf
L2-L3, kelemahan atau perubahan denervasi pada pemeriksaan EMG jarum.
 Gangguan metabolik dan reaksi imunologi
 Diabetes
 Plexitis
 Kondisi infeksi : termasuk herpes zoster.
 Faktor etiologi yang bersifat infeksi juga pernah disebut sehingga dianggap
sebagai manifestasi neuritis sensorik mutlak.
 Idiopatik

Beberapa proses sistemik sering merusak nervus perifer termasuk nervus cutaneus
femoris lateralis. Diabetes mellitus termasuk salah satu penyebabnya, dimana terjadi
neuropati fokal atau difus.

ETIOLOGI

Etiologi MP sangat bervariasi dan dapat dikategorikan menjadi dua, spontan dan
iatrogenik. MP spontan terjadi tanpa riwayat pembedahan dan dibagi atas jenis idiopatik dan

10
metabolik. MP iatrogenik dapat terjadi sebagai komplikasi beberapa prosedur operasi; faktor
mekanik atau metabolic mungkin terlibat pada MP iatrogenik. Kasus MP spontan melibatkan
factor mekanik seperti obesitas, kehamilan dan kondisi lain yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraabdominal. LFCN dapat mengalami trauma pada beberapa area
sepanjang perjalanannya.
Daerah yang paling sering adalah saat saraf ini menembus atau menyilang
ligamentum inguinale. Penggunaan ikat pinggang, korset, dan celana ketat dapat memberikan
tekanan langsung pada LFCN. Penggunaan ikat pinggang ketat, disertai sarung untuk pistol
telah dilaporkan dapat menyebabkan MP bilateral. Penyakit dalam panggul, seperti tumor
intraabdomen, telah dilaporkan dapat menyebabkan MP. Saraf ini juga dapat terjerat di
daerah retroperitoneal atau saat penetrasi dalam fasia lata.
Faktor metabolik yang mempunyai implikasi dalam MP meliputi keracunan timbal,
alkohol, dan diabetes melitus. Pada diabetes, terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana
diabetes berkembang menjadi MP. Teori pertama melibatkan kelainan metabolism piruvat,
sorbitol dan lipid. Perubahan sekunder pada metabolisme mioinositol dan fosfoinositid
menghasilkan kerusakan aktivitas Na-K-ATPase, yang menyebabkan gangguan fungsi saraf.
Teori kedua adalah pembengkakan saraf akibat penurunan transpor aksoplasmik, yang
menyebabkan saraf lebih rentan terhadap kompresi.
Sasson dan Pesach (2011), melaporkan kasus MP akibat penggunaan simvastatin.
Kerusakan saraf akibat fungsi inhibisi statin yang tidak hanya menghambat sintesis
kolesterol, tetapi juga menghambat pembentukan dolichol dan ubiquinone. Kedua enzim ini
merupakan enzim kunci pada respirasi mitokondria.8 Penyebab iatrogenik MP meliputi
prosedur ortopedi, osteotomi panggul dan operasi spinal. Beberapa teknik pembedahan lain
yang dapat menyebabkan trauma LFCN meliputi kolesistektomi laparoskopik, miomektomi
laparoskopik, coronary artery bypass grafting, dan pembedahan katup aorta. Reparasi
laparoskopik hernia inguinalis juga telah dilaporkan berhubungan dengan MP.

MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis MP berkaitan dengan luka atau penekanan LFCN. Mengingat saraf ini
tidak mempersarafi otot, tidak didapatkan gejala kelemahan otot, atrofi , atau hilangnya
refleks.
Gejala MP meliputi parestesia di paha atas dan lateral. Sebagian besar unilateral, 20%
bilateral. Keluhan berupa sensasi terbakar, tersengat, atau kesemutan, nyeri dan mati rasa
pada paha dan biasanya dapat dilokalisir. Beberapa pasien juga mengeluhkan alodinia pada
11
area distribusi saraf. Keluhan ini dapat ditimbulkan dengan mengetuk ligamentum inguinale;
ekstensi paha ke posterior yang menyebabkan tarikan saraf dapat memperburuk gejala,
kondisi berdiri terlalu lama juga telah diidentifi kasi dapat memperburuk gejala. Pada
pemeriksaan fisik sering didapatkan nyeri tekan pada lateral ligamentum inguinale tepat di
atas menyilangnya LFCN. Pasien juga mungkin mempunyai area tidak berambut di paha
anterior karena garukan untuk mengurangi gejala, dan ini merupakan tanda diagnostik
penting. Tanda Tinel biasanya didapatkan pada 1 cm medial dan anterior SIAS, tergantung
dari variasi anatomi. LFCN mungkin dapat di palpasi pada orang kurus dan dapat
menyebabkan iritasi.

DIAGNOSIS

Pasien dengan meralgia paresthetica dapat idiopatik atau disebabkan oleh luka
mekanik di dekat ligamentum inguinalis biasanya menggambarkan parestesia atau disesthesia
pada daerah yang mendapat inervasi nervus cutaneus femoris lateralis.

ANAMNESIS
 Nyeri pada sisi luar paha, kadang-kadang memanjang hingga ke sisi luar lutut,
biasanya konstan.
 Sensasi seperti terbakar, kesemutan, atau mati rasa (kebas) di wilayah yang sama.
Terkadang dirasakan seperti sengatan lebah. Dirasakan tanpa dipicu oleh suatu
stimulasi fisik pada kulit.
 Kadang-kadang nyeri di daerah selangkangan atau nyeri menyebar ke pantat.
 Biasanya lebih sensitif terhadap sentuhan ringan daripada tekanan kuat.
 Kepekaan yang berlebihan terhadap panas ( air hangat dari pancuran terasa seperti
tebakar)
 Perubahan postur atau duduk atau berdiri yang lama dapat menimbulkan gejala
fluktuatif.

12
 Gejala yang tampak dapat berkaitan dengan berhubungan dengan beberapa factor resiko,
seperti kecelakaan kendaraan bermotor, kehamilan, riwayat operasi di daerah pelvis,
kegemukan dan lain-lain.

Gambar 7. Distribusi abnormalitas sensorik pada meralgia


paraesthetica

PEMERIKSAAN FISIK

Penguji akan memeriksa setiap perbedaan sensasi antara kaki yang terkena dan kaki
yang lain. Pemeriksaan abdomen dan panggul mungkin diperlukan untuk mengecualikan
masalah di daerah tersebut.


Pemeriksaan menunjukkan mati rasa pada paha anterolateral di semua atau bagian
dari daerah yang terlibat dengan parestesi, kadang –kadang hiperestesi. Dengan “test
pinprick” dapat ditemukan penurunan apresiasi, bersamaan dengan munculnya reaksi
hiperpatia pada perabaan 11

13
Gambar 8. Metode pengukuran area yang mengalami hipoaestesi pada paha lateral dengan
menggunakan tusukan jarum (pin-prick) dan sebuah film transparan.

Ketukan di atas dan aspek lateral ligamentum inguinalis atau memperpanjang paha
posterior (merentangkan saraf) dapat mereproduksi atau memperburuk parestesi.

Palpasi dalam tepat di bawah SIAS (pengujian kompresi panggul) mereproduksi
gejala.

Kekuatan motorik tungkai yang terlibat harus normal, tidak ada atrofi otot ataupun
perubahan refleks.12

DIAGNOSA BANDING
Meskipun diagnosis MP dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
diagnosis banding yang relevan tetap diperlukan. Tanda-tanda bahaya (red flags), seperti
metastasis pada krista iliaka dan herniasi diskus intervertebralis, dapat menyerupai MP.
Fraktur avulsi SIAS telah dilaporkan dapat menimbulkan MP. Appendisitis kronis dapat juga
memberikan gejala klinis sindrom mirip MP (MP-like syndrome). Gejala MP disertai keluhan
gastrointestinal dan urogenital mengarah ke tumor pelvis. Gejala MP adalah murni defisit
sensoris dan tidak sesuai dermatom, berbeda dengan herniasi diskus yang dapat menimbulkan
defisit motorik. Pada MP, tanda Laseque negatif.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Elektrofisiologis

14
Elektromiografi (EMG) studi konduksi saraf mungkin diperlukan. Evaluasi dengan studi
konduksi saraf dan pemeriksaan jarum diperlukan jika tidak ada faktor resiko diidentifikasi,
jika lesi massa di ruang retroperitoneal dicurigai, atau ada nyeri punggung.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 X-Foto mungkin diperlukan untuk menyingkirkan kelainan tulang yang mungkin
memberikan tekanan pada saraf.
 Pemeriksaan CT-Scan atau MRI untuk mengecualikan menyebabkan jaringan lunak
seperti tumor.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan akan bervariasi tergantung berat ringannya gejala yang ditunjukkan.


Dalam kebanyakan kasus, pengobatan terbaik adalah menghilangkan penyebab kompresi
dengan memodifikasi perilaku pasien, dikombinasi dengan perawatan medis untuk
menghilangkan peradangan dan rasa nyeri.

FISIOTERAPI

Pada meralgia paraesthetica dapat dilakukan terapi konservatif, seperti fisioterapi,


pengurangan berat badan untuk mengurangi lingkar perut, aplikasi termal, dan analgetik.
Pasien harus menghindari pakaian ketat terutama di daerah pinggul depan atas, ikat pinggang
yang lebar, atau penyangga yang memberikan tekanan fokal berlebihan pada ligamentum
inguinale.

Terapi fisikal direkomendasikan sebagai tambahan untuk terapi dengan analgetik


untuk mengontrol nyeri pada pasien dengan MP. Sebagai tambahan pemanasan lembab,
modalitas lain yang direkomendasikan termasuk transcutaneus electrical nerve stimulation
(TENS). Modalitas ini digunakan untuk membantu meredakan nyeri dan memampukan
pasien melakukan latihan peregangan dengan lebih santai. Tehnik jaringan lunak ( seperti :
terapi “trigger point”) juga menguntungkan untuk mengurangi nyeri dan penekanan pangkal
paha dan otot-otot paha. Sebagai tambahan fisioterapis menginstruksikan pasien untuk
mengikuti program fitness yang membantu mengurangi berat badan maupun biomekanik dan
reedukasi postural.

15
Pengurangan aktivitas fisik wajib dilakukan dalam hubungannya dengan tingkat rasa
sakit. Istirahat mutlak diperlukan untuk tingkat rasa sakit akut. Pengurangan berat badan dan
latihan memperkuat otot-otot perut.

INTERVENSI BEDAH

Pasien yang gagal dalam penatalaksanaan konservatif dirujuk ke ahli bedah untuk
menjalani pembedahan dekompresi NCFL. Parameter untuk dilakukan pembedahan antara
lain Tinel Sign positif, EMG abnormal dan pembebasan segera gejala-gejala yang mengiringi
blok NCFL. Meskipun tindakan bedah transeksi NCFL ditujukan sebagai terapi, hasilnya
masih kurang memuaskan, dan beberapa pasien melaporkan disestesi yang semakin berat.
Tindakan bedah tidak selalu berhasil penuh dan dapat kambuh kembali rata-rata 15 -20%.9

B
A

Gambar 10. Durante operasi menunjukkan A. NCFL ditranseksi parsial B. neurolisis dan
reseksi NCFL.

TERAPI MEDIKAMENTOSA

Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) akan mengurangi rasa nyeri. Biasanya
diberikan 7-10 hari. Penambahan narkotik untuk membunuh rasa sakit mungkin diperlukan
pada tingkat rasa sakit berat yang menyebabkan pasien terkadang sulit tidur. Hindari
penggunaan OAINS dan narkotik jangka panjang jika memungkinkan. Selain itu dapat
diberikan TCA atau antikonvulsan yang dimulai dari dosis rendah dan dititrasi naik sampai
gejala mereda atau sebaliknya muncul efek samping. Obat ini sebaiknya dihentikan jika
gejala tidak mereda dengan jumlah maksimal. Kesalahan yang sering terjadi adalah
menghentikan pengobatan sebelum level serum mencapai rentang terapi.

16
Pada kasus yang parah dapat dilakukan blok saraf lokal pada ligamentum inguinal
dengan suntikan kombinasi obat bius lokal (lidokain, bupivacain) dan kortikosteroid.
Suntikan dilakukan 1 jari ke arah medial SIAS, di bawah ujung lateral ligamentum inguinale
atau di tempat serabut-serabut nervus cutaneus femoris lateralis keluar dari fascia lata atau di
kawasan disestesia / parestesia / hipestesia sendiri dapat menyembuhkan walaupun hanya
meredakan gejala untuk sementara.

Gambar 11. Tempat Penyuntikan pada meralgia paraesthetica

TERAPI LAIN

Perbaikan gejala mungkin dapat terjadi dengan melakukan koreksi ketidaksesuaian


panjang tungkai. Dapat dilakukan dengan menambah bantalan sepatu atau modifikasi lainnya
untuk mengoreksi ketidaksesuaian sehingga hiperekstensi paha dapat diminimalkan pada sisi
yang terpengaruh.

Pasien yang mengalami nyeri yang berkepanjangan dan membandel dengan terapi
konservatif dan blok saraf multipel dengan steroid local, dapat diberikan pulsed
radiofrequency. Sinyal radiofrekuensi telah banyak digunakan untuk menekan transmisi
nyeri. Penggunaan konvensional prosedur ini melibatkan aplikasi kontinyu temperature
tinggi, yang dihubungkan dengan degenerasi Wallerian, neurodestruksi berat dan efek
deafferensiasi. 14

17
PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada etiologi gangguan NCFL. Meralgia parestetica ringan yang
disebabkan oleh mekanisme trauma external atau ringan terkadang dapat mengalami remisi
secara spontan. Bila dilakukan intervensi bedah dengan dekompresi saraf pada kasus yang
terseleksi dengan baik , dilaporkan memiliki hasil yang cukup baik, tetapi dapat kambuh
kembali sekitar 15-20% kasus.15Apapun penyebabnya, pemulihan biasanya memerlukan
beberapa minggu ke bulan, tergantung pada keparahan kerusakan saraf. Pada kebanyakan
pasien, meralgia paresthetica dapat sembuh sendiri, dan dengan edukasi, pasien belajar untuk
mentoleransi gejala dan memodifikasi aktivitas, sekaligus untuk mencegah tindakan bedah
dan tindakan agresif lainnya. Instruksikan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat
menyebabkan trauma pada NCFL.16

KESIMPULAN

Meralgia parestetika merupakan neuropati sensorik yang terjadi akibat kompresi


LFCN pada ligamentum ingunale. Kompresi LFCN pada ligamentum inguinale ini
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, dan pemakaian ikat pinggang ketat. LFCN juga
dapat mengalami cedera karena pembedahan, terutama pembedahan di daerah inguinal.
Diagnosis MP dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila
meragukan, dapat digunakan pemeriksaan elektrodiagnostik yang efektif untuk menegakkan
diagnosis. Gejala MP meliputi parestesia di paha atas dan lateral. Sebagian besar unilateral,
20% bilateral. Keluhan berupa sensasi terbakar, tersengat, atau kesemutan, nyeri dan mati
rasa pada paha dan biasanya dapat dilokalisir. Beberapa pasien juga mengeluhkan alodinia
pada area distribusi saraf. Penatalaksanaan akan bervariasi tergantung berat ringannya gejala
yang ditunjukkan. Dalam kebanyakan kasus, pengobatan terbaik adalah menghilangkan
penyebab kompresi dengan memodifikasi perilaku pasien, dikombinasi dengan perawatan
medis untuk menghilangkan peradangan dan rasa nyeri.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Danette C Taylor. Bell Palsy. Available from http://emedicine.medscape.com/
article/1146903-overview#a0156. Cited 7 Agustus 2014.
2. Adam RD, Victor M : Disease of Spinal Cord, Peripheral Nerve, and Muscle, in
Principles of Neurology, 8th ed. Mc Graw-Hill Book Co : New York 2005 : 1170.
3. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP Clinical Neurology Lange 6th Ed, Lange
Medical Books / Mc Graw Hill Companies. 2005 : 223.
4. Bosvell MV, Cole BE . Weiner’s Pain Management, A Practical Guide for Clinicians.
7th Ed. American Academy of Pain Management. CRC Press Taylor & Francis Group.
2006 : 469.
5. Kornbluth I, Marone JP. Meralgia Paraesthetica. www.emedicine.medscape.com.
2009
6. Sekul E A, Meralgia Paresthetica. www.emedicine.medscape.com. Georgia 2009.
7. Luzzio C. Meralgia Paresthetica. www.emanualmedicine.com. Madison 2009.
8. Haerer AF , Disorders of The Peripheral Nerves in De Jong’s The Neurologic
Examination 8th Ed. ,JB Lipincot Comp. ,2005 :  561.
9. Ratliff JK, Jacques L, Tiel RL , Meralgia Paresthetica Following Iliac Crest Bone
Graft for Anterior Cervical Disectomy : A Case Report and Review of the Literature
Lousiana. 2011.
10. Djamil Y, A Basjiruddin. Kapita selekta neurologi. 2009. Halaman 55.
11. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. 1979. Halaman 110.
12. Ikhamuan. Bell’s Palsy. http://ikhamuan.blogspot.com/2013/07/bells-palsy.html.
Cited 21 Maret 2014.
13. Lumbantobing.Neurologi Klinik. Jakarta: Universitas Indonesia. 2007. Halaman 90.
14. Sabirin J. Hadinoto dkk. Gangguan Gerak Cetakan v. Semarang : Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. 2004. Halaman 129.
15. Kaye AH, Essesial Neurosurgery 3rd ed. Blackwell Publishing 2005. p241.
16. Xiang J, Dong X, Hao W, Spinal Stenosis with Meralgia Paraesthetica dalam The
Journal of Bone and Joint Surgery Vol.70-B , No.2, Urumchi, 2008. p272 – 300.

19
17. Patijn, J. M. P. et al. Meralgia Paresthetica. 2011, p302–308.
18. Hui, G. K. M. & Peng, P. W. H. Meralgia Paresthetica. Reg. Anesth. Pain Med. 2011.
p156–161.

19. Cheatham, S. W., Kolber, M. J. & Salamh, P. A. Clinical Commentary Meralgia


Paresthetica : A Review Of The Literature. 2014. p883–893.
20. Moritz, T. et al. Common Anatomical VAriation in Patients with Idiopathic Meralgia
Paresthetica: A High Resolution Ultrasound Case-Control Study. Ultraschall der
Medizin - Eur. J. Ultrasound 34. 2014.
21. Witkin, L. R., Gulati, A., Zhang, T. & Karl, H. W. Peripheral Nerve Entrapments.
667–681 (2016). doi:10.1007/978-3-319-27482-9.
22. Khalil, N., Nicotra, A. & Rakowicz, W. Treatment for meralgia paraesthetica
( Review ). 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai